9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama yang dimaksud adalah sama makna. Harold Lasswell seorang pakar komunikasi mengemukakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi antara menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Teori Lasswell ini biasanya digunakan untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dijalankan secara efektif.8 Teori Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur dalam komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Dapat disimpulkan berdasarkan Teori Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun melalui media massa atau non massa. Jadi secara paradigmatik, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah perilaku, sikap, pendapat baik secara langsung
8
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997, hal. 31.
9
10
maupun tidak langsung secara lisan maupun non lisan melalui media massa. 9 Jadi berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas penulis dapat
memahami
bahwa
komunikasi
merupakan
kegiatan
penyampaian pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) secara lisan maupun non lisan melalui media atau sarana tertentu yang bertujuan untuk menimbulkan efek atau
dampak,
seperti
mempengaruhi
pengetahuan,
pemikiran,
pendapat, dan perilaku dari komunikan.
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan
media
massa,
baik
cetak
(surat
kabar,
majalah) atau elektronik (televisi, radio), yang dikelola oleh suatu lembaga atau yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. 10 Dalam komunikasi massa pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat dan serentak serta selintas khusus media elektronik. Definisi komunikasi massa juga memusatkan perhatian pada lima unsur yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi.
9
10
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal. 5. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 75.
11
Kelima unsur tersebut adalah sumber, khalayak, pesan, proses dan konteks. Sumber atau komunikator dalam komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. Komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah besar khalayak. Sangat penting bagi media untuk memberikan apa yang diinginkan khalayak, dengan begitu media dapat merangkul khalayak sebanyak mungkin. Komunikasi massa merupakan milik umum, setiap orang dapat mengetahui pesan-pesan komunikasi di media-media massa. Tidak seperti percakapan antar teman atau kolega, komunikasi massa dapat didengar atau dilihat oleh setiap orang. Komunikasi massa memiliki dua proses. Pertama, proses mengalirnya pesan, yang pada dasarnya merupakan proses satu arah. Dalam proses pertama ini komunikasi berjalan dari sumber ke penerima. Komunikasi massa juga merupakan proses seleksi, proses dua arah. Baik media maupun khalayak melakukan seleksi. Kemudian komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Terjadi hubungan transaksional antara media dengan masyarakat. Di mana kedua belah pihak saling mempengaruhi.
12
2.2 Kerangka Teori Teori berfungsi sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis dan membimbing penelitian. Teori dapat memberikan arah pada disiplin ilmu tertentu. Karena pentingnya teori tersebut dalam penelitian, maka penulis ingin mengajukan teori yang dapat mendukung penelitian ini. Yang dimaksud dengan kerangka teori dalam penelitian ini adalah kerangka kerja yang menjadi dasar bagi konsep-konsep kerja dari teori komunikasi pada umumnya. Jadi pada skripsi ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan media massa, dimana media memberikan informasi kepada masyarakat dan masyarakat yang akan memilih informasi yang dianggap penting oleh mereka. teori yang akan dipakai di antaranya tanggung jawab sosial dan teori information seeking.
2.3. Kerangka Konsep Masalah pokok penelitian skripsi Jurnalistik ini sebagai berikut: Bagaimana peroses penyajian Dunia Dalam Berita TVRI Jakarta dalam upaya menarik perhatian pemirsanya. Dalam usaha menjawab masalah pokok diatas, lebih dahulu dijelaskan konsep-konsep dan variabel yang terdapat pada rumusan masalah pokok masalah ini, yaitu : 1. Televisi 2. Proses Penyajian Berita
13
2.3.1 Televisi Televisi merupakan salah satu jenis media massa elektronik yang isi pernyataannya memungkinkan untuk mudah diterima dan dipahami oleh hampir semua lapisan masyarakat, baik tua, muda, dewasa, atau anak-anak. Kemudahan tersebut disebabkan karena isi pernyataan televisi selain dapat disajikan dalam bentuk suara, juga gambar. Sehubungan dengan pengertian televisi, Ninis Sudhomo memberikan batasan sebagai berikut : “Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui gelombang elektromagnetik, sehingga dapat diterima oleh pesawatpesawat penerima di rumah” 11 Sedangkan menurut Fred Wibowo, “televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio-visual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan keperibadian baru masyarakat secara luas” 12 Dari definisi diatas penulis memahami televisi merupakan bagian atau hasil dari kebudayaan manusia berupa media yang mengutamakan pendengaran dan penglihatan yang memiliki daya pengaruh paling kuat untuk membentuk sikap dan kepribadian baru pemirsanya secara luas.
11 12
Ninis Sudhomo, Lingkaran lingkaran Komunikasi, Alumni Bandung, 1983, h. 294. Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997, h.1
14
Kemudian,
A.M.
Hoeta
Soehoet
membatasi
pengertian
televisi di pandang dari sudut cara penerimaan isi pernyataan oleh komunikan melalui panca indra yaitu, “televisi dimasukkan kedalam media audio visual yang menyampaikan isi pernyataan dan diterima oleh komunikan melalui indra penglihatan dan indra pendengaran.”
