BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KEAMANAAN PANGAN Makanan merupakan sumber zat gizi utama bagi keperluan tubuh. Makanan mengandung zat gizi utama yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan akan zat gizi tersebut masing-masing memerankan peran khusus dalam tubuh. Sebagian merupakan penyedia energi bagi aktivitas sel-sel dan jaringan tersebut, sebagian lagi merupakan komponen yang ikut membangun struktur sel jaringan tubuh mengatur dan menjaga keseimbangan metabolisme serta semua proses yang terjadi di dalam tubuh.1) Makanan juga merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam upaya untuk mempertahankan hidup serta kehidupan. Apapun yang dimakan oleh manusia berasal dari bahan pangan botani maupun hewani mengandung beraneka ragam zat yang bermanfaat dan sangat diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai macam kegiatan.2) Makanan yang dikonsumsi manusia sehari-hari umumnya memerlukan pengolahan.(1) Pengolahan makanan dalam jumlah besar biasanya menggunakan suatu bahan tambahan makanan yang disebut dengan BTM. Dengan kemajuan teknologi pangan penggunaan BTM makin lama makin meningkat.8) Aset terbesar dan berharga bagi manusia adalah kesehatan. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat menurut persyaratan pangan yang bukan saja harus bergizi tetapi juga harus aman dan mempunyai mutu yang baik.1) Tujuan program keamanan pangan Departemen Kesehatan RI yaitu mengurangi angka kesakitan atau kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh makanan, maka makanan yang dikonsumsi harus bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan mikroba yang menyebabkan penyakit.9) Makanan yang benar-benar aman atau bebas dari bahan berbahaya sangat didambakan oleh setiap konsumen tapi dalam kenyataannya tidak satupun yang benar-benar bebas dari risiko.10)
Berbagai masalah keamanan makanan timbul karena Indonesia belum sepenuhnya
memberlakukan
tindakan
yang
sebagaimana
tercantum
dalam
undangundang kesehatan tentang pengamanan makanan dan minuman, sehingga praktek-praktek yang curang dalam industri yang merugikan konsumen masih banyak dilakukan serta jaminan makanan yang aman belum sepenuhnya didapat 1)
B. BAHAN TAMBAHAN MAKANAN Menurut peraturan menteri kesehatan RI no. 722/Men Kes/Per/IX/1988 bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan yang biasanya tidak di gunakan sebagai makanan dan bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan.11) 1. Bahan tambahan makanan yang diijinkan dan dilarang penggunaannya dalam jumlah berlebih, melebihi batas maksimum. a. Bahan tambahan makanan yang diijinkan dalam peraturan menteri
kesehatan
no. 722/Men Kes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan adalah sebagai berikut : Anti oksidan, Anti kempal, Pengaturan keasaman, Pemanis Buatan, Pemutih tepung, Pengawet, Pengeras, Pewarna, Penyedap rasa, aroma, penguat rasa, Sekuestran. b. Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam anti oksidan.maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaanya jika dijumlahkan tidak lebih dari satu. c.Makanan yang diijinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksmum penggunaanya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu. d.Batas penggunaan secukupnya adalah penggunaan sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada
makanan tidak
melebihi jumlah yang wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.
e.Pada
tambahan
bahan
makanan
golongan
pengawet
batas
maksimum
penggunaan garam benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat atau senyawa sulfit sebagai SO2. Bahan tambahan makanan dilarang digunakan dalam makanan berdasarkan peraturan menteri
kesehatan
RI no.
1168 /Men Kes
/Per/X / 999 adalah sebagai berikut: Asam Borat ( Boric Acid ) dan senyawanya (borax), Asam Salisilat (Salisylic acid) dan garamnya, Dietil
Pirokarbonat (Diethyl Phyrocarbonate / DEPC), Dulcin
(dulcin), Kalium Klorat (Potasium Chlorat), Klorampenikol (Chloramphenicol ), Minyak nabati yang dibrominasi, Nitrofurazon, Formalin ( Formaldehyde ), Kalium Bromat ( Potassium Bromate ) 2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan Penggunaan bahan tambahan makanan tidak boleh sembarangan hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi makanan. Penggunaan bahan tambahan makanan dibenarkan pula untuk tujuan mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari sifat alami. Disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau pengangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-batas penggunaan maksimum seperti diantaranya di atur dalam peraturan menteri kesehatan RI no. 722 / Men Kes / Per / IX / 1988.
