BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Sistem Single Sign On Di zaman moderen ini, anda akan duduk di tempat kerjanya dan mungkin
login ke banyak halaman web. Pengguna harus menghafalkan username dan password dari semua aplikasi tersebut, karena bila terlupa dapat menjadi mimpi buruk bagi pengguna. Masalah banyakanya akun pengguna seringkali disiasati dengan mengimplementasikan fasilitas direktori terpusat, seperti halnya LDAP atau Active Directory (AD). Dengan adanya sistem tersebut tentunya dapat menyederhanakan banyaknya username dan password pada sistem berbasis web. Akan tetapi pengguna tetap harus login pada setiap aplikasi. Untuk mengatasi hal ini digunakanlah sistem Single Sign-On (SSO). Dimana SSO merupakan property akses dari beberapa sistem perangkat lunak yang terkait tapi independen. Dengan menggunakan SSO, seorang pengguna hanya cukup melakukan proses otentikasi satu kali saja untuk mendapat izin akses terhadap semu layanan yang terdapat di dalam jaringan tanpa harus melakukan login kembali ( Listiana, 2011). 2.2.
Central Authentication Servise (CAS) CAS merupakan suatu aplikasi sistem SSO yang tujuannya adalah untuk
memberikan ijin pada pengguna dalam mengakses beberapa aplikasi web untuk mengotentikasi pengguna tanpa mendapatkan akses ke security credential pengguna. CAS kemudian dikembangkan sebagai sebuah software open source dengan mendukung library dari klien seperti halnya PHP. Secara singkat prinsip kerja dari SSO berbasis CAS dapat dijelasakan sebagai berikut : 1. User mengakses SSO klien. 2. SSO klien akan redirect browser klien menuju SSO server. 3. User akan memasukkan username dan password untuk otentikasi.
12
13
4. User akan melewati proses otentikasi dan kembali ke SSO klien dengan sebuah tiket. 5. SSO klien untuk mengkonfirmasi apakah pengguna sah. 6. Pengguna sah dapat mengakses informasi yang terdapat pada SSO klien. Berikut adalah skema untuk menggambarkan prinsip kerja dari semua aplikasi yang terintegrasi dengan server CAS (Widiharso et al , 2012) :
Gambar 2.1. Skema Single Sign On CAS 2.2.1 CAS Server CAS terdiri dari kumpulan java servlet yang menawarkan layanan otentikasi berbasis web. Gambar 2.2 menggambarkan proses otentikasi dan perjalanan user dan password pada aplikasi tanpa CAS dan aplikasi yang terintegrasi dengan CAS (Saputro et al, 2012). Pada aplikasi tanpa menggunakan CAS proses otentikasi akan terjadi pada tiap aplikasi dan tiap aplikasi mengakses basisdata pengguna. Sedangkan pada aplikasi dengan menggunakan CAS proses otentikasi dan pengaksesan basisdata pengguna hanya berjalan pada server otentikasi. Aplikasi selanjutnya akan memanfaatkan tiket yang dihasilkan oleh server CAS, yang nantinya akan digunakan untuk melakukan otentikasi terhadap pengguna pada saat mengakses aplikasi lain yang terintegrasi dengan CAS.
14
Gambar 2.2. Aplikasi Terintegrasi Dan Tidak Terintegrasi CAS 2.2.2 CAS Klien Suatu aplikasi web yang dilengkapi dengan fungsi CAS klien dapat dikatakan sebagai sebagai klien CAS. Dimana dengan kata lain CAS klien ini dapat dikatakan sebagai suatu aplikasi yang tidak perlu melakukan proses pengisian username dan password lagi ketika salah satu CAS klien lain sudah terotentikasi melalui server CAS. 2.2.3 Otentikasi CAS dengan TGC Proses otentikasi SSO dengan menggunakan CAS yang sederhana adalah dengan menggunakan Ticket Granting Cookie (TGC). Dimana dengan menggunakan CAS ketika proses otentikasi berhasil, maka akan diteruskan kembali pada aplikasi web klien CAS dengan tiket yang disimpan di cookie. Tiket tersebut akan hanya berlaku pada periode waktu tertentu, dan nilanya akan berubah-ubah setiap kali login. Prosesnya secara rinci adalah sebagai berikut : a. Pertama pengguna atau user yang belum terotentikasi akan mengakses aplikasi web yang telah terpasang aplikasi klien CAS dengan cara melakukan proses login, maka selanjutnya akan diteruskan menuju halaman login server CAS yang meminta pengisian username dan password. b. Jika username dan password benar maka server CAS akan mengirimkan TGC ke pada browser yang digunakan oleh user. Gambar 2.3 merupakan skema dari pengiriman TGC (Saputro et al, 2012).