13
Pendapat tersebut penulis pahami bahwa televisi adalah media yang cara penerimaan isi pernyataannya oleh khalayak dengan cara didengar
(telinga)
sekaligus
dilihat
(mata)
secara
simultan
(bersamaan). Dari ketiga pendapat diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa televisi merupakan bagian dari hasil cipta kebudayaan manusia sebagai media massa yang penerimaan isi pernyataannya dengan cara didengar dan dilihat secara bersamaan, hingga dapat mempengaruhi kepribadian dan pembentukan sikap pemirsanya secara luas. Dan televisi pun disiarkan atau dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik yang kemudian diterima oleh pesawat penerima yang ada disetiap rumah pemirsanya. Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai dibidang teknologi, khususnya teknologi elektronik. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang 13
A.M. Hoeta Soehoet. Dasar-dasar Ilmu Jurnalistik, KK V, IISIP Press, Jakarta, 20002001
15
berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini adalah kreatifitas perorangan. Tanpa
kreatifitas,
siaran
menjemukan penontonnya.
televisi
akan
monoton
dan
sangat
14
Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian, maka TVRI merupakan salah satu media massa elektronik (televisi) yang disiarkan melalui gelombang elektromagnetik dan diterima oleh pesawat-pesawat yang ada dirumah, menyajikan acara yang beragam dari acara berita, hiburan, film, musik, dan sebagainya sehingga dapat dilihat dan didengar (disaksikan) oleh pemirsanya. Dalam proses penyajian dan pengelolaan acara yang beragam itulah dituntut kreatifitas orang-orang yang terlibat didalamnya untuk menciptakan suatu acara yang dapat diminati oleh pemirsanya.
2.3.2 Proses Penyajian Berita Sebelum penulis memaparkan penjelasan mengenai proses penyajian, ada baiknya penjelasan mengenai berita televisi penulis dahulukan untuk mempermudah pemahaman dan pengertian dari proses penyajian berita tersebut. Berita pada televisi merupakan sarana untuk memberikan informasi atau pesan kepada pemirsanya. Dengan demikian, isi pesan atau isi informasi yang akan disiarkan harus berorientasi kepada pemirsa dan kiranya dapat menarik perhatian pemirsanya. 14
Drs. J.B. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, Penerbit Alumni, Bandung. 1986, hal. 51
16
Berita menurut definisi Deddy Iskandar Muda, adalah “suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penontonnya.”
15
Sedangkan menurut Robert Tyell yang dikutip oleh Soeawardi Idris mengemukakan, “berita ialah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect) orang banyak, dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera mengikutinya.”
16
Pusat pemberitaan TVRI memberikan definisi tentang berita harian sebagai berikut: “berita-berita yang bersifat hangat, relatif singkat, tidak mendetail, aktual dan sangat terikat pada waktu (time concern)”
17
Dengan demikian dengan semua pendapat diatas, penulis memahami bahwa berita merupakan laporan tercatat mengenai peristiwa / gagasan tentang fakta, pendapat atau keduanya yang bersifat hangat, baru, singkat, tidak mendetail, aktual, sangat terikat dengan waktu, penting dan menarik perhatian orang banyak, dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera pemirsanya untuk mengikuti berita tersebut. Berita televisi sebelum disajikan kepada khalayak dan agar dapat menarik perhatian pemirsanya mengalami suatu proses. Dalam
15
Deddy Iskandar Muda, Op. Cip., h.22 Soewardi Idris, Jurnalistik Televisi, Direktorat TV, PT Rora Karya Jakarta, 1979, h.
16
17
141 J.B. Wahyudi, Jurnalistik Televisi dan Pengetrapannya di Indonesia, h.24
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, proses ialah “2. Rangkuman
tindakan,
menghasilkan suatu produk.”
perbuatan,
atau
pengolahan,
yang
18
Penulis paham, proses merupakan suatu rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Dan bila dikaitkan dengan masalah penelitian penulis, produk yang dihasilkan dari rangkaian tindakan tersebut berupa berita, khususnya berita televisi. Pengertian penyajian menurut Dja’far H. Assegaff yaitu, “cara menyampaikan sesuatu pemberitaan”.
19
Berkaitan dengan program berita melalui televisi, penyajian berita televisi menurut Christianto Wibisono, harus mengingat hal-hal sebagai berikut: a. “Berita yang disiarkan hendaklah memadai dan berkesinambungan; b. Berita hendaklah faktual tanpa ada pembiasan; c. Berita tidak boleh menimbulkan kegoncangan, salah interpretasi, dan harus jelas diterima pirsawan;….” 20 Selain hal diatas, dalam menyajikan berita televisi haruslah memenuhi 3 syarat penting, seperti dikatakan Soewardi Idris, yaitu: “1. Apakah berita itu cukup penting (important) untuk disiarkan; 2.
