BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan (Inventory) Menurut Rangkuti (2007:2) ” Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu”. Menurut Harjanto (2004:219) ”Persediaan adalah barang atau bahan yang disimpan yang digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang jadi yang disediakan untuk memenuhi permintaan. 2.1.1 Jenis Persediaan Jenis persediaan menurut tingkatanya dalam proses produksi, antara lain: 1. Persediaan barang jadi adalah persediaan yang tergantung pada permintaan pasar (independent demand inventory). 2. Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah adalah persediaan yang ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Persediaan (Inventory) memiliki fungsi dan arti penting untuk menjaga proses bisa berlangsung lancar dan terkendali dengan baik. Adapun fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fungsi Pipe-line (Transit) inventories Berfungsi sebagai penghubung antara produsen barang dengan pemasok ataupun konsumen yang dipisahkan oleh geografis yang berjarak jauh dan memerlukan waktu lama untuk masa penyerahan barang. Faktor jarak dan waktu akan membuat pesanan ataupun permintaan barang tidak bisa seketika diberikan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya extra stock agar bisa memenuhi pesanan setiap waktu. 2. Fungsi Economic Order Quantities Masalah persediaan adalah menetapkan berapa jumlah pesanan produk yang harus dibuat setiap kali pesanan akan dilakukan. Kuantitas produk yang dipesan diharapkan mampu memberi keseimbangan dalam hal biaya penyimpanan barang dalam jumlah besar dan pesanan dalam jumlah kecil dengan frekuensi pemesanan yang jarang. 3. Fungsi Safety stock Merupakan antisipasi terhadap kondisi acak, fluktuasi, ketidakpastian, dan diluar kendali sistem industri yang berkaitan dengan tingkat kebutuhan / permintaan, laju produksi, waktu yang dibutuhkan untuk penggantian, dan hal yang lainya. Extra stock barang harus selalu disiapkan untuk mengantisipasi segala macam kondisi yang tak terduga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
4. Fungsi Seasonal Inventories Persediaan dibuat untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan produk / barang pada musim yang berbeda. Dalam hal ini dilakukan pemanfaatan kapasitas produksi seoptimal mungkin pada musim tertentu dan dijadikan sebagai bentuk persediaan untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan pada musim yang lain. 2.1.2 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan hal penting yang arus diperhatikan setiap perusahaan yang memiliki persedian. Perusahaan harus bisa menentukan jumlah persediaan yang disimpan, berapa jumlah yang harus dipesan, dan kapan persediaan harus diisi kembali. Manajemen persediaan juga berkaitan dengan manajemen logistik karena manajemen logistik juga membahas mengenai gudang, pergerakan dan penyimpanan. The Council of Logistics Management (CLM), organisasi yang mempelopori logistik di Amerika mendefinisikan bahwa manajemen logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan efisiensi dan efektivitas aliran serta penyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik konsumsi dalam tujuanya untuk memenuhi kebutuhan parapelanggan. Menurut Bowersox (2002), keberhasilan manajemen logistik diukur dengan: 1. Availability, menyangkut kemampuan perusahaan untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan material atau produk, dapat disimpulkan bahwa availability terkait dengan tingkat persediaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2. Capability, menyangkut jarak dan waktu antara penerima suatu pesanan dengan pengiriman barang. Capability terdiri dari kecepatan pengiriman dan konsistendinya dalam jangka waktu tertentu. 3. Quality, manyagkut seberapa baik tugas logistik tersebut dilaksanakan secara keseluruhan, dilihat dari besarnya kerusakan, kualitas barang, serta pemechan masalah yang tak terduga. Selain itu, menurut Ristono (2008), tujuan pengelolaan persediaan adalah: 1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat (agar konsumen puas). 2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal inidapat terjadi karena: a. Kemungkinan barang menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh. b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan. 3. Untuk mempertahanan bila kemungkinan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. 4. Menjaga agar ongkos pesan barang tidak terlalu besar karena pesanan berulang yang terlalu sering. 5. Menjaga agar biaya penyimpanan tidak terlalu besar karena persediaan yang terlalu menumpuk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2.1.3 Faktor-Faktor Persediaan Menurut Riyanto (2001), besar kecilnya persediaan yang dimiliki perusahaan dipengaruhi oleh: 1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalanya perusahaan terhadap ganggua kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat jalanya proses produksi. 2. Volume produksi atau penjualan yang direncanakan, dimana volume produksi
juga
sangat
tergantung
pada
volume
penjualan
yang
dirncanakan. 3. Besarnya pembelian persediaan setiap kali pemesanan untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal. 4. Estimasi tentang fluktuasi harga persediaan di waktu yang akan datang. 5. Peraturan pemerintah yang terkait dengan persediaa tersebut. 6. Harga pembelian persediaan. 7. Biaya penimpanan dan risiko penyimpanan di gudang. 8. Umur dan kualitas persediaan. Sedangkan menurut Ahyari (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain adalah: 1. Perkiraan pemakaian bahan baku Sebelum perusahaan mengadakan pembelian persediaan, maka selayaknya manajemen perusahaan melakukan peyusunan perkiraan permintaan atau pemakaian. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan produksi
atau
penjualan.
