BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Tentang Tekla Structures Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel yang berfokus
hanya pada perencanaan bangunan baja. Pada saat itu program ini sudah bisa digunakan untuk pemodelan, analisa, desain dan pendetailan struktur baja. Versi ini berkembang sampai versi 9. Untuk versi selanjutnya Tekla Corporation sebagai pengembang program ini memperluas kemampuan Tekla Structures dengan menambah fitur untuk pemodelan, analisis, desain dan detailing struktur beton bertulang. Saat ini Tekla Corporation sudah merilis Tekla Structures 20. Dalam versi yang terbaru ini sudah ditambahkan fitur atau modul untuk keperluan manajemen konstruksi. 2. 2
BIM (Building Information Modeling) Dengan BIM (Building Information Modeling) teknologi, model virtual
yang lebih akurat dari sebuah bangunan yang dibangun secara digital. BIM mendukung desain melalui tahap yang memungkinkan analisis yang lebih baik dan kontrol daripada proses manual. Model yang dihasilkan dalam software ini mengandung geometri yang tepat dan data yang diperlukan untuk mendukung pembangunan, fabrikasi, dan kegiatan pengadaan dimana bangunan tersebut direalisasikan. Definisi Building Information Modeling dalam Handbook of BIM (Eastman, Teicholz, Sacks & Liston 2011) meliputi mulai dari teknologi untuk merangkul proses konstruksi secara keseluruhan. 2. 3
Kelebihan Tekla Structures Dibandingkan dengan software lain yang sejenis, Tekla Structures memiliki
kemampuan yang lebih lengkap. Software ini sudah menggabungkan kemampuan modeling, detailing, engineering, drawing, reporting, dan manajemen konstruksi menjadi satu kesatuan yang powerful dan canggih. Lachmi Khemlani pendiri dan editor AECbytes yang ahli dalam pemodelan bangunan cerdas dalam websitenya
4
AECbytes.com mereview beberapa keunggulan dari Tekla Structures, beberapa diantanya adalah : a) Modeling : Tekla structures adalah sebuah software modeling dengan konsep BIM 3 dimensi dimana seluruh obyek struktur direpresentasikan lengkap dengan segala informasinya. Modeling dengan banyak jenis profil, bentuk dan sambungan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan cepat, menggurangi error. Icon bar pada Tekla Structures dalam pemodelan struktur baja sebagai berikut:
Gambar 2.1 Icon Bar Modeling Tekla Structures
Gambar 2.2 Modeling dengan Tekla Structures b) Detailing : Dengan database yang lengkap, sistem interaksi yang muktahir dan user friendly, Tekla Structures merupakan pemimpin di bidang detailing baja dan beton. Sambungan dan profil yang paling rumit dapat dibuat dengan mudah dan cepat sehingga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membuat model.
Gambar 2.3 Icon Bar Detailing Tekla Structures
5
Gambar 2.4 Detailing dengan Tekla Structures
c) Engineering : Dengan tampilan yang user friendly, engineer dapat dengan mudah memanipulasi model. Tekla structures juga memiliki link ke software analisis struktur seperti SAP2000, STAAD, S-Frame, GTStrudl, Robot. Engineer dapat merasakan lingkungan kerja yang tidak terputus antara model, gambar dan analisis sehingga mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.
Gambar 2.5 Engineering dengan Tekla Structures
d) Drawing : Gambar-gambar 2D dan 3D dengan kualitas terbaik dapat dengan cepat secara otomatis dibuat dan diedit dengan mudah. Gambar-gambar tersebut interaktif dan sangat fleksibel sesuai kebutuhan pemakai software. Tekla kemudian dapat meng-export-nya ke DWG atau PDF. Waktu penggambaran dapat dipotong secara drastis.
6
Gambar 2.6 Drawing dengan Tekla Structures
e) Reporting : Setiap model dalam Tekla Structures merupakan sebuah obyek yang penuh dengan data sehingga software dapat dengan mudah membuat laporan mengenai kuantitas material yang dibutuhkan, jenis material, pengiriman, vendor, luas area cat, dan masih banyak lagi. Pemilik pekerjaan dan engineer bisa dengan sangat cepat mengetahui anggaran biaya sehingga efisiensi dapat dikejar secara real-time.
