BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola menstruasi 1. Pengertian Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endokrin. Panjang siklus haid adalah antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan disebut hari pertama siklus, karena jam mulainya haid tidak dipergitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari (Hanifah, 2004). Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa perempuan tetapi juga pada perempuan yang sama. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun adalah 25,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun panjang siklus haidnya 27,1 hari dan pada perempuan usia 55 tahun siklus haidnya adalah 51,9 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia antara 25-32 hari, dan sekitar 97% perempuan yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatior) (Hanifah, 2004). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yag 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada umumnya lamanya 4-6 hari, tetapi antara 2-8 hari masih dianggap normal. Pada setiap perempuan biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Pada perempuan yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Perempuan dengan enemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak (Hanifah, 2004). Kebanyakan perempuan tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenore). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat
7
8
haid bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum. 2. Kelainan Siklus Menstruasi Bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut: polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea, dimana siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebnya adalah gangguan hormonal (Scoot, 2002). Amenorra yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut, menstruasi perempuan teratur setelah mencapai usia 18 tahun (Manuaba, 2002). Ada beberapa bentuk amenorea yaitu amenorea primer dimana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan anatomis alat kelamin diantaranya tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal. Amenorea fisiologis (normal) yaitu seorang perempuan sejak lahir sampai mencapai menarch, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid. Amenorea
sekunder yaitu pernah
mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau terdapat penyakit menahun (Manuaba, 2002). Gangguan lain seperti hipermenorea atau Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Hipomenorea merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Kejadian ini dapat disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Polimenorea atau Epimenoragia adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
9
Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama (Sarwono, 2002). 3. Keadaan patologis yang berhubungan dengan menstruasi Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum haid (prementrual tension) terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid, Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi (Manuaba, 2002). Ketegangan sebelum haid ini terjadi pada perempuan umur sekitar 30-40 tahun, dan pengobatannya tergantung pada keadaan dan memerlukan konsultasi dengan ahli. Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Hal yang perlu diperhatikan kemugkinan adanya radang payudara atau tumor payudara, karena disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum haid adalah rasa nyeri saat ovulasi (mittelscherz), ini terjadi karena pecahnya folikel Graff, dapat disertai perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari (Manuaba, 2002). 4. Faktor-faktor penyebab gangguan menstruasi Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan sistem hormonal, penyakit-penyakit lain, ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status sosial ekonomi dan pekerjaan (Rabe, 2002).
B. Umur Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap
10
pengalamannya. Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo, 2003). Seperti yang dikatakan Hurlock (2000), bahwa semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Berkaitan dengan pola menstruasi, wanita yang menghadapi pre menopause yaitu berkisar antara umur 40-50 tahun ada kecenderungan mengalami gangguan menstruasi. Proverawati & Sulistyawati (2010) menyebutkan bahwa wanita yang mengalami pre menopouse yaitu sekitar 40 tahun mengalami berbagai macam gangguan seperti vasomotor, depresi, kecemasan, isomnia, penurunan libido dan salah satunya adalah gangguan siklus haid.
C. Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dikeluarkan atau dilakukan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan (Dhimas, 2008). Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Indikator status pekerjaan pada dasarnya melihat empat kategori yang berbeda tentang kelompok penduduk yang bekerja yaitu tenaga kerja dibayar (buruh), pekerja yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Berusaha sendiri umumnya dibedakan menjadi dua yaitu mereka yang berusaha (memiliki usaha) dengan dibantu pekerja dibayar dan mereka yang berusaha tanpa dibantu pekerja dibayar, sementara pekerja keluarga juga dikenal dengan pekerja tak dibayar.
11
D. Pendapatan (Status sosial ekonomi) Status ekonomi didasarkan pada jumlah pendapatannya. Budiono (1992 dalam Syamril, 2010) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992 dalam Syamril, 2010) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha atau perseorangandalam suatu periode tertentu. Mulyanto dan Dieter (1984 dalam Syamril, 2010) menyebutkan pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang di sumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga, dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang di terima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak mencukupi.
E. Praktik Menyusui 1. Praktik a. Pengertian Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
12
b. Tingkatan praktik atau tindakan 1) Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. 2) Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indicator praktik tingkat dua. 3) Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4) Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang
dengan
baik.
Artinya,
tindakan
itu
sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. 2. Praktik menyusui Menyusui merupakan tindakan memberikan air susu ibu kepada bayi. Air susu ibu merupakan makanan pilihan utama untuk bayi. Menyusui
memberi
banyak
keuntungan
seperti
bayi
mendapat
imunoglobin untuk melindunginya dari banyak penyakit dan infeksi, bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lainnya, bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernapasan, lebih efektif dan sebagainya (Bobak, dkk, 2005). Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (Roesli, 2001), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat
13
berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi.