18
19
20
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Oktober, 1990, h.703 Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini Pengantar Kepraktek Kewartawanan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, h.133 Christianto Wibisono, Pengetahuan Dasar Jurnalistik, Media Sejahtera, Jakarta, 1991, hal.197
18
Apakah berita itu cukup baru (aktual); 3. Apakah berita itu cukup menarik (interesting).” 21 Berdasarkan keterangan diatas, penulis memahami, penyajian berita
merupakan
mengindahkan
cara
menyampaikan
syarat-syarat
penting
suatu
dalam
berita
dengan
menyajikan
berita
tersebut, seperti : 1. Berita yang disiarkan hendaklah memadai/ berkesinambungan; 2. Berita harus berdasarkan fakta; 3. Berita harus jelas; 4. Berita cukup penting untuk disiarkan; 5. Berita harus aktual dan ; 6. Berita harus menarik. Maka berdasarkan pemaparan ketiga definisi diatas dan dikaitkan dengan rumusan masalah, penulis memahami, proses penyajian berita pada Dunia Dalam Berita TVRI ialah suatu rangkaian tindakan atau pengolahan untuk menyampaikan atau menyajikan suatu laporan peristiwa yang bersifat fakta, aktual, penting, hangat, singkat, tidak mendetail, sangat terikat dengan waktu, dan menarik perhatian
orang
banyak,
dan
mempunyai
kekuatan
untuk
membangkitkan selera pemirsa untuk mengikuti berita tersebut. Kembali pada masalah pokok penelitian ini, kunci masalah terletak pada proses penyajian Dunia Dalam Berita, selanjutnya untuk memperjelas proses penyajian tersebut penulis menggunakan model komunikasi
Arus
Berita
Internal
Dua
Tahap
Bass
yang
menggambarkan secara umum proses penyajian suatu produk
21
Soewardi Idris, Op. Cit, hal.1
19
jurnalistik pada media yang dilihat dari urutan-urutan pekerjaan yang dilakukan redaksi untuk menghasilkan suatu penayangan berita, dan penulis berfikir model Bass ini relevan dengan masalah penelitian yang diambil. Bass menjelaskan proses pencarian dan pengumpulan bahan berita sebagai berikut : Tindakan gatekeeping yang penting terjadi didalam organisasi pemberitaan, dan bahwa prosesnya dapat dibagi dalam dua tahap: perolehan berita dan pengolahan berita, seperti terlihat dalam gambar berikut ini : Tingkat I Bahan Berita
Pencari Berita
Tingkat II Copy Berita
Pemrosesan (pengolahan)
Penulis
Redaksi
Juru Warta
“Copy reader”
Editor Lokal
Penterjemah
Produk Akhir
Tahap pertama terjadi ketika para pencari berita membuat “berita kasar” (peristiwa, pidato, dan konferensi pers) menjadi ‘copy berita’ atau ‘bahan berita’. Tahap kedua terjadi ketika para pegolah berita mengubah atau menggabungkan bahan itu menjadi ‘hasil akhir’ (sebuah surat kabar atau sebuah siaran berita) yang disiarkan kepada umum. 22 Berdasarkan model Bass diatas, penulis memahami, dalam proses penyajian berita terbagi menjadi dua tahap yang terdiri dari 22
Dennis Mc. Quail, Model-Model Komunikasi, alih bahasa Putu Laxman Pendit, UniPrismas, Jakarta, 1985, h. 110
20
tahap pertama yaitu, tahap pengumpulan berita dan tahap penulisan naskah berita dimana pencarian berita dan pengumpulan bahan berita dari sumber berita kemudian disusun menjadi copy berita. Lalu tahap kedua yaitu tahap pengolahan yang di dalamnya mencakup tahap seleksi dan tahap penyuntingan, yang kemudian menjadi naskah berita yang siap untuk disiarkan kepada umum. Untuk lebih memperjelas pendapat diatas, berikut penulis jabarkan pengertian kesemuanya tersebut.
2.3.2.1 Tahap pertama Pada tahap ini prosesnya terdiri dari pross pengumpulan bahan berita dan penulisan naskah berita. 2.3.2.1.1 Tahap Pengumpulan Bahan Berita Menurut H.M.Hoeta Soehoet ada 3 (tiga) cara pengadaan bahan berita, yaitu: “Disampaikan anggota masyarakat ke redaksi, disampaikan kantor berita dalam bentuk buletin, di cari oleh staff redaksi dengan memonitor siaran radio, dan TV, mencari langsung ke sumber berita.”20 Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa terdapat
3
(tiga)
cara
pengadaan
bahan
berita,
yaitu
:
“Disampaikan anggota masyarakat ke redaksi, disampaikan kantor berita dalam bentuk buletin, bahan berita yang dicari oleh staff
21
redaksi dengan memonitor siaran radio dan TV, mencari langsung ke sumber berita,”
23
Selanjutnya terkait dengan pengumpulan bahan berita, Riyono Pratikno berpendapat : “Ada beberapa teknik pengumpulan data / informasi. Hal itu bisa dilakukan melalui pengamatan, tentu saja dalam arti luas. Pengumpulan informasi dapat juga melalui teknis wawancara atau interview. Mengumpulkan informasi / data dapat dilakukan terhadap buku-buku, atau kepustakaan. Teknis lain dalam pengumpulan informasi adalah melalui kuesioner atau angket.” 24 Penulis memahami cara teknis dalam pengumpulan bahan berita dapat dilakukan melalui pengamatan (dalam arti luas), wawancara atau interview, studi kepustakaan, atau juga melalui angket atau kuesioner. Berkaitan
dengan
sumber
berita,
J.
B.
