BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Biaya Biaya merupakan komponen penting dalam kegiatan perusahaan yang
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya juga merupakan salah satu informasi yang sangat penting dalam pengelolaan perusahaan, sehingga dapat membantu manajemen dalam usaha mencapai tujuannya. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dipahami pengertian tentang biaya.
2.1.1
Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2009:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti
luas adalah : “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Hansen and Mowen (2009:47) mengemukakan pengertian biaya adalah sebagai berikut : “Biaya adalah asset kas atau nonkas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan keuntungannya bagi perusahaan pada masa sekarang atau masa yang akan datang”.
12
13
Dari definisi di atas, terdapat beberapa unsur dalam definisi biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mencapai tujuan. 2. Dapat diukur dalam satuan uang. 3. Yang sedang terjadi atau secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memperoleh barang dan jasa dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. 5. Sebagai penggunaan atas aktiva bersih untuk memperoleh penghasilan.
2.1.2
Penggolongan Biaya Penggolongan adalah proses pengelompokkan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih memiliki arti penting. Untuk menyajikan informasi biaya yang bermanfaat pada berbagai tingkatan manajemen, maka harus adanya penggolongan biaya yang sesuai dengan informasi yang diperlukan oleh manajemen. Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya, penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep : “different costs for different purposes”. Menurut Mulyadi (2005:13), biaya dapat digolongkan menurut : 1. Objek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan .
14
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaatnya. 1.
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna. 2.
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi& umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan
15
proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya Pemasaran Biaya
pemasaran
merupakan biaya-biaya
yang terjadi
untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). c. Biaya Administrasi dan Umum Biaya
administrasi
dan umum
merupakan biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia, dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expense).
16
3.
Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya lagsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yag dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct department cost) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja di Departemen Pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi Departemen Pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam
departemen tersebut, merupakan
biaya
langsung bagi
departemen tersebut. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah adalah biaya yang
17
yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. 4.
Penggolongan
biaya
menurut
perilaku
biaya
dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: a. Biaya Variabel Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah gaji direktur produksi.
18
5.
Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: a. Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai pos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi
atau
dideplesi.
Contohnya
adalah
pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besarbesaran. b. Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya biaya iklan, biaya tenaga kerja. Sedangkan Supriyono (1999 : 18) menggolongkan biaya sebagai berikut : 1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan/ aktivitas perusahaan. Atas dasar fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan, biaya dapat dikelompokkan menjadi : a. Fungsi produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk di jual. b. Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kejadian penjualan produk selesai yang siap untuk dijual dengan cara memuaskan
19
pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan sampai dengan pengumpulan kas dan hasil penjualan. c. Administrasi dan umum adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). d. Fungsi keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan. 2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi di mana biaya akan dibebankan untuk dapat menggolongkan pengeluaran (expenditures) akan berhubungan dengan kapan pengeluaran tersebut akan menjadi biaya. Penggolongan pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) yaitu pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini di kapitalisasi ke dalam harga perolehan aktual, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati manfaatnya. b. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditures) yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di mana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung diperlakukan ke dalam biaya, atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau
kegiatan
volume.
Pengolongan
biaya
sesuai
dengan
tendensi
20
perubahannya terhadap aktivitas terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahannya terhadap aktivitas dapat dikelompokkan menjadi: a. Biayat Tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi
oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. 2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. 2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. c. Biaya semi variabel Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :
21
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakinrendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. 2) Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 4. Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai. Di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisasi yang lain, bahkan individu. Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya, biaya dapat dibagi menjadi: a. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat didefinisikan ke pada obyek atau pusat biaya tertentu. b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat didefinisikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
22
5. Penggolongan biaya untuk pengendalian biaya. Untuk pengendalian informasi biaya yang ditunjukkan kepada manajemen dikelompokkan ke dalam : a. Biaya terkendali (Controllable cost) Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan/jabatan pemimpin tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya tak terkendali (Uncontrollable cost) Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin/ jabatan tertentu berdasarkan wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam waktu tertentu. 6.
