BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Van Horne dan Wachowicz, Jr. (2012) menejemen keuangan
berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari dengan beberapa tujuan umum. Adapaun menurut Surtrisno (2012) yaitu semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Sedangkan menurut Kamaludin (2011) menejemen keuangan adalah upaya untuk mendapatkan dana dengan cara yang paling menguntungkan serta mengalokasikan dana secara efisien dalam perusahaan sebagai sarana untuk mecapai sasaran bagi pemegang saham. Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan menejemen keuangan merupakan aktivitas yang berkaitan dengan perolehan aset, pengelolaan aset dan manajemen aset dengan didasari tujuan umum seperti efisiensi dalam penggunaan dan memaksimumkan keuntungan. 2.1.2 Fungsi Menenjemen Keuangan Menurut Sustrisno (2012) menjelaskan fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, tiga keputusan perusahaan tersebut yaitu sebagai berikut: 1.
Keputusan investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang keuntungan dimasa depan.
2.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk
11
12
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3.
Keputusan Dividen Keputuusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : 1. Besarnya presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend 2. Stabilitas dividen yang dibagikan 3. Dividen saham (stock dividend) 4. Pemecahan saham (stock split) 5. Penarikan kembali saham yang beredar; semua ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Dari tiga keputusan tersebut dapat dilihat bahwa fungsi manajemen keuangan sangat berkaitan satu sama lain dan dengan fungsi tersebut manajemen keuangan dapat membantu perusahaan dalam mengelola pendanaan perusahaan.
2.2
Reaksi Pasar Menurut Tandelilin (2010) reaksi pasar ada pada modal lebih ditekankan
pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga saham semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Adapun kondisi yang harus terpenuhi untuk mecapai pasar efisien, antara lain: 1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha memaksimalkan profit. Investor secara aktif berpartisipasi dipasar dan berperan sebagai price taker, sehingga tindakan dari satu investor tidak akan mampu mempengaruhi harga sekuritas. 2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah. 3. Informasi bersifat random.
13
4. Investor bereaksi cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Menurut Jogiyanto (2010), terdapat tiga bentuk efisiensi pasar berdasarkan informasinya, yaitu: 1. Weak Form pasar memiliki efisiensi bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh melalui informasi masa lalu. 2. Semistrong Form Pasar memiliki efisien bentuk setengah kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang di publikasikan. 3. Strong Form pasar memiliki efisien bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. 2.2.1 Harga Saham Menurut Widoatmodjo (2009), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Harga nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal 2. Harga perdana Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat dibursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut IPO ( Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. 3. Harga pasar
14
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitanya. Informasi mengenai harga ini akan diumumkan setiap hari dan menjadi penutupan aktivitas di Bursa Efek Indonesia. 2.2.2
Return Investor dalam melakukan investasi mempunyai motivasi untuk
memperoleh pengambilan atau return yang akan diterima dari dana yang mereka tanamkan. Menurut Jogiyanto (2010) return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total terdiri dari dua komponen, antara lain: 1.
Yield Persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi
2.
Capital gain Selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu Adapun pergerakan harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain: arah dan kekuatan pasar, tema investasi, dan antisipasi laba Cahyono (2002). Sementara itu, menurut Jogiyanto (2010), abnormal return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi dengan imbal hasil ekspektasi. Adapun dalam mengestimasi return ekspektasi dapat menggunaan 3 model berikut ini yaitu: 1.
Mean-Adjusted Model Menurut Jogiyanto (2010), model ini menggap bahwa return ekspektasi bernilai kosntan yang sama dengan rata-rata return
15
realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Formulanya ialah sebagai berikut:
ARi,t=Ri,t-
Keterangan: ARi,t
= Return tak normal sekuritas i pada hari t
Ri,t
= Return aktual sekuritas i pada hari t = Rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t
2.
Market model Menurut Jogiyanto (2010), perhitungan dengan model ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model dapat dibentuk menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square dengan persamaan sebagai berikut:
Ri,j=αi+βi.RMj+εij Keterangan: Ri,j
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi
= Intercept untuk sekuritas ke-i
βi
= Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
Rmj
= Return indeks pasar
εij
= Kesalahan rsidu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
16
3.