Pemakaian bahan tambahan makanan diperkenankan bila bahan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut.11) a. Pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan b
Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi kehilangan bahan pangan
a. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi yang tidak mengarah pada penipuan. b. Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan .
Penggunaan bahan tambahan makanan harus dapat menjaga produk tersebut dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen. Oleh karena itu pemakain bahan tambahan makanan ini tidak diperkenankan bila : 1. Menutupi adanya teknik pengolahan dan penanganan yang salah. 2. Menipu konsumen 3. Menyebabkan penurunan nilai gizi 4. Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan secara lebih baik dan ekonomis. Keamanan pemakaian bahan tambahan makanan adalah merupakan persyaratan utama. Pemakaiannya diijinkan dalam bahan pangan harus merupakan kebutuhan minimum yang ditetapkan. Masalah yang biasa timbul dalam penggunaan bahan tambahan makanan yaitu apabila pengunaannya melanggar atau menyimpang dari ketentuan yang ada dan penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas ketentuan. 1. Masalah Penggunaan Bahan Tambahan Kimiawi Kasus penyalahgunaan bahan tambahan makanan biasa terjadi adalah penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan pangan dan penggunaan bahan makanan melebihi batas yang telah ditentukan. Masalah yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan bahan tambahan makanan tersebut adalah kurangnya pengetahuan produsen tahu terhadap penggunaan bahan tambahan makanan. Penyebab lain produsen berusaha memenuhi kebutuhan dengan keuntungan yang besar dan pada dasarnya konsumen ingin mendapatkan makanan dalam jumlah yang banyak dengan harga murah. Munculnya
bahan
tambahan
makanan
dipergunakan
untuk
mempertahankan kondisi makanan agar tetap baik. Upaya tersebut dilakukan karena perhitungan waktu distribusi dan daya tahan bahan pangan itu sendiri, sehingga muncul efek penyalahgunaan bahan-bahan pengawet. Dalam proses penanganan pangan perlu memperhatikan segi-segi lain seperti kesehatan manusia sebagai komponen pangan itu sendiri. Dalam arti apabila bahan pengawet tersebut ternyata akan berdampak buruk kepada kesehatan manusia maka penggunaannya harus
dipertimbangkan kembali, dihentikan atau diganti dengan bahan pengawet lain yang lebih aman.11) C. TAHU Tahu adalah salah satu produk makanan berbentuk padat yang dibuat melalui proses pengolahan kedele dengan cara dengan cara pengendapan protein,dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diijinkanan.15) Jenis tahu ada dua macam ada yang lunak ada pula yang kenyal. Salah satu ciri tahu yang mengandung formalin adalah tahu lebih kenyal dan tidak berbau kecut. Tahu merupakan makanan rakyat yang sangat popular.Tua, muda bahkan anak- anak menggemarinya. Selain murah dan bergizi tinggi tahu juga sangat luwes, bisa diolah menjadi beragam sajian.Digoreng, dipepes atau dimasak sebagai sajian berkuah, ataupun dimasak dan diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan yang menarik. Sebagaimana tersirat dari namanya, tahu dibuat tanpa melalui proses pengeringan, baru kemudian dilakukan pengemasan.6) D. FORMALIN Formalin adalah nama dagang larutan formalhida dalam air dengan kadar 3640%. Formalin biasanya juga mengandung alkohol (methanol ) sebanyak 10- 15 % yang berfungsi sebagai stabilisator supaya fomaldehidnya tidak mengalami polimerisasi. Formalin juga dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan yaitu dengan kadar formaldehidnya 30, 20, dan 10 %. Di samping itu bentuk cairan formalin dapat diperoleh dalam bentuk tablet yang masing-masing mempunyai berat 5 gram. Formalin merupakan bahan untuk antiseptik, penghilang bau dan fumigan. Bahkan umum pula di kenal sebagai bahan pengawet sediaan atau mayat di rumah sakit. Pemakaian fomaldehid pada makanan dapat menyebabkan keracuanan pada tubuh manusia dengan gejala sebagai berikut : sukar menelan, mual, sakit perut. Keracunan formaldehid akut disertai muntah-muntah mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin dapat mengakibatkan
kejang-kejang, kencing darah, dan muntah darah yang berakhir
kematian dalam waktu tiga jam, formalin yang bersifat racun tersebut tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan yang diijinkan . E. PENGGUNAAN FORMALIN DALAM TAHU Dalam proses pengolahan tahu sebagian produsen ada yang menambahkan formalin ke dalam tahu yang diproduksi . Untuk menambah daya simpannya tahu yang demikian akan tampak lebih kenyal, dan tidak berbau kecut. Hal tersebut tidak baik karena formalin merupakan bahan beracun, bilamana dikonsumsi dalam konsentrasi agak pekat bahkan dalam konsentrasi cairpun ( diluted ) sudah memberikan efek toksik terutama jika di konsumsi dalam jangka lama.5) Alasan pemakaian formalin ini karena formalin ini dapat digunakan sebagai pengawet
