BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasi sehari hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
perusahaan harus mampu
mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan tepat akan mengarah pada pencapaian tujuan perusahaan/organisasi, sebaliknya kurang baiknya dalam manajemen keuangan akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan
secara
keseluruhan dan akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Selama perusahaan memiliki persediaan kas yang memadai, wilayah manajemen kas memerlukan perhatian khusus. Manajemen harus mencari sumber dana untuk menyesuaikan kas yang diperlukan tersebut. Tanggung jawab untuk manajemen kas di dalam perusahaan merupakan tanggung jawab manajemen keuangan. Manajemen Keuangan menurut Martono (2005:4) adalah segala aktivitas perusahaan
yang
berhubungan
dengan
bagaimana
memperoleh
dana,
menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara 19
20
menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen mengenai bagaimana memperoleh aset, menandai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari pengertian di atas, bahwa manajemen keungan diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik.Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan- keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden. Menurut Martono (2003:3) tujuan perusahaan ada tiga macam,yaitu : 1.
Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perussahaan
2.
Menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
3.
Mencapai
kesejahteraan masyarakat
sebagai
tanggung jawab sosial
perusahaan.
2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Tiga fungsi utama dalam manajemen, yaitu :
21
1.
Keputusan investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan.Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan.Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil maupun aktiva finansil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik dapat dilihat secara jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah.dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa surat surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menyangkut beberpa hal, yaitu : a.
Keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
b.
Penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata rata minimal.
3.
Kebijakan Deviden (Deviden Policy) Kebijakan deviden merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya deviden, stabilitas deviden, deviden saham, pemecahan saham serta penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
22
2.2
Kebijakan Deviden Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan deviden merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Kebijakan deviden biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, karena semakin tinggi deviden yang dibagikan kepada pemegang saham akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan nilai perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : 1.
Posisi solvabilitas perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitas nya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba.
2.
Posisi likuditas perusahaan Bagi perusahaan yng kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya deviden payout ratio-nya kecil, sebab sebagian besar labanya digunakan untuk menambah likuiditas.
3.
Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin
23
besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. 4.
Rencana Pelunasan Perusahaan
yang
berkembang
ditandai
dengan
semakin
pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan.Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya bisa diperolehga merupakan faktor yang mempengar dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil deviden payout ratio-nya. 5.
Kesempatan Investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya deviden yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil deviden yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi.
6.
Stabilitas Pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan
24
yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga jaga. 7.
Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan
masuk
investor
baru
dan
tentunya
ini
akan
mengurangi
kekuasaanpemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang risikonya cukup besar.Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi devidennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
2.2.1 Teori Kebijakan Deviden Kebijakan deviden merupakan suatu kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan kepada pemegang saham dan juga berapa banyak yang harus ditanam kembali. Brigham (2001:66) mengemukakan bahwa terdapat tiga teori mengenai kebijakan deviden dari preferensi investor. Teori-teori tersebut adalah : 1.
Teori Ketidakrelevanan Deviden Pendukung utama teori ketidakrelevanan deviden adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM), dimana mereka berpendapatnilai suatu perusahaan hanya ditentukna oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan perkataan lain, MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
25
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara deviden dan laba yang ditahan. 2.
Teori Bird In The Hand Teori ini sebagai pandangan Merton Miller dan Fanco Modigliani (MM) terhadap kekeliruan pendapat Gordon-Lintner yang mengemukakan (biaya laba ditahan atau pengembalian yang dibutuhkan dari selembar saham) akan turun apabila rasio pembagi dividen dinaikan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan capital gainyang akandihasilkan dari laba yang ditahandibandingkan dengan seandainya mereka menerima deviden. Oleh karena itu MM menyebut pendapat Gordon-Linner sebagai kekeliruan Bird In The
Handkarena
menurut
pandangan
MM,
kebanyakan
investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka dalam saham dari saham bersangkutan. 3.
Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang tinggi, yaitu: a.
Keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif maksimal 28 persen, sedangkan
pendapat
deviden
dikenakan
pajak
dengan
tarif
efektifmencapai 39,6 persen. Oleh karena itu yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba dalam perusahaan. b.
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual.
26
c.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai meninggal tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang-ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
2.2.2 Aspek-aspek yang Terdapat dalam Kebijakan Deviden Dalam kebijakan deviden terdapat beberapa aspek diantaranya (Brigham, 2001), adalah : 1.
