BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Cabai Rawit Menurut Ripangi (2012:25), tanaman cabai rawit (capsicum sp), sendiri
diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh di tempat asalnya, Amerika Serikat. Diantaranya yang sudah akrab dengan kehidupan manusia baru beberapa spesies saja, yaitu cabai besar (C.Annum), cabai kecil (C.frustescens). Sampai saat ini jenis dan ragam buah cabai sangat banyak dan bervariasi. Ada cabai yang dinamai papyrus, lado, dan salero hibrida yang bentuk buahnya keriting dan berasa pedas, serta cabai kultivar bara dan taruna. Ada juga jenis cabai tidak pedas seperti paprika. Selain jenis cabai lainnya, misalnya cabai hias yang lebih banyak digunakan sebagai hiasan taman daripada dikonsumsi. Bahkan, ada juga cabai dieng yang menjadi cabai khas dataran tinggi Dieng Wonosoho, Jawa Tengah. Seiring dengan perjakanan waktu, cabai-cabai jenis hibrida atau cabai junis yang paling popular di kalangan petani dan konsumen. Cabai TM 999 sangat adaptif, baik ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran sedang, produktivitasnya tinggi, tanamannya kompak, ukuran buah relatif seragam, berbiji banyak, rasa pedas dan mempunyai daya simpan yang relatif lama. Kebutuhan cabai pertahun di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 tercatat 3,16 kg, tahun 1998 turun menjadi 2,45 kg, dan tahun 2000 meningkat menjadi 2,88 kg. Pada tahun 2008 ini, kebutuhan cabai perkapita diperkirakan 4,5-5,5 kg. Jika penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 220 juta orang, Indonesia membutuhkan cabai segar sebanyak 990.000-1.210.000 ton per tahun (Anonim, 2008:3). Siklus kebutuhan cabai di Indonesia meningkat menjelang event tertentu, seperti memasuki bulan puasa dan lebaran, natal, dan tahun baru. Pada saat-saat tersebut, permintaan cabai yang tinggi diiringi dengan harga yang melambung. Selain
faktor diatas, harga cabai menjadi mahal karena saat event tersebut bertepatan dengan musim hujan (Anonim, 2008:4).
B.
Pemasaran Pemasaran (marketing) bersangkut paut dengan kebutuhan hidup sehari-hari
kebanyakan orang. Melalui proses tersebut, suatu produk atau jasa diciptakan, dikembangkan, dan didistribusikan pada masyarakat. Kebanyakan orang menganggap bahwa pemasaran sama dengan penjualan promosi, padahal tidaklah demikian. Hakikatnya, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Konsep penting dalam studi pemasaran adalah kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, pertukaran, transaksi dan pasar (Oentoro, 2010:1). Adapun pengertian pemasaran adalah merupakan suatu perpaduan dari aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen melalui penciptaan, penewaran dan pertukaran produk dan jasa yang bernilai serta mengembangkan promosi, ditribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu (Oentoro, 2010:1). Dalam sistem pemasaran terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi tergantung sama lain. 1. Organisasi dalam pemasaran 2. Sesuatu yang sedang dipasarkan 3. Pasar yang dituju 4. Para perantara (pedagang, agen) 5. Faktor lingkungan dapat berupa demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial dan kebudayaan, kekuatan politik dan hokum, teknologi dan persaingan. Oleh sebab itu sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang dan jasa, idea, orang dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi
hubungan perusahaan dengan pasarnya. Analisis sistem pemasaran bersangkut paut dengan unsur-unsur lembaga yang utama dalam lingkungan hidup organisasi yang saling berhubungan dan pengaruh mempengaruhi untuk membuahkan suatu hasil pemasaran (Mursid, 2010:8). 1. Exchange sistem analisis (analisis sistem pertukaran). Bersangkut paut dengan penganalisisan pertukaran di antara dua atau lebih dalam bentuk yang menggambarkan apa yang dicari pihak-pihak yang terdiri dari perseorangan melalui pertukaran. 2. Organizational marketing analisis (analisis pemasaran organisasional). Bersangkut paut dengan penganalisisan lembaga-lembaga dan khalayk dalam lingkungan hidup organisasi yang mempengaruhi kehadiran didalam pasar. 3. Macroenvironment analisis (analisis lingkungan makro). Bersangkutan dengan penganalisisan totalitas lembaga-lembaga yang saling berinteraksi di dalam masyarakat di antaranya sistem ekonomi, sistem hokum, sistem politik dan social. Pemasaran pertanian adalah suatu proses dan perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, harga, promosi, dan distribusi atas ide, barang, jasa, organisasi, dan peristiwa untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang akan memuaskan bagi tujuan perorangan dan organisasi (Oentoro, 2010:4). Menurut Rahim dan Hastuti (2007:108), pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, tempat, bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian. Pemasaran komoditas pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran komoditas pertanian dari produsen (petani, peternak, dan nelayan) sampai ke
konsumen atau pedagang perantara (tengkulak, pengumpul, pedagang besar, dan pengecer). Berdasarkan pendekatan sistem pemasaran kegunaan pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran (Rahim dan Hstuti, 2007:113). Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam sistem pemasaran yaitu 1.