Gambar 2.7 Reporting dengan Tekla Structures
f) Scheduling : Tekla memberikan fitur berlimpah pada project manager untuk dapat secara visual melihat perkembangan proyeknya, dengan data tersebut dapat kemudian mengatur datangnya material dan sumber daya. Selain itu Tekla mampu melakukan clash detection dengan model lain sehingga sangat mengurangi rework.
7
Gambar 2.8 Scheduling dengan Tekla Structures
2. 4
Referensi Dari Pengguna Kemampuannya yang lengkap dalam menyelesaikan permasalahan
rekayasa dan perencanaan struktur membuat Tekla Structures dipercaya dan digunakan di proyek – proyek besar di dunia. Tekla telah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan di dunia untuk mendesain proyek – proyek seperti Wembley Stadium di Inggris, Shanghai Financial Centre di China, Menara Telekom di Malaysia, Hearst Tower di Amerika Serikat dan gedung –gedung fenomenal lainnya.
Gambar 2.9 Singapore Science Museum dan Wembley Stadium (Tekla.com) Varghese A. Johns, Engineering Manager dari Tiger Steel Engineering LLC mengatakan bahwa tanpa menggunakan Tekla Structures, mereka akan membutuhkan lima kali dari jumlah drafter yang ada dan fase detailing akan memakan waktu dua bulan lebih lama. Perusahaan tersebut merupakan fabrikator baja terkemuka yang terlibat pada proyek Ski Dubai, sebuah wahana ski buatan yang merupakan gedung dengan struktur atap transparan yang berdiri bebas tanpa kolom pendukung di antaranya. Selain Johns, ada juga komentar dari Joseph G. Burns - P.E., S.E., AIA Managing Principal dari Thornton Tomasetti, sebuah perusahaan rekayasa struktur
8
yang terlibat di proyek infrastruktur utama di seluruh dunia. Burns mengatakan bahwa Tekla Structures menyediakan para Structure Engineer kemampuan untuk menghasilkan model 3D dengan analisa properties yang komprehensif. Kualitas pendokumentasiannya pun handal dan mempuyai grade yang tinggi. Penggunaan data untuk keperluan lebih lanjut mempermudah pembuatan estimasi biaya dan memfasilitasi
scheduling
tahapan
konstruksi.
Manajemen
informasi
3D
meningkatkan komunikasi bagi keseluruan tim. Tekla Structures mempercepat pembuatan
shop
drawing,
meningkatkan
ketelitian
dalam
pengecekan
ketidakserasian dan hasil pada struktur yang lebih solid atau kompleks dengan permasalahan di lapangan yang lebih sedikit. 2. 5
Pembebanan Dalam perancangan suatu bangunan tentunya ada umur rencana bangunan,
dimana selama umur rencananya struktur harus dapat menerima berbagai macam kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Kesalahan dalam mengaplikasikan dan menganalisi beban menggunakan software analisa struktur merupakan salat satu penyebab utama kegagalan struktur. Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan desain struktur perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya. Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa kombinasi dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan bahwa suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada proses perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi.