Stock Deviden (Deviden Saham) Stock deviden adalah pembayaran tambahan saham kepada pemegang saham, dan menunjukan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham tetap tidak berubah. Manfaat yang diperoleh stock deviden dari pemegang saham, lebih bersikap psikologis. Apabila pemegang saham hendak menjual sebagian saham dengan adanya stock deviden, maka investor dapat menjual sebagian stock deviden tanpa harus berkurang jumlah lembar sahamnya.
2.
Stock Split(Pemecahan Saham) Stock split adalah tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar seperti menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegangan saham dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang.
27
3.
Repurchase of Stock(Pembelian Kembali Saham) Repurchase of stock adalah transaksi dimana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar,menaikan laba per saham dan seringkali menaikan harga saham tersebut. Pembelian kembali saham bermanfaat ketika perusahaan ingin merombak struktur modalnya dalam waktu singkat atau membagikan uang kas dalam suatu kejadian seperti pada saat penjualan suatu divisi.
2.3
Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Dari sisi investor, saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati karena dapat memberikan tingkat keuntungan (return) yang menarik. (Husnan, 2004)
2.3.1 Pengertian Saham Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaimatas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); (www.idx.co.id)
28
Menurut Tandelilin (2010:31), saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Menurut Kamaludin (2011:234), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Para pemegang saham biasa (common stock) suatu perusahaan adalah para pemilik residu perusahaan itu secara kolektif mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko akhir yang berkaitan dengan pemilikan. Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan yang dimiliki oleh investor individual dan/atau investor badan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sampai investor menjual sahamnya pada investor lain dan memiliki tingkat keuntungan dan risiko tersendiri.
2.3.2 Jenis-jenis Saham Menurut Hidayat (2002:93), terdapat 3 jenis saham yang dikenal saat ini, yaitu saham bonus (bonus shares), saham preferen (preferred stock), dan saham biasa (common stock). 1.
Saham Bonus (Bonus Shares) Saham bonus adalah saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham. Dengan kata lain, saham bonus merupakan agio saham yang dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus. Tujuan penerbitan sham ini adalah untuk memacu kinerja saham dengan menarik minat beli investor
29
sehingga meningkatkan perdagangan dan harga saham. Konsekuensi penerbitan saham bonus adalah terjadinyapenurunan persentase kepemilikan saham yang sebanding dengan rasio saham bonus. 2.
Saham Preferen (Preferred Stock) Saham Preferen adalah produk hybird alias campuran antara saham biasa dengan efek pendapatan tetap karena pemilik saham ini akan mendapatkan pendapatan tetap karena pemilik saham ini akan mendapatkan pendapatan tetap yang dibagikan secara rutin dalam bentuk deviden. Karena saham ini menjanjikan deviden tetap, maka dalam emisi saham ada penyisihan sebagian keuntungan atau provisi yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk pemegang saham. Bagi investor pemegang saham preferen, saham ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah: memerikan dividen secara rutin, mendapatkan keuntungan dari capital gain jika perusahaan di likuidasi, saham preferen mempunyi hak likuidasi yang lebih tinggi dibandingkan saham biasa karena pemilik saham ini akan didahulukan untuk menerima pembayaran, dan memiliki hak memberikan suara.
3.
Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham dimana pemegang saham yang memilikinya mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan. Kepemilikan ini akan berhenti sampai saham tersebut dijual kepada investor lain. Sifat-sifat saham biasa adalah : berhak atas pendapatan perusahaan (claims income): berhak atas harta perusahaan (claims on asset); berhak
30
mengeluarkan suara (voting rights); berhak memesan efek terlebih dahulu (preemptive rights); dan tanggung jawab terbatas (limited liability).
2.4
Pemecahan Saham (Stock split) Emiten membutuhkan tingkat likuidasi saham yang tinggi, oleh karena itu
ketika saham emiten sudah mulai tidak aktif lagi diperdagangkan, maka stock split adalah salah satu kebijakan yang dapat ditetapkan oleh emiten.Stock split membuat jumlah lembar saham menjadi lebih banyak sehingga kepemilikan saham dapat lebih tersebar dan membuat harga saham tersebut menjadi lebih rendah sehingga dapat dijangkau oleh investor-investor kecil. Menurut Brigham dan Houston (2010:235), stock split adalah suatu tindakan yang diambil oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti melipat gandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan dua saham baru kepada setiap pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki. Stock split is a method commonly used to lower teh market price of a firm’s stock by increasing the number of shares belonging to each shareholder. A stock split has no effect on the firm’s capital structure and is usually nontaxable. (Gitman, 2009:615) Muharam dan Sakti (2008:2) mengatakan bahwa pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah setengah jumlah dari saham sebelumnya.