Jumlah
persediaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
dibeli
dapat
13
diperhitungkan dengancara jumlah kebutuhan ditambbah dengan rencana persediaan akhir serta dikurangi dengan persediaan awal. 2. Harga bahan baku Harga pesediaan merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang
harus
disediakan
oleh
perusahaan
bila
perusahaan
akan
menyelenggarakan persediaan dalam jumlah unit tertentu. Dengan demikian, akan mempengaruhi biaya modal atau investasi yang tersimpan dalam persediaan tersebut. 3. Biaya-biaya persediaan Dalam persediaan, dikenal tiga macam biaya persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya tetap persediaan. Besarnya biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dipengaruhi oleh besarnya unit yang disimpan dan frekuensi pembelian persediaan. Sedangkan biaya tetap tidak dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut sampai dengan batas tertentu. 4. Kebijakan pembelanjaan Besarnya persediaan dapat dipengaruhi oleh seberapa besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam persedian bahan baku. Selain itu kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membiayai seluruh kebutuhan terhadap persediaan. 5. Pemakaian bahan Secara teratur, perusahaan harus melakukan analisis terhadap perkiraan pemakaian persediaan dengan pemakaian sebenarnya sehingga perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dapat mengetahui apakah metode perkiraan yang selama ini dilakukan telah sesuai dengan keadaan sebenarnya. 6. Waktu tunggu Tenggang waktu antara waktu pemesanan dan sampai dengan barang diterima oleh perusahaan harus diperhitungkan dalam melakukan pembelian persediaan. Karena tidak memperhitungkan waktu tunggu dapat membuat
perusahaan
kehabisan
persediaan,
sedangkan
kelebihan
memperhitungkan waktu tunggu akan membuat terjadinya penumpukan persediaan. 7. Model pembelian persediaan Model pembelian akan sangat mempengaruhi besarnya persediaan yang dibeli. Pemilihan model pembelian yang digunakan oleh suatu perusahaan akan disesuaikan situasi dan kondisi dari jenis persediaan tersebut sehingga akan menghasilkan jumlah pembelian optimal yang berbeda juga. 8.
Persediaan Pengamanan Persediaan
pengamanan
digunakakn
perusahaan
apabila
terjadi
kekurangan persediaan atau keterlambatan datangnya persediaan yang telah dipesan. Nilai persediaan pengamanan merupakan suatu jumlah tetap dalam periode tertentu. 9.
Pembelian kembali Perusahaan menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian persediaan agar persediaan dapat fiterima perusahaan tepat waktu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.1.4 Manfaat Manajemen Persediaan Tujuan dari manajemen perusahaan persediaan adalah memberikan keuntungan bagi perusahaan. Ada beberapa manfaat yang didapatkan ketika perusahaan menerapkan manajemen persediaan antara lain: 1.
Memanfaatkan Diskon kuantitas
2.
Menghindari kekurangan bahan (out of stock)
3.
Manfaat pemasaran
4.
Spekulasi terhadap harga beli
5.
Kepuasan terhadap konsumen
6.