Penggolongan
biaya
sesuai
dengan
tujuan
pengambilan
keputusan
Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen maka biaya dapat dikelompokkan menjadi : a. Biaya relevan (Relevant cost) Biaya relevan adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. b. Biaya tidak relevan (Irrelevant cost) Biaya yang tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan keputusan.
atau
dipertimbangkandalam
proses
pengambilan
23
2.2
Kualitas
2.2.1
Pengertian Kualitas Menurut Horngren et al. (2008:286) mendefinisikan kualitas sebagai ciri
dan karakteristik total dari suatu produk atau jasa yang dibuat atau dilakukan menurut spesifikasinya untuk memuaskan pelanggan pada saat membeli dan selama menggunakannya. Menurut Kotler (2007 : 48) kualitas diartikan sebagai keseluruhan fitur dan sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Definisi kualitas menurut Fandy dan Anastasia (2003:4) adalah sebagai berikut: “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”
2.2.2
Dimensi Kualitas Gaspersz (2008:119-120) mendefinisikan delapan dimensi yang dapat
digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk sebagai berikut: 1.
Kinerja (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen ketika ingin membeli suatu produk.
2.
Fitur (features), merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.
24
3.
Keandalan (reliability), berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
4.
Kesesuaian (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen.
5.
Durabilitas (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakter ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6.
Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan/ kesopanan, kompetensi, dan kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.
7.
Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
8.
Kualitas yang dirasakan (preceived quality), merupakan karakteristik yang bersifat
subjektif,
berkaitan
dengan
perasaan
konsumen
dalam
mengonsumsi produk itu. Kualitas produk yang baik terkadang hanya dipandang dapat berpengaruh bagi pihak konsumen saja, yaitu selaku pengguna produk atau jasa. Di sisi lain, Herjanto (2007:396) menyatakan bahwa secara khusus, kualitas berpengaruh terhadap perusahaan dalam hal-hal sebagai berikut :
25
1.
Citra Perusahaan Kualitas produk dari suatu perusahaan atau organisasi akan berpengaruh terhadap reputasi perusahaan. Setiap perusahaan harus mengusahakan produknya memenuhi syarat mutu sehingga membawa citra positif bagi perusahaan itu. Perusahaan yang citranya buruk harus bekerja ekstra untuk memperbaiki citra. Citra tidak dapat diatasi dengan sekedar promosi tetapi harus merubah persepsi pelanggan.
2.
Keuntungan Produk yang berkualitas baik akan disukai pelanggan, sehingga permintaan meningkat, yang selanjutnya mendorong ke arah peningkatan keuntungan dan pangsa pasar. Produk yang berkualitas baik juga meningkatkan pemenuhan kesesuaian terhadap persyaratan, sehingga mengurangi pengerjaan ulang (rework) atau produk yang terbuang (scrap). Dengan demikian biaya menjadi lebih rendah dan keuntungan meningkat.
3.
Produktivitas Produktivitas dan kualitas saling berkaitan. Produk yang berkualitas rendah akan mempengaruhi produktivitas selama proses pembuatan. Kualitas yang rendah bisa diakibatkan karena suku cadang yang cacat yang memerlukan pengerjaan ulang atau kesulitan dalam proses yang disebabkan
rendahnya
kualitas
bahan
baku.
Dengan
demikian,
peningkatan dan pemeliharaan kualitas dapat memberikan efek positif bagi produktivitas.
26
4.
Liabilitas Perusahaan yang produknya gagal atau bermasalah harus berani bertanggungjawab terhadap kerusakan atau kecelakaan yang terjadi atas penggunaan produk tersebut.
2.2.3
Penggolongan Kualitas Mulyadi (2001:72) membagi kualitas ke dalam dua golongan, yaitu:
1. Kualitas Desain (quality of design) Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk. Biasanya semakin banyak spesifikasi produk yag dimasukkan ke dalam kualitas, semakin memerlukan biaya produksi yang tinggi, sehingga menyebabkan harga jual produk yang tinggi. 2. Kualitas Kesesuaian (quality of conformance) Kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka pihak manajemen harus memperhatikan kualitas produk dan jasa yang diberikan kepada konsumen. Desain dan kesesuaian kualitasnya harus diperhatikan sehingga dapat mencegah terjadinya pemborosan biaya.