Pendekatan serba barang Pendekatan serba barang merupakan suatu pendekatan pemasaran yang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang tertentu berpindah dari titik produsen ke konsumen akhir atau konsumen indestri.
2.
Pendekatan serba fungsi Pendekatan serba fungsi yaitu penggolongan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi penyediaan.
3.
Pendekatan serba manejemen Pendekatan serba manejemen yaitu mempelajari pemasaran komoditas pertanian dengan menitikberatkan pada pendapat manajer serta keputusan yang mereka ambil.
C.
Lembaga Pemasaran Menurut Sudiyono (2004:80), lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau
individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditas sesuai waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimam mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya. Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Pertama, lembaga yang tidak
memiliki tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar (broker, selling dan buying boker). Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjual belikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan importer dan Ketiga, lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang diperjual belikan, seperti perusahaan-perusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor) (Rahim dan Hastuti, 2007:118). Berdasarkan uraian diatas, suatu lembaga pemasaran mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran, oleh sebab itu perlu ditelaah lembaga pemasaran dari bentuk usahanya. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran semaksimal mungkin lembaga-lembaga pemasaran melakukan koordinasi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu dalam bentuk integrasi harisontal dan integrasi vertical. Integrasi pasar ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian berikutnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produkproduk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada pula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian. Pedagang pengumpul, jual komoditi yang dibeli tengkulak dari petani biasanya relatif lebih kecil sehingga untuk meningkatkan efisiensi. Jadi pedagang pengumpul ini membeli komoditi pertanian dari tengkulak, sedangkan pedagang besar adalah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsifungsi pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran. Pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2004:81). Menurut Oentoro (2010:210), kelembagaan dan fungsi distribusi adalah pertukaran yang terjadi antara penjual dan pembeli dalam kenyataannya melibatkan
banyak aktifitas. Untuk keperluan distribusi fisik barang, seseorang harus terkait dengan fungsi pengangkutan dan penyimpanan. Seseorang juga harus berkomunikasi dengan pembeli potensial melalui pengiklanan, personal selling, atau promosi penjualan untuk mendorong kesadaran konsumen atas produk dan berupaya membujuk mereka agar bersedia membeli. Dukungan riset pemasaran dan keuangan akan semakin mempercepat proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Kelembagaan distribusi produk dalam hal ini akan melihat keterkaitan organisasi yang terlibat dalam proses pembuatan produk hingga ketersediaan produk untuk tujuan konsumsi akhir atau diproses lebih lanjut. Upaya ini dapat ditempuh perusahaan dengan cara menyampaikan langsung, door-to-door, seperti hanya yang dilakukan perusahaan Sambal, atau perusahaan dapat juga menggunakan mediator dalam membantu menyampaikan produk pada jangkauan wilayah yang lebih luas. Lembaga pemasaran ingin mendapatkan mendapatkan keuntungan sehingga harga dibayarkan oleh lembaga pemasaran itu juga berbeda. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran. Jadi, harga jual ditingkat produsen (petani, ternak, dan nelayan) akan lebih rendah dari pada harga jual di tingkat pedagang perantara (Rahim dan Hastuti, 2007:122).
D.
Fungsi Pemasaran Menurut Sudiyono (2004:82) Fungsi pemasaran terbagi atas tiga diantara lain
adalah : 1.
Fungsi Pertukaran Dalam pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut
pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan konsumen ataupun lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran.