Market Adjusted Model Model ini dianggap penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Berikut adalah rumus Market Adjusted Model:
Arit=Rit-Rmt Keterangan:
2.3
Arit
= Abnormal Return saham i pada hari ke-t
Rit
= Actual Return saham i pada hari ke-t
Rmt
= Return Pasar, yang dihitung dengan rumus:
Kinerja Keuangan Salah satu cara untuk melihat keadaan suatu perusahaan adalah dengan
melihat kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Rudianto (2013) kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan dilihat berdasarkan analisis pada laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Hasil analisisi tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan, kelemahan maupun prestasi yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat menggunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Adapun data mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi, analisis yang dilakukan dapat menggunakan rasio-rasio keuangan ataupun metode value added.
17
2.3.1
Economic Value Added (EVA) Economic Value Added dipataenkan dan dipopulerkan oleh seuah
perusahaan konsultan Stern Steward Management Service (SSMS) dari Stern Steward & Co yang berada di New York, Amerika Serikat. Economic Value Added adalah salah satu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dari sisi penciptaan nilai dari suatu investasi. Eva mengukur perbedaan antara laba pada suatu modal perusahaan dan biaya modal. Data yang diperlukan untuk mengitung EVA menggunakan laporan rugi/laba (income statement) dan neraca (balanced sheet) Economic Value Added (EVA) saat ini merupakan salah satu konsep manajemen yang cukup dikenal luas dikalangan dunia usaha, dimana dalam pengambilan keputusan berinvestasi melihat nilai perusahaan dari
laporan keuangannya, penggunaan analisis rasio
keuangan sebagai alat pengukur akuntasi memiliki kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Konsep Economic Value Added (EVA) mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh perusahaan Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal, karena perusahaan mampu mengahsilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal Siddhart Utama (1997). Gambaran yang lebih jelas dari hasil penerapan EVA tersebuut adalah jika EVA positif (> 0), menunjukan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar dai pada biaya modalnya atau terdapat nilai ekonomis ke dalam perusahaan selama operasionalnya. Jika EVA = 0, artinya perusahaan impas karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor baik itu kreditur maupun pemegang saham.
18
Jika EVA negatif (< 0), menunjukan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang dituntut investor atau kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan investor, maka perusahaan tidak membuat nilai tambah karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan penyedia dana terutama pemegang saham. Untuk meningkatkan EVA akan sangat tergantung pada peran sumber daya manusia perusahaan. Usaha memaksimalkan sumber daya manusia, perusahaan dapat merekrut, melatih, dan menggunakan karyawan yang dapat memberi pertumbuhan nilai. Selain itu juga terdapat cara untuk meningkatakan EVA , yaitu meningkatkan laba operasional tanpa memasukan lebih banyak tambahan modal baru ke dalam inestasi perusahaan, mengurangi biaya modal yang terjadi dengan cara meningkatkan investasi jika tambahan modal yang diinvestasikan lebih dari biaya untuk mendapatkan tambahan modal tersebut, melikuidasi asset-aset yang tidak dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dari modal yang ditanamkan, merestrukturisasi modal dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital). Komponen modal sebagai pembentuk EVA atau biaya modal merupakan besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut investor atas modal yang diinvestasikan diperusahaan. Besarnya kompensasi atau pengembalian
tergantung
pada
tingkat
risiko
perusahaan
yang
bersangkutan dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat pengembalian yang diinginkan investor begitu juga sebaliknya jika tingkat risiko rendah maka tingkat pengembalian lebih rendah. Modal berasal dari dua sumber dan yaitu hutang dan ekuitas, kompensasi yang diterima oleh pemilik ekuitas adalah dalam bentuk dividen dan capital gain setiap sumber dan baik hutang maupun modal memiliki cost of
capital. Total biaya modal menunjukkan besarnya
kompensasi atau pengembalian yang di tuntut investor atasyang
19
diinvestasikan diperusahaan. Biaya modal penting dipertimbangkan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat berinvestasi. Biaya modal meliputi: 1. Ongkos modal hutang (cost of debt =Kd) Komponen dari biaya hutang adalah tingkat bunga yang harus
dibayarkan
oleh
perusahaan
atas
obligasi
yang