Kontinuitas Produksi
Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan kapan melakukan pemesanan dan berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan kembali. 2.2. Peramalan (forecasting) Peramalan (forecasting) permintaan akan produk dan jasa diwaktu mendatang dan bagian-bagianya adalah sangat penting dalam perencanaan. Suatu peramalan banyak mempunyai arti, maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan diperlukan suatu periode waktu paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang mempengaruhi kebijaksanaan tersebut. Menurut Nasution (2006) peramalan adalah suatu tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang dengan menggunakan teknik-teknik yang ilmiah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
yang hasilnya mendekati kebenaran. Untuk membuat peramalan yang mendekati kebenaran diperlukan data-data pada masa lalu yang akan menjadi dasar peramalan untuk satu atau beberapa periode berikutnya. 2.2.1 Definisi Peramalan (forecsting) Peramalan adalah memperkirakan keaadaan dimasa yang akan dating melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Dalam kehidupan sosial segala sesuatu itu serba tidak pasti dan sukar diperkirakan secara tepat, sehingga diperlukan peramalan.Peramalan disini digunakan untuk meminimumkan pengaruh ketidak pastian terhadap sebuah masalah. Dengan kata lain peramalan bertujuan mendapatkan peramalan yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan mean square error, mean absolute error, dan sebagainya. (Makridakis, 1999). Metode ini merupakan cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating dengan dasar data yang relevan pada masa lalu. Selain itu metode peramalan memberikan urutan pengerjaan dan pemecahan atas pendekatan suatu masalah dalam permalan, sehingga jika digunakan pendekatan yang sama pada kegiatan peramalan, akan dapat dasar pemikiran dan pemecahan yang sama. Jangka waktu ke depan (time horizon) merupakan factor yang paling penting untuk diperhatikan dalam pemilihan teknik peramalan. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka menengah, beberapa teknik tersebut kurang tepat untuk diterapkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.2.2 Tahap-Tahap Peramalan. Ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan digunakan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi dari system peramalan sebagai berikut (Gasperzs, 2005 : 74): 1.
Menentukan tujuan dari peramalan.
2.
Memilih item yang akan diramalkan.
3.
Menentukan horizon waktu peramalan.
4.
Memilih model-model peramalan.
5.
Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.
6.
Validasi model peramalan.
7.
Membuat peramalan.
8.
Implementasikan hasil-hasil peramalan.
9.
Memantau keadaan hasil peramalan.
2.2.3 Jenis Pola Data Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: (Makridakis, 1998) 1. Pola Horizontal (H) Pola data ini terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. (Makidakis,1999) Suatu produk yang penjualanya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis pola ini.Bentuk pola Horizontal ditunjukan seperti gambar 2.1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
(Sumber: Makridakis, 1998) Gambar 2.1 Pola Data Horizontal
2. Pola Trend (T) Pola data ini terjadi jika terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.Bentuk pola trend ditunjukan seperti gambar 2.2.
(Sumber: Makridakis, 1998) Gambar 2.2 Pola Data Trend
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3. Pola Musiman (S) Pola data ini terjadi apabila terdapat suatu deret data yang dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan atau minggu tertentu). Bentuk pola trend ditunjukan seperti gambar 2.3.