9
2. 5. 1 Beban Statik Jenis-jenis beban statis menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 adalah sebagai berikut : a) Beban Mati (Dead Load / D) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap. Tabel 2.1 Beban mati pada struktur
Beban Mati
Berat
Beton Bertulang
2400 kg/m3
Dinsing pasangan 1/2 bata
250 kg/m2
Langit-langit + penggantung
18 kg/m2
Keramik
24 kg/m2
Spesi per cm tebal
21 kg/m2
Baja WF
7850 kg/m3
Penutup atap seng
10 kg/m2
Sumber : PPIUG 1983
b) Beban Hidup (Live Load / L) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung. Tabel 2.2 Beban hidup pada struktur
Beban Hidup
Berat
Lantai kantor, toko
250 kg/m2
Lantai dan tangga rumah tinggal
200 kg/m2
Lantai ruang pertemuan
400 kg/m2
Balkon bebas menjorok keluar
300 kg/m2
Tangga dan bordes untuk kantor, took
300 kg/m2
Sumber : PPIUG 1983
c) Beban Hidup Atap (La) 1. Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada bagian tudung (canopy) yang dapat dicapai atau dibebani oleh orang
harus diambil
minimum sebesar 100 kg/m2 2. Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani harus diambil diantara dua beban yang menentukan dibawah ini:
10
Beban terbagi rata per m2 bidang datar yang berasal dari beban air hujan sebesar (40 – 0,8α) kg/m2 α sudut kemiringan atap dalam derajat, dengan ketentuan bahwa beban tidak perlu diambil lebih besar dari 20kg/m2, dan tidak perlu ditinjau jika kemiringan atapnya lebih dari 50° Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg d) Beban Angin (W) Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2 dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan pada: 1. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 Kg/m2 2. Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 Km dari pantai harus diambil sebesar 40 Kg/m2 Dengan koefisien angin tekan sebesar (-0.02 α – 0,4) 25 kg/ m2 2. 5. 2 Beban Dinamik a) Beban Gempa (Earthquake Load / E) Beban Gempa adalah beban dinamik dengan arah bolak – balik yang tidak bersifat terus – menerus bekerja pada struktur bangunan atau dapat dikatakan merupakan beban sementara yang bekerja pada struktur bangunan. Dalam Tugas Akhir ini beban gempa akan dianalisis menggunakan analisis respon spektrum yang datanya terdapat dalam situs puskim.pu.go.id seperti pada Gambar 2. 10 dan Tabel 2. 3 berikut:
Sumber: Puskim.pu.go.id Gambar 2.10 Spektra percepatan
11
Tabel 2.3 Desain Spektra Denpasar kelas situs tanah (D)
Variabel PGA (g) SS (g) S1 (g) CRS CR1 FPGA FA FV PSA (g) SMS (g) SM1 (g) SDS (g) SD1 (g) T0 (detik) TS (detik)
Nilai 0.443 0.978 0.358 1.053 0.951 1.057 1.109 1.684 0.468 1.084 0.603 0.723 0.402 0.111 0.556
T (detik) 0 T0 TS TS+0 TS+0.1 TS+0.2 TS+0.3 TS+0.4 TS+0.5 TS+0.6 TS+0.7 TS+0.8 TS+0.9 TS+1 TS+1.1 TS+1.2 TS+1.3 TS+1.4 TS+1.5 TS+1.6 TS+1.7 TS+1.8 TS+1.9 TS+2
SA (g) 0.289 0.723 0.723 0.613 0.532 0.469 0.42 0.381 0.348 0.32 0.296 0.276 0.258 0.243 0.229 0.217 0.205 0.195 0.186 0.178 0.171 0.164 0.157 0.151
TS+2.1 TS+2.2 TS+2.3 TS+2.4 TS+2.5 TS+2.6 TS+2.7 TS+2.8 TS+2.9 TS+3 TS+3.1 TS+3.2 TS+3.3 4
0.146 0.141 0.136 0.132 0.127 0.123 0.12 0.116 0.113 0.11 0.107 0.104 0.102 0.1
Sumber: Puskim.pu.go.id
2. 5. 3 Faktor Beban Dan Kombinasi Pembebanan Untuk keperluan desain, analisis dan sistem struktur perlu diperhitungkan terhadap kemungkinan terjadinya kombinasi pembebanan (Load Combination) dan beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur rencana. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Tahun 1983, ada dua kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau pada struktur yaitu kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi pembebanan sementara. Disebut pembebanan tetap karena beban dianggap bekerja terus – menerus pada struktur selama umur rencana. Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati (Dead Load) dan beban hidup (Live Load). Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja secara terus – menerus