dikeluarkan maupun yang diterima perusahaan. Cost of debt ( Kd) adalah yang paling mudah diverifikasi yaitu berupa tingkat suku bunga yang diminta oleh kreditur atas sejumlah dana yang di pinjamkan kepada perusahaan. Adanya hutang menyebabkan pajak yang dibayar lebih kecil, karena bunga merupakan tax deductible expenses. Artinya biaya hutang adalah beban bunga setelah dikurangi bagian penghematan pajak yang diperoleh prusahaan akibat adanya hutang. Perhitungan ongkos modal hutan setelah pajak dapat ditentukan dengan menggunakan rumusan berikut: Kd
= kd (1- t)
Dimana : Kd
: Biaya hutang sebelum pajak
Kd
: Tingkat pajak
2. Ongkos Modal Saham ( cost of equity = Ke) dan laba Ditahan Biaya modal saham biasa dan laba ditahan sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas). Biaya modal saham
biasa
merupakan
biaya
yang
dikeliarkan
oleh
perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasai. Biaya modal saham biasa atau biaya ekuitas (cost of equity atau Ke) dapat mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau secara eksternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan dapat membagikan laba setelah pajak diperoleh sebagai dividen atau menahannya dalam
20
bentuk laba ditahan. Laba yang ditahan tersebut kemudian digunakan untuk investasi ( reinvestasi) di dalam perusahaan. Laba ditahan yang digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya. Secara teoritis perusahaan yang menggunakan laba untuk reinvestasi harus memperoleh keuntungan jika pemegang saham menginvestasikan dananya kedalam perusahaan dengan tingkat risiko yang sama. Hal ini karena keuntungan setelah pajak tersebut sebenarnya meruakan hak dari pemegang saham biasa. Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham dari investasi dengan tingkat risiko tertentu adalah sebesar Ke. Pemegang saham dapat memperoleh return sebesar Ke dengan membeli saham perusahaan lain yang sejenis. Sehingga apabila perusahaan tidak dapat menginvestasikan laba ditahan dan memperoleh tingkat keuntungan paling tidak sebesar Ke maka sebaiknya perusahaan membagikannya dalam bentuk dividen, dan membiarkan pemegang saham melakukan investasi sendiri. Oleh karena itu biaya modal dari pengguna laba ditahan untuk investasi akan sama dengan biaya penggunaan modal saham biasa. 3. Ongkos Modal Saham Preferen (Kp) Biaya modal saham preferen (cost of preferred stock atau Kp) adalah biaya riil yang harus dibayar apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal
saham
preferen
diperhitungkan
sebesar
tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang saham preferen. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan investor merupakan biaya yang harus ditanggung emiten. Biaya modal saham preferen mempunyai sifat campuran antara hutang dan saham preferen mengandung
kewajiban
yang
tetap
untuk
memberikan
21
pembayaran dividen secara periodik dan bersifat seperti saham biasa karena saham preferen merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tersebut. Demikian pula ketika perusahaan dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum pemegang saham biasa. Pembayaran dividen saham preferen dilakukan setelah pendapatan dikurangi pajak, sehingga biaya modal saham preferen tidak perlu lagi disesuaikan dengan pajak. Biaya modal saham preferen (Kp) dihitung dengan rumus: Kp = Dimana: Kp
: Biaya saham preferen
Dp
: Dividen saham prefren
Po
: Harga saham preferen saat penjualan (harga
proses) 4. Biaya Modal Rata-rata Tertmbang (WACC) Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) merupakan tingkat biaya gabungan keseluruhan dan sitem pembiyaan
yang
digunakan
oleh
perusahaan,
yang
menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum yang harus dicapai untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Dengan demikian maka perhitungannya akan mencakup cost of debt dan cost of equity serta bobot atau proporsi dan masing-masing dalam struktur modal ( Young dan O’Byrne, 2001, p.163). hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average of capital) WACC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: WACC = {[D/(E+D)][rd(1-T)]+[E/(E+D)]re} Dimana:
22
WACC
: Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang
E
: Equity atau modal sendiri atau ekuitas
D
: Debt atau hutang
E/(E+D)
: Bobot atau proporsi dari ekuitas
D/(E+D) : Bobot atau proporsi dari hutang re
: Biaya modal atas ekuitas
rd
: Biaya modal atas hutang
T
:Tax rate atau tingkat pajak penghasilan yang berlaku
rd(1-T)
2.4
: Biaya modal atas hutang setelah pajak