15
Gambar 2.3. Pengiriman TGC c. TGC dapat dikatakan sebagai paspor pengguna terhadap server CAS. Dengan menggunakan TGC inilah web browser mendapatkan hak akses aplikasi web tanpa perlu adanya otentikasi kembali. Ini hanya merupakan identitas session antara server CAS dengan web browser. d. Sebagai presentasi dari TGC, server CAS memberikan Service Ticket (ST) yang hanya dapat digunakan untuk aplikasi web dengan klien CAS yang memerlukannya tadi, yang mana dikirimkan bersamaan dengan diteruskan kembali ke halaman aplikasi web dengan klien CAS tersebut. Gambar 2.4 merupakan skema dari validasi dengan tiket ST (Saputro et al, 2012).
Gambar 2.4. Validasi Dengan ST e. Proses selanjutnya ST akan divalidasi oleh klien CAS, maka data username yang dapat digunakan untuk mengakses aplikasi web dengan klien CAS. Gambar 2.5 merupakan skema penerusan ST ke klien (Saputro et al, 2012).
16
Gambar 2.5. Penerusan Ke Klien `Melalui mekanisme ticketing ini tidak akan ada lagi informasi password yang disimpan dalam session maupun cookie, karena telah digantikan oleh tiket yang hanya dapat digunakan satu kali saja untuk setiap aplikasi (OneTime-Ticket). 2.3.
Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) dapat dikatakan sebagai
sebuah protokol yang mengatur mekanisme pengaksesan layanan direktori yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan banyak
informasi seperti informasi
tentang people, organizations, roles, services, dan banyak entitas lainnya. LDAP itu sendiri menggunakan model client-server, dimana klien mengirimkan identifier data pada server menggunakan protokol TCP/IP dan server mencoba mencarinya pada DIT (Directory Information Tree) yang tersimpan di server. Dalam terminologi komputer, directory service bisa dikatakan sebagai suatu database tempat penyimpanan data, yang dapat di gunakan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan objeknya (Kardiana, 2011). Direktori tersebut berisi kumpulan informasi tentang user seperti username, first name, phone number, User ID, mail address dan lain-lain. Suatu directory service akan memiliki komponen yang dijadikan sebagai root. Untuk sebuah root, secara umum di tunjukkan dengan attribut DC (Domain Component) atau O (Organization) mungkin juga OU (Organization Unit). Selanjutnya pada bagian daun (leaf) biasanya akan berisi item dengan atribut uid (User ID) ataupun cn (Common Name). Directory service biasanya menyimpan informasi dalam bentuk struktur tree yang dinamakan Directory Information Tree (DIT). Untuk alamat relatif sering disebut sebagai RDN (Relative Distinguish Name) sedangkan alamat yang absolut Distinguish Name atau disingkat dengan DN ( Sari et al, 2006 ).
