8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Televisi Keberadaan perkembangan arus informasi berjalan secara alamiah sesuai dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Alfin Tofler dalam Ciptono menjabarkan siklus peradaban manusia dalam tiga kategori utama, yaitu pertama ditandai dengan penemuan-penemuan di bidang pertanian, kedua dengan revolusi industri, dan ketiga dikembangkannya revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.4 Televisi secara harfiah berarti “melihat dari jauh”. Namun, demikian dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi 2 bagian utama. Pertama pemancar televisi yang berfungsi merubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh.5 Kedua, televisi yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubah kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi
4
Ciptono Setyobudi , Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005,Hal:1 5 Ibid, Hal :2
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
tadi dapat dikatakan bahwa televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh sekalipun.6 Televisi menjadi cermin perilaku masyarakat kita dan sudah menjadi candu. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Kesimpulanya, televisi mampu memasuki setiap relung-relung kehidupan kita tanpa kita sadari, dari sudut teknologi, kehadiran televisi boleh diacungi jempol. Lewat televisi inilah seluruh masyarakat dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa penting ataupun acara hiburan yang disiarkan televisi. Sejak pemerintah membuka televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 Agustus 1962, maka selama 27 tahun pesawat televisi Indonesia hanya dapat menonton suatu siaran televisi saja. Namun, dalam waktu beberapa tahun ini industri pertelevisian di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat.7 Televisi merupakan medium yang tidak hanya mengarahkan pengetahuan tentang dunia tetapi mengarahkan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Televisi mencampuradukan berbagai realitas pengalaman kita yang berlainan, kadangkala berisi mimpi, kenyataan, kegiatan, harapan
atau
angan-angan
sehingga
penonton
mengidentifikasikan pengalaman yang sebenarnya terjadi. 6 7
Ibid, Hal: 3 Ibid, Hal: 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sulit
untuk
10
Televisi adalah suatu bentuk budaya pop akhir abad kedua puluh. Tidak diragukan lagi televisi merupakan aktivitas waktu luang paling populer di dunia. Kubey dan Csikszenthmihalyi dalam John Storey mengatakan di seluruh dunia ada lebih dari 3,5 milyar jam dihabiskan untuk menonton televisi dan orang Amerika rata-rata menghabiskan lebih dari tujuh tahun menonton televisi. Allen dalam John Storey mengatakan bahwa khalayak Inggris, misalnya menghaiskan rata-rata lebih dari sepertiga jam terjaganya untuk menonton televisi. Di Amerika, rata-rata jam yang dihabiskan untuk menonton sekitar dua kalinya.8 Dengan berkembangnya pertelevisian saat ini, tentunya merupakan salah satu fakta tumbuhnya perekonomian yang sudah meningkat di Indonesia. Di Indonesia sendiri, televisi merupakan medium terfavorit bagi pemasang iklan, karena hal itu mampu menarik investor untuk membangun industri televisi. Saat ini perkembangan pertelevisian sangat pesat. Dapat dirasakan sejak lahirnya televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI pada tahun 1989 di Jakarta selanjutnya SCTV lahir di Surabaya tahun 1990, disusul lagi oleh, TPI, INDOSIAR, dan ANTV lalu sejak tahun 2000an muncul hampir serentak 5 TV swasta baru yaitu METRO TV, TRANS TV, TRANS 7, LATIVI( TV-ONE), dan GLOBAL TV. Kemudian dalam
8
John Storey, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode: Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, 2007, Yogyakarta: Jalasutra, Hal:11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
beberapa tahun belakangan ini, muncul pula beberapa stasiun lokal (daerah) lainya.9 2.2 Program Siaran Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun. Yakni program yang membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata ”siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.10 2.2.1 Jenis Program Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama proram itu menarik dan disukai
9
Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir , Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005, Hal : 152 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008, Hal: 199 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Dari berbagai macam program yang disajikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu.11 1. Program Informasi, adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberitahukan tambahan pengetahuan (informasi kepada khalayak audience). a. Berita Keras (Hard News), adalah segala bentuk informasi yang penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak audience secepatnya. (1) Straight News, suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. (2) Feature, adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik. (3) Infotainment, adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity). b. Berita Lunak (Soft News), adalah informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indeph) namun tidak bersifat harus segera diayangkan.