31
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stock splitadalah sebuah kebijakan yang ditetapkan oleh suatu perusahaan dengan cara memecah jumlah saham yang beredar aagar saham baru yang beredar jumlah nya menjadi lebih banyak, sedangkan harga saham baru tersebut menjadi lebih rendah sesuai dengan perbandingan stock split yang ditetapkan.
2.4.1 Tujuan dan Manfaat Pemecahan Saham Manajer manajer perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda beda dalam melakukan stock split terhadp saham nya karena manajer mempunyai alasan ketika benar-benar melakukan stock split. Menurut Abdul Halim (2005:97), tujuan dilakukan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan. Stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid karena jumlah saham yang beredar lebih banyak dan harga nya lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan pada saham saham yang harganya terlalu tinggi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:131) Menurut Suad Husnan (2004) beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa pemecahan saham memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah :
32
a.
Harga saham
yang lebih rendah setelah pemecahan saham
akan
meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumJah saham yang Jebih
besar sehingga dapat mengubah investor odd-lot menjadi investor
round-lot. b.
Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi.
c.
Meningkatkanjumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. Menurut Scott, et al. (dalam Muharam dan Sakti, 2008:3), motivasi
manajer melakukan stock splitadalah : a.
Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
b.
Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan.
c.
Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
2.4.2 Pemecahan Saham Bagi Investor Pemecahan
saham
yang
dinyatakan
oleh
Martono
(2005:260)
dimaksudkan untuk mengurangi harga pasar per lembar saham tersebut, dengan tujuan prinsip menetapkan saham tersebut dalam perdagangan yang lebih menarik dan banyak pembeli. Perusahaan jarang sekali dapat memelihara deviden kas per lembar saham yang sama, antara sebelum dan sesudah pemecahan saham. Kemungkinan, pemecahan saham dapat meningkatkan deviden efektif kepada para pemegang saham.
33
Pemecahan saham memiliki nilai yang berbeda dipandang dari pihak investor, pandangan tersebut diantaranya adalah : 1.
Apabila
investor
akan
menjual
sebagian
sahamnya
dalam
rangka
mendapatkan kas, maka pemecahan saham sangat membantu pelaksanaan tersebut. Meskipun tanpa adanya pemecahan saham investor dapat menjual sahamnya, tetapi pemecahan saham mempunyai pengaruh psikologi 2.
Pemecahan saham
merupakan indikator
yang mengarahkan adanya
pembagian deviden kas yang lebih besar dan peningkatan kemampuan perusahaan
menghasilkan
laba.
Sehingga
bukan
pemecahan
yang
menyebabkan pengaruh positif terhadap saham, melainkan informasi positif yang menyampaikan suatu isyarat akan adanya peningkatan kinerja perusahaan.
2.5
Analisa Kinerja Saham Penilainan kinerja saham dilihat sesuai dengan proses manajemen
investasi, yaitu dengan penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan asset serta mengukur dan mengevaluasi kinerja portofolio. Dengan demikian tahap kelima dalam proses keputusan investasi tersebut merupakan tahap penting untuk mengetahui apakah kinerja portofolio yang telah dibentuk sudah mampu memenuhi tujuan investasi yang ingin dicapai investor. (Tjiptono Darmadji, 2001:16)
34
Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian selanjutnya. Tahapa pengukuran dan evaluasi ini meliputi pengukuran dan perbandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Dalam pengambilan keputusan membeli dan atau menjual saham, seorang investor dapat melakukan analisis saham. Terdapat dua pendekatan untuk menganalisis saham yaitu pendekatan analisis teknikal dan pendekatan analisis fundamental. (Tjiptono Darmadji, 2001:18)
2.5.1 Analisa Teknikal Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya pencarian pola perulangan yang dapat diprediksi dalam harga saham.Analisis teknikal kadang kala disebut sebagai pembuat bagan (chart list) karena mempelajari catatan
atau
menemukan
bagan-bagan pola
yang
harga
dapat
saham
dimasa
dimanfaatkan
lalu,
untuk
berharap
dapat
mendapatkan
laba.