Wahyudi
berpendapat : Sumber berita adalah asal mula terjadinya berita, yaitu peristiwa dan pendapat (manusia). Peristiwa dan pendapat ini baru pantas diangkat menjadi berita bila memiliki nilai berita. Nilai berita ditentukan oleh : 1) Nilai penting dan menarik bagi khalayak luas 2) Nilai aktualitas atau masih hangat 3) Nilai konflik dalam segala bentuk 4) Nilai kemajuan dan malapetaka 5) Akibat dari suatu peristiwa dan pendapat. 25 Penulis memahami, sumber berita merupakan asal mula terjadinya berita, baik sumber berita peristiwa dan manusia 23
24 25
A. M Hoetta Soehoet, Pengadaan Bahan Berita, KK I, IISIP Press, Jakarta, 20002001, hal.3 Riyono Pratikno, Kreatif Menulis Feature, Alumni Bandung, 1984, hal.184-185 J.B Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Gramedia, Jakarta, 1990, h.128
22
(pendapat). Dan sumber berita tersebut pun harus memiliki nilai berita yang ditentukan oleh nilai penting dan menarik bagi khalayak, keaktualitasan, terdapat konflik dalam segala bentuk, nilai kemajuan dan malapetaka, serta memiliki efek yang mungkin ditimbulkan dari sumber berita tersebut. Maka jika dikaitkan dengan pokok permasalahan skripsi ini, tahap pengumpulan bahan berita Dunia Dalam Berita TVRI Jakarta biasanya disampaikan anggota masyarakat ke redaksi, disampaikan kantor berita dalam bentuk buletin, dicari oleh staff redaksi dengan memonitor siaran radio dan TV, dan mencari langsung ke sumber berita. Dan bahan berita tersebut harus memiliki nilai berita seperti nilai penting, menarik, dan aktual bagi khalayaknya, terdapat konflik dalam segala bentuk, dan adanya suatu akibat / efek dari peristiwa tersebut.
2.3.2.1.2 Tahap Penulisan Naskah Berita Pemirsa televisi, menghidupkan dan menonton acaraacara yang disajikan bukan karena selektifitas dan kebutuhan, tetapi karena sudah menjadi tuntunan kebiasaan sehari-hari, atau bahkan mungkin karena pada saat itu tidak ada lagi pekerjaan lain yang dapat dilakukan. Siaran berita pada TV sifatnya hanya sekilas saja, maksudnya siaran berita tersebut hanya dapat didengar dan dilihat dengan sepintas dan tidak dapat diulang pada saat itu
23
juga, kecuali direkam dan diputar pada lain waktu. Karena sifatnya yang hanya sekilas saja maka penulis naskah televisi harus mampu lebih cepat menangkap interes dan imajinasi pemirsanya. Cara-cara penulisan berita agar mudah dimengerti dan dipahami oleh penontonnya harus dapat dikuasai oleh si penulis naskah. Cara itu disebut juga dengan easy listening formula. Dedy Iskandar Muda mengutip pendapat dari Soren H. Munhoff dalam “Five Star Approach To News Writing” : “Bahwa formula untuk menuju easy listening tersebut bermacam-macam, namun salah satu yang mudah diiingat dan diaplikasikan adalah formula dengan akronim ABC-SS yaitu singkatan dari Accuracy (tepat), Brevity (singkat), Clarity (jelas), Simplicity (sederhana), Sincerely (jujur).” 26 Penulis memahami bahwa dalam penulisan suatu berita harus mengingat hal-hal seperti: penulisan berita harus tepat dan sesuai dengan fakta yang ada, penulisan singkat, jelas, praktis / sederhana, dan dapat dipercaya / jujur. Selanjutnya J.B Wahyudi menambahkan, “penulisan juga harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dipergunakan, kalau di Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.”
26 27
27
Dedi Iskandar Muda, Op.Cit., h.48 J.B Wahyudi, Op. Cit.
24
Dari pengertian tersebut penulis memahami bahwa penulisan dari naskah berita harus mengikuti kaidah bahasa yang dipergunakan, kalau di Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kiranya dapat memberikan arti yang tepat dan memudahkan pemirsanya untuk memahami berita tersebut, sehingga tidak terjadi
misunderstanding
dan
miscommunication
(kesalah-
pahaman dalam menerima pengertian dan dalam penyampaian pesan). Selain itu pemilihan kata-kata yang mudah dimengerti dan enak didengar oleh pemirsanya, harus dapat diperhatikan, karena televisi merupakan media yag kekuatannya dalam memikat khalayak melalui audio (mendengar berita tersebut dibacakan) dan visual (penyajian gambar yang berkaitan dengan berita tersebut). Berkaitan dengan hal tersebut Mark W.J.Hall, yang dikutip oleh H. Rosihan Anwar, menjelaskan : Perbedaan pokok antara jurnalistik cetak dengan jurnalistik siaran ialah, yang pertama ditujukan bagi mata, sedangkan yang kedua dibuat untuk telinga, karena itu ada perbedaan antara apa yang dinamakan naskah yang dilihat atau “see copy” dengan naskah yang didengar atau “hear copy”. Ia mengemukakan beberapa pedoman untuk menulis berita TV, seperti : - Harus dengan gaya percakapan (Conversation Style) - Harus dengan kalimat pendek dan lugas (To The Point) - Menghindari susunan kalimat terbalik
25
- Mengusahakan supaya subjek dan predikat berdekatan letaknya. 28 Dapat penulis pahami bahwa naskah berita televisi berbeda dengan naskah berita cetak, karena naskah berita televisi hanya dapat didengar oleh pemirsanya, sedangkan naskah berita cetak dapat dilihat oleh pembacanya. Dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan berita TV ialah : penulisan dalam gaya percakapan, menggunakan kalimat pendek dan lugas, menghindari susunan kalimat terbalik, dan mengusahakan antara subjek dan predikat berdekatan letaknya. Hal senada dikatakan Onong Uchjana Effendi, “kata-kata yang lazim (bukan kata-kata yang sukar / asing bagi pemirsa) yang disusun dalam kalimat yang singkat,….akan mudah dimengerti oleh pemirsanya.”