11
Ibid, Hal: 208
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
(1) Current Affair, adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. (2) Magazine, adalah program yang menampilkan informasi dan mendalam. Magazine menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya. (3) Documenter, adalah program informasi yan berujuan untuk $pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. (4) Talk Show, adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topic tertentu yang dipandu oleh pembawa acara. 2. Program Hiburan, adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, music dan permainan (game). a. Drama, adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. a.1.Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
a.2.Film, televisi menjadi media paling akhir yang dapat menayangkan film sebagai salah satu programnya karena pada awalnya tujuan dibuatnya film untuk layar lebar. Kemudian film itu sendiri didistribusikan menjadi VCD atau DVD setelah itu film baru dapat ditayangkan di televisi. b. Permainan atau game show, adalah suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang, baik secara individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. c. Musik, progam ini merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio maupun diluar studio. Program musik di televisi ditentukan oleh artis yang menarik. 2.2.2 Talk Show Program Talk show atau program perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu dan dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. 12
12
Ibid, Hal: 212
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Talk show merupakan wacana broadcast yang bisa dilihat sebagai produk media maupun sebagai talk oriented terus menerus. Sebagai produk media, talk show dapat menjadi ‘teks’ budaya yang berinteraksi dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran makna. Sebagai sebuah proses dialog, talk show akan memperhatikan masalah efisiensi dan akurasi, pada aspek: kontrol pembawa acara, kondisi partisipan dan event evaluasi audiens. Talk
show
mempunyai
ciri
tipikal:
menggunakan
percakapan sederhana (casual conversation) dengan bahasa yang universal (untuk menghadapi heterogenitas khalayak). Tema yang diangkat mestilah benar-benar penting (atau dianggap penting) untuk
diketahui
khalayak
atau
setidaknya
menarik
bagi
pemirsanya. Wacana yang diketengahkan merupakan isu (atau trend) yang sedang berkembang dan hangat di masyarakat. Program wawancara (interview) termasuk jenis The Talk Show Program. Bentuk yang lain adalah diskusi panel. Dalam hal ini terdapat dua macam wawancara, yaitu wawancara luar studio dan wawancara di studio. Cara memproduksi program wawancara luar studio tidak jauh beda dengan cara memproduksi program voxpop. Namun, wawancara studio memiliki beberapa persiapan dan cara memproduksi program yang berbeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Memproduksi program talk show wawancara yang baik di televisi merupakan suatu kerja keras, karena program itu memerlukan persiapan-persiapan yang cukup banyak. Tanpa persiapan yang sungguh-sungguh program ini hanya menjadi program yang membosankan dan ditinggalkan para penonton. Jika program ini disajikan dengan baik, penonton memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna, bermakna dan bukan sekedar program untuk membuang waktu luang. 13 Tahapan pembuatan talk show: a. Perencanaan Pertama-tama seorang produser atau pewawancara harus menentukan siapa tamu kita. Untuk itu, biasanya dipilih seorang tokoh yang populer di masyarakat dalam bidangnya, atau bisa jadi seorang tokoh kontroversi, di mana masyarakat biasanya ingin tahu pandangan-pandangan mengenai suatu peristiwa aktual. Setelah itu, produser atau pewawancara harus mencari informasi sebanyak-banyaknya.14 b. Persiapan Setelah produser memiliki data lengkap tentang tokoh yang diwawancarai dan kurang lebih mengetahui pada apa yang ingin diketahui oleh penonton atau masyarakat, serta 13
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007, Hal: 77-81 14 Ibid, Hal: 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
permasalahan apa yang ingin dimintakan penjelasan pada sang tokoh, produser siap membuat pertanyaan-pertanyaan untuk program talk show wawancara. Pertanyaan wawancara seyogianya disusun mulai dari pertanyaan yang tidak terlalu berat. Satu atau dua pertanyaan disiapkan dengan harapan jawaban
tokoh
berupa
penjalasan
atau
ikhtisar
dari
permasalahan yang akan dibahas dan posisi tokoh dalam permasalahan itu.15 c. Pelaksanaan Produksi Dalam memproduksi program wawancara setelah tokoh dipilih dan pertanyaan-pertanyaan tersusun dari hasil riset terhadap tokoh, produser atau pewawancara kemudian mengundang tokoh itu untuk melaksanakan program talk show waancara di studio televisi. Untuk program talk show interaktif, biasanya sudah hadir penonton yang akan terlibat dalam program tersebut. Atau mungkin program tersebut ditayangkan tanpa penonton di televisi, tetapi interaktif dilaksanakan melalui telepon. Dalam dua cara program talk show wawancara, tokoh perlu diundang untuk familiarisasi dengan suasana terlebih dahulu.16
15 16