(http://www.belajarinvestasi.net/saham/analisis-teknikal-saham-perubahan-harga) Teori Dow yang ditemukan oleh Charles Dow (yang mendirikan The Wall Street) merupakan dasar dari sebagian besar analisis teknikal. Teori Dow menyebutkan tiga kekuatan yang secara bersamaan mempengaruhi harga saham : a.
Trend primer (primary trend) adalah pergerakan harga saham dalam jangka panjang, berlalu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
35
b.
Trend sekunder atau perantara (secondary atau intermediate trend) disebabkan oleh deviasi harga jangka pendek dari garis trendnya. Deviasi ini akandieliminasi dengan koreksi, ketika harga kembali pada nilai trend nya.
c.
Trend tersier atau minor (tertionary atau minor trend) yaitu fluktuatif harian yang kurang penting. Analisis teknikal yang paling umum biasa disebut dengan tingkat
ketahanan (resistance level) dan tingkat dukungan (support level). Nilai ini merupakan tingkat harga atas, dimana harga sulit untuk meningkat lagi, atau tingkat harga bawah sulit untuk menurun. Hal ini disebabkan oleh psikologis pasar. Analisis teknikal juga berfokus pada volume perdagangan.Penurunan harga yang disertai dengan volume perdagangan yang besar merupakan sinyal penurunan pasar daripada volume perdagangan kecil, karena penurunan harga dipandang sebagai perwakilan dari tekanan jual secara umum.Volume di pasar yang mengalami kejatuhan tidak selalu merupakan indikasi ketidakseimbangan pasar yang besar antara pembeli dan penjual.
2.5.2 Analisa Fundamental Menurut Jones (2004:303) menyatakan bahwa : “Fundamental analysis is the study of a stock’s value using basic such as earnings, sales, risk, and so forth”.
36
Analisis
fundamental
menggunakan
prospek
laba
dan
deviden
perusahaan, harapan tingkat bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Pada akhirnya menunjukan
sebuah
cara
untuk
mendiskontokan seluruh pembayaran
menentukan
nilai
sekarang
yang
yang akan diterima pemegang saham
dari setiap saham yang dimiliki. Jika nilai harga saham tersebut melebihi harga saham, analisis fundamental akan merekomendsikan untuk membeli saham (http://www.belajarinvestasi.net/saham/analisis-teknikal-saham-perubahan-harga) Menurut Jones (2004; 304) analisis fundamental terbagi menjadi dua pendekatan yaitu : 1.
Botton-up approach Botton-up
approach
adalah
pendekatan
analisis
fundamental
yang
terfokuskan pada keadaan fundamental perusahaan.Analisis yang digunakan adalah analisis seperti informasi produk perusahaan, posisi kompetitif perusahaan, status keuangan yang mengarah pada perkiraan potensi penghasilan, yang pada akhirnya menjadi nilai di pasar. 2.
Top-down approach Top-down approachadalah pendekatan analisis fundamental hasil dari pasar/ekonomi untuk industri/sektor.Dalam pendekatan ini investor memulai dengan keadaan ekonomi, dan keseluruhan pasar, dengan memeprtimbangkan faktor terpenting seperti tingkat bunga dan inflasi.
37
Seorang investor menganalisa sebuah perusahaan menggunakan analisa fundamental biasa menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perusahaan yang dianalisa. Data yang dipakai dalam analisis fundamnetal adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis dan sejenisnya.Sementara fakotr eksternal yang berhubungan dengan perusahaan adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, dan inflasi. Dengan menggunakan data-data tersebut seorang investor dapat menganalisa apakah
saham
perusahaan
layak
dibeli
atau
tidak
(Dikutip
dari
http://coki002.wordpress.com). Mengacu pada penelitian Fransisca Yuniartha (2002), penelitian ini kinerja saham akan diukur melalui Harga Saham, Volume perdagangan saham, EPS, dan PER.