dengan
harganya
yang
murah.
Sebaiknya
tidak
membeli
atau
mengkonsumsi tahu yang telah diawetkan dengan formalin. Tindakan tersebut merupakan penyalahgunaan bahan tambahan makanan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan produsen terhadap penggunaan bahan tambahan makanan dalam jumlah yang banyak dengan harga murah, serta kurangnya pengetahuan konsumen tentang bahan tambahan makanan. Alasan pemakaian formalin karena harganya murah.9) F.
KONSEP PERILAKU Menurut Soekijo Notoatmojo mengatakan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai factor, baik factor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni :a) kognitif, b) aktif, c) psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan. 16) Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi Tiga jenis yaitu: a.Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan situasi atau rangsangan dari luar yang berupa segala hal dan kondisi yang perlu diketahui dan dikuasai dirinya.
b.Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar atau lingkungan dari subyek yang terdiri dari: 1.Lingkungan fisik yaitu lingkungan alam sehingga alam itu sendiri akan membentuk perilaku manusia yang hidup didalamnya sesuai dengan sikap dan keadaan lingkungan tersebut. 2.Lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia, lingkungan ini adalah keadaan masyarakat yang segala budidayanya
dimana manusia itu lahir dan
mengembangkan perilakunya. c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit yaitu berupa (action) terhadap suatu rangsangan. 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil daripada tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penghetahuan atau kognitif merupakan dominan yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).15)Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan a.Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1).Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu. 2).Interest, yakni orang mulai tetrtarik kepada stimulus. 3).Evaluation. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4).Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5).Adoption. subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. b.Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
1).Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2). Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3). Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4). Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu pbyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5).Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6).Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Faktor pengetahuan
mempunyai pengaruh sebagai dorongan awal bagi
seseorang dalam berperilaku. Pada umumnya orang yang berperilaku baik sudah mempunyai pengetahuan yang baik pula. Pengetahuan yang ada pada manusia tersebut bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari-hari dan digunakan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan tertentu.17) Sehubungan dengan hal diatas, pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Pengetahuan dapat diperoleh seseorang melalui melihat, mendengar atau memahami kejadian yang nyata. Selain itu dapat pula diperoleh melalui pengalaman di bangku pendidikan, baik formal maupun non formal. 17)
2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, sikap belum dapat dilihat dengan nyata, artinya sikap itu dalam diri seseorang sehingga sulit untuk mengetahui bagaimana sikap seseoarang terhadap sesuatu. Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena kalau sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang maka sikap tersebut dapat ikut dalam menentukan tingkah laku terhadap sesuatu.16) Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi
terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. a. Komponen Pokok Sikap Menurut Allport (1954) sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: - Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap obyek. - Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, - Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Sikap yang utuh ini, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, cara berfikir, keyakinan dan emosi seseorang. 16) a. Berbagai Tingkatan Sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan. 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4.