17
2.3.1 Struktur Direktori LDAP Untuk mempelajari LDAP, tentunya sangatlah penting untuk mengetahui apa itu direktori dan untuk apa digunakan. Direktori itu sendiri dapat berupa personal address book, phone book. Direktori dapat membantu menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Dalam terminologi komputer, directory service bisa dikatakan sebagai suatu database tempat penyimpanan data, yang dapat dipergunakan sebagai pemberi informasi-informasi yang berkaitan dengan objeknya. Suatu direktori dapat berisi kumpulan informasi tentang user seperti username, first name, phone number, User ID, mail address dan lain sebagainya. Informasi pada LDAP akan disimpan pada entry. Layaknya entry pada basis data umunya, setiap entry memiliki beberapa atribut. Setiap atribut dapat memiliki satu ataupun lebih dari satu nilai. Pada basis data anda akan memiliki primary key untuk membedakan suatu entry dengan entry lainnya, sedangkan dalam LDAP anda memiliki Distinguished Name (DN) yang bernilai unik untuk tiap entry. DN didapatkan dengan merunutkan lokasi entry hingga akar hirarki. Sebagai contoh, perhatikan hirarki di bawah ini :
Gambar 2.6. Struktur Direktori LDAP
18
Dari contoh diatas, informasi lengkap dari uid=1008605007 adalah : 1. dn : uid=1008605007, ou=informatika, o=unud, dc=com 2. uid: 1008605007, cn: colo 3. userPassword: colo 4. mail:
[email protected] 5. objectClass: person 6. objectClass: organizationalPerson 7. objectClass : top Dari gambar 2.6 di atas dapat dilihat bahwa DN merupakan hasil pengurutan dari sumber hingga akar hirarki. Sedangkan uid (user id), cn (common name), userPassword, mail, dan objectClass merupakan atribut yang dimiliki oleh entry tersebut. Object Class merupakan kelas yang diturunkan sifatnya oleh sebuah entry, sebuah entry dapat menurunkan lebih dari satu object Class. Selain DN, sebuah entry juga memiliki RDN (Relative Distinguished Name). RDN hanya membedakan suatu entry dengan entry lainnya di bawah sebuah percabangan yang sama. Untuk contoh diatas, pada ou=informatika, 1008605007 memiliki RDN : uid=1008605007 untuk membedakannya dengan uid lain. 2.4.
PhpLDAPadmin PhpLDAPadmin merupakan tool management LDAP yang dibuat dengan
menggunakan scrip PHP. Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna tuntenya akan dapat dengan mudah mengonfigurasikan aplikasi LDAP server. Tools ini akan memudahkan pengguna untuk berinteraksi ataupun untuk meyelenggara LDAP sistem seperti adduser, delete users, create group dan sebagainya. Beberapa fitur yang dimiliki oleh PhpLDAPadmin diantaranya : 1. LDAP tree browser 2. Template-based entry editing 3. Copy LDAP entry 4. Manage user password dan sebagainya. Karena banyaknya fitur pendukung yang dimiliki oleh PhpLDAPadmin, PhpLDAPadmin termasuk ke dalam 50 best PHP Software dalam PHP Quebec
19
Conference 2004. Untuk dapat menggunakan phpLDAPadmin, pastikan Apache, MySQL/ PostgreSQL, dan PHP dengan LDAP support sudah terdapat pada sistem anda. Setelah itu, extract ke dokumen root Apache dan edit parameter pada file config.php. Sebagai aplikasi front end untuk LDAP Server seperti OpenLDAP, penggunaan phpLDAPAdmin dapat meringankan anda dalam mengedit file konfigurasi LDAP yang terlihat cukup rumit bagi sebagian user. 2.5.
PHP Hypertext Preprocessor (PHP) pertama kali ditemukan pada 1995 oleh
seorang Software Developer bernama Rasmus Lerdrof. Ide awal PHP adalah ketika itu Radmus ingin mengetahui jumlah pengunjung yang membaca resume onlinenya. Script yang dikembangkan baru dapat melakukan dua pekerjaan, yakni merekam informasi visitor dan menampilkan jumlah pengunjung dari suatu website. Dan sampai sekarang kedua tugas tersebut masih tetap populer digunakan oleh dunia web saat ini. Kemudian, dari situ banyak orang di milis mendiskusikan script buatan Rasmus Lerdrof, hingga akhirnya rasmus mulai membuat sebuah tool/script, bernama Personal Home Page (PHP). Kebutuhan PHP sebagai tool yang serbaguna membuat Lerdorf melanjutkan untuk mengembangkan PHP hingga menjadi suatu bahasa tersendiri yang mungkin dapat mengkonversikan data yang di inputkan melalui form HTML menjadi suatu variabel yang dapat dimanfaatkan oleh sistem lainnya. Untuk merealisasikannya, akhirnya Lerdrof mencoba mengembangkan PHP menggunakan bahasa C ketimbang menggunakan Perl. Tahun 1997, PHP versi 2.0 di rilis, dengan nama Personal Home Page Form Interpreter (PHP-FI). PHP Semakin popular, dan semakin diminati oleh programmer web dunia. Rasmus Lerdrof benar benar menjadikan PHP sangat populer, dan banyak sekali team developer yang ikut bergabung dengan Lerdrof untuk mengembangkan PHP hingga menjadi seperti sekarang. Hingga akhirnya dirilis versi ke 3-nya, pada Juni 1998, dan tercatat lebih dari 50.000 programmer menggunakan PHP dalam membuat website dinamis. Pengembangan demi pengembangan terus berlanjut, ratusan fungsi ditambahkan sebagai fitur dari bahasa PHP. Dan semua fitur baru tersebut di rilis