Ibid, Hal: 79 Ibid, Hal: 80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.2.3 Jenis jenis talkshow Sebenarnya talk show dikategorikan menjadi dua, yaitu: a) Talk show yang sifatnya ringan dan menghibur, b) Talk show yang sifatnya formal dan serius. Talk show yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam kategori berita, sementara talk show yang sifatnya ringan dan mengibur termasuk dalam kategori informasi. Untuk kategori yang kedua ini, talk show biasanya disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah acara (host) alias moderator
yang
menghidupkan suasana dengan komentar-
komentar atau ulah jahil yang memancing tawa. 2.3 Reproduksi Makna Menurut Eriyanto, reproduksi makna adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Reproduksi makna ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya ataukah diburukan. Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.17 Kedua, bagaimana reproduksi makna tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Dalam reproduksi makna sangat mungkin terjadi mispresentasi atau ketidak benaran penggambaran, kesalahan penggambaran. John Fiske dalam Eriyanto mengatakan bahwa saat menampilkan peristiwa, gagasan, kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang harus dihadapi. Reproduksi makna mengkonstruksi identitas bagi kelompok yang bersangkutan. Identitas adalah pemahaman kita tentang kelompok yang direpresentasikan sebuah pemahaman ihwal siapa mereka, bagaimana mereka dinilai bagaimana mereka dilihat oleh orang lain. Memang ada segi negatif dan positif. Pemahaman tersebut bisa secara umum dimiliki oleh anggota kelompok itu dan oleh orang lain di luar kelompok. Kendati demikian pemahaman yang menyeluruh tentang identitas kelompok oleh anggotanya, besar kemungkinan berbeda dengan pangan yang dikonstruksikan oleh mereka yang ada di luar kelompok. Secara 17
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Teks Media, Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2001, Hal: 113
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
lebih tepat, reproduksi makna didefinisikan sebagai penggunaan ‘tandatanda’ (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik.18 Stuart Hall dalam Wibowo mengatakan bahwa ada dua hal proses reproduksi makna. Pertama, reproduksi makna, yaitu konsep ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual), reproduksi makna mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’ yang berperan penting falam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. John Fiske dalam Wibowo merumuskan ada tiga proses yang terjadi dalam representasi melalui tabel di bawah ini:19 Tabel 2.1 Tiga Proses dalam Reroduksi Makna REALITAS Dalam
bahasa
tulis,
seperti
PERTAMA dokumen wawanara transkip dan sebagainya. Dalam televisi seperti
18
Ibid, Hal: 114 Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, Hal: 123 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak gerik, dan sebagainya. REPRODUKSI MAKNA Elemen
tadi
ditandakan
secara
teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata,
proposisi,
kalimat,
foto,
caption, grafik, dan sebagainya (dalam TV seperti kamera, musik, KEDUA tata cahaya, dan lain-lain). Elemenelemen tersebut di transmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaiman objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog, dan lain-lain) IDEOLOGI Semua
elemen
diorganisasikan
dalam koherensi dan ide ideologi, KETIGA seperti individualisme, libelarisme, sosialisme,
patriaki,
ras,
kelas,
matrealisme, dan sebagainya.
Reproduksi makna bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep reproduksi
makna sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
pemaknaan baru. Reproduksi makna berubah-ubah akibat makna yang juga berubah-ubah. Setiap waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan. Jadi reproduksi makna bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia senidiri yang juga terus bergerak dan berubah. Reproduksi makna merupakan suatu proses usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru baru yang menghasilkan pemaknaan baru, jugamerupakan hasil pertumbuhan konstruksi pemikira manusia, melalui reproduksi makna diproduksi dan dikonstruksi. Ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat suaatu hal bermakna sesuatu. 2.4 Pemaknaan 2.4.1 Tanda dan Makna Konsep-konsep Dasar Semua model mengenai makna secara luas memiliki bentuk yang hampir sama. Masing-masing terfokus pada tiga elemen yang dengan cara tertentu ataupun cara lainn pasti terlibat didalam semua kajian mengenai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
makna. Elemen-elemen tersebut adalah: (1) Tanda, (2) Acuan dari tanda, (3) Pengguna tanda. 20 Sebuah tanda ialah sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indera kita mengacu pada sesuatu di luar dirinya dan bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah tanda. Kita ambil contoh yang pernah sudah dipakai sebelumnya: menarik telinga saya sebagai sebuah tanda didalam lelang. Pada kasus ini tanda megacu pada tawaran saya, dan hal tersebut diketahui oleh pelelang telah terjadi kounikasi.21 Kincaid dan Schram dalam Sobur memberikan contoh, jika seseorang mengatakan “hitam adalah putih”, atau apabila orang itu mengatakan : “Jika Anda bergerak ke depan mengikuti garis lurus, Anda akan kembali ke posisi yang sekarang,” maka reaksi Anda yang pertama kali akan timbul mungkin berupa perkiraan bahwa orang itu berbicara tapa mengetahui
apa
yang
dikatakannya.