12
pada struktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisa. Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup dan beban gempa. Nilai – nilai beban tersebut diatas dikalikan dengan suatu faktor magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak dipakai terhadap berbagai kombinasi beban. Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi perencanaan pembebanan pada struktur. Nilai faktor beban yang akan digunakan dalam Tugas Akhir mengacu pada SNI 03 – 1729 – 2002 ( Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung) seperti berikut: 1) 1,4D
(2-1)
2) 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
(2-2)
3) 1,2D + 1,6 (La atau H) + ( L γ L atau 0,8W)
(2-3)
4) 1,2D + 1,3 W + L γ L + 0,5 (La atau H)
(2-4)
5) 1,2D ± 1,0E + L γ L
(2-5)
6) 0,9D ± (1,3W atau 1,0E)
(2-6)
2. 5. 4 Faktor Reduksi Kekuatan Faktor reduksi kekuatan merupakan suatu bilangan yang bersifat mereduksi kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang ditetapkan dalam perencanaan sebelumnya. Berbagai nilai reduksi kekuatan batas (Ø) untuk berbagai jenis besaran gaya yang didapat dari perhitungan struktur mengacu pada SNI 03 – 1729 – 2002 seperti Tabel 2.4 berikut ini:
13
Tabel 2.4 Faktor reduksi kekuatan
Sumber: SNI 03 – 1729 – 2002
2. 6
Analisis Struktur Analisis struktur yang dimaksud adalah mencari respons struktur terhadap
pembebanan yang diberikan, yaitu berupa momen, gaya geser, gaya aksial atau gaya-gaya reaksi perletakan, maupun deformasi (lendutan) struktur itu sendiri. 2. 7
Desain Struktur Desain struktur adalah opsi tambahan (bisa dipakai, bisa juga tidak) yang
dikembangkan untuk mengevaluasi penampang struktur apakah telah memenuhi syarat-syarat perencanaan terhadap respons struktur tersebut. Opsi tersebut sebenarnya adalah tambahan saja, bisa juga disebut sebagai post-processing dari bagian analisis. Karena syarat-syarat perencanaan ditetapkan berdasarkan standar yang mungkin pada tiap-tiap negara bisa berbeda maka hasilnya tidak universal seperti halnya analisis struktur. Jadi ketika memakainya perlu dilihat dulu apakah
14
standar yang digunakan pada program tersebut sesuai dengan standar lokal yang berlaku.
2. 7. 1 Desain Elemen Struktur Akibat Momen Lentur (SNI 03 – 1729 – 2002) A. Berdasarkan Kelangsingan Penampang 1. Penampang Kompak Untuk penampang-penampang yang memenuhi λ ≤ λp , kuat lentur nominal penampang adalah,
(2-7)
2. Penampang Tak-Kompak Untuk penampang yang memenuhi λp < λ ≤ λr , kuat lentur nominal penampang ditentukan sebagai berikut: (2-8) (2-8a) Keterangan : Fr
= 70 – 100 mPa
3. Penampang Langsing Untuk pelat sayap yang memenuhi λr ≤ λ, kuat lentur nominal penampang adalah, (2-9)
B. Berdasarkan Pengaruh Tekuk Lateral 1. Bentang Pendek Untuk komponen struktur yang memenuhi L ≤ Lp kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah (2-10)
2. Bentang Menengah Untuk komponen struktur yang memenuhi Lp ≤ L ≤ Lr , kuat nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah (2-11) , ,
2,3
(2-11a)
15
3. Bentang Panjang Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr ≤ L , kuat nominal komponen struktur terhadap lentur adalah (2-12)
.
(2-12a)
2. 7. 2 Desain Elemen Struktur Akibat Gaya Geser (SNI 03 – 1729 – 2002) 1. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi; /
.
1,10
(2-13)
dengan, 5
(2-13a)
Kuat Geser Nominal, 0,6.
.
(2-13b)
2. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi; .
1,10
/
1,37
.
(2-14)
Kuat Geser Nominal, 0,6.
.
0,6.
.
.
1,10
(2-14a)
atau, (2-14b) ,
dengan, 1,10
.
(2-14c)
3. Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel h/tw memenuhi; 1,37
.
(2-15)
16
Kuat Geser Nominal, , .