(Sumber: Makridakis, 1998) Gambar 2.3 Pola Data Musiman. 4. Pola Siklis (S) Pola data ini terjadi apabila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. (misalkan penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama lainya). Bentuk pola siklis ditunjukan seperti gambar 2.4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
(Sumber: Makridakis, 1998) Gambar 2.4 Pola Data Siklis 2.3
EOQ (Economic Order Quantity) Metode Economic Order Quantity (EOQ), adalah kuantitas bahan yang
dibeli setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal (Sutrisno, 2001). Metode ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Penerapan EOQ harus memperhatikan asumsi yang dipakai. Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah sebgai berikut: 1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingga biaya stock out dan yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada. 2. Item yang dipesan independent dengan item yang lain. 3. Pemesanan diterima dengan segera dan pasti. 4. Harga item konstan. Adapun rumus yang bisa digunakan untuk menghitung EOQ adalah sebagai berikut: EOQ =
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Dimana: EOQ = Jumlah satuan per pesanan D
= Kebutuhan tahunan
S
= Biaya pemesanan per order
H
= Biaya penyimpanan per unit
Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut terpenuhi: 10. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui. 11. Harga per unit adalah konstan. 12. Biaya penyimpanan per unit per tahun adalah konstan. 13. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan. 14. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah konstan. 15. Tidak terjadi kekurangan bahan. Di dalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan hingga penerimaan barang yang dipesan kembali diterima di gudang. Menurut Assauri (2000), Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukan pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan tersebut dan diterima di gudang persediaan. 2.4
Re Order Point (ROP) Menurut
Heizer
dan
render
(2005)
model-model
persediaan
mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaanya mencapai nol sebelum perusahaan memesan lagi, dan dengan seketika kiriman akan diterima. Keputusan akan memesan biasanya diungkapkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
dalam konteks titik pemesanan ulang, tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan ulang, sedangkan jika menurut Stevenson (2014) Titik pemesanan kembali (ROP) terjadi disaat kuantitas ditangan sudah pada jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Jumlah tersebut biasanya meliputi perkiraan permintaan selama waktu tunggu dan mungkin bantalan ekstra persediaan, yangberfungsi untuk mengurangi probabilitas terjadinya kehabisan persediaan selama waktu tunggu. Tujuan dalam pemesanan adalah membuat pesanan ketika jumlah persediaan yang ada cukup untuk memenuhi permintaan selama waktu yang dipakai untuk menerima pesanan tersebut (waktu tunggu). Terdapat empat determinan dari kuantitas titik pemesanan kembali (Stevenson:2014): 1. Tingkat permintaan (berdasarkan pada ramalan). 2. Waktu tunggu (lead time). 3. Sejauhmana mana variabilitas permintaan dan/ atau waktu tunggu. 4. Derajat resiko kehabisan persediaan yang dapat diterima oleh manajemen. ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Untuk menentukan ROP digunakan dengan rumus sebagai berikut: =
+ (
Dimana: ROP
= Reorder point
http://digilib.mercubuana.ac.id/
)
23
Lead time = Waktu tunggu Q 2.5
= Penggunaan bahan baku Persediaan Pengamanan ( Safety Stock) Persediaan pengamanan adalah merupakan suatu persediaan yang
dicadangkan untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian permintaan dan kekurangan bahan baku yang bisa disebabkan karena penggunaaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan yang dipesan. Persediaan pengamanan ini merupakan sejumlah unit tertentu dimana unit ini akan tetap ditahankan walau bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. Untuk menentukan persediaan pengamanan ini dipergunakan analisis statistic dengan melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yangterjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pegamanan terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung biaya penyimpanan terlalu mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock secara tepat. Persediaan pengamanan dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000). Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengamanan adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengamanan yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1. Rata tingkat permintaan dan rataan masa tenggang. 2. Keragaan permintaan pada masa tenggang. 3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan. Untuk menentukan besarnya safety stock dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut: Safety stock = x s √ Dimana: Z = ditentukan oleh Service level S = Standar deviasi L = lead time 2.6
Kanban Kanban adalah sebuah kata Jepang untuk sebutan kartu, kanban
merupakan alat kontrol visual untuk mencapai sistem tepat waktu (Just in time), supply produk yang tepat, waktu yang tepat dan kebutuhan yang tepat. Pengertian tentang kanban:
Kanban adalah salah satu alat untuk memelihara kondisi pada sistem produksi JIT dan bukan pada pusat JIT.
Kanban adalah alat control visual yang digunakan untuk menjaga titik pemesanan kembali metode Re-Order Point. Metode Re-Order Point adalah metode yang memiliki titik dimana pemesanan harus dilakukan kembali untuk memulihkan jumlah inventory sehingga mencapai kondisi semula.
Kanban dan in-proses inventory memiliki keterkaitan erat. Sering orang menganggap dengan hanya menerapkan kanban berarti telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
menerapkan sistem JIT. Kanban tidak harus ada dalam sistem JIT, tetapi JIT harus memiliki aliran material yang lancar.