20
dalam PHP 4. 13 Juli 2004, evolusi PHP, PHP telah mengalami banyak sekali perbaikan disegala sisi dan wajar jika netcraft mengumumkan PHP sebagai bahasa web populer didunia, karena tercatat 19 juta domain telah menggunakan PHP sebagai server side scriptingnya. PHP saat ini telah Mendukung XML dan Web Services, mendukung SQLite. PHP sangat mengejutkan. Yang menjadikan PHP berbeda dengan HTML adalah proses dari PHP itu sendiri. HTML merupakan bahasa statis yang apabila kita ingin merubah konten/isinya maka yang harus dilakukan pertama kali nya adalah membuka filenya terlebih dahulu, kemudian menambahkan isi kedalam file tersebut. Beda halnya dengan PHP. Bagi yang pernah menggunakan CMS seperti wordpress atau joomla yang dibangun dengan PHP tentunya, ketika akan menambahkan konten kedalam website, tinggal masuk kedalam halaman admin, kemudian pilih new artikel untuk membuat halaman baru. Artinya hal ini, seorang user tidak berhubungan langsung dengan scriptnya. Sehingga seorang pemula sekalipun dapat menggunakan aplikasi seperti itu. 2.6.
PEAR PHP Extension and Application Repository (PEAR) adalah suatu repositori
kode sumber program PHP. PEAR merupakan sebuah sistem distribusi berbagai komponen PHP yang dikembangkan oleh komunitas PHP diseluruh dunia. Pada PEAR dapat ditemukan berbagai class, function atau ekstensi PHP. Proyek PEAR dirintis pada tahun 1999 oleh Stig Bakken untuk menyediakan suatu pustaka perangkat lunak terstruktur untuk mengelola paket kode, serta mempromosikan gaya pembuatan kode standar. Setiap paket PEAR merupakan suatu proyek independen di bawah naungan PEAR yang masing-masing memiliki tim pengembang, pengontrol versi, serta dokumentasi tersendiri. Jadi PEAR itu sendiri dapat dikatakan sebagai koleksi class dan fungsi yang berfungsi dengan baik yang dapat digunakan oleh programmer-programmer PHP dalam development. 2.7.
Apache Tomcat Apache tomcat adalah sebuah servlet kontainer open source yang
dikembangkan oleh Apache Software Foundation (ASF). Tomcat menerapkan Java
21
Servlet dan Java Server Pages (JSP) spesifikasi dari Sun Microsystems dan menyediakan sebuah HTTP lingkungan web server untuk menjalankan kode java. Tomcat tidak boleh disamakan dengan server web apache, yang merupakan implementasi bahasa pemograman C pada web server HTTP. Apache tomcat mencakup perangkat untuk konfigurasi dan manajemen, tetapi juga dapat dikonfigurasi dengan mengedit file konfigurasi XML apache tomcat memiliki tiga buah komponen utama diantaranya catalina sebagai wadah servlet, coyote sebagai konektor HTTP dan jasper sebagai mesin JSP. 2.8.
Maven Dan Open JDK Maven adalah sebuah software dan tool untuk projek management. Atau
secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa maven adalah sebuah framework yang bertindak sebagai repository projek java yang akan dibuat. Selain memerlukan modul maven untuk membuat server CAS (Central Authentication System) dapat berjalan dengan baik dibutuhkan juga mudul Java JDK. Hal ini dikarenakan CAS menggunakan modul java untuk menjalankan servisnya. 2.9.
Blog System Universitas Udayana Blog System Universitas Udayana adalah suatu wadah yang dimiliki oleh
staff Universitas Udayana untuk membagi informasi yang dimilikinya baik itu berupa ilmu β ilmu baru, penelitian yang dilakukan ataupun informasi akademik yang dimiliki pengguna blog. Dalam implementasinya Blog System Universitas Udayana dibangun menggunakan wordpress. Dimana wordpress adalah sebuah aplikasi sumber terbuka (open source) yang sangat populer digunakan sebagai mesin blog. WordPress dibangun dengan bahasa pemrograman PHP. PHP merupakan perangkat lunak sumber terbuka (open source software). Selain sebagai blog, wordpress juga mulai digunakan sebagai sebuah CMS (Content Management System) karena kemampuannya untuk dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Nama wordpress itu sendiri diusulkan oleh Christine Selleck. WordPress adalah penerus resmi dari b2/cafelog yang dikembangkan oleh Michel Valdrighi dan didistribusikan dengan lisensi publik umum GNU.