Pernyataannya
merupakan
kontradiksi. Anggapan ini timbulo, karena kita melihat adanya persamaan syarat-syarat atau menafsirkan pesan-pesan itu dalam pertalian yang sama pada saat pernyataan itu diucapkan. Jadi kita tidak memahami makna perkataannya itu. Kalau kepada pihak-pihak lain untuk pertama kalinya hendak diyakinkan bahwa orang dapat berlayar pulang kembali kalau arah haluan tetap sama, maka untuk itu pertama-tama pihak yang bersangkutan harus menerima kenyataan bahwa bumi berbentuk bundar, dan bukan 20
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, Hal : 68 21 Ibid, Hal:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
pipih. Untuk meyakinkan bahwa “hitam adalah putih”, harus dulu film negatif dari potret hitam putih dalam pertalian ini benarlah pernyataan “hitam adalah putih” dan putih adalah hitam” contoh ini melukiskan beberapa faktor pertalian atau konteks yang mempengaruhi makna-makna yang diberikan dalam situasi tertentu.22 Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam unsur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistik itu sebabnya, beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam alex, misalnya, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua atau lebih. Sedangkan Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan komunikasi adalah proses memahami dan berbagai makna.23 2.4.2 Semiotik dan Makna Semiotik melihat komunikasi sebagai penciptaan/ pemunculan makna dalam pesan baik oleh pengirim maupun penerima. Makna tidak bersifat absolut, bukan suatu konsep status yang bisa ditemukan terbungkus rapi didalam pesan ini. Negosiasi mungkin erupakan istilah yang paling berguna untuk mengindikasikan hal-hal seperti: keada-dandari, memberi-dan-menerima antara manusia atau orang dan pesan. Makna 22 23
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Hal: 246 Ibid, Hal:255
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
adalah hasil interaaksi dinamis atar tanda konsep mental (hasil interpretasi), dan objek: muncul dalam konteks historis yang spesifik dan mungkin berubah seiring dengan waktu. Bahkan mungkin akan berguna mengganti istilah ‘makna’ dan menggunakan istilah yang jauh lebih aktif dari teori lainnya, yaitu ‘semiosis’-tindakan yang memaknai.24 Istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, Ogden Richards telah mengumpulkan dari 22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang llinguistik. Dalam penjelasan Umberto Eco, maka dari sebuah wahana tanda (sign-vehicle) adalah suatu cultural yang di peragakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta, dengan begitu secara sistematik mempertunjukan pula ketidakketergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya. Sehubungan dengan usaha menjelaskan makna filsuf dan linguis mencoba menjelaskan dalam tuga hal, yakni:25 1. Menjelaskan kata makna secara alamiah 2. Mendeskripsikan kalimat secara ilmiah 3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi
24
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, Hal: 76-77 25 Ibid, hal:256
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
2.5 Semiotika 2.5.1 Pengertian Semiotika Semiotika berasal dari kata Yunani yaitu semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotik sebagai metoode kajian kedalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotik, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat dipandang sebagai tanda.26 Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda menurut Eco dala Alex Sobur. Van Zoest dalam Alex Sobur mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.27 Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/ wacana tertentu.