2.2.4
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kualitas Menurut Assauri (2004:206), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
tingkat mutu suatu barang, yaitu :
27
1. Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut seperti
kecepatan,
tahan
lamanya,
kegunaannya,
berat,
bunyi,
mudah/tidaknya perawatan dan kepercayaannya. 2. Wujud luar Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang tersebut. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan (seperti pembungkusan) dan lain-lain. 3. Biaya barang tersebut Umumnya, biaya dan harga suatu barang menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang mahal.
28
2.3
Biaya Kualitas
2.3.1
Pengertian Biaya Kualitas Peningkatan kualitas selalu diikuti dengan biaya, oleh karena itu
pengusaha atau produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan hasil serta keuntungan yang dapat diharapkan. Biaya kualitas merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan produk atau pelayanan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan syarat yang diberikan oleh pelanggan. Pengertian biaya kualitas menurut Blocher, Chen, dan Lin (2000:220) dalam
bukunya
Manajemen Biaya
yang diterjemahkan oleh A. Susty
Ambarriani, biaya kualitas adalah: "Biaya mutu adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan „opportunity cost‟ dari hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas". Menurut Hansen dan Mowen (2013:717) : “Cost of quality are the cost that exist because poor quality may or does exist”. Sedangkan menurut Prawironegoro dan Purwanti (2008:322), biaya kualitas adalah “biaya yang timbul karena produk yang dihasilkan mutunya jelek sehingga tidak disukai konsumen”. Definisi di atas mengimplementasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kualitas yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Kegiatan
29
pengendalian (control activities) dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian. Kegiatan karena kegagalan (failure activities), dilakukan oleh perusahaan atau oleh pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas yang buruk memang terjadi). Jika respons terhadap kualitas yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak memiliki kesesuaian, tidak bisa diandalkan tidak tahan lama, dan seterusnya) sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika respons muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan eksternal. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas produk, yang terdiri dari biaya untuk mencegah kualitas produk yang buruk dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk cacat, baik yang masih di tangan produsen maupun produk cacat yang telah sampai ke tangan konsumen.
2.3.2
Klasifikasi Biaya Kualitas Biaya kualitas tidak hanya terdiri atas biaya untuk mencapai mutu tetapi
juga biaya yang terjadi karena kurangnya kualitas. Menurut Joseph Juran dalam Blocher, Chen dan Lin (2000:220) mengklasifikasikan biaya kualitas ke dalam empat kategori:
30
1. Biaya Pencegahan Biaya pencegahan adalah pengeluaran-pegeluaran yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat kualitas. Biaya pencegahan meliputi: a. Biaya pelatihan kualitas: pengeluaran-pengeluaran untuk programprogram pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya staf klerikal dan macam-macam biaya dan bahan habis pakai untuk menyiapkan buku pegangan dan manual instruksi. b. Biaya perencanaan kualitas: upah dan overhead untuk perencanaan kualitas, lingkaran kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, kehandalan dan evaluasi supplier. c. Biaya pemeliharaan peralatan: biaya memasang,
menyesuaikan,
yang dikeluarkan untuk
mempertahankan,
memperbaiki
dan
menginspeksi peralatan produksi, proses, dan system. d. Biaya
penjamin
Supplier:
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan kualitas. 2. Biaya Penilaian Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya. Biaya-biaya ini terjadi setelah produksi tetapi sebelum penjualan. Biaya penilaian meliputi:
31
a. Biaya pengujian dan inspeksi: biaya yang dikeluarkan untuk menguji dan menginspeksi bahan yang datang, produk dalam proses dan produk selesai atau jasa. b. Peralatan pengujian: pengeluaran yag terjadi untuk memperoleh, mengoprasikan dan mempertahankan fasilitas, software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa, atau proses. c. Biaya informasi: biaya untuk menyiapkan dan membuktikan laporan kualitas. 3. Biaya Kegagalan Internal Biaya kegagalan internal adalah biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas yang ditemukan sejak penilaian awal sampai dengan pengiriman kepada pelanggan. Biaya-biaya ini tidak bernilai tambah dan tidak pernah diperlukan. Beberapa biaya kegagalan internal adalah: a. Biaya tindakan koreksi: biaya untuk waktu yang dihabiskan untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah. b. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scrap): tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi, pengerjaan kembali dan inspeksi ulang. c. Biaya proses: biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, pemberhentian mesin yang tidak direncanakan, dan gagalnya produksi karena adanya penyelaan proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