2.6
Harga Saham Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah listed di bursa efek, dimana saham tesebut telah beredar. Harga Saham dapat juga didefinisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pemebeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Secara umum keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan anatara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya. (Abdul Halim, 2005:31) Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan. Pertama, bila harga pasar saham melampaui nilai intrinsik sahham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu,
38
saham tersebut sebaiknya dihindari atau dilakukan penjualan saham karena kondisi seperti ini pada masa yang akan datang kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar. Kedua, apabila harga pasar sama dengan nilai intrinsiknya maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada kondisi demikian, sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan tranakasi pembelian maupun penjualan saham yang bersangkutan. Ketiga, apabila harga saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar, saham sebaiknya tetap dimiliki karena besar kemungkinan di masa yang akan datang akan terjadi lonjakan harga saham. Harga saham adalah harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga sahan yang ditentukan otomatis
perdagangan
saham
di
bursa
efek
akan
berjalan.
(http://financeroll.co.id/uncategorized/harga-saham/, tgl 20 Maret 2014). Sementara saham sendiri adalah suatu kepemilikan aset seperti instrumen dari kegiatan finansial suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga saham dari suatu perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu perusahaan tersebut nilai jualnya di bursa saham.
39
Bid dan Offer adalah seperti layaknya proses tawar menawar dalam membeli barang biasa. Harga bid adalah harga saham yang ditentukan oleh para calon pembeli saham atau harga dari permintaan sang pembeli saham. Sementara harga Offer adalah harga saham yang sudah ditentukan oleh si pemegang saham, dalam hal ini si penjual saham. Penentuan harga saham dari suatu saham yang diperdagangkan saat itu yang telah melalui proses transaksi penjualan adalah harga saham yang berlaku saat itu juga. Dalam menentukan harga saham tentunya hal ini sama saja seperti saat orang membeli suatu peralatan rumah tangga atau kebutuhan sehari-hari. Dengan sistem ekonomi yang berlangsung harga saham bisa naik turun sesuai harga pasar. Tentunya sang pembeli saham menginginkan harga saham yang semurahmurahnya dari sang penjual. Sementara apa yang diharapakan dari sang penjual adalah harga saham yang tinggi terhadap saham yang mereka jual di bursa saham (http://financeroll.co.id/uncategorized/harga-saham/, tgl 20 Maret 2014). Harga saham diukur dengan Closing Price harian emiten, periode pengamatan yaitu 15 hari sebelum dan 15 hari sesudah stock split.
2.7
Volume Perdagangan Volume perdagangan menurut Lindrianasari (2009:52), menunjukkan
jumlah saham (kontrak) yang diperdagangkan selama jangka waktu tertentu (misalnya jam, hari, minggu, bulan, atau yang lainnya). Volume mengukur jumlah perputaran saham yang diperdagangkan dalam periode waktu tertentu.
40
Menurut Huang (dalam Muharam dan Sakti, 2008:7), volume perdagangan saham merupakan suatu penjumlahan dari saham tertentu yang ditransaksikan di bursa saham pada suatu waktu tertentu dan merupakan salah satu faktor yang juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga saham. Menurut
Lindrianasari
(2007:53),
bahwa
volume
saham
yang
diperdagangkan di pasar merupakan pertemuan harapan investor dan emiten. Harapan investor dalam hal ini berkaitan dengan keputusan investasinya, sedangkan harapan emiten adalah memberikan informasi terbaik kepada investor sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut. Volume
perdagangan
saham
merupakan
jumlah
saham
yang
diperdagangkan dalam periode tertentu.Volume perdagangan saham diukur dengan jumlah saham yang diperjualbelikan dalam 15 hari sebelum stock split dan 15 hari sesudah stock split. (Suad Husnan, 2004)
2.8
Earning Per Share Earning PerShare(EPS)merupakan kesimpulan dari akuntansi yang
dipublikasikan. EPS memuat informasi yang berguna dalam membuat prediksi sehubungan dengan harga perlembar saham dimasa yang akan datang. EPS juga relevan dalam mengevaluasi keefektifan manajemen dan kebijakan manajemen. Menurut Gitman (2009:68) menyatakan bahwa : “Earning per share is represented number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock”.
41
Earning Per Share (EPS) adalah suatu analisis yang menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh setiap lembar saham mengacu pada laba bersih yang diperoleh dari setiap lembar saham biasa yang beredar pada periode tertentu. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M., 2001) Dengan demikian Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut : =
Pengukuran berhungungan
Earning
Per
dengan
pengukuran
Share
penting
tingkat
bagi
kemampuan
investor
karena
emiten
dalam
menghasilkan laba, faktor tersebut akan menggambarkan potensi perusahaanperusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang sahamnya di masa mendatang.