Sedangkan fungsi pembeli ini diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi pertanian yang akan dikonsumsi ataupun digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan pemindahan hak milik ini, lembaga yang melakukan penjualan maupun pembelian, tidak berhadap secara langsung. Lembaga pemasaran yang melakukan proses penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (selling broker), sedangkan lembaga pemasaran yang melakukan proses pembelian melibatkan makelar pembelian (buying broker). 2.
Fungsi Fisik Meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap
komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan ini meliputi perencanaan, pemilihan dan pergerakan alat-alat transportasi dalam pemasaran produk-produk pertanian. Fungsi pengangkutan ini pada prinsipnya adalah memindahkan produk-produk pertanian dari daerah surplus, dimana kegunaan produk pertanian rendah, ke daerah minus atau dari daerah produsen ke daerah konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, maka harus diperhatikan aspek-aspek : macam alat angkut, resiko kerusakan selama pengangkutan, kapasitas muatan dan keadaan daerah antara produsen dan konsumen. Fungsi fisik lainnya adalah penyimpanan. Fungsi penyimpanan ini diperlukan karena produksi komoditi pertanian bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi bersifat relatif tepat dari waktu ke waktu. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses pemasaran berlangsung. 3.
Fungsi Penyediaan Fasilitas Pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi
fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga.
Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana. Standarisasi yaitu menetapkan grade (tingkatan) kriteria kualitas komoditi tertentu. Penetapan kualitas komoditi pertanian berdasarkan grade-grade tertentu berdasarkan salah satu atau beberapa sifat produk pertanian (misalnya: ukuran, bentuk, warna, rasa dan masakan) ini disebut juga grading. Grading ini dapat meningkatkan keuntungan produsen, meningkatkan kepuasan konsumen dan meningkatkan keuntungan produsen, meningkatkan efisiensi pemasaran dengan adanya grading ini produsen atau penjual dapat meningkatkan keuntungan dengan adanya spesialisasi konsumsi dari konsumen terhadap produk yang dijual serta perlakukan harga jual yang lebih tinggi daripada harga yang dibayar konsumen sebelum dilakukan grading. Peter Drucker, salah seorang ahli yang terkenal dalam bidang manajemen mengatakan, tujuan pemasaran adalah membuat agar penjual berlebih-lebihan dan mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehingga produknya atau pelayanannya cocok dengan konsumen tersebut dan laku dengan sendirinya. Hal itu bukan berarti bahwa penjualan dan promosi menjadi tidak penting, tetapi keduanya lebih merupakan bagian dari bauran pemasaran (marketing mix) yang lebih luas, atau seperangkat alat pemasaran yang harus dimanfaatkan untuk meraih dampak maksimum dari pasar (Oentoro 2010:3).
E.
Saluran Pemasaran Menurut Rahim dan Hastuti (2007:113), saluran pemasaran adalah jalur yang
dilalui oleh arus barang dari produsen keperantara sampai pada konsumen, atau struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luas perusahaan yang terdiri dari agen, pedagang besar, dan pengecer yang dilalui barang/jasa saat dipasarkan. Peta jalur pemasaran cabai, di setiap Desa, terutama di sentra-sentra penanaman cabai, pasti ada tengkulak atau pedagang pengumpul hasil pertanian. Para tengkulak
ini biasanya membeli cabai dari petani dan menjualnya di pasar setempat, pasar induk di tiap provinsi, pasar induk atau pasar swalayan (Anonim, 2008:7). Dalam
saluran
pemasaran
harga
merupakan
satu-satunya
komponen
menghasikan pendapatan, sedangkan unsur lainnya dalam saluran pemasaran menunjukkan biaya. Definisi harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Imran, 2012:55). Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran distribusi yang ingin dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian, saluran pemasaran menurut bentuknya dibagi dua, yaitu : pertama, saluran distribusi langsung yaitu penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti (penjualan di tempat produksi, penjualan di took/gerasi produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat). Kedua, saluran distribusi tak langsung yaitu bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada para konsumen. Perantara adalah mereka yang membeli dan menjual barang-barang tersebut dan memilikinya. Mereka bergerak di bidang perdagangan besar dan pengecer. Sementara agen adalah orang atau perusahaan yang membeli
atau menjual barang untuk
perdagangan besar (Sudiyono, 2004:76). Menurut Downey dan Erickson (1992) dalam Suarda (2009:115) bahwa penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir sering dinamakan sebagai saluran pemasaran, kerumitan saluran tersebut tergantung pada jenis komoditinya. Swasta dan Sukotjo (1983) dan Suarda (2009:115) mengemukakan bahwa ada lima macam saluran pemasaran dalam pemasaran masing-masing konsumsi yaitu: 1.