32
4. Biaya Kegagalan Eksternal Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang terjadi dalam rangka meralat cacat kualitas setelah produk sampai pelanggan dan laba yang gagal karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk atau jasa yang tidak dapat diterima pelanggan. Biaya-biaya ini meliputi: a. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan: gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada pelanggan (departemen customer services), memperbaiki produk yang dikembalikan, cadangan atau potongan untuk kualitas rendah, dan biaya angkut. b. Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk: biaya administrasi untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau penggantinya, biaya hukum, biaya penyelesaian hukum. c. Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan: margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar. Biaya kualitas berkaitan dengan dua subkategori dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, Hansen dan Mowen (2001:966) menjelaskan yaitu: 1. Aktivitas Kontrol, adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk menghindari atau mendeteksi kualitas buruk (karena kualitas buruk mungkin ada), aktivitas kontrol terdiri dari aktivitas pencegahan dan aktivitas penilaian.
33
2. Aktivitas gagal, adalah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau pelanggannya dalam menanggapi kualitas buruk (kualitas buruk memang ada). Dalam menanggapi kualitas buruk yang muncul sebelum pengiriman suatu produk yang jelek (tidak sesuai kualitasnya, tidak berdaya tahan, tidak dapat diandalkan) ke pelanggan, aktivitas ini diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal internal. Jika tidak demikian, maka diklasifikasikan sebagai aktivitas gagal eksternal.
2.3.3
Hubungan Antar Jenis Biaya Kualitas Biaya pencegahan dan penilaian disebut cost of conformance (biaya
kesesuaian), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk memastikan produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Sementara itu, biaya kegagalan internal dan eksternal disebut (cost of non conformance). Menurut Bambang Hariadi (2002:390) : “biaya mutu sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of non conformance. Untuk menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal yang merupakan cost of non conformance adalah dengan cara meningkatkan cost of conformance yang pada akhirnya total biaya kualitas akan lebih rendah. Sedangkan menurut Garisson Noreen (2001:847) menyatakan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai kaitan yang erat terhadap penentuan biaya kualitas tersebut, dimana biaya pencegahan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dengan mengurangi jumlah produk yang cacat atau rusak. Sedangkan
34
biaya penilaian atau biaya inspeksi terjadi untuk mengidentifikasi produk cacat tersebut sebelum dikirimkan kepada konsumen.
2.3.4
Manfaat Biaya Kualitas Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasis Diana (2003:40) informasi biaya
kualitas dapat memberikan berbagai macam manfaat, diantaranya dapat digunakan untuk: 1. Mengidentifikasi peluang laba (penghemat biaya dapat meningkatkan laba). 2. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya. 3. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok. 4. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan. 5. Mengidentifikasi sistem yang berlebihan. 6. Menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan dengan tepat. 7. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba. 8. Mengidentifikasi masalah-masalah kualitas. 9. Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif. Menurut Hansen dan Mowen (2001:976) informasi biaya kualitas mempunyai beberapa manfaat antara lain : 1. Informasi biaya kualitas merupakan input yang penting untuk pengambilan keputusan manajer,
35
2. Menggunakan informasi biaya kualitas untuk menerapkan dan mengawasi efektivitas program kualitas, 3. Untuk menetapkan harga strategik dan analisis biaya volume laba, 4. Bagi pihak luar berguna untuk menilai kualitas suatu produk organisasi.