Analisisnya
bersifat
paradigmatic
dalam
arti
berupaya
menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah
26
Sumbo Tinarbuko, Semiotik Komunikasi Visual, Jala Sutra, Yogyakarta, 2008, Hal:11 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Anallisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Hal: 95 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
teks. Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya menemukan makna ‘berita di balik berita’.28 2.5.2 Analisis Semiotika Menurut Roland Barthes Roland mengembangkan
Barthes kajian
(1915-1980) yang
adalah
sebelumnya
ahli
semiotika
yang
punya
warna
kental
struktualisme kepada semiotika teks. Barthes melontarkan konsep konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model ‘glossematic sign’ (tanda-tanda glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan subtansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda (Sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifer dalam hubungannya (R) dengan content (atau signifed) (C): ERC. Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula. Pendekatan semiotika menurut Barthes merupakan suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana “sign” atau “tanda-tanda” dan berdasarkan pada “sign system” (code) “sistem tanda”.29
28
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013, Hal: 7-8 29 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung: 2009, Hal: 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya, Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model ‘glossematic sign” (tanda-tanda glosematik).30 Salah satu area yang terpenting yang ditambah Barthes dalam studinya tentang tanda-tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai system pemaknaan tataran kedua, yang dibangun atas system lain yang telah ada sebelumnya. System kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang didalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau system pemaknaan tataran pertama.31
30 31
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Op. Cit., Hal: 21 Alex Sobur, Op.Cit., Hal: 68-69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Tabel 2.2 Tabel Tanda Roland Barthes 1. Signifer
2. Signified
(penanda)
(pertanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Conotative Signifer
5. Conotative Signnified
(penanda konotatif)
(pertanda konotatif)
6. Conotative Sign (tanda konotatif) Sumber: Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2003, Hal: 69 Dari peta Barthes diatas terlihat tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.32
32
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2009. Hlm 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkatan denotasi dan konotasi. Selain itu Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya yaitu mitos. Secara sederhana, tanda dan makna Roland Barthes dapat digambarkan sebagai berikut:33 Gambar 2.1 Tanda
Denotasi
Konotasi (Kode)
Mitos
1) Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan pertanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Makna denotasi dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak. 2) Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Konotasi menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis seperti, perasaan, emosi, atau keyakinan.
33
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra, Yogyakarta: 2010, Hal: 261-262
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadarai. Audience mudah sekali membaca makna konotatif sebagai makna denotatif.34 3) Mitos adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebenarnya arbirter atau konotatif. Sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Nilai ini berkaitan dengan nilai-nilai ideologi, budaya, moral, spiritual. Barthes melihat konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.35 Mitos
menciptakan
suatu
sistem
pengetahuan
metafisika
untuk
menjelaskan asal usul, tindakan, dan karakter manusia selain fenomena di dunia. Dengan mitos, dapat mempelajari bagaimana masyarakat yang berbeda menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar tentang dunia dan tempat bagi manusia di dalamnya.36 Roland Barthes menyebut mitos versi modern dengan mitologi. Mitologi adalah refleksi versi modern dari tema, plot dan karakter mitos. Mitologi berasal dari gabungan mythos (pemikiran mitos yang benar) dan logos (pemikiran rasional-ilmiah).37
34
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta: 2011, Hal: 17 35 Ibid, Hal: 70-71 36 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Jalasutra, Yogyakarta: 2012, Hal: 168 37 Ibid, Hal: 173
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Dalam pandangan Umar Yunus, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, tetapi melalui anggapan berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh karena itu lebih banyak hidup dalam masyarakat. Sikap seseorang terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri seseorang itu.38 Mitos yang tetap , ia akan menjadi ideologi. Banyak sekali fenomena budaya dimaknai dengan konotasi dan jika menjadi tetap dan mantap makna fenomena itu menjadi mitos, dan kemudian menjadi ideologi. Akibatnya makna tidak lagi dirasakan oleh masyarakat sebagai hasil konotasi.39 Ideologi membuat anggota suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka dan memberinya kontribusi dalam membentuk solidaritas di dalam kelompok. Dalam persepektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting : a)
Ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual yaitu ia membutuhkan “share” diantara anggota kelompok organisasi atau kreativitas dengan orang lainnya. Hal-hal yang dibagi tersebut vagi anggota kelompok digunakan untuk
38
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, 2011, Op.Cit, Hal: 17 Syaiful Halim, Postkomodifikasi Media & Cultural Studies, Indie Book Corner, Jogjakarta: 2012, Hal: 125
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap. b)
Ideologi walaupun bersifat sosial, ia digunakan secara internal diantara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi, tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakannya dengan kelompok lain. 40
2.6 Pahlawan Pada zaman dahulu saat Indonesia masih dijajah oleh bangsa lain, gelar pahlawan atau disebut juga heroisme diberikan kepada siapa saja yang mati di medan perang untuk membela bangsa, negara maupun agama. Namun di era modern ini julukan heroisme menjadi lebih luas maknanya dan tidak ada batas. Misalnya saja seorang guru dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa atau seorang penyanyi ternama dan terkenal yang go international mengharumkan nama bangsa. Maka secara umum pahlawan dapat diartikan sebagai orang-orang yang berkarya nyata ditengah masyarakat, karya mereka merupakan pengabdian dan memberi manfaat positif pada ligkungan atau kelompok masyarakat, mereka juga melakukan inovasi serta pemberdayaan pada bidang pekerjaannya.