29
Selanjutnya, Onong Uchjana menjelaskan, “kata-kata yang tidak lazim, yang tidak berlaku untuk masyarakat setempat, harus diganti dengan yang lazim, misalnya dolar harus diganti dengan / dijelaskan dengan rupiah, mil menjadi kilometer, galon menjadi liter, dsb.”
30
Berdasarkan
kedua
pendapat
dari
Onong
Uchjana
tersebut, maka penulis dapat mengerti, dalam penulisan sebuah berita televisi harus dapat menggunakan kata-kata yang 28
29
30
H. Rosihan Anwar, Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Komposisi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1984, h.88 Onong Uchjana, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, CV. Remaja Karya, Bandung,1985,h.14 Ibid,h.173
26
lazim/tidak asing bagi masyarakat setempat, atau disusun secara singkat, jelas, dan mudah dimengerti, sedangkan kata-kata yang tidak lazim / asing bagi masyarakat setempat ada baiknya diganti dengan yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat setempat. Jika dikaitkan dengan rumusan masalah skripsi ini, maka berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis berpendapat bahwa penulisan naskah berita TVRI Jakarta siaran Dunia Dalam Berita harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Penulisan naskah berita harus tepat (accuracy), singkat (breving), jelas (clarity), sederhana / simple (simplicty), dan dapat dipercaya / jujur (sincericity). 2. Menggunakan kata-kata dan kalimat yang sederhana (seperti bahasa percakapan sehari-hari), kalimat pendek dan lugas, mengusahakan antara subjek dan predikat berdekatan. 3. Menggunakan kata-kata yang lazim / umum digunakan dan dimengerti oleh pemirsa sehingga dapat menarik dan mengikat perhatian pemirsa, tidak menggunakan kata asing.
27
2.3.2.2 Tahap Kedua Pada tahap ini prosesnya terdiri dari proses seleksi dan proses sunting. 2.3.2.2.1 Tahap Seleksi Setelah kegiatan membuat naskah berita selesai maka kegiatan selanjutnya adalah kegiatan seleksi. J.B Wahyudi berpendapat mengenai seleksi berita di TVRI yaitu : Setiap berita yang masuk ke pusat pemberitaan TVRI harus diseleksi, apakah berita itu memenuhi syarat yang disiarkan atau tidak. Berita yang disiarkan harus memenuhi syarat : 1. Penting (important) 2. Menarik (interesting) 3. Masih baru (actual) 4. Aman kalau disiarkan (security) 31 Penulis memahami bahwa setiap berita yang masuk dalam redaksi TVRI mengalami proses seleksi dan harus memenuhi syarat penting, menarik, masih baru, dan aman kalau disiarkan. Selanjutnya Riyono Pratikno mengemukakan : “Setiap potongan informasi yang kita dapatkan seharusnya kita periksa dan teliti betul, apakah ada relevansinya dengan pokok pembahasa; apakah punya pokok hubungan yang jelas dengan masalah kita, dengan pokok persoalan. Bila ada informasi yang setelah kita periksa, kita anggap atau ternyata tidak relevan, singkirkan atau buanglah. Tetapi tetap informasi atau data itu kita simpan.” 32 Pendapat tersebut penulis pahami bahwa dalam menyeleksi informasi atau data yang kita miliki haruslah dilakukan dengan teliti. Artinya hanya data yang punya relevansi dengan pokok 31
32
J.B Wahyudi, Op. Cit., h.33 Riyono Pratikno, Op. Cit., h.187
28
permasalahan saja yang dapat kita gunakan. Sedangkan informasi yang tak ada relevansinya dengan pokok masalah lebih baik tidak usah digunakan, namun tetap harus disimpan agar bila sewaktuwaktu dibutuhkan kita tidak perlu repot menyiapkan data baru. Ana N. Abrar berpendapat : “Secara umum, peran seorang gatekeeper biasanya (dijabat oleh redaktur, redaktur pelaksana, wakil pemimpin, dan redaksi) yang utama adalah mengungkapkan realitas sosial dari sudut pandang gatekeeper yang bersangkutan. Jika sebuah berita diloloskan oleh gatekeeper, itu bisa diterjemahkan bahwa realitas sosial yang dikandung berita itu bukan realitas sosial yag diyakini ‘benar’ oleh seorang gatekeeper. Ini menimbulkan pendapat bahwa proses berita yang dilakukan oleh seorang gatekeeper adalah usaha mengungkapkan realitas sosial yang ‘benar’ menurut pendapatnya.” 33 Dilihat dari pendapat diatas penulis memahami bahwa dalam proses seleksi berita umumnya dilakukan oleh seorang redaktur, redaksi pelaksana, pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi yang mana mereka bertugas sebagai gatekeeper dari media
tersebut.
Sedangkan
berita
yang
mereka
loloskan
biasanya berkaitan dengan nilai ‘benar’ menurut mereka, yaitu berkaitan dengan nilai ‘benar’ yang dianut media tempat mereka bekerja. Bila dikaitkan dengan rumusan masalah skripsi ini, maka proses seleksi berita pada TVRI Jakarta siaran Dunia Dalam Berita dilakukan oleh seorang manager berita, produser, atau redaktur berita, yang mana mereka semua bertugas sebagai gatekeeper 33
Ana N. Abrar, Pandangan Buat Pers Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995, h. 104-105
29
dalam menyeleksi dan menentukan berita-berita yang layak siar, dan berita tersebut harus memiliki syarat penting (important), menarik (interest), masih baru (actual), aman kalau disiarkan (security),
dan
masih
memiliki
hubungan
dengan
pokok
permasalahan yang ada.
