BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Kepariwisataan Pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan diluar untuk melepaskan
diri dari hal-hal yang rutin dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu, biasanya kegiatan dalam kepariwisataan selalu ada perpindahan yang terjadi. Untuk penjelasan yang lebih jelas dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan akan dijelaskan pada sub bab berikut ini:
2.1.1 Pengertian Pariwisata Menurut Suwantoro (2004) Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alas an dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya. Menurut Sihite dalam Sobarna (2009) menjelaskan definisi Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati
6
kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beraneka ragam.
Berdasarkan dari beberapa pengertian pariwisata diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat berpindah tempat dari daerah asal menuju daerah
tujuan yang baru. Dimana tujuan dari kegiatan ini bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap di daerah yang baru dan pariwisata ini bersifat sementara untuk menambah pengalaman, belajar ataupun kepentingan pribadi.
2.1.2
Pengertian Wisatawan Menurut Suwantoro (2004) wisatawan adalah seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan perjalanan wisata. Seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan apabila lama tinggal di suatu daerah yang sekurang-kurangnya 24 jam. Namun apabila seseorang tersebut tinggal tidak lebih dari 24 jam di daerah yang dikunjungi. Sedangkan menurut International Union of Official Travel Organization dalam (Pusat Analisis Informasi Pariwisata, 2004) menetapkan beberapa batasan mengenai wisatawan secara umum. Secara umum, seseorang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dengan maksud apapun kecuali untuk menetap dan mencari nafkah dapat disebut dengan pengunjung (visitor). IUOTO membagi pengunjung menjadi dua kategori, yaitu: 1. Wisatawan (tourist), pengunjung yang tinggal sementara dan durasi kunjungannya sekurang-kurangnya 24 jam. 2. Pelancong (excursionist), pengunjung sementara yang tinggal tidak lebih dari 24 jam. Berdasarkan dua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum wisatawan dapat diartikan sebagai pengunjung. Berdasarkan lama waktu kunjungan, pengunjung dapat dibagi menjadi dua, yaitu wisatawan (tourist) dan pelancong (excursionist). Dapat dikatakan wisatawan jika lama kunjungan sekurang-kurangnya 24 jam, sedangkan pelancong melakukan kunjungan kurang dari 24 jam.
7
2.1.3
Jenis-jenis wisatawan Banyak sekali jenis wisatawan berdasarkan kepentingannya masing-
masing melakukan pariwisata, menurut Andi (2010) menjelaskan beberapa jenis wisatawan:
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki
suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya
1.Wisatawan Asing (ForeignTourist)
tinggal.
2. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara, yang melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. 3. Wisatawan Dalam Negeri/Domestic Tourist Seseorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati batas negaranya. 4. Indigenous Foreign Tourist Adalah warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya di luar negeri, pulang ke negara asalnya, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. 5. Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang sedang menumpang kapal udara, kapal laut, dan lain-lain, yang terpaksa singgah di pelabuhan/bandara bukan atas kemauannya sendiri. 6. Business Tourist Orang yang melakukan perjalanan (apakah orang asing atau warga negara sendiri) yang mengadakan perjalanan untuk tujuan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan utamanya selesai (post tour). Banyak sekali pendapat mengenai pengelompokan jenis wisatawan.
Ismayanti (2010) mengelompokan jenis wisatawan menjadi tujuh. Jenis-jenis wisatawan ini adalah sebagai berikut: 1. Wisatawan Penjelajah (explorer)
8
Wisatawan penjelajah biasanya memiliki motivasi ingin mencari
daerah tujuan wisata dan berinteraksi sosial secara langsung kepada
masyarakat lokal. Sehingga jenis wisatawan ini biasanya penerimaan yang baik dari masyarakat lokal terhadap kedatangannya. 2. Wisatawan Elite
Wisatawan Elite biasanya merupakan wisatawan yang pernah
sesuatu yang berbeda dari yang lain. Biasanya wisatawan ini tinggal di
melakukan perjalanan ke berbagai tempat di belahan dunia.