Earning Per Share (EPS) 2.4.1 Pengertian dan Kegunaan Earning Per Share (EPS) EPS merupakan rasio yang menunjukan berapa besarp keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pmegang saham per lembar saham Darmaji (2001). Menurut Simamora (2000), EPS adalah laba brsih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Sedangkan menurut Fabozzi (1999) Earning per share (EPS) merupakan alat analisis yang menggunakan konsep laba konvensional. Earning per share (EPS) adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping per dalam lingkaran keuangan. Berdasarkan pendapat diatas, pengertian Earning per share (EPS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ratio yang menunjukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode. Variabel Earning per share (EPS) merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
23
penentuan pembayran dividen dan kenaikan nilai saham di masa mendatang Prastowo (2002). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka Earning per share (EPS) yang dilaporkan perusahaan Earning per share atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan rata-rata saham biasa yang beredar. Earning per share (EPS) merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang umumnya terhdap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah pendapatan bersih setelah dikuragi pajak pendapatan. Pendapatan bersih ini setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham biasa. Dengan cara membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka akan diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut, Husna (2001) mengatakan bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai Earning per share (EPS) naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per share) perusahaan biasanya menjadi perhatiaan pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan menejemn. Earning per share menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai Earning
24
per share (EPS), semakin besar keuntungan (return) yang diterima pemegang saham Alwi (2003). Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa maa langka pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak pemegang saham prioritas dan hak tersebut dikurangi pada laba bersih yang diperoleh baru kemudian dapat dihitung laba per lembar saham.
2.4.2
Rumus Earning Per Share Laba per lembar saham dapat dirumuskan: Earning per share (EPS) =
Earning per share (EPS) yng besar menunjukan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam mengahasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan Earning per share (EPS) menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya.
2.5
Studi Peristiwa (Event Study) Studi peristiwa (event study) dinyatakan sebagai studi yang melibatkan
analisis perilaku harga sekuritas sekitar waktu suatu kejadian atau pengumuman informasi. Adapun beberapa alasan melakukan studi peristiwa menurut Jugiyanto (2010) adalah: a. Studi peristiwa digunakan untuk menganalisis pengaruh dari suatu peristiwa terhadap nilai perusahaan. Dibandingkan degan laba akuntasi, harga saham dipandang lebih mencerminkan kinerja sesungguhnya dari perusahaan. b. Studi peristiwa digunakan karena mengukur langsung pengaruh peristiwa terhadap harga saham perusahaan pada saat terjadinya peristiwa karena harga saham tersedia pada saat peristiwanya terjadi.
25
c. Kemudahan mendapatkan data untuk melakukan studi peristiwa. Data yang digunakan hanya tanggal peristiwa dan harga-harga saham perusahaan bersangkutan dan indeks pasar. Event study juga dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan menguji efisien pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pasar akan bereaksi pada peristiwa yang mengandung informasi. Suatu peristiwa dapat diibaratkan sebagai suatu kejutan atau sesuatu yang tidak diharapkan (unexpected). Adapun salah satu peristiwa corporate action seperti akuisisi merupakan informasi ini diamggap sangat penting, maka akan semakin besar reaksi pasar yang terjadi. Reaksi pasar tersebut ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar, dan begitu sebaliknya. Penelitian studi peristiwa sendiri digolongkan kedalam empat kategori yaitu sebagi berikut (Jogiyanto, 2010): a. Kandungan Informasi Studi peristiwa kategori ini digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa. Jika suatu peristiwa atau informasi mengandung informasi, maka akan direspon oleh pasar yang ditunjukan oleh adanya abnormal return. b. Efisiensi Pasar (Market Efficiency) Studi peristiwa ini digunakan untuk menguji pasar efisien. Pasar disebut efisien secara informasi jika suatu peristwa atau informasi direaksi dengan penuh dan cepat oleh pasar. c. Evaluasi Model (Model Evaluation)
26
Evaluasi model adalah penelitian yang mengevalusi model-model yang digunakan di studi peristiwa untuk menetukan model mana yang paling sesuia untuk kondisi yang tertentu. d. Penjelasan Metrik (Metrik Explamation) Penelitian kategori penjelasan metrik mencoba menjelaskan penyebab reaksi pasar secara lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan abnormal return sebagai variable dependen dan variable-variabel penyebab, misalnya karakteristik perusahaan sebagai variabl-variabel dependen untuk menjelaskan terjainya abnormal return.