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran ASI yang keduanya harus sama baiknya. Perempuan saat hamil, mengalami pembesaran payudara karena pengaruh berbagai macam hormon, antara lain estrogen, progesteron, human placental lactogen (HPL) dan prolaktin. Hormon lain yang berfungsi melancarkan produksi ASI (sintesis protein), yaitu insulin, kortikosteroid dan tiroksin (Siswosudarmo & Emilia, 2008). Ada dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin. Kedua refleks ini bersumber dari perangsangan puting susu akibat isapan bayi. a. Refleks prolaktin Dalam puting susu banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila ini dirangsang, maka akan timbul rangsang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior, sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang memegang peran utama dalam produksi ASI ditingkat alveolus. Dengan demikian semakin sering rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI. Hormon prolaktin disekresi lebih banyak pada malam hari dan hormon ini bersifat menekan ovulasi. b. Refleks oksitosin Rangsangan yang berasal dari puting susu, tidak hanya diteruskan sampai kelenjar hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior. Akibatnya bagian ini mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saturan, sehingga ASl dipompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan menyusui akan semakin lancar. Hal-hal yang berefek positif terhadap
14
refleks oksitosin adalah rasa sayang kepada bayi, mendengar dan melihat bayi. Sedangkan sebaliknya, rasa cemas, stres, nyeri, ragu akan menghalangi refleks oksitosin. Selain efek di atas, oksitosin memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan makin baik. Tidak jarang ibu merasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini adalah mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula. Suherni, dkk (2009) menyebutkan bahwa ketika bayi mulai menyusu pada mammae akan menstimulasi terjadinya produksi prolaktin yang terus menerus secara berkesinambungan. Hisapan bayi pada mammae ibu dapat merangsang atau memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Secara fisiologis, hisapan bayi pada mammae ibu merangsang produksi oksitoksin oleh kelenjar posterior. Oksitoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alvelolus menuju sinus laktiferus dan disana putting payudara, ASI di dalam sinus tertekan keluar. Praktik menyusui merupakan tindakan seorang ibu dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya yaitu memberikan ASI kepada bayinya sebagai pilihan utama makanan bayi yang memberikan banyak keuntungan dari kedua belah pihak yaitu ibu dan bayi.
F. Status Gizi 1. Pengertian Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002).
15
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang biasanya diindikasikan dengan perbandingan berat badan dan tinggi badan. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980-an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002). Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002). Kondisi status gizi seorang perempuan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan menstruasi dalam bentuk siklus menstruasi yang tidak teratur atau menstruasi dengan keluarnya darah menstruasi yang sedikit (Manuaba, 2003). 2. Pengukuran Status Gizi Berdasarkan IMT, postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal. Pengukuran antropometri yang paling sering
16
digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT). Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, 2002) BB (kg) IMT = ⎯⎯⎯⎯⎯ TB² (cm) Batas tabel imt untuk orang indonesia Status gizi
Perempuan
Laki-laki
Normal
17-23
18-25
Kegemukan
23-27
25-27
Obesitas
> 27
> 27
Sumber : Depkes, 2003 IMT yang normal adalah antara 18-25. Seseorang dikatakan kurus bila IMT kurang dari 18 dan gemuk bila IMT lebih dari 25. Bila IMT lebih dari 30, orang tersebut menderita obesitas. Untuk mengetahui berat badan ideal, dapat digunakan rumus Brocca sebagai berikut : BB Ideal = (TB-100) – 10% (TB – 100) Keterangan : Batas ambang yang diperbolehkan adalah 10%. Bila lebih dari 10% maka termasuk kegemukan dan bila di atas 20% maka sudah terjadi obesitas. Selain menggunakan standar berat badan, untuk mengukur status gizi juga digunakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Berdasarkan Jeffile, Bestrian dan Blackburn menggunakan perhitungan : % deviasi standar =
Pengukuran sebenarnya x100 Nilai standar
17
3. Penilaian Status Gizi Penilaian Status Gizi dapat dibagi 2 (dua) (Soegiyanto & Wiyono, 2007): a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : 1) Antropometri Pengertian : Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan : Antropometri
secara
umum
digunakan
untuk
melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 2) Klinis Pengertian : Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Penggunaan: Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.
18
3) Biokimia Pengertian: Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Penggunaan : Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4) Biofisik Pengertian : Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan
melihat
perubahan
struktur
dari
jaringan.
Penggunaan : Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Soegiyanto & Wiyono, 2007). b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1) Survey Konsumsi Makan Pengertian : Survey konsumsi makana adalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan : Pengumpulan
data
konsumsi
makanan
dapat
memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat
19
keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2) Statistik Vital Pengertian : Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan : Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3) Faktor Ekologi Pengertian : Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Penggunaan : Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi a. Pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi persalinan yang mereka peroleh (Supariasa, 2002). Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap mengenai status gizi. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
20
Seseorang degan pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pola makan dan zat makanan yang diserap dalam tubuh. Orang dengan pendidikan yang rendah juga ada kecenderungan mempunyai anggapan bahwa gemuk itu sebagai tanda kemakmuran. b. Tingkat Pendapatan Keluarga Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi, sehingga berpengaruh terhadap status gizi seseorang. c. Pemeliharaan kesehatan Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health
prevention
behavior)
yang
merupakan
respon
untuk
melakukan pencegahan penyakit. d. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seorang (overt behaviour). Dari pengalaman
pengertian
ternyata perilaku
yang
didasari
oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Seseorang yang pengetahuannya baik tentang gizi maka akan meperhatikan status gizinya dengan baik, termasuk pola makan yang dapat menyebabkan kegemukan.