Jumlahnya sangat sedikit. Interaksi terhadap masyarakat sosialnya
relatif tidak terlalu dekat dibanding wisatawan penjelajah. 3. Wisatawan Luar Jalur (off-beat) Jenis wisatawan ini biasanya sering mendatangi tempat di luar kebiasaan wisatawan lainnya.
Wisatawan ini biasanya cepat
beradaptasi dengan masyarakat setempat sehingga biasanya mendapat penerimaan yang baik pula dari masyarakat lokal. 4. Wisatawan Luar Biasa (unusual tourist) Wisatawan
luar
biasanya
menggunakan
paket
wisata
dalam
melakukan kegiatan wisatanya. Namun dalam hal berinteraksi, wisatawan luar biasa masih sedikit menjaga jarak dengan masyarakat lokal dan tidak begitu saja menerima kebiasaan dari masyarakat lokal. 5. Wisatawan Massal Tingkat Pemula (incipient mass tourist) Wisatawan ini biasanya lebih memilih melakukan kegiatan wisata ke tempat yang terkenal dan banyak dikunjungi. Wisatawan ini masih bisa berinteraksi dengan budaya setempat, meskipun wisatawan ini lebih mudah menerima budaya dari luar saja. 6. Wisatawan Massal (mass tourist) Wisatawan ini biasanya berpenghasilan menengah. Interaksi yang dilakukan biasanya bersifat semu saja. Biasanya melakukan perjalanan ke daerah yang telah biasa dikunjungi. 7. Wisatawan Borongan (charter) Wisatawan ini biasanya enggan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Motivasi perjalanan biasanya ingin mendatangi tempat yang terkenal.
9
Dari beberapa jenis-jenis wisatawan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis wisatawan ini dikelompokkan lebih banyak berdasarkan tempat yang
ingin dikunjungi dan cara wisatawan berinteraksi dengan masyarakat lokal.
2.1.4 Motivasi Wisata
Motivasi perjalanan itu dirangsang atau ditimbulkan oleh adanya “sesuatu yang menarik”, yang lazim disebut daya tarik wisata (tourism attraction, tourist attraction), yang dimiliki tempat kunjungan tersebut, baik untuk kepentingan bisnisnya maupun sebagai tempat pesiar, karena pada hakekatnya perjalanan
wisata
tidak
terbatas
dan
tidak
dibatasi.
Menurut
Soekadijo
(2000),
mengklasifikasikan motivasi wisata menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Motivasi Fisik, contoh: yang berhubungan dengan olahraga, kesehatan, istirahat dsb. 2. Motivasi Budaya, contoh: yang berhubungan akan keingintahuan tentang budaya dan ingin mempelajarinya. 3. Motivasi Interpersonal, contoh: yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu keluarga, saudara, teman, berkenalan, tetangga, ataupun tokoh-tokoh terkenal 4. Motivasi Status atau Motivasi Prestise, contoh: motivasi wisata untuk meningkatkan gengsi seseorang dengan cara pergi ke tempat lain. Meskipun kita mengetahui pengelompokkan motif-motif seperti di atas, namun dapat menimbulkan pengertian yang kurang tepat, karena motif-motif itu tidak bersifat eksklusif. Sudah tentu tidak mungkin mengetahui semua motif perjalanan seseorang.
2.1.5 Jenis-Jenis Daya Tarik Wisata Banyak sekali macam jenis-jenis daya tarik wisata. Jenis wisata ini erat kaitannya dengan atraksi yang menjadi daya tarik wisatawan untuk melakukan perjalanan. Menurut Samsuridjal (2009) mengemukakan bahwa jenis-jenis wisata dapat dikelompokkan berdasarkan aktifitasnya antara lain: 1. Wisata Rekreasi, wisata yang dilakukan orang untuk memanfaatkan waktu libur di rumah, misalnya menikmati pemandangan.
10
2. Wisata Bahari, wisata dengan objek kawasan laut misalnya menyelam,
berselancar, berlayar, dan memancing.