Peristiwa yang menjadi focus penelitian dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis. Menurut Tandelilin (2014) jenis studi peristiwa tersebut antara lain yaitu: a. Peristiwa Konvesional Studi peristiwa konvensional mempelajari respons pasar terhadap peristiwa-peristiwa yang seringkali terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal. Beberapa contoh studi peristiwa konvensional, antara lain: pengumuman laba, pembayran deviden, penawaran ha katas saham (right issue), merger dan akuisisi, pengumuman capital, stock split dan bentuk sejenis lainnya. b.
Peristiwa kluster Studi peristiwa kluster atau kelompok mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang diumumkan secara terbuka yang terjadi pada waktu yang sama dan berdampak pada sekelompok perusahaan (kluster perusahaan) tertentu, contoh peristiwa kluster adalah pengumuman pemerintah yang membuat regulasi pada industri tertentu sehingga diperkirakan berdampak pada aliran kas perusahaan dalam industri yang bersangkutan
c.
Peristiwa yang tak terduga
27
Studi peristiwa tak terduga (unanticipated event) merupakan varian dari studi peristiwa kluster.studi ini mempelajari respons pasar terhadap suatu peristiwa yang tidak terduga (unanticipated event). Sifat peristiwa sangat jarang terjadi tidak semua peristiwa tak terduga relevan dengan peristiwa yang terkait dengan pasar modal. d.
Peristiwa yang terjadi bersifat relevan dan berurutan Studi peristiwa berurutan juga merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situasi ketidakpastian yang tinggi. Dalam hal ini kecepatan dan ketepatan informasi menjadi kunci dari respons pasar.
2.6
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.6.1 Kerangka Pemikiran Untuk melihat reaksi pasar dari suatu peristiwa, kita dapat mengamati
return yang terjadi. Menurut Jogiyanto (2010), return merupakan kelebihan dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspetasi (expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara imbal hasil sesugguhnya yang terjadi dengan imbal hasil ekspetasi. Adapun dalam mengestimasi return ekspektasi menggunakan model mean-adjusted model, market model, an market adjusted model. Penggunaan model yang akan digunakan adalah market adjusted model (model disesuaikan pasar) karena dianggap bahwa penduga terbaik untuk megestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Berikut adalah rumus market adjusted model:
28
Arit=Rit-Rmt Keterangan: Arit
= Abnormal Return saham i pada hari ke t
Rit
= Actual Return saham I pada hari ke t
Rmt
= Return pasar, yang dihitung dengan rumus:
Abnormal return yang bernilai nol menunjukan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi. Jika pasar bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi, maka akan diperoleh abnormal return siginifikan berbeda dengan nola. Tanda dari abnormal return positif atau negative menunjukan arah reaksi pasar terajadi akibat kabar baik atau buruk. Peristiwa kabar baik diharapkan akan direaksi secara positif oleh pasar, begitu juga sebaliknya kabar buruk akan direaksi secara negative oleh pasar. Suatu peristiwa atau informasi dianggap sebagai kabar baik atau kabar buruk dihubungkan dengan nilai ekonomis yang dikandungnya. Jika suatu persahaan, maka informasi mengandung nilai ekonomis, meningkatkan nilai perusahaan, maka dikategorikan sebagai kabar baik. Jika peristiwa tersebut mengandung nilai ekonomis menurunkan nilai perusahaan, maka termasuk sebagai berikut kabar buruk. Selain itu, Peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan tentunya akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Tentunya seseorang investor mengharapkan keuntungan dari setiap modal yang ditanam serta resiko investasi yang dihadapi. Adapun dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan terdapat beberapa metode. Salah satunya ialah economic value added. Economic value added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis dalam suatu perusahaan dan diukur dalam rupiah (Rp). EVA dapat dihitung dengan mencakup cost of debt dan cost of equity serta bobot atau proporsi dan masing-masing dalam struktur modal. Berikut ini hasil penelitian terdahulu mengenai abnormal return perusahaan atas pengumuman akuisisi dan hasil penelitian terdahulu mengenai economic value added (EVA) telah diringkas melalui tabel di bawah ini:
29
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu Economic Value Added dan Earning Per Share
No
1
Nama
Judul
Sumber
Periode
Hasil
Peneliti
Penelitian
Pengamatan
Penelitian
Prof.Dr.A
The effect of
Research
2006-2010
Hasil
bdul
economic value
journal of
Ghafoor
added on stock
finance ang
menunjukan
Awan,
return:Evidence
accounting,
bahwa nilai
kaisoom
from selected
Vol 5, NO.