2.9
Price Earning Ratio Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang
digunakan investor setiap hari untuk menilai nilai pasar. PER menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar per satuan uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadikan instrumen ini cukup penting. Tingkat PER yang tinggi saat saham dijual, mencerminkan perusahaan mempunyai pendapatan yang relatif aman. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M., 2001:139)
42
Menurut Gitman (2009:69)menyatakan bahwa : “PER is measure the amount that investors are willing to pay each dollar of a firm’s earning, the higher the PER, the greater the investor confidence”.
PER mengindikasikan berapa banyak investor akan membayar setiap dollar dari pendapatan saham. PER yang tinggi mengindikasikan bahwa percaya bahwa pendapatan per saham akan naik atau risiko saham rendah. PER yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang cukup baik, sehingga investor bersedia untuk menanamkan modalny. Hal ini berdampak pada kenaikan harga saham. Dengan demikian Price Earning Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : = 2.10
Hubungan Stock Split dengan Kinerja Saham Dalam penelitian terdahulu menjelaskan bagaimana stock split terhadap
harga saham, volume perdagangan saham, EPS, dan PER. Dalam jurnal yang dilakukan oleh Francisca Yuniartha (2002) menyatakan bahwa aktivitas stock split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan dan persentase spread, tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varians saham dan abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.
43
Sedangkan dalam jurnal Khoirul Hikmah (2010) disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kemahalan harga saham yang signifikan yang diukur dengan Pricee Earning Ratio dan Price to Book Value antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Sedangkan Earning Per Share dan Earning After Tax antara splitting firms dan non splitting firms berbeda secara signifikan. Ini menunjukan adanya perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang tidak melakukan stock split dengan perusahaan yang melakukan stock split, dimana kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split lebih tinggi daripada perusahan yang tidak melakukan stock split. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara penelitianpenelitian yang dilakukan terlebih dahulu. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian dan Peneliti Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Splitpada Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Soelistijono Boedhi, 2011, Jurnal Spread2011,vol 1 nomor 1)
Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas, Return Saham yang Terdaftar di BEI (Francisca Yuniartha, 2002, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan vol 2 no. 2 hal.1-13)
Variabel Penelitian ROE (Return On Equity), EPS(Earning Per Share), Debt Equity Ratio, Equity Turn Over Harga saham, volume perdagangan saham,varians saham, abnormal return
Alat Analisis
Hasil
Uji beda t-test
Terdapat perbedaan yang signifikan pada ROE, Debt to Equity, EPS sebelum dan sesudah stock split menunjukkan bawa tidak terdapat hubungan yang positif Terdapat perbedaan antara volume perdagangan sebelum dan sesudah pemecahan saham dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah stock split
Uji beda dua rata-rata
44
Judul Penelitian dan Peneliti Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Fretty Asih Rumanti, 2008)
Variabel Penelitian Abnormal Returndan Volume perdagangan
Alat Analisis Uji t paired sample t-test
Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham di BEJ (Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 2002, JIEB Vol 14 no.4)
Harga Saham, Volume perdagangan saham, bid ask spread
Uji beda dua rata-rata
Pengaruh Stock Split Terhadap Harga dan Likuiditas Saham (Zaenal Abidin Zein dan Novita Indriwati, Jurnal Ekonomi vol. 17 no. 2 Agustus 2009)
Abnormal return,Volume Perdagangan Saham
Uji t paired sample t-test
Analisis Tingkat Kemahalan Harga dan Kinerja Keuangan Perusahaan sebagai Faktor Keputusan Pemecahan Saham (Khoirul Hikmah, vol 8 no.1 April 2010 hal 1-70)
PER, Price book value, EPS,
Uji beda t-test
Hasil Pengumuman stock split berpengaruh signifikan terhadap return saham dan terdapat perbedaan trading volume activty sebelum stock split berbeda dengan Trading Volume Activity sesudah stock split Tidak terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham dan harga saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah stock splt, tidak ada perbedaan signifikan terhadap volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split. PER perusahaan yang melakukan stock split lebih besar daripada PER perusahaan yang tidak melakukan stock split.Hal ini menggambarkan dimana investor lebih menyukai harga saham yang rendah.