2.3.5
Pengukuran Biaya Kualitas Setiap perusahaan tentunya ingin memiliki pelanggan yang setia (loyal),
yang bukan tidak mungkin akan menentukan keberlangsungan hidup perusahaan itu sendiri di masa yang akan datang. Baik atau tidaknya kualitas produk dapat dinilai, dipertahankan, ditingkatkan, diperbaiki, bahkan dievaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan berdasarkan aspek keuangan maupun aspek non keuangan. Seperti menurut Horngren et al., (2000:806), “Measure of quality are consist of financial measure and nonfinancial measure”. Kedua macam pengukuran atau evaluasi kualitas produk tersebut di atas, dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengukuran kualitas secara keuangan (financial measure) Pengukuran kualitas secara keuangan diukur melalui biaya kualitas yang dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Pengukuran kualitas untuk kepuasan pelanggan adalah biaya-biaya kegagalan eksternal. b) Pengukuran kualitas terhadap kinerja internal perusahaan adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal.
36
Pengukuran biaya kualitas (cost of quality) secara keuangan memiliki beberapa keuntungan antara lain (Horngren et al.,2000:806) : a) Biaya kualitas memberikan perhatian atas bagaimana produk yang buruk dapat terjadi . b) Berguna untuk membandingkan antara rencana pembenahan kualitas dengan kenyataan atau realitas dan menentukan skala prioritas untuk mencapai pengurangan biaya maksimum. c) Mengevaluasi sejauh mana hubungan antara biaya-biaya kendali (biaya kegagalan internal dan biaya eksternal). 2. Pengukuran kualitas secara non-keuangan (non-financial measures) Pengukuran kualitas secara non-keuangan diukur melalui pengukuran tingkat kepuasan konsumen atau kepuasan pelanggan, yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Pengukuran kualitas untuk kepuasan pelanggan adalah pengukuran tingkat kepuasan fisik sesuai kepuasan pelanggan (misal, waktu respon pelanggan, pengiriman tepat waktu sesuai yang dijanjikan perusahaan). b) Pengukuran kualitas terhadap kinerja internal (missal manufaktur lide time atau waktu tunggu). Keuntungan pengukuran kualitas secara non-keuangan antara lain sebagai berikut (Horngren et al., 2000:806) :
37
Mudah dikuantifikasikan (misalnya dari skala ordinal yang bersifat kualitatif menjadi skala interval yang bersifat kuantitatif) dan mudah dimengerti. Memberikan perhatian secara langsung terhadap proses fisik dan memberikan perhatian yang terfokus pada lingkungan permasalahan yang tepat yang membutuhkan perhatian. Menyediakan umpan balik jika jangka pendek secara tepat untuk melihat apakah usaha perbaikan kualitas yang telah dilakukan telah berhasil memperbaiki kualitas produk tersebut. Sebagai indikator kinerja perusahaan di waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2001:967) pengukuran biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Biaya kualitas yang dapat diobservasi adalah biaya-biaya yang tersedia dari pencatatan akuntansi organisasi. 2. Biaya kualitas yang tersembunyi adalah biaya kesempatan yang dihasilkan dari kualitas buruk (biaya kesempatan biasanya tidak diakui dalam catatan akuntansi). Walaupun penaksiran biaya kualitas tersembunyi tidak mudah, ada tiga metode yang telah diusulkan, yaitu: a. Metode multiplikasi, mengasumsikan bahwa total biaya gagal hanya merupakan multiplikasi biaya-biaya gagal yang diukur.
38
b. Metode riset pemasaran adalah metode-metode yang digunakan untuk menilai efek dari kualitas buruk pada penjualan dan pangsa pasar. Hasil riset pemasaran dapat digunakan untuk memproyeksikan laba rugi akan datang yang disebabkan oleh kualitas buruk. c. Fungsi kerugian kualitas Taguchi, mengasumsikan bahwa setiap variasi dari nilai sasaran karakteristik kualitas menyebabkan biaya kualitas tersembunyi.
2.4
Penjualan
2.4.1
Pengertian Penjualan Berikut beberapa definisi penjualan menurut para ahli: 1. Sales is the total amount charged customers for merchandise sold, including cash sales and sales on account (Warren et al., 2012:256). 2. Penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjualan dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan (Kotler, 2007:457). 3. Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagangan yang diserahkan dan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan (Soemarso, 2004:226). Berdasarkan definisi dari penjualan di atas, secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu kegiatan penyerahan barang atau jasa oleh pihak penjual kepada pembeli dan pembeli melakukan pembayaran atas
39
barang atau jasa tersebut secara tunai atau kredit yang kemudian menjadi pendapatan bagi pihak penjual.