saham
siddique &
companies of
23, 2014,
Ghulam
Karachi stock
hal 140-152
Sarmar
exchange
penelitian
dipengaruhi oleh nilai ekonomis variable tambah (EVA) dan signifikan tingkat kurang dari 10%
30
2
Rafrini
The effect of
Internasion
2013-2014
Hasil
Amyulant
economic value
al journal of
penelitian
y & Elsa
added and
business
menunjukan
K.Ritonga
earning per share
and
bahwa EVA
to stock return
managemen
dan EPS
(panel data
t invention,
positif yang
approachment)
Vol 5, Issue
signifikan
9, hal 8-15
terhadapn return saham
3
Seyed
Application of
The
2002-2011
Hasil
Mirbakhsh economic value
Caspian sea
penelitian
&
added (EVA) in
journal, Vol
menunjukan
Kamrani
stock return
9 issue 1
rata-rata
Mosavai
evalution of
2015, hal
variable
accepted oil
75-80
dipenden
production
return (SR)
companies in the
adalah
tehran stock
positif
exchange
seingga dalam tahun waktu span berarti positif telah diperoleh untuk saham minyak productions perusahaaan
31
4
Akmal Hidayat
Pengaruh EVA, Market share dan EPS terhadap return saham(studi pada perusahaan manufactur jenis comsumer goods di BEI)
Jurnal wira
2004-2007
Hasil
ekonomi
penelitian
mikroskill,
menunjukan
Vol 1, NO
bahwa
01, April
secara
2011, hal
simultan
13-20
maupun secara parsial variable EVA, Market share, EPS mempunyai pengaruh terhadap return saham.
5
Ria Rezha
Analisis pengaruh
Jurnal ilmu
Berdasarkan
Fibriyanti
EVA, Residual
menejemen,
hasil
&
Income, Earning
Vol 1, NO
analisis
Purwohan
& Arus kas
4, Juli 2013,
menunjukan
doko
terhadap return
hal 1186-
EVA ,
saham
1198
Residual income, Eranings dan Arus kas operasi secara simultan memiliki
32
pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan secara parsial EVA, Earning, Arus kas memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
6
Ni
Made Analisis pengaruh e-journal S1 2009-2013
Sukarmias
economic
ih,Ni
added
Kadek
momentum,
Sinarwati
profit
&
(NPM),
Anantawik earning
value Ak
Hasil penelitian
(EVA) Universitas Net Pendidikan
Margin Ganesha,
menunjukan bahwa pengujian
Basic Vol III, NO
parsial
power 1
terhadap
tahun
rama
(BEP), Return on 2015
variabel
Tungga
assets
independen
Atmadja
Return on equity
dengan
(ROE) Terhadap
variabel
Return saham dan
dependen
Market
return
(ROA),
value
33
added (MVA)
saham yaitu variabel independen NPM, BEP, ROA, ROE, dan
EVA
momentun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhdap return saham Sumber: penulis
34
Berdasarkan konsep di atas, maka penulis membuat model kerangka pemikiran seperti di bawah ini:
Perusahaan
Kinerja Keuangan EVA
EPS
Return Saham Gambar 2.6
Bagan Kerangka Pemikiran
Keterangan: = Diteliti Sumber: Penulis
2.6.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjuan teori yang telah dikemukanan diatas, maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis pada penelitian ini ialah: Hipotesisi1
:Terdapat perbedaan signifikan antara Economic value added terhadap return saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2015
Hipotesisi2
:Terdapat pengaruh signifikan antara Earning per share terhadap
return
saham
pada
perusahaan
sektor
telekomunikasih periode 2008-2015 Hipotesisi3
:Terdapat pengaruh signifikan antara Economic value added (EVA), Earning per share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2015