2.3.2.2.2 Tahap Penyuntingan Setelah kegiatan seleksi maka kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penyuntingan pada naskah berita dan gambar. Menyunting menurut Dja’far H. Asegaff adalah : “Suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang wartawan untuk memperbaiki berita yang diterimanya dari reporter agar berita tadi dapat disajikan kepada pembacanya sedemikian rupa, sehingga ia tidak hanya enak dibaca akan tetapi juga tidak mengandung kesalahan fakta dan kemungkinan adanya kalimat-kalimat yang dapat menimbulkan delik pencemaran dan kalimat yang tidak jelas.” 34 Berdasarkan pengertian tersebut dan penulis kaitkan dengan pokok permasalahan skripsi ini, penulis mengerti bahwa kegiatan menyunting adalah pekerjaan seorang wartawan untuk memperbaiki berita yang diterimanya agar berita tersebut tidak mengandung kesalahan fakta, kemungkinan adanya kalimat yang dapat menimbulkan delik pencemaran, dan kalimat yang tidak jelas. Lalu disajikan sedemikian rupa sehingga berita tersebut dapat enak didengar dan menarik perhatian pemirsanya.
34
Dja’far H. Asegaff, Op.Cit, h.70
30
Berangkat dari masalah tersebut, menurut Dja’far H. Asegaf, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan adalah : 1)
Mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan : a) Salah ejaan dan struktur kalimat b) Kesalahan faktafakta c) Kesalahan pada struktur berita 2) Menjaga masuknya hal-hal yang tidak dikehendaki a) Masuknya unsur-unsur pendapat (opini) b) Pengulangan-pengulangan yang membosankan dan mubazir c) Menjaga jangan sampai ada yang tertinggal d) Menjaga masuknya iklan yang terselubung sebagai berita e) Menjaga adanya kalimat-kalimat yang dapat menimbulkan pencemaran nama baik f) Menjaga masuknya berita yang sudah baik g) Menjaga masuknya kebohongan / berita bohong. 35
35
Ibid, h. 70-71
31
Penulis memahami dari pengertian tersebut bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting naskah berita adalah mencegah terjadinya kesalahan ejaan dan struktur kalimat, kesalahan fakta, dan kesalahan pada struktur berita. Selain itu untuk mencegah masuknya hal-hal yang tidak dikehendaki seperti masuknya unsur opini, pengulangan kata yang mubazir, masuknya iklan terselubung sebagai berita, adanya kalimat yang dapat mancemarkan nama baik, dan menjaga masuknya berita bohong. Visual (gambar) pada televisi mutlak keberadaanya, itulah yang membuat televisi lebih unggul dari radio. Pada radio hanya cukup dengan suara, sedangkan televisi akan sangat janggal tanpa gambar. Menurut Handley Read yang dikutip oleh Soewardi Idris, mangemukakan 3 hal pentingnya kedudukan visual, yaitu: 1) Gambar-gambar yang baik akan menarik perhatian dan memikat perhatian penonton. Gambar-gambar membantu mamuaskan kembali perhatian penonton pada pesan yang dikemukakan; 2) Gambar membantu penonton untuk menafsirkan (interpret) makna pesan yang dikemukakan. Menurut beberapa studi yang dilakukan, gambar-gambar memungkinkan kita ‘mengajar' 35 % lebih banyak dari pada tanpa gambar untuk waktu yang sama; 3) Gambar-gambar meningkatkan kemampuan penonton untuk menyimpan pesan-pesan yang dikemukakan. (sesuatu yang kita terima dengan bantuan gambar-gambar akan lebih lama tersimpan dalam ingatan kita dari pada tanpa gambar). 36
36
Soewardi Idris, Op Cit. h.2-3
32
Berdasarkan pendapat di atas, penulis memahami bahwa gambar pada berita TV mempunyai kedudukan yang sangat pentingn yaitu : 1. gambar mampu menarik dan memikat perhatian penonton, 2. gambar membantu penonton untuk menafsirkan makna pesan yang disampaikan, 3. dengan menggunakan gambar, pesan yang disampaikan dapat lebih lama disimpan oleh penonton. Gambar yang memiliki nilai jurnalistik tinggi dalam berita TV adalah gambar yang mampu merekam momentum. Momentum adalah suatu bagian terkecil dari riba raya fakta yang sangat cepat, sekejap, dan seringkali diperoleh secara kebetulan ataupun karena keberuntungan, misalnya momentum jatuhnya pesawat, terjadinya gol dalam sepak bola, dan lain-lain. 37 Maka dari itu, selain menyunting naskah berita yang ada, pada siaran berita tevisi juga mengenal proses editing pada rekaman gambar yang di ambil oleh kameramen. J.B. Wahyudi mengemukakan mengenai sinkronasi gambar sebagai berikut: “Khususnya untuk medium TV karena audio visual, maka faktor sinkronisasi antara gambar dan suara menjadi hal yang mutlak harus ada. Sinkron disini bisa sinkron antara gambar dan suara, bisa juga antara gerakan mulut yang lazim disebut lipsing, atau dapat juga antara gambar dan pengertian ucapan. Misalnya ucapkan menyebutkan
37
FSP- TVRI, Tips, 40th TVRI Dari Pembebasan Menuju Pencerahan, Jakarta, 2002, h.46
33
‘pepohonan yang rimbun’, janganlah gambar yang keluar ‘tanah yang tandus tanpa pohon’ “. 38 Penulis memahami bahwa kesesuaian gambar dengan suara menjadi hal yang harus diperhatikan dalam siaran berita televisi agar penonton yang menyaksikan siaran berita tersebut dapat lebih memahami maksud dari penyampaian berita itu. Bila dikaitkan dengan pokok permasalahan skripsi ini, maka kegiatan menyunting dalam siaran Dunia Dalam Berita Jakarta dilakukan dengan menyunting naskah berita terlebih dahulu kemudian melakukan editing gambar yang di sesuaikan dengan naskah berita tersebut. Kegiatan menyunting ini berguna agar berita yang disajikan dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh pemirsanya.