.
.
(2-15a)
atau, 0,6.
.
(2-15b) ,
dengan, .
1,5
(2-15c)
2. 7. 3 Desain Elemen Struktur Akibat Gaya Tekan (SNI 03 – 1729 – 2002) .
(2-16)
Untuk λc ≤ 0,25
maka ω = 1
Untuk 0,25 < λc < 1,2
maka
untuk λc ≥ 1,2
maka ω = 1,25λc2
1,43/ 1,6
(2-16a) 0,67. λc
(2-16b) (2-16c)
dengan, (2-17)
Kc adalah faktor panjang tekuk yang besarnya tercantum pada SNI 031729-2002
Sumber: SNI 03-1729-2002 Gambar 2.11 Nomogram Kc
17
2. 7. 4 Desain Elemen Struktur Dengan Kombinasi Geser Dan Lentur Ø
0,625
1,375
Ø
(2-18)
2. 7. 5 Desain Elemen Struktur Dengan Kombinasi Aksial dan Lentur Untuk Ø
Untuk Ø
2. 8
0,2
Ø Ø Ø Ø
1
Ø
(2-19)
0,2 1
Ø
(2-20)
Sambungan Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,
pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las). Sambungan
tipe
tumpu
adalah
sambungan
yang
dibuat
dengan
menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagianbagian yang disambungkan. Sambungan
tipe
friksi
adalah
sambungan
yang
dibuat
dengan
menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak. Sambungan berdasarkan komponen penyambungnya dapat diklasifikasikan sebagai sambungan momen, sambungan geser sederhan, dan sambungan pelat tumpu (base plate) 2. 8. 1 Sambungan Momen Sambungan momen memindahkan momen yang dibawa oleh sayap-sayap balok yang didukung kepada komponen struktur pendukung. Sambungan momen diasumsikan menjadi gaya tarik dan gaya geser sedikit. Berikut jenis sambungan momen:
18
1. End Plate Sambungan momen plat ujung (End Plate) terdiri dari plat yang di las pada ujung balok dan di baut pada saat pengerjaan di lapangan ke kolom. Sambungan momen plat ujung dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan ujung luarnya yaitu rata (flush), atau diperluas (extended). a) Flush End Plate
(b) four-bolt unstiffened
(c) four-bolt stiffened
(d) four-bolt stiffened
Gambar 2.12 Sambungan momen flush end plate Pada sambungan momen flush end plate dimensi pelat ujungnya memiliki tinggi yang sama besar dengan profil yang akan disambung. Posisi ini baut hanya bisa dipasang dalam posisi yang lebih rendah dari sayap profil yang disambung sehingga, lengan gaya dari momen tahanan yang ada selalu lebih kecil dari lengan momen beban pada sayap profil. b) Extended End Plate
Gambar 2.13 Sambungan momen extended end plate Sedangkan pada sambungan momen extended end plate dimensi pelat ujungnya memiliki dimensi lebih tinggi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
19
profil yang disambung, baik pada posisi atas, bawah maupun kedua-duanya. Posisi ini memungkinkan pemasangan baut pada elevasi yang lebih tinggi dari sayap profil, sehingga lengan gaya dari momen tahanan yang ada bisa lebih besar dari lengan momen beban pada pelat sayap profil. Berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya menunjukan sambungan momen extended end plate mempunyai kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan momen flush end plate, akibatnya secara dimensi dan nilai ekonomis biasanya sambungan momen extended end plate akan menghasilkan dimensi dan formasi baut yang lebih ekonomis serta ketebalan pelat ujung yang dibutuhkan juga lebih tipis jika dibandingkan sambungan momen flush end plate. Sambungan momen flush end plate juga tidak jarang digunakan jika keadaan geometri sambungan momen extended end plate menggangu elemen yang lain. 2. 8. 2. Sambungan Geser Sederhana Sambungan geser sederhana diasumsikan untuk memiliki tahanan rotasi yang kecil atau tidak sama sekali. Sambungan geser tersebut diasumsikan untuk membawa hanya komponen geser dari beban yang diidealisasikan sebagai pin atau roll dalam desain. Oleh karena itu, tanpa gaya-gaya momen diasumsikan disalurkan oleh sambungan dari komponen yang didukung ke komponen pendukung. Jenis-jenis sambungan geser sederhana sebagai berikut: 1. Sambungan Siku Ganda Sambungan siku ganda (double angle) dibuat dengan memasang pada bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan balok yang didukung dan diluar bidang sepasang siku (dengan baut atau las) kepada badan dari balok penunjang.