2.4.2 Tujuan Penjualan Tujuan umum penjualan yang dimiliki perusahaan menurut Basu Swastha (2005:404) yaitu : 1. Mencapai volume penjualan tertentu 2. Mendapat laba tertentu 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan Sedangkan menurut Winardi (1991:124) tujuan umum yang dimiliki perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1. Mencapai volume penjualan tertentu 2. Mendapatkan laba maksimal dengan modal sekecil-kecilnya 3. Mempertahankan kelangsungan hidupnya secara terus menerus (going concern) Kemampuan perusahaan di dalam menjual barang dan jasanya di pasaran dapat dijadikan suatu tolak ukur penilaian keberhasilan perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut harus ada kerja sama yang baik antara bagian – bagian dalam perusahaan. Basu Swastha (2005:404).
40
2.4.3
Klasifikasi Transaksi Penjualan La Midjan dan Azhar Susanto (2001:170) mengemukakan transaksi
penjualan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Penjualan tunai, penjualan yang sifatnya cash and carry dan pada umumnya terjadi secara kontan. 2. Penjualan secara kredit, yaitu penjualan dengan tenggang rata-rata di atas satu bulan. 3. Penjualan secara tender, yaitu penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pembeli yag membuka tender tersebut. 4. Penjualan eksport, yaitu penjualan yang dilaksanakan dengan pihak luar negri yang mengimport barang dari badan usaha dalam negri. 5. Penjualan secara konsinyasi, yaitu menjual barang secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual. 6. Penjualan melalui grosir, yaitu penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui antar pedagang. Grosir berfungsi menjadi perantara antar pabrik atau importer dengan pedagang toko atau eceran.
2.4.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan Menurut Herjanto (2007 : 108) penjualan dapat dipengaruhi oleh harga
barang, promosi, dan harga bersaing. Harga jual dipengaruhi oleh biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya penjualan, dan tingkat laba yang diinginkan. Biaya produksi dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja, biaya material, dan biaya
41
persediaan. Biaya administrasi dan umum dipengaruhi oleh biaya administrasi, biaya utilitas, dan biaya pengembangan. Sedangkan biaya penjualan dipengaruhi oleh promosi, insentif agen, dan biaya penjualan lainnya. Jadi, terdapat hubungan saling ketergantungan di antara variabel-variabel tersebut.
2.5
Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil rujukan dari
penelitian terdahulu, sebagai berikut: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti (Tahun) Irfa
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh Biaya Kualitas
Dengan menggunakan analisis
Arliany
terhadap Tingkat
koefisien determinasi
(2015)
Penjualan pada PT.
menunjukkan bahwa pengaruh
PINDAD (Persero)
biaya kualitas terhadap penjualan adalah sebesar 80,9%.
2.
Lestari dan
Pengaruh Biaya Kualitas
Biaya kualitas (biaya pencegahan,
Hakim
terhadap Tingkat
biaya penilaian, biaya kegagalan
(2014)
Penjualan pada PT. Mitra
internal, dan biaya kegagalan
Sejati Mulia Industri
eksternal) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat penjualan. Secara parsial, variabel biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan, sedangkan variabel
42
biaya pencegahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan pada PT. Mitra Sejati Mulia Industri selama tahun 2009-2012. 3.
Cian Utami Pengaruh Biaya Kualitas (2012)
Biaya kualitas berpengaruh
terhadap Penjualan pada
positif secara signifikan terhadap
PT. PINDAD (Persero)
penjualan pada PT. PINDAD (Persero).
4.
Sitti Alawiyah (2012)
Pengaruh Biaya Kualitas
Berdasarkan uji hipotesis dengan
terhadap Volume
uji t, hanya biaya pencegahan dan
Penjualan pada PT.
biaya penilaian yang berpengaruh
PINDAD (Persero) Divisi
signifikan terhadap volume
Mesin Industri dan Jasa
penjualan. Dari hasil uji F menunjukkan bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.