3. Wisata Alam, wisata dengan objek Alam seperti berpetualang. 4. Wisata Budaya, wisata yang menawarkan objek wisata berupa tradisi dan
budaya mengenai suatu daerah ataupun adat istiadat masyarakat yang
unik.
5. Wisata Olahraga, wisata yang dilakukan dengan tujuan pertandingan dan
meningkatkan prestasi olahraga.
6. Wisata Bisnis, perjalanan yang dilakukan untuk keperluan bisnis.
7. Wisata Konvensi, wisata yang dilakukan ke suatu negara untuk keperluan rapat atau sidang.
8. Wisata Berburu, wisata yang dilakukan di negara-negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang diperbolehkan atau dilegalkan oleh pemerintah. 9. Wisata bulan madu, perjalanan yang dilakukan oleh pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan tersendiri. 10. Wisata jenis lain, keinginan dan ketertarikan masyarakat beraneka ragam. Menurut Kesrul (2003), berdasarkan aktifitasnya perjalanan wisata dapat dibagi menjadi: 1.
Wisata Pelesir, wisata untuk bersenang-senang dan menikmati keadaan sekitar daerah tujuan wisata.
2.
Wisata Rekreasi, wisata untuk memulihkan kesegeran jasmani dan rohani.
3.
Wisata Budaya, wisata yang menyuguhkan informasi dan atraksi wisata tentang budaya setempat, seperti tradisi, pakaian adat, juga upacara adat.
4.
Wisata Petualang, wisata yang dilakukan di alam terbuka dan kegiatan yang dilakukan biasanya dapat memacu adrenalin dan diperlukan keberanian, kesehatan yang prima serta keahlian khusus.
5.
Wisata Olahraga, wisata yang dilakukan untuk ikut serta atau hanya melihat pertandingan olahraga, seperti World Cup, Uber Cup, dan lain sebagainya.
11
6.
atau pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan bisnis. 7.
Wisata Konvensi, wisata yang dilakukan untuk mengahadiri berbagai event, seperti seminar, pameran, dan lain sebagainya.
Wisata Bisnis, wisata yang dilakukan atas dasar tuntutan suatu jabatan
8.
Wisata Minat Khusus, wisata yang dilakukan atas keinginan khusus dari wisatawan dan biasanya jenis wisata ini jarang dilakukan oleh wisatawan
lainnya.
Berdasarkan seluruh
jenis-jenis wisata yang telah dijelaskan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa seluruh kegiatan wisata yang dilakukan dari setiap
wisatawan didasari atas keinginan atau kebutuhan dari wisatawan itu sendiri.
2.2 Pengertian Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata Menurut Suwantoro (2004) Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Adapun kegiatan-kegiatan usaha biro perjalanan wisata adalah: 1. Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri atas dasar permintaan. 2. Menyelenggarakan atau menjual pelayaran wisata (cruise). 3. Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas dasar permintaan. 4. Menyelenggarakan pemanduan wisata. 5. Menyediakan fasilitas untuk wisatawan. 6. Menjual tiket/karcis sarana angkutan, dan lain-lain. 7. Mengadakan pemesanan sarana wisata. 8. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agen Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket (karcis), sarana angkutan, dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. Agen perjalanan wisata melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Menjual tiket dan lain-lain. 2. Mengadakan pemesanan sarana wisata.
12
3. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Biro Perjalanan Wisata atau Agen Perjalanan Wisata berada di bawah
kepemimpinan ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies).
Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perjalanan wisata dengan kegiatan menyelenggarakan kegiatan wisata berupa jasa untuk tujuan perjalanan bisnis, ataupun berlibur. Sedangkan Agen Perjalanan Wisata
menjual karcis atau kebutuhan berpariwisata.