22
2.10. E-Learning Universitas Udayana E-Learning Universitas Udayana adalah sebuah media pembelajaran berbentuk web yang digunakan oleh Universitas Udayana, dimana aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Tidak hanya siswa, pengajarpun dapat mengunggah materi ajar, soal dan tugas pada aplikasi ini dan kemudian siswa memilih kursus yang disediakan. Aktivitas siswa di dalam E-Learning ini akan terpantau progress dan nilainya. Dalam implementasinya E-Learning Universitas Udayana dibangun menggunakan CMS berbasis open source yang disebut moodle. Moodle diperkenalkan pertama kali oleh Martin Dougiamas, seorang computer scientist dan educator, yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mengembangkan sebuah learning management system di salah satu perguruan tinggi di kota Perth, Australia. Nama moodle memberikan suatu inspirasi bagi pengembangan eβlearning. Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Di dunia e-learning Indonesia, moodle lebih dikenal fungsinya sebagai Course Management System atau Learning Management System (LMS). Dengan tampilan seperti halaman web pada umumnya, moodle memiliki fitur untuk menyajikan kursus (course), dimana pengajar bisa mengunggah materi ajar, soal dan tugas. Murid bisa masuk log ke moodle kemudian memilih kursus yang disediakan. Aktivitas murid di dalam moodle ini akan terpantau progress dan nilainya. Di Indonesia sendiri, diketahui bahwa moodle telah dimanfaatkan untuk sekolah menengah, perguruan tinggi dan perusahaan. 2.11. Simak Seringkali terdapat penggunaan istilah data dan informasi secara bersamaan dengan maksud yang sama, padahal data dan informasi merupakan dua hal yang berbeda. Data adalah bahan informasi, dirumuskan sebagai kumpulan dari simbolsimbol yang teratur yang menyatakan jumlah, tindakan-tindakan, hal-hal dan
23
sebagainya. Sedangkan Informasi adalah data yang telah diolah ke dalam bentuk yang berarti bagi si pemakai, mempunyai nilai guna atau manfaat dalam proses pengambilan keputusan pemakainya Hubungan data dan informasi didefinisikan sebagai bahan baku dan produk jadi. Data sebagai bahan baku, diolah melalui suatu proses transformasi atau pengolahan data menjadi informasi. Atau dapat dikatakan bahwa informasi merupakan keluaran-keluaran (output) dari proses transformasi, dimana data berfungsi sebagai masukan-masukannya (input). Sistem Informasi Akademik (Simak) merupakan sistem yang mengolah data dan melakukan proses kegiatan akademi yang melibatkan antara mahasiswa, dosen, administrasi akademik dan data atribut lainnya. Sistem informasi Akademik melakukan kegiatan proses administrasi mahasiswa dalam melakukan kegiatan administrasi akademik, melakukan proses pada transaksi belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa, melakukan proses administrasi akademik yang menyangkut kelengkapan dokumen pada kegiatan registrasi ataupun kegiatan operasional harian administrasi akademik. Sistem Informasi Akademik (Simak) Universitas Udayana merupakan suatus sistem informasi yang berbentuk web dengan menggunakan bahasa pemograman php. 2.12. Network Development Life Cycle (NDLC) NDLC merupakan model yang mendefinisikan siklus proses pembangunan atau pengembangan sistem jaringan komputer. Seperti model pengembangan sistem untuk software, NDLC terdiri dari elemen yang
mendefinisikan fase,
tahapan, langkah, atau mekanisme proses spesifik. Kata βcyleβ (siklus) adalah kata kunci deskriptif dari siklus hidup pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan secara eksplisit seluruh proses dan tahapan pengembangan sistem jaringan yang berkesinambungan. NDLC dijadikan metode yang digunakan sebagai acuan (secara keseluruhan atau secara garis besar) pada proses pengembangan dan pembangunansistem jaringan komputer, mengingat bahwa setiap jaringan komputer memiliki kebutuhan yang berbeda dan permasalahan yang berbeda (spesifik) dengan melakukan
24
pendekatan yang bervariasi terhadap model NDLC. NDLC mendefinisikan siklus hidup proses yang berupa fase atau tahapan-tahapan dari mekanisme yang dibutuhkan dalam suatu rangkaian proses pembangunan atau pengembangan sistem jaringan komputer. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, berikut adalah tahapan dari NDLC ( Goldman, 2005 ) :
Gambar 2.7. Network Development Life Cycle 2.12.1 Analysis Model pengembangan sistem NDLC dimulai pada fase analisis. Pada tahap ini dilakukan proses perumusan permasalahan, Mengidentifikasi konsep dari penelitian yang akan kita lakukan. 2.12.2 Design Adalah tahap dimana akan dibuatnya gambar design topology jaringan interkoneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar design topology akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Design bisa berupa design struktur topology, design akses data, design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas tentang penelitian yang akan dibuat.