40
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. 2011. Op.Cit. Hlm 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Heroisme berarti membicaarakan kualitas seorang pahlawan, konsep heroisme adalah tingkat abstraksi tinggi, terutama konsep moral dan membutuhkan sistem filosofis yang rasional, termasuk prinsip dasar intergrasi pikiran dan fisik heroisme atau kepahlawanan. Heroisme diukur dari beberapa hal antara lain, komitmen terhadap moral yang juga merupakan dasar heroisme. Karakteristik keadaan adalah kecakapan atau kemampuan mempertahankan kebaikan melawan kejahatan. Kemampuan yang dimaksud tidak hanya kemampuan fisik tetapi juga intelektual karakteristik ketiga adalah komitmen yang tidak kuat, dengan tujuan yang hendak diraihnya eski harus memberikan perlawanan terhadap lawan yang kuat.41 Kata pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya demi membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah sebuah kata benda. Secara etimologis kata pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta “phala” yang bermakna hasil atau buah. Dalam bahasa inggris pahlawan disebut heroisme yang secara etimologis berasal dari kata hero yang berarti pahlawan, pejuang, atau pembela. Seadangkan isme yang berarti paham, ideologi, atau keyakinan. Sehingga heroisme dapat diartikan keyakinan untuk memperjuangkan. Menurut pandangan saya, pahlawan atau heroisme adalah seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat dan
41
Andrew Bersnstein, The Philosophical Foundation oh Herois, London: Artieles, Hal: 69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
memiliki dorongan dari keyakinan tersebut untuk melakukan hal positif yang akan berguna bagi setiap orang. Heroisme dapat mendatangkan efek positif yaitu menguatkan karakter tegas dalam cerita anda. Jika tidak pernah sekalipun bertindak heroik bisa dipastikan mental orang tersebut dengan mudah, tertekan, lain halnya dengan orang yang sudah terbiasa bertindak heroik.42 Ketika para pahlawan meninggal dunia, pensiun atau tidak dapaat melaksanakan
fungsinya,
kepemimpinan
pendiri
diteruskan
oleh
pemimpin penerus. Pemimpin baru tersebut sering mengubah budaya organisasi. Ada juga pemimpin baru yag dapat menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, seperti Lee Lacocca yang enyelamatkan perusahaan mobil Chrysler dari kebangkrutan. Pahlawan organisasi adalah juga mereka yang menciptakan produk baru yang memberi keuntungan besar terhadap organisasi. Organisasi TNI misalnya mempertahankan banyak pahlawan yang telah berjuang dalam melaksanakan fungsi TNI mempertahankan kemerdekaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sepeeti Jendral Sudiran, Kolonel Slamet Riyadi, Komodor Abdurahman Saleh, Jenderal A. H. Nasution, dan Laksmana Yos Sudarso. Para pahlawan tersebut diabadikan dalam bentuk gambar, tulisan, dan patung yang dipasang di kantor atau jalan-jalan di suatu kota. Mereka merupakan panutan bagi anggota organisasi.43
42
Nugroho Tejo Mukti, Heroisme Kehidupan, Jakarta: Attribution Non-Commercial, 2009, Hal: 6 Wirawan, Budaya dan Ilkim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2007, Hal:70. 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Pada intinya pengembangan makna pahlawan itu adalah suatu nilai kepahlaawanan seseorang yang mengabdi untuk kemajuan bangsa ini dari keterpurukan yang masih jauh tertinggal. Di tengah kelangkan sikap dan sifat saling peduli terhadap sesama di zaman ini, namun masih ada sejumlah pejuang kehidupan yang sangat inspiratif. Pejuang-pejuang yang penuh semangat kepahlawanan, berani melawan nasib, rela berkorban tanpa pamrih untuk kepentingan orang lain. 2.6.1 Prosedur Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional I.