2.3 Pengertian Paket Wisata Paket wisata (package tour, inclusive tour) menurut Kurniadi (2010) diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau lebih tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta dijual dengan harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan wisata. Sebelum memahami paket wisata, harus dipastikan apakah dalam rangkaian komponen-komponen wisata tersebut terdapat acara mengunjungi objek/atraksi wisata. Bila hanya paket perjalanan (transportasi) dan akomodasi saja, tidak dapat dikatakan paket wisata. Paket tersebut hanyalah paket perjalanan Free and Eazy, sementara program tour bisa dipilih sendiri (biasanya memilih seat-in-coach/SIC yang biasanya tersedia di hotel-hotel). Menurut RS. Damardjati dalam Suyitno (2001) mengartikan bahwa paket wisata adalah suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap, dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk transfer/pengangkutan, fasilitas akomodasi/hotel, serta darmawisata/sight seeing di kota/kota-kota, objek-objek wisata dan atraksi-atraksi yang telah tercantum dalam acara itu. Biasanya harga tersebut akan lebih murah jatuhnya dibandingkan dengan tur yang direncanakan secara khusus atas permintaan. Paket tur biasanya mempunyai paket laku/jangka waktu penggunaan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan paket wisata adalah suatu bentuk wisata yang telah disusun secara detail dengan program dan harga tertentu
13
yang didalamnya sudah termasuk seluruh komponen dan kebutuhan wisatawan
selama melakukan perjalanan seperti, hotel, transportasi serta fasilitas pendukung
lainnya.
2.3.1 Jenis-Jenis Paket Wisata
Menurut Suyitno (2001) wisata paket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Ready Made Tour dan Tailored Made Tour. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Ready Made Tour adalah suatu paket wista yang telah disusun oleh tour
operator tanpa menunggu permintaan dari calon peserta dengan jumlah
peserta dan rute perjalanan telah ditentukan oleh tour operator. 2. Tailored Made Tour adalah paket wisata yang penyusunannya dilakukan setelah adanya permintaan dari calon peserta atau inisiatif muncul dari calon peserta tur. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa paket wisata memiliki
dua jenis, pertama paket wisata yang telah ditentukan oleh tour operator. Kedua adalah paket wisata tailored made tour yang mana rute perjalanan, objek wisata dan jumlah pesertanya ditentukan sesuai dengan permintaan calon peserta.
2.3.2 Perencanaan Paket Wisata Menurut Fiatiano (2010) Perencanaan paket wisata yang baik bukanlah sekadar khayalan tanpa dasar. Perencanaan merupakan pemikiran terhadap kegiatan di masa mendatang yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan datadata yang akurat. Untuk itu dalam melakukan perencanaan paket wisata perlu dipahami tahapan -tahapan berikut ini: 1. Pencarian gagasan 2. Merumuskan tujuan wisata 3. Obaservasi dan pengumpulan data 4. Analisa data 5. Desain produk 6. Pengujian 7. operasional
14
Sedangkan Menurut Desky (2001), terdapat beberapa pertimbangan
yang harus ditentukan dalam pembuatan rencana sebuah paket wisata antara
lain: 1. Pemilihan daerah tujuan wisata.
2. Fasilitsas di daerah tujuan wisata. 3. Keunggulan daerah tujuan wisata. 4. Akses ke daerah tujuan wisata. 5. Musim di daerah tujuan wisata.