2.3.3 Redaksi Berita TVRI Jakarta Upaya, menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah, “usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).” 39 Penulis
memahami
bahwa
upaya
adalah
usaha
untuk
mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar yang diinginkan seseorang atau badan institusi.
38
J.B. Wahyudi, Komunikasi Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat kabar, Majalah, Radio, dan Televisi, Alumni, Bandung, 1991, h. 104 39 Harimurti Kridalaksana, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hal. 110
34
Sedangkan pengertian redaksi menurut KBBI adalah, “1. Badan (pada persurat-kabaran, dsb) yang memilih dan menyusun tulisan yang akan dimasukkan kedalam surat kabar, dan sebagainya; 2 cara dan gaya menyusun kata di kalimat-kalimat…” 40 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, redaksional adalah, istilah Belanda yang berkaitan: a. Sifat sesuatu yang berkaitan dengan pemberitaan b. Sifat sesuatu yang berhubungan tata bahasa, gaya, bahasa, dan sebagainya pada sebuah naskah. 41 Dari kedua definisi di atas, dapat penulis pahami bahwa redaksi merupakan suatu badan di bagian pemberitaan baik media cetak maupun media elektronik yang memilih dan menyusun naskah berita untuk dicetak atau disiarkan di media tersebut. Menurut H.M. Hoetta Soehoet, tugas dari redaksi adalah, “menyajikan setiap terbit berita dan pendapat yang dapat menarik perhatian para pembaca dan bermanfaat baginya.” 42 Elektronik yang bertugas menyajikan berita dan pendapat, memilih, menyusun dan mencetak / menyiarkan naskah berita tersebut hingga dapat menarik perhatian dan bermanfaat bagi pembaca atau pemirsanya. Pemimpin redaksi pemberitaan beserta seluruh staff redaksi (reporter, kameramen, editor, dubber, dan sebagainya) harus 40
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2, Depart. Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, h.734. 41 Onong Uchjana Effendi, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1989, h. 309 42 A. M. Hoetta Soehoet, Media komunikasi, KK – XI, IISIP Press, Jakarta, 2003, h. 71
35
berupaya menyajikan suatu siaran berita yang berkualitas, faktual, dan
akurat.
Dan
yang
terpenting
mampu
menarik
perhatian
pemirsanya. Menurut
Direktur
Berita
TVRI
Jakarta,
Nunuk
Parwati,
upaya yang telah dilakukan oleh pihak pemberitaan TVRI untuk menarik perhatian pemirsanya yaitu, “Di mulai dari liputannya… sekarang ini sudah diarahkan agar liputan tidak lagi yang bersifat seremonial atau upacara-upacara, tapi lebih kepada liputan berita yang
mengangkat
masalah-masalah
atau
peristiwa-peristiwa
keseharian.” 43 Berdasarkan pendapat diatas, penulis berasumsi, saat ini pihak pemberitaan TVRI Jakarta tengah berupaya dalam meningkatkan kualitas beritanya dengan cara awal yaitu dengan tidak lagi meliput berita-berita yang sifatnya seremonial tapi diarahkan kepada liputan berita yang mengangkat masalah / peristiwa keseharian yang menyangkut kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan berita yang menarik perhatian menurut, Nunuk purwati, yaitu: “berita yang lebih menekankan pada kecepatan (timelines), memilih berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat.
43
FSP-TVRI, Opcit, hal. 99
36
Dan juga berita-berita peristiwa…lalu selain itu berita yang menarik perhatian adalah berita yang mengangkat masalah-masalah rakyat (humaniti). Berkaitan dengan penjabaran diatas dan rumusan masalah penelitian penulis, maka berita yang akan ditayangkan dalam siaran Dunia Dalam Berita dan menarik perhatian pemirsanya haruslah memilih berita yang menekankan pada kecepatan serta dibutuhkan oleh masyarakat, dan mengangkat berita-berita peristiwa, dan beritaberita humanity. Menurut Peter Herford, produser berita harus dapat menggenggam ketertarikan pemirsanya dengan cara, “…menyajikan campuran antara berita dengan informasi ringan. Peristiwa politik, ekonomi, internasional, tetap mendominasi agenda berita, tetapi berita budaya-baik pop maupun klasik-musik, film, olahraga, cuaca, hiburan dan gaya hidup, semuanya memainkan peran dalam siaran berita harian.” 44 Dari uraian diatas, penulis memahami bahwa dalam upaya menyajikan
suatu
siaran
berita
yang
mampu
menggenggam
ketertarikan pemirsanya, seorang produser berita harus dapat menyajikan campuran
antara
berita dengan
informasi ringan.