(Sumber: Lean Training 2010-Henry Ford Production System) Gambar 2.5 Contoh kartu kanban.
(Sumber:Lean training) Gambar 2.6 Aliran material dan penyusunan jadwal dalam sistem tarik dan sistem dorong. Beberapa fungsi dari kanban antara lain: 1. Sebagai intruksi untuk memproses produk/ material sesuai dengan keperluan. 2. Alat visual control untuk mengatasi pemborosan karena produksi berlebihan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
3. Alat visual control untuk memonitor pelaksanaan dan deteksi keterlambatan di dalam proses. 4. Sebagai sarana untuk continuous improvement (kaizen). 5. Berfungsi untuk sarana setting otomatis bila terjadi masalah di proses berikut. Dalam bahasa jepang, kanban artinya kartu. Sistem kanban adalah sistem informasi yang secara serasi mengendalikan produk-produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu dalam setiap proses pabrik dan juga antara perusahaan (monden, 1995 : hal, 21). Dengan menerapkan sistem kanban, inventory dapat ditekan secara signifikan. Sistem kanban juga dapat digunakan sarana untuk mengungkapkan berbagai masalah yang terselubung dilapangan, dengan kata lain kanban adalah alat untuk mengungkapkan potensi improvement. Konsep dari sistem kanban adalah untuk mereduksi biaya. Salah satu cara untuk melakukanya adalah dengan melancarkan dan menyeimbangkan aliran dengan alat-alat pengendalian persediaan. Sistem kanban menyebabkan organisasi dapat mereduksi lead time produksi yang akan mereduksi jumlah persediaan yang dibutuhkan. Kanban menjadi tools yang efektif untuk mendukung jalanya sistem produksi secara keseluruhan. Prinsip Just In Time mengacu pada supermarket, dimana pelanggan mendapatkan apa yang mereka butuhkan pada waktu yang diinginkan dan jumlah yang diinginkan. Supermarket hanya mempunyai stok yang akan dijual, dan pelanggan hanya membeli yang dibutuhkan karena suplai barang sudah dijamin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Kanban menggunakan kecepatan demand untuk mengontrol kecepatan produksi. Mulai dari end customer sampai melalui keseluruhan rantai proses. Kanban mengaplikasikan prinsip “pull”, dimana produk hanya dibuat setelah ada permintaan dari pelanggan. Ini berlawanan dengan konsep lama yaitu “push”, dimana produk bergerak dari proses satu ke proses lainya meskipun tidak ada permintaan.
Kanban
memberi
sinyal
untuk
proses
sebelumnya
untuk
menggerakan barang. Dipakai untuk memastikan bahwa stok di atur dengan jumlah kecil. 2.6.1 Jenis Kanban Jenis kanban yang sering digunakan adalah kanban pengambilan dan kanban perintah produksi. Kanban pengambilan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus diambil dari proses terdahulu oleh proses berikutnya, sementara kanban perintah produksi menspesifikasikan jenis dan jumlah produk.