Produsen - Konsumen akhir
2.
Produsen- Pengecer – Konsumen akhir
3.
Produsen – Pedagang besar – Pengecer – Konsumen akhir
4.
Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen akhir
5.
Produsen –Agen – Pedagang besar – Pengecer – Konsumen akhir Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat
menggunakan saluran panjang ataupun saluran pendek sesuai dengan kebijaksanaan distribusi yang ingin dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian, rantai distribusi langsung menurut bentuknya di bagi dua yaitu: Pertama : saluran distribusi langsung (direct chanenel of distribution) yaitu penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjualan di tempat produksi, penjualan di took/gerai produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat. Kedua : saluran distribusi tak langsung yaitu, bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa kepada para konsumen. Angipora (1999) dalam Rahim dan Hastuti (2007:144) mengemukakan pengertian tentang perantara adalah mereka yang membeli dan menjual barang-barang tersebut dan memilikinya. Mereka bergerak di bidang perdagangan besar dan pengecer. Sementara agen adalah orang atau perusahaan yang membeli atau menjual barang untuk perdagangan besar (manufacturer). Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1.
Jarak antar produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang di tempuh oleh produk.
2.
Cepat tidaknya produk rusak, Produk yang cepat atau yang mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.
3.
Skala produksi, bila produksi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini akan menguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar.
4.
Posisi keungan pengusaha. Produsen yang posis keungannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran.
F.
Margin Pemasaran Margin pemasaran adalah selisih antara dua pengembalian atau hasil produk
pada dua tingkatan dalam saluran pemasaran, misalnya selisih antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (Rahim dan Hastuti, 2007:127) Dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual dan pembeli bertemu langsung sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan secara agrerat. Dengan demikian, tidak perbedaan antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer atau konsumen akhir. Margin pemasaran dapat pula didefinisikan dengan dua cara, yaitu: Pertama, margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Defini pertama dikemukakan oleh Daly (1958) dan diterangkan lebih lanjut oleh Friedman (1962). Kedua, margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Definisi kedua ini dikemukakan oleh Waite dan Trelogan (1951). Komponen margin pemasaran ini terdiri dari: 1) biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost), dan 2) keuntungan (profit) lembaga pemasaran (Sudiyono, 2004:94). Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat dianalisa sebagai berikut. Harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga di tingkat pengecer, yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan. Sedangkan harga di tingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan dengan kurva penawaran primer (Sudiyono, 2004:96). Komponen margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut
dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost) dan keuntungan (profit) lembaga pemasaran. Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian terdapat lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007:130) Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran atau tata niaga komoditas pertanian adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer (konsumen) dengan harga yang diterima oleh produsen (petani, nelayan, peternak). Dengan kata lain, margin pemasaran merupakan berbedaan harga di tingkat konsumen ( harga yang terjadi karena perpotongan kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan, dengan harga di tingkat konsumen (harga yang terjadi karena perpotongan kurva penawaran atau primer dengan permintaan turunan). Distribusi margin pemasaran pada uraian dijelaskan bahwa margin pemasaran merupakan selisih antara yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima petani (Pr – Pf). Berdasarkan pemasaran dijelaskan bahwa margin pemasaran sendiri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktifitas pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono, 2004:103). Untuk mengetahui bagian (share) yang diterima petani/nelayan/peternak dapat dilihat keterkaitannya antara pemasaran dan proses produksi. Komoditas yang diproduksi secara secara efisien (biaya per unit tinggi) harus dijual dengan harga per unit lebih tinggi. Dengan demikian, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) menjadi kecil. Semakin panjang rantai pemasaran biaya pemasaran akan semakin besar. Hal ini berakibat semakin banyak margin pemasaran sehingga harga yang diterima petani (farmer’s share) semakin kecil. Menurut Rahim dan Diah (2007:140) besarnya margin yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat pemprosesan, biaya transportasi, keawetan, atau mutu, dan jumlah produksi. Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan ternak) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Biayapun merupakan korbanan yang diukur untuk satu saluran alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya. Biaya komoditas pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi atau biaya angkut, biaya pungutan retribusi dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda pada satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer dan sebagainya) dan fektifitas pemasaran yang dilakukan, serta macam komoditasnya (Rahim dan Hastuti, 2007:141).