Pengertian a. Gelar: Penghargaan Negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pegabdian, darma bakti dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan Negara. b. Pahlawan Nasional: adalah gelar yang diberikan kepada warga Negara Indonesia atau seorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan Negara, atau yang semasa hidupnya
melakukan
tindakan
kepahlawanan
atau
menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi embangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
c. Tindak Kepahlawanan: adalah perbuatan nyata yang dapat dikenang
dan
diteladani
sepanjang
masa
bagi
warga
sikap
dan
prilaku
masyarakat lainnya. d. Nilai
Kepahlawanan:
adalah
suatu
perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan terhadap bangsa dan negara e. Ahli Waris: adlah orang yang berhak menerima warisan atau harta pusaka yaitu istri/ suami yang dinikahi secara sah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan dan anak kandung yang sah. f. Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP): TP2GP adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kementrian yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial sesuai dengan kewenangannya.
TP2GP
bersifat
independen
yang
beranggotakan pa;ing banyak 13 (orang) yang terdiri dari praktisi, akademisi, pakar, sejarawan dan instansi terkait. g. Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD): TP2GD adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya. TP2GD bersifat independen yang beranggotakan paling banyak 13 (orang) yang terdiri dari praktisi, akademis, pakar, sejarawan dan instansi terkait. II.
Sumber Hukum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
1. UU Nomor 20 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK). 2. UU No. 5 Prps Tahun 1964, tentang Pemberian, Penghargaan/ Tunjangan
kepada
Perintis-Pergerakan
Kebangsaan/
Kemerdekaan. 3. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. 4. UU No. 32 Tahun 20004 tentang Pemerintah Daerah. 5. PP Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UndangUmdang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. 6. PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. III.
Kriteria UU No. 20 Tahun 2009, tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 25 dan 26, untuk memperoleh Gelar: A. Syarat Umum: 1. WNI atau seseorang yang berjuang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah NKRI; 2. Memiliki integritas moral dan keteladanan; 3. Berjasa terhadpa bangsa dan Negara; 4. Berkelakuan baik; 5. Setia dan tidak menghianati bangsa dan Negara; dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
6. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun B. Syarat Khusus: 1. Pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; 2. Tidak pernah menyerah pada usuh dalam perjuangan; 3. Melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; 4. Pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara; 5. Pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa; 6. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/ atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
7. Melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. 44 Tabel 2.3 2.6.2. Perbedaan Makna Pahlawan Versi Lama dan Versi Baru No. 1.
Makna Lama
Makna Baru
Berjuang, mengabdi, darma
Pahlawan tidak selamanya
bakti dan memberikan
harus berjuang demi bangsa
karya yang luar biasa
dan negara tetapi berkarya
kepada bangsa dan Negara.
nyata ditengah masyarakat minimal 3 tahun juga dapat dikatakan pahlawan.
2.
Berjuang melawan
Karya mereka merupakan
penjajahan di wilayah yang
pengabdian dan memberi
sekarang menjadi wilayah
manfaat positif pada
Negara Kesatuan Republik
lingkungan atau kelompok
Indonesia yang gugur atau
masyarakat;
meninggal dunia demi membela bangsa dan Negara
44
http://kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai Diakses rabu, 25 desember 2013, pukul 18.47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3.
Tindak Kepahlawanan
Tindak kepahlawanannya
adalah perbuatan nyata yang
dengan melakukan inovasi
dapat dikenang dan
serta pemberdayaan pada
diteladani sepanjang masa
bidang pekerjaanya.
bagi warga masyarakat lainnya. 4.
Nilai Kepahlawanan adalah
Pejuang yang
suatu sikap dan prilaku
mendedikasikan hidup
perjuangan yang
mereka untuk kemanusiaan.
mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan terhadap bangsa dan negara. 5.
Ahli Waris adalah orang
Tidak ada tanda jasa
yang berhak menerima warisan atau harta pusaka yaitu istri/ suami yang dinikahi secara sah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan dan anak kandung yang sah. 6.
Pakaian oleh
yang pahlawan
dikenakan Pakaian zaman pahlawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang saat
dikenakan ini
adalah
42
dahulu
adalah
militer
lengkap
senjata. 7.
Memiliki
seragam pakaian
biasa
selayaknya
dengan masyarakat biasa dan sesuai dengan profesinya.
fisik
yang Tidak harus selalu memiliki
sempura dan kuat.
fisik yang sempurna dan kuat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/