(Sumber: www. File2shared.wordpress.com/system-kanban/) Gambar 2.7. Klasifikasi Jenis Kanban
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2.6.2 Perhitungan Kartu Kanban Perhitungan kartu kanban ada dua cara, yaitu jumlah kanban pada system pengambilan jumlah tetap dan pengambilan siklus tetap. 16. Jumlah kanban pada sistem pengambilan jumlah tetap pada system ini, jumlah tetap telah ditentukan akan dipesan atau diambil bila persediaan menurun dititik pesan ulang. Jumlahnya akan tetap tetapi waktu pemesanan tidak menentu. 17. Jumlah kanban pada sistem pengambilan siklus tetap pada sistem ini, siklus pengambilan telah ditetapkan. 2.7
Just In Time (JIT) Menurut Hansen & Mowen (2001:591), Just In Time (JIT) merupakan
suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukanya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan. Just In Time (JIT) dapat berarti banyak hal yang berbeda-beda bagi masyarakat, baik masyarakat bisnis maupun masyarakat umum. Beberapa pihak menganggap Just In Time (JIT) adalah suatu pendekatan. Bagi pihak lain JIT adalah suatu metodologi, atau suatu filosofi, atau suatu konsep strategi (Schniederjans, 1993:4;dalam Soewarno, 2005). Pengertian Just In Time menurut Ginting (2007:231) dalam bukunya yang berjudul Sistem Produksi menjelaskan bahwa Just In Time adalah ”Integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan dan bahan baku, WIP dan produk jadi”. Hansen & Mowen (2009:217) menyatakan bahwa Just In Time System adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang di antisipasi”. Render & Haizer (2010:314) menyatakan bahwa Just In Time System adalah: pendekatan berkelanjutan dan penyelesaian masalah secara paksa yang berfokus pada keluaran dan pengurangan persediaan”. Berdasarkan dari pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Just In Time System adalah suatu sistem dimana produk yang di produksi ketika adanya permintaan dan dalam kegiatan produksinya menghilangkan adanya pemborosan dan memproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan cara seefisien mungkin. Pengendalian kualitas dalam just in time dilakukan sepanjang proses, mulai dari penentuan pemasok sampai barang diterima konsumen. Setiap barang diharapkan memenuhi standar kualitas saat memproduksi barang, dan setiap pengiriman pesanan diharapkan tiba tepat waktu. Perusahaan akan memberi perhatian utama pada kualitas, tindakan pencegahan kesalahan dan kerusakan, dan membangun kerja sama yang baik terhadap setiap elemen pengerjaan produksi. Manfaat pelaksanaan JIT adalah: 1. Kualitas produk yang lebih baik. 2. Mengurangi barang persediaan. 3. Meningkatkan tanggung jawab setiap pekerja terhadap hasil produksi. 4. Menghemat biaya. 5. Pekerja ahli lebih banyak, karena setiap pekerja dituntut mengerjakan semuanya secara benar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
2.8
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini penulis merumuskan kerangka pemikiran dalam menanggapi masalah dan penelitian yang akan dilakukan. Yaitu sebagai berikut:
Overstock Produk Pipa
Forecast customer tidak sesuai aktual pengiriman
Penentuan jumlah persediaan 1.
Re Order Point
2.
Safety Stock
Usulan Perbaikan : 1. Pembuatan skedul pengadaan produk 2. Penggunaan metode kanban
Tingkat Persediaan Optimum
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian terdahulu yang dijadikan refrensi atau acuan dalam pengolahan data dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu.
No
1
2
Peneliti
Judul
Nor Azian Abdul Rahman (2013)
Lean Manufacturing Case Study With Kanban System
Bianca Siquira Martins Domingos et al (2014)
Process Improvement and Reorganization of Kanban Inventory in a industry of Machinery and Equipment: A Case Study
Ahmad Naufal Bin Adnan (2013)
Implementation of Just In Time Production through Kanban System
4
Agrawal, N. (2010)
Review On Just In Time Techniques In Manufacturing System
5
S.K. Chaharsooghi and A. Sajedinejad (2010)
Determination of the Number of Kanbans and Btch Sizes in a JIT Supply Chain System
3
Metode
Hasil
Kanban Sistem
Menurunkan biaya operasional, meminimalkan stok, menghilangkan waste, dan meminimalkan kerugian.
Kanban Inventory
Hasil dari penelitian ini adalah penghapusan ruang yang tidak pelu di rak-rak, dan penyusunan kembali komponen dan suku cadang
Kanban Sistem
Pengurangan Lead Time menunujukan bahwa efisiensi meningkat dan proses produksi menjadi lebih mudah berdasarkan kanban
Kanban Sistem
Meminimalkan total biaya rantai suplai, dan mengintegrasikan ukuran pengiriman pada produksi
Kanban Sistem
Mengurangi tenaga kerja, meningkatkan produktifitas, dan peningkatan efisiensi lini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No
6
Peneliti
Hendra Achmadi (2008)
Judul
Penggunaan Kanban dalam metode Just In Time Pada Produksi
Metode
Kanban, Just In Time
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil
Dengan menggunakan Kanban maka produksi secara efisien dapat dijalankan karena tidak ada penumpukan stock.