Gambar 2.14 Sambungan siku ganda
20
2. End Plate
Gambar 2.15 Sambungan end plate 2. 8. 3 Sambungan Base Plate Sambungan base plate (pelat dasar) digunakan untuk menyediakan suatu daerah tumpuan yang cukup pada bahan di bawah agar gaya-gaya disuatu kolom disalurkan dengan baik ke pondasi. Base plate biasanya menjangkarkan kolom ke pondasi beton oleh baut angkur dan pelat dasar dari kolom dilas.
Gambar 2.16 Sambungan base plate 2. 8. 4 Baut Berdasarkan klasifikasi dari ASTM ada dua jenis baut yang biasa digunakan yaitu baut mutu biasa (ordinary bolt) dan baut mutu tinggi (high tension bolt). Baut biasa diklasifikasikan sebagai baut tipe A307 yang terbuat dari baja karbon kadar rendah dan sering dan sering digunakan untuk struktur-struktur ringan dan sekunder. Sedangkan baut mutu tinggi tipe A325 terbuat dari medium carbon steel dengan metode pembuatan melalui pemanasan dan quenchingtempering. Tipe berikutnya adalah A490, baut ini terbuat dari alloy carbon steel
21
juga dengan metode pembuatan quenching-tempering. Baut A325 dan A490 biasa digunakan untuk semua jenis struktur. Berikut adalah kekuatan baut dari berbagai gaya yang bekerja pada sambungan: 1. Kuat Tarik Satu Baut ∅
∅ 0,75
(2-21)
keterangan: Øf
= 0,75
fub
: tegangan tarik putus baut
Ab
: luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
2. Kuat Geser Satu Baut ∅
∅ 1
(2-22)
Keterangan: r1 = 0,5
untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,4
untuk baut dengan ulir pada bidang geser
3. Kombinasi Geser Dan Tarik 1 ∅
(2-23)
∅ 1
2
(2-24)
2
(2-25)
Keterangan: n adalah jumlah baut m adalah jumlah bidang geser
untuk baut mutu tinggi:
f1 = 807 MPa, f2 = 621 MPa, r2 =1,9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser r2 =1,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
22
4. Jarak Tepi Minimum Menurut SNI 03 – 1729 – 2002, jarak tepi minimum sebagai berikut: Tepi dipotong dengan tangan
Tepi dipotong dengan mesin
Tepi profil bukan hasil potongan
1,75 db 1,50 db 1,25 db Dengan db adalah diameter nominal baut pada daerah tak berulir. Tabel 2.5 Jarak tepi minimum
5. Jarak Tepi Maksimum Jarak antara pusat pengencang tidak boleh melebihi 15 t p (dengan tp adalah tebal pelat lapis tertipis didalam sambungan), atau 200 mm. Pada pengencang yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalam daerah yang tidak mudah berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi 32tp atau 300 mm. Pada baris luar pengencang dalam arah gaya rencana, jaraknya tidak boleh melebihi (4 t p + 100 mm) atau 200 mm. 6. Sambungan Las Sudut Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat las tumpul, ditetapkan sesuai dengan Tabel 2.4 kecuali bila ukuran las tidak boleh melebihi tebal bagian yang tertipis dalam sambungan. Menurut SNI 03 – 1729 – 2002, tebal las sudut sebagai berikut: Tebal bagian paling tebal, t (mm) t<7 7 < t < 10 10 < t < 15 15 < t
Tebal minimum las sudut, tw (mm) 3 4 5 6
Tabel 2.6 Tebal minimum las sudut
23