5.
Rilla
Pengaruh Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan, Biaya
Gantino
terhadap Penjualan pada
Penilaian, Biaya Kegagalan
dan Erwin
PT. Guardian Pharmatama Internal, dan Biaya Kegagalan
(2009)
Eksternal berpengaruh positif secara signifikan terhadap penjualan pada PT. Guardian Pharmatama.
6.
Saryono (2009)
Pengaruh Pengendalian
Dari analisis pengaruh biaya
Biaya Mutu terhadap
pencegahan, biaya penilaian,
Omset Penjualan pada CV.
biaya kegagalan internal, dan
Vicomas
biaya kegagalan eksternal, peneliti berkesimpulan bahwa,
43
diantara elemen – elemen biaya mutu yang diterapkan oleh CV. Vicomas, hanya variabel biaya pencegahan dan biaya kegagalan eksternal yang berpengaruh secara signifikan terhadap omset penjualan CV. Vicomas. Biaya penilaian dan biaya kegagalan internal berpengaruh tidak secara signifikan. 7
Susanti
Analisis Pengaruh Biaya
Secara simultan, biaya kualitas
(2007)
Kualitas terhadap Omzet
yang terdiri dari biaya
Penjualan pada PT.
pencegahan, biaya penilaian,
Sampurna Kuningan
biaya kegagalan internal, dan
Juwana
biaya kegagalan eksternal secara signifikan mempengaruhi omzet penjualan. Secara parsial, hanya biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal yang berpengaruh terhadap omzet penjualan.
Sumber: Data diolah penulis 2.6
Kerangka Pemikiran Dewasa ini perkembangan dan persaingan dunia usaha semakin
meningkat, baik persaingan di dalam maupun luar negeri. Hal itu membuat perusahaan harus berlomba-lomba dalam meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Gantino R dan Erwin (2009:139) menyatakan bahwa penjualan
44
merupakan salah satu indikator paling penting dalam sebuah perusahaan, karena penjualanlah yang dapat menghasilkan laba untuk sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dalam kondisi persaingan yang semakin ketat harus dapat menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing (competitive advantage). Salah satu strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan untuk dapat memperoleh posisi di pasar (market place) sekaligus dapat mempertahankannya adalah dengan menciptakan suatu produk yang berkualitas. Kebutuhan akan produk yang berkualitas mendorong pelaku bisnis menciptakan suatu produk,baik barang maupun jasa yang berkualitas. Untuk menciptakan suatu produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan juga distribusi produk yang baik sampai kepada pelanggan. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga akan meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, dan pada akhirnya meningkatkan penjualan. Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau telah terdapat kualitas yang buruk yang akan menurunkan kualitas produk. Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan tersebut disebut Biaya Kualitas. Beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program kualitas yang dapat dihubungkan dengan keuntungan perusahaan, tingkat penjualan, harga pokok penjualan, atau biaya total produksi (Gaspersz, 2007:156). Menurut Blocher (2005:691) biaya kualitas adalah biaya kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan, identifikasi, perbaikan, dan
45
perbaikan kualitas yang buruk dan biaya kesempatan dari waktu produksi yang hilang dan penjualan hilang sebagai akibat kualitas yang buruk. Biaya kualitas diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal, dimana keempat kategori tersebut saling mempengaruhi. Biaya-biaya tersebut mengimplikasi kepada dua subkategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. Biaya pencegahan dan penilaian merupakan biaya yang digunakan dalam kegiatan pengendalian, yaitu aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi kualitas yang buruk. Sedangkan biaya kegagalan internal dan kegagalan eksternal merupakan biaya yang digunakan dalam kegiatan karena kegagalan, yaitu aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk merespon kualitas yang buruk (Lestari dan Hakim, 2014). Kedua subkategori biaya kualitas tersebut memiliki pengaruh terhadap tingkat penjualan : a. Hubungan Biaya Pengendalian (Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian) terhadap Tingkat Penjualan Apabila terjadi peningkatan kualitas, maka biaya pencegahan dan biaya penilaian (merupakan biaya pengendalian) yang digunakan untuk menurunkan jumlah unit yang cacat akan meningkat pula, sedangkan biaya kegagalan (internal dan eksternal) karena adanya produk gagal menurun. Jadi, semakin besar perusahaan menginvestasikan modalnya pada aktivitas pengendalian, maka semakin kecil biaya kegagalan yang akan terjadi. Secara