25
2.12.3 Simulation Prototyping Adalah tahap dimana dilakukannya pembuatan prototipe sistem yang akan dibangun, tahap ini dilakukan sebagai simulasi dari implementasi sistem produksi. Dengan demikian dapat diketahui gambaran umum dari proses komunikasi, keterhubungan dan mekanisme kerja dari interkoneksi keseluruhan elemen sistem yang akan dibangun. 2.12.4 Implementation Adalah tahap dimana spesifikasi rancangan solusi yang dihasilkan pada fase design dan perancangan, digunakan sebagai panduan instruksi implementasi pada lingkungan yang sebenarnya. Aktivitas pada fase implementasi melingkupi instalasi dan konfigurasi terhadap : rancangan topologi jaringan, komponen sistem (beserta sejumlah aplikasi pendukung). 2.12.5 Monitoring Adalah tahap dimana dilakukannya pengawasan terhadap hasil dari implementasi yang telah dilakukan. Pada NDLC, proses pengujian digolongkan pada
fase ini. Hal ini mengingat bahwa proses pengujian dilakukan melalui
aktivitas
pengoperasian dan pengamatan sistem yang sudah dibangun /
dikembangkan dan sudah diimplementasikan untuk memastikan bilamana sistem dan sejumlah komponen pendukung sudah berjalan dengan baik dan benar, sudah sesuai dengan kebutuhan, serta sudah menjawab semua pertanyaan dan permasalahan spesifik yang dirumuskan. 2.12.6 Management Adalah tahap dimana dilakukannya pengaturan atau pengelolaan terhadap system yang telah dibangun agar dapat berjalan dengan baik dan berlangsung lama. Pada NDLC, aktivitas perawatan, pemeliharaan dan pengelolaan dikategorikan pada fase ini, karena proses manajemen / pengelolaan sejalan dengan aktivitas perawatan / pemeliharaan sistem. Jaminan efektivitas dari interkoneksi sistem menjadi masukan pada tahap ini untuk menghasilkan keluaran berupa jaminan
26
fleksibilitas dan kemudahan pengelolaan serta pengembangan sistem di masa yang akan datang. 2.13. Response time Response time adalah rentang waktu antara seorang user memasukkan perintah ke sistem hingga sistem memberikan jawaban dengan menampilkannya ke display (monitor) (Stallings, 2004). Dalam pengukuran response time, waktu yang diukur adalah dari user mulai mengklik tombol load pada web browser hingga halaman situs selesai dibuka seluruhnya. Berikut adalah formula yang dapat digunakan untuk menghitung nilai dari response time. π
ππ ππππ π ππππ (ms) = (π€πππ‘π’ π’π ππ π‘πππβ π‘ππππ‘πππ‘ππππ π (π ) β π€πππ‘π’ π’π ππ ππππ’π π‘ππππ‘πππ‘ππππ π (π )) π₯ 1000 2.14. Load test Load test adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji sistem dengan terus-menerus dan terus meningkat beban pada sistem sampai saat itu mencapai ambang batas. Dengan melakukan pengujian ini tentunya akan diperoleh seberapa besar kemampuan sebuah sistem tersebut. 2.15. Tinjauan Studi Dalam penelitian ini akan digunakan tiga tinjauan studi yang nantinya mendukung penelitian yang akan dilakukan, dimana tinjauan studi yang diambil adalah : 1. Oleh Ragil Widiharso, Achmad Affandi, Djoko Suprajitno Rahardjo (2012) dari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan judul Analisa Implementasi Single Sign On Pada Learning Management System dan Internet Protocol Television. Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis mengangkat masalah bagaimana mengintegrasikan sistem SSO berbasis Central Authentication Service (CAS) yang memanfaatkan directory pada struktur Lightweigh Directory Access Protocol (LDAP) untuk manajemen user pada LMS dan
27