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala re siko merupakan sikap yang paling tinggi Hubungan antara perilaku dan sikap, tidak sepenuhnyaa dipengaruhi namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan memperhatikaan misalnya bahwa sikap sampai tingkat tertentu merupakan penentu, komponen dari akibat perilaku. Hal tersebut merupakan alasan yang cukup untuk memberikan perhatian terhadap sikap, keyakinan dan nilai sebagai factor. Azwar (1988) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi pembentukan sikap terdiri dari: 16) a. Pengalaman pribadi Apa yang akan dialami oleh individu akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulasi. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai penghayatan dan tanggapan harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. b. Orang lain yang dianggap penting. Orang lain disekitar individu merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi pendapat dan tindakannya. Seseorang yang tidak ingin dikecewakan akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu.
c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan berpengaruh banyak terhadap pembentukan sikap. d. Media Massa Sebagai komunikasi seperti radio, surat kabar, majalah dan televise berpengaruh terhadap opini atau kepercayaan seseorang terhadap sesuatu.
3. Praktik - Tindakan Praktek - tindakan merupakan salah satu dari tiga jenis perilaku yang berbentuk perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perbuatan atau praktek tidak sama dengan perilaku. Perwujudan dari perilaku yang lain dapat melalui pengetahuan dan sikap. Perwujudaan suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang memungkinkan antara lain adanya fasilitas dan dukungan. Perbuatan nyata atau praktek mempunyai beberapa beberapa tingkatan, antara lain: a. Tingkat Persepsi Tingkat pertama ini menyangkut tingkat penyerahan obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Tingkat Respon Terpimpin Tingkat kedua ini merupakan tingkat tindakan dengan benar c. Tingkat Mekanisme Tingkat ketiga ini berupa melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah menjadi kebiasaan. d. Tingkat Adaptasi Tingkat keempat ini merupakan tingkat praktek yang sudah berkembang dengan baik. Hal ini berarti bahwa tindakan ini sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.
4. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku.
Perilaku dipengaruhi oleh beberapa factor yang sangat berpengaruh untuk terjadinya perilaku tersebut yaitu: 16) a. Faktor Predisposisi (Predisposing), yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan budaya, kepercayan dari orang terhadap perilaku, beberapa karakteristik individu (umur, Jenis kelamin, tingkat pendidikan). b. Faktor Pemungkin (Enabling), yaitu factor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tersebut. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya dan sosial, peraturan peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tertentu tersebut. c. Faktor Penguat (Reinforsing).yaitu factor yang memperkuat kadang-kadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah, pendapat, dukungan, kritik keluarga, teman, lingkungan. Ketiga teori tersebut memberi kontribusi atas perilaku kesehatan.
G. KERANGKA TEORI 5 Faktor Predeposisi • Pengetahuan • Keyakinan • Nilai • Sikap
1
Faktor Pemungkin : • Ketersediaan SDM Kesehatan • Keterjangkuan Sumber Daya Kesehatan • Ketrampilan Berkaitan Dengan Kesehatan
Masalah Perilaku
2
Kesehatan
4 Faktor Penguat : • Keluarga • Teman Sebaya • Petugas Kesehatan
3
Catatan : 9 Garis utuh menunjukkan pengaruh langsung 9 Garis putus-putus menunjukkan akibat 9 Nomor menunjukkan kira-kira urutan terjadi
Bagan. Kerangka Teori Penelitian Sumber: Modifikasi Green dan Kreuter dalam Soekijo Notoatmojo dalam Buku Pendidikan Perilaku Kesehatan
H. KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas Pengetahuan Variableprodusen Bebas tentang Formalin Variabel Terikat Keberadaan Formalin dalam tahu
Variabel Bebas Sikap produsen terhadap penggunaan Formalin
I. HIPOTESA 1. Ada hubungan antara pengetahuan produsen tahu dengan keberadaan fomalin dalam tahu. 2. Ada hubungan antara sikap produsen tahu dengan keberadaan formalin dalam tahu