tidak langsung,
46
berkurangnya biaya kegagalan (internal dan eksternal) merupakan suatu indikasi bahwa jumlah produk yang cacat menurun dan produk yang dihasilkan telah mengalami peningkatan kualitas. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memiliki nilai (value) yang lebih tinggi dengan ditandai oleh tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi atas produk tersebut, karena produk yang dihasilkan telah sesuai dengan spesifikasi dan keinginan pelanggan. (Tandiontong et. al., 2010). Nilai produk yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pangsa pasar yang luas. Dengan pangsa pasar yang luas, maka tentu akan meningkatkan penjualan perusahaan. Penjualan yang tinggi dan biaya yang lebih rendah akan meningkatkan profit perusahaan. b. Hubungan Biaya Kegagalan (Biaya Kegagalan Internal dan Biaya Kegagalan Eksternal) terhadap Tingkat Penjualan Untuk dapat mengurangi biaya kualitas total, perusahaan dapat memfokuskan pada usaha pencegahan dan penilaian (aktivitas pengendalian), yang kemudian mengakibatkan biaya kegagalan berkurang. Berkurangnya biaya kegagalan ini berarti penurunan pada biaya produksi karena pemborosan dan inefisiensi akibat pengerjaan ulang produk cacat atau rusak akan berkurang. Dengan berkurangnya produk cacat maka perusahaan melakukan penghematan atas biaya tambahan yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan pengerjaan ulang dan mengakibatkan berkurangnya pengeluaran biaya untuk kegagalan intern dan kegagalan ekstern (Alawiyah, 2012:10). Jadi, pengurangan biaya kegagalan ini akan meningkatkan penjualan.
47
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, seperti Irfa Arliany (2015), Cian Utami (2012), Gantino R dan Erwin (2009), Sitti Alawiyah (2012), mengenai pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat penjualan, menyimpulkan bahwa secara simultan maupun parsial, biaya kualitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat penjualan. Menurut Lestari dan Hakim (2014), biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat penjualan, namun secara parsial, variabel biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan, sedangkan variabel biaya pencegahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penjualan. Sitti Alawiyah (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dengan uji t, hanya biaya pencegahan dan biaya penilaian yang berpengaruh terhadap volume penjualan. Menurut Saryono (2009), dari hasil analisis pengaruh biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal, peneliti berkesimpulan bahwa, hanya variabel biaya pencegahan dan biaya kegagalan eksternal yang berpengaruh secara signifikan terhadap omset penjualan, sedangkan biaya penilaian dan biaya kegagalan internal berpengaruh tidak secara signifikan. Susanti (2007) menyimpulkan bahwa secara simultan, semua komponen biaya kualitas berpengaruh secara signifikan terhadap penjualan dan secara parsial, hanya biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal yang berpengaruh terhadap penjualan, sedangkan biaya kegagalan eksternal tidak. Jadi, secara
48
umum, beberapa peneliti terdahulu menyatakan bahwa biaya kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penjualan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibangun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen
Biaya Kualitas Biaya Pencegahan (X1) Biaya Penilaian (X2)
Tingkat Penjualan (Y)
Biaya Kegagalan Internal (X3) Biaya Kegagalan Eksternal (X4)
Keterangan : : Uji t (pengujian secara parsial) : Uji F (pengujian secara simultan) Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
49
2.7
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan,
maka dapat ditarik suatu hipotesis dari penelitian ini: Ha1 :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya pencegahan terhadap tingkat penjualan.
Ha2 :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya penilaian terhadap tingkat penjualan.
Ha3 :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya kegagalan internal terhadap tingkat penjualan.
Ha4 :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya kegagalan ekternal terhadap tingkat penjualan.
Ha5 :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan ekternal terhadap tingkat penjualan.