IPTV. Untuk mengetahui kinerja server CAS dan LDAP dalam melayani user, dilakukan load test pada Local Area Network (LAN) dengan variasi bandwith 64 kbps, 128 kbps, 256 kbps, 512 kbps, 1024 kbps dan tanpa batasan bandwith. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah lebar bandwith mempengaruhi besarnya rata-rata response time satu user untuk terotentikasi pada server SSO, semakin besar lebar bandwith, maka response time akan semakin cepat. 2. Oleh Muhammad Yanuar Ary Saputro, Kodrat Iman Satoto dan Adian Fatchur Rochim (2012) dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang dengan judul Implementasi Sistem Single Sign On / Single Sign Out Berbasis Central Authentication Service Protocol Pada Jaringan Lightweight Directory Access Protocol Universitas Diponegoro. Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis mengangkat masalah bagaimana menerapkan Sistem Single Sign On / Single Sign Out berbasis CAS pada jaringan berbasis LDAP pada aplikasi aplikasi web di lingkungan Universitas Diponegoro. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah server SSO CAS berhasil digunakan sebagai halaman login terpusat bagi layanan berbasis web. Keberhasilan ditentukan pada proses login dan logout salah satu aplikasi. Jika salah satu aplikasi login / logout maka otomastis aplikasi lain akan login / logout. 3. Oleh Dian Novera, Yesi Novaria Kunang dan Rusmala Santi (2013) dari Universitas Bina Darma dengan judul Single Sign On (SSO) dengan Menggunakan Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) Studi Kasus di Universitas Bina Darma. Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis mengangkat masalah bagaimana mengintegrasikan Single Sign On (SSO) ini terbukti telah menggabungkan sistem-sistem yang ada di Universitas Bina Darma sehingga terjadi integrasi dengan menggunakan Lightweight Data Access Protocol (LDAP). Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah user terbantu dengan adanya Single Sign On (SSO) dapat mempermudah mereka karena tidak perlu menggunakan banyak account serta menghafal banyak password. Penggunaan Single Sign On ini
28
juga membantu dalam pengorganisasian user karena digunakannya Lightweight Data Access Protocol (LDAP) sebagai single data user. Dari ketiga tinjauan studi yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini tentunya terdapat perbedaan dari ketiga tinjauan tersebut dengan penelitian yang dilakukan. Dimana pada tinjauan studi yang pertama yang berjudul βAnalisa Implementasi Single Sign On Pada Learning Management System dan Internet Protocol Televisionβ, analisis sistem SSO dilakukan pada response time dan load test. Perbedaan pengujian yang penulis lakukan terdapat pada pengujian black box dan white box sistem SSO sehingga serta SSO pada penelitian ini akan diimplementasikan pada Simak dan Blog System di Universitas Udayana. Untuk tinjauan studi kedua yang berjudul βImplementasi Sistem Single Sign On / Single Sign Out Berbasis Central Authentication Service Protocol Pada Jaringan Lightweight Directory Access Protocol Universitas Diponegoroβ, pada studi kasus ini tidak dilakukan analisis mengenai bagaimana kinerja sistem SSO tersebut. Dalam pengembangannya disini akan dilakukan analisis kinerka sistem SSO berbasis CAS dalammenangani proses otentikasi user, sehingga akan diperoleh nilai dari kinerja SSO dalam menangani proses otentikasi user. Selanjutnya untuk tinjauan studi yang berjudul βSingle Sign On (SSO) dengan Menggunakan Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) Studi Kasus di Universitas Bina Darmaβ, pada studi kasus ini sistem SSO hanya berbasis Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) sehingga user harus tetap login berulang kali walaupun dengan user dan password yang sama. Pada penelitian yang akan dilakukan sistem SSO akan diterapkan berbasisi CAS dengan tetap mengadopsi Lightweight Directory Access Protocol (LDAP), sehingga user tidak perlu melakukan proses login berulang kali.