Pemilihan materi berita yang akan disajikan pun harus dapat menarik untuk dilihat, didengar dan ditonton hingga selesai oleh pemirsanya,
44
Ibid, h. 98 – 99
37
karena dalam satu berita dengan berita yang lainnya memiliki nilai atau bobot yang berbeda-beda. Menurut Deddy Iskandar Muda, nilai berita yang terkandung dalam suatu berita dan dapat menarik perhatian pemirsanya seperti : a. Timelines (waktu yang tepat), berita yang disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsanya. b. Proximite (kedekatan), dilihat baik dari segi lokasi, pertalian ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, dll c. Prominence (orang yang terkemuka), semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan berita yang menarik pula. d. Consequence (akibat), artinya segala tindakan atau kebajikan, peraturan, perundangan, dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak. e. Conflict (konflik), memiliki nilai berita yang sangat tinggi karna konflik adalah bagian dalam kehidupan. f. Development (pembangunan), keberhasilan dan kegagalan dalam pembangunan merupakan dua sisi dari pembangunan yang memiliki daya tarik jika diberitakan. g. Dissaster & Crimas (bencana dan kriminal), adalah dua pristiwa berita yang pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa atau penonton. h. Weather (cuaca), kondisi cuaca sangat mempengaruhi kegiatan sehari-hari masyarakat sehingga berita tentang cuaca mendapatkan tempat tersendiri. i. Sport (olah raga), setiap stasiun TV selalu menyiarkan berita-berita olah raga, karena berita olah raga sudah lama memiliki daya tarik tersendiri. j. Human Interest, kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia merupakan peristiwa menarik bagi pemirsanya. Berita human interest di TV memiliki daya tarik yang lebih tinggi ketimbang media cetak, karena pada TV dapat didukung dengan penampilan gambar. 45 Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat penulis pahami bahwa nilai/unsur yang terkandung dalam suatu berita seperti; 45
Deddy Iskanadar Muda Op.Cit., h. 29-40
38
timeliness, proximity, prominence, consequence, conflik, development, dissater & crimes, weather, sport, dan human interest; jika diterapkan dalam pemilihan materi siaran Dunia Dalam Berita TVRI Jakarta dapat menarik dan memikat perhatian permisanya. Selain itu, upaya yang dapat ditempuh oleh redaksi dalam hal merebut perhatian pemirsanya yaitu dengan cara memberitahukan (mempromosikan) kepada pemirsanya berita apa yang akan mereka sajikan selanjutnya. Ini dimaksudkan agar pemirsa mau merelakan waktunya untuk menunggu sampai ulasan berita tersebut dibacakan oleh penyiar berita. Lebih lanjut Peter Herford menjelaskan, “karena tumbuh persaingan
merebut
perhatian
pemirsa
makin
sengit,
senjata
terbesar dan terbaik untuk memelihara pemirsa yang sudah ada dan menarik pemirsa baru adalah pengumuman promosi berita yang sering.” 46 Dari
pendapat
diatas
dapat
memahami,
bahwa
untuk
memenangkan persaingan antar stasiun TV dalam hal memelihara pemirsa yang sudah ada dan pemirsa baru, dapat ditempuh dengan mempromosikan berita-berita sesering mungkin yang kiranya dapat membuat pemirsa tetap menonton siaran berita kita. Jika
dikaitkan
dengan
rumusan
masalah,
maka
dapat
dimengerti oleh penulis, upaya yang dapat ditempuh redaksi Dunia
46
Peter Herford,op.cit.,h.71
39
Dalam Berita TVRI Jakarta untuk mempertahankan pemirsa yang sudah ada dan menarik pemirsa yang baru dapat ditempuh dengan cara menyajikan campuran antara berita dengan informasi ringan yang mana mengandung nilai timeliness, proximity, prominence, consequence, conflict, development, dissaster and crimes, weather, sport,
atau
human
interest;
dan
juga
mempromosikan
atau
memberitahukan kepada pemirsa sebelum penyajian berita dan informasi ringan itu disiarkan, diharapkan dapat mempertahankan perhatian penonton siaran Dunia Dalam Berita TVRI Jakarta.
2.4. Definisi Konseptual Mengacu pada tinjauan pustaka dan masalah pokok seminar, maka penulis mendefinisikan beberapa konsep dalam definisi konseptual yang menjadi objek penelitian. Konsep-konsep tersebut ialah: 2.4.1 Televisi Televisi merupakan salah satu jenis dari media masa elektronik yang isi pernyataannya memungkinkan untuk mudah diterima dan dipahami oleh hampir semua lapisan masyarakat, baik tua, muda, dewasa, atau anak-anak. Kemudahan tersebut disebabkan karena isi pernyataan televisi selain disajikan dalam bentuk suara, juga dalam bentuk gambar.
40
2.4.2 Proses Penyajian Berita Proses penyajian berita merupakan suatu rangkaian tindakan atau pengolahan untuk menyampaikan suatu laporan peristiwa yang bersifat fakta, aktual, penting, hangat, singkat, tidak mendetail, sangat terikat dengan waktu, menarik
perhatian orang banyak, dan
mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera pemirsanya untuk mengikuti berita tersebut dengan penampilan gambar yang mendukung berita tersebut. Dibagi dalam dua tahapan, yaitu: tahap pertama, pengumpulan berita dan penulisan naskah berita; tahap kedua, seleksi naskah berita dan penyuntingan berita dan gambar.