21
G. Kontrasepsi suntik 1. Pengertian Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik ini berupa cairan yang berisi hanya hormone progesterone yang disuntikkan ke dalam tubuh perempuan secara intra muscular dan di suntikan secara periodik (Hartanto, 2004). Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan kedalam tubuh perempuan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis kontrasepsi yang diberikan, kontrasepsi ini berupa obat yang disuntikan ke dalam tubuh kemudian masuk kepembuluh darah dan diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah kemungkinan kehamilan (Baziad, 2002). 2. Jenis Kontrasepsi Suntik DMPA a. Kontrasepsi suntik 3 Bulan. Suntikan KB ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone
Acetate
(hormon
progestin
yang
mempunyai efek seperti progesteron asli dari tubuh wanita) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu) dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml (Pinem, 2009). b. Kontrasepsi suntik 1 Bulan. Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 25 mg dan Estradiol Cypionate (hormon estrogen) 5 mg, dengan cara disuntik intramuscular. Komposisi hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah melahirkan bila Anda tidak menyusui. 3. Kotra indikasi Kontraindiksi akibat penggunaan KB suntik adalah timbulnya hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
22
tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Hartanto, 2004). 4. Mekanisme Kontrasepsi Suntik DMPA a. Primer: mencegah ovulasi Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormone eksogenus tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse.
Penggunaan
kontrasepsi
suntikan
tidak
menyebabkan keadaan hipo-estrogenik. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering
stroma
menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir. b. Sekunder 1) Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa 2) Membuat
endometrium
menjadi
kurang
baik/layak
untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuahi 3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Hanifah, 2004). 5. Keuntungan Keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan KB suntik adalah pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak tidak mempengaruhi hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
23
berdampak serius terhadap penyakit jantung, , tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, membantu mencegah kanker endometrium ,menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono, 2003). 6. Kerugian Kerugian yang dapat ditimbulkan dari penggunaan KB suntik adalah terjadi perubahan pada pola haid, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang dan menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat (Sarwono, 2003). 7. Kendala yang dialami pasangan suami istri dalam pelaksanaan KB suntik Pelaksanaan KB suntik tidak selamanya berjalan dengan lancar, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi terhambatnya pelaksanaan pemakaian KB suntik ini, yaitu (Muchtar, 2002): a. Sudut budaya Kebanyakan para suami beranggapan seolah kesehatan reproduksi bukan urusan mereka, melainkan urusan istri saja sehingga sebagian besar para suami enggan mencari informasi mengenai Keluarga Berencana. Sebagai perwujudan partisipasi aktif suami dalam kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana, maka para suami didorong untuk memperhatikan kesehatan seluruh anggota keluarga dan memberi dukungan pada istrinya dalam urusan Keluarga Berencana dengan melalui pencarian inforasi.
24
b. Segi kontrol pengambilan keputusan didominasi kaum pria. Padahal seperti yang kita ketahui bahawa, dalam pengambilan keputusan seorang istri untuk mengikuti program apapun terutama Keluarga Berencana atau KB harus merupakan hasil kesepakatan antara suami istri. Diupayakan melalui seruan mengenai komunikasi antar pribadi suami istri dalam pengambilan keputusan kesehatan reproduksi dalam rumah tangga. c. Pengaruhnya dalam konteks hubungan suami istri. Keputusan
untuk
menggunakan
KB
suntik
jika
tidak
berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah antara suami dengan istri maka dapat menyebabkan salah paham diantara keduanya. d. Minimnya komunikasi dua pribadi yang berbeda. Bila
suami
berkomunikasi
istri
membahas
bersedia kesehatan
meluangkan reproduksi
waktu dan
untuk keluarga
berencana mereka dengan mengutamakan kesetaraan peran dan tanggung jawab, maka akan timbul kesepakatan.Maka jika disatukan tanpa perekat yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula,maka akan menimbulkan berbagai masalah.
25
H. Kerangka teori Praktik ibu menyusui
Karakteristik -
Umur Pekerjaan Status sosial ekonomi
Pola menstruasi
Status gizi
Pengguna KB Suntik
Efek samping - Perubahan pada pola haid - Permasalahan berat badan Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Siswosudarmo & Emilia (2008), Hanafi (2004), Hartanto (2004)
26
I. Kerangka konsep
Umur Pekerjaan Pola menstruasi Pendapatan Praktik menyusui Status gizi
Gambar 2.1 Kerangka konsep
J. Variabel penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan praktik menyusui. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola menstruasi.
K. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara umur dengan pola menstruasi ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pola menstruasi ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 3. Ada hubungan antara pendapatan dengan pola menstruasi ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak. 4. Ada hubungan antara praktik menyusui dengan pola menstruasi ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak.
27
5. Ada hubungan antara status gizi ibu dengan pola menstruasi ibu menyusui yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan di Desa Dombo Kecamatan Sayung Demak.