G.
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Istiyanti (2010), dengan judul
Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan adalah dengan cara mendeskripsikan semua lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai merah keriting di Kecamatan Ngemplak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Ngemplak terdapat tiga saluran pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai merah keriting yaitu pedagang pengecer, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Arifianto (2007), dengan judul Analisis Margin Pemasaran dan Keterpaduan Pasar Daging Domba di Kabupaten Majalengkan Jawa Barat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, mula-mula data dikumpulkan lalu disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Ngemplak terdapat tiga lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai merah kriting yaitu pedagang pengecer, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Agustian (2008), dengan judul Perkembangan Harga dan Rantai Pemasaran Komoditas Cabai Merah di Provinsi Jawa Barat. Analiss yang dipakai adalah analisis secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis perkembangan harga
komoditas cabai dihitung trend pertumbuhannya. Sementara, dalam hal pemasaran di analisis net margin pemasaran. Disamping itu juga, akan dilihat alur atau rantai pemasaran serta sebaran margin pemasaran pada kelembagaan yang terlibat didalamnya. Metode penelitian ini secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk holtikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem pemasaran yang efisien harus mampu memenuhi dua persyaratan yaitu: (1) mengumpulkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya, (2) mampu mendistribusikan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat mulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran. Kuntadi (2012), dengan judul Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Lahan Pasir Melalui Pasar Lelang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penarikan petani contoh digunakan metode multistage random sampling. Analisis data menggunakan analisis biaya dan pendapatan, margin pemasaran dan indeks monopoli (MPI), dan model regresi binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dan harga cabai merah yang dijual melalui pasar lelang lebih tinggi daripada harga jual cabai merah yang tidak melalui pasar lelang. Haryanti (2012), dengan judul Analisis Perilaku Harga Dalam Pemasaran Cabai Merah di Kabupaten Sragen. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan metode penjelasan. Teknik analisis data menggunakan analisis musiman, analisis ekuilibrium harga dan analisis perilaku pasar dan keragaan pasar. Analisis keragaan berhubungan dengan perhitungan efisiensi penetapan harga, meliputi integrasi pasar, marjin pemasaran dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan harga cabai merah cukup menguntungkan.
H.
Kerangka Pikir Adapun yang menjadi kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini.
Usahatani Cabai Rawit
Sistem Pemasaran
Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran Langsung
Fungsi Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Saluran Pemasaran Tidak Langsung
Margin Pemasaran dan Distribusi Margin Pemasaran Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Pemasaran Cabai Rawit di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa, salah satu tanaman pangan yang cukup besar pontensinya dalam perekonomian Indonesia adalah tanaman cabai rawit. Usahatani cabai rawit adalah sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dilihat dari sistem pemasarannya bersangkut paut dengan unsur-unsur lembaga yang utama dalam lingkungan hidup organisasi yang saling berhubungan dan pengaruh mempengaruhi untuk membuahkan suatu hasil di pasaran. Sedangkan saluran pemasaran adalah seperangkat atau sekelompok organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industri. Saluran pemsaran terbagi dua yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung, saluran pemasaran langsung adalah penyaluran barang/jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, saluran pemasaran tidak langsung adalah bentuk saluran ditribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada para konsumen. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran terbagi dua yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayar ke produsen dan harga yang dibayarkan konsumen akhir, sedangkan distribusi margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Distribusi margin pemasaran adalah berapa besar bagian margin yang digunakan untuk melakukan fungsi pemasaran dan yang digunakan untuk keuntungan pemasaran.
I.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pikir toeritis
maka dapat disusun hipotesis yaitu: 1. Diduga saluran pemasaran cabai rawit yang ada di Desa Bionga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo adalah lebih dari satu saluran pemasaran. 2. Diduga dengan sistem pemasaran cabai rawit akan menimbulkan margin, distribusi margin pemasaran dan share.