6. Situasi Politik & keamanan di daerah tujuan wisata. 7. Sistem bea cukai & keimigrasian di daerah tujuan wisata.
8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata. 9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata (Desky, 2001). Perencanaan wisata memerlukan tahapan-tahapan. Seluruh tahapan tersebut berkaitan erat dengan aspek dalam perencanaan. Perencanaan yang baik haruslah didasarkan akan pertimbangan rasional dan data-data yang akurat. Menurut Suyitno (2001), menjelaskan mengenai tahapan-tahapan didalam merencanakan kegiatan wisata. Berikut merupakan gambar tahaptahap perencanaan wisata:
Diagnosis Pasar
Formulasi tujuan
Observasi
Analisis data
Penetapan rencana
Pelaksanaan rencana
Gambar 2.1. Tahap-Tahap Perencanaan Wisata (Gambar: Olahan Penulis) 1. Diagnosis Pasar Meneliti pasar sesuai dengan kondisi kebuutuhan pasar, siapa customer yang akan dituju, apa yang dibutuhkan dan segmen pasar seperti apa yang akan kita layani.Sehingga akan mempermudah pemasaran produk dan dapat lebih focus. 2. Formulasi Tujuan Rumusan wisata yang akan diselenggarakan, yaitu menjawab
15
pertanyaan 5w+1h, yaitu:
what? Wisata apa yang akan disusun,
why? Mengapa wisata itu disusun (ada alasan)
who? Siapa saja yang akan terlibat
when? Kapan wisata itu diselenggarakan
where? Dimana wisata itu diselenggarakan
How? Bagaimana wisata itu diselenggarakan
3. Observasi
Yang di observasi adalah seluruh masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan dan untuk memperlancarnya digunakan instrumen-instrumen tertentu.
Instrumen atraksi wisata: menginventarisasi objek dan atraksi wisata, maupun bentuk-bentuk hiburan yang akan dipakai sebagai komponen dalam penyelenggaraan wisata (Nama objek, ciri khas, uraian singkat, ETC (waktu), tiket masuk, donasi (sumbangan), D/N (Day/Night), ket.
Interpretasi fasilitas wisata: sarana untuk menginventarisasi fasilitas dalam penyelenggaraan wisata (Nama fasilitas, Transportasi, akomodasi, atau restaurant).
4. Analisis Data Setelah observasi di peroleh data mentah yang harus diolah. Data yang diperoleh dalam observasi diolah dan analisis dengan maksud untuk: a. Menentukan strategi pencapaian tujuan. b. Mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses pencapaian tujuan. c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh 5. Penetapan Rencana Hasil analisis yang dipakai sebagai dasar revisi tehadap formulasi tujuan, perbaikan dan olahan ini akhirnya menghasilkan rencana yang akan dilaksanakan. 6. Pelaksanaan Rencana
16
Kegiatan nyata dalam mengawali serta memantau pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
2.4 Penyusunan Acara Wisata (itinerary)
Menurut R.S Damardjati (2001) itinerary adalah suatu daftar dan jadwal
acara tour dengan data-data yang lengkap mengenai hari, jam, tempat-tempat (objek wisata), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan, tempat tiba, acara-acara
yang
disuguhkan,
sehingga
dalam
keseluruhannya
akan
menggambarkan jadwal pelaksanaan maupun waktu-waktu dari keseluruhan acara
tour (dari awal sampai akhir).
Menurut Sobarna (2009) Acara wisata adalah sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengilustrasikan penyelenggaraan sebuah wisata. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa itinerary merupakan inti dari sebuah perjalanan wisata agar perjalanan tersusun sebaik mungkin. Hal-hal lain yang harus diperhatikan juga yaitu: 1. Rute Perjalanan: Sebaiknya berbentuk putaran (Circle route) 2. Variasi Objek: Secara berurutan dikunjungi dengan memperhatikan variasi dan tidak monoton. 3. Tata Urutan Kunjungan: Pemilihan objek-objek mana yang didahulukan atau diletakkan dibagian akhir dan objek-objek mana yang waktunya sudah ditentukan (catching time) 4. Tingkat
Kebosanan dan Daya fisik wisata: lamanya wisatawan
mengunjungi objek wisata harus diperhitungkan. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa dalam melakukan penyusunan paket wisata diperlukan sarana yang dapat menggambarkan penyelenggaraan wisata, saran tersebut berupa acara wisata atau tour itinerary yang di dalamnya menjelaskan mengenai rute perjalanan selama berwisata, objek wisata yang akan dikunjungi, serta tata urutan objek wisata mana yang akan lebih dulu sampai objek wisata terakhir dikunjungi.
17
2.4.1 Manfaat Perencanaan Wisata
Menurut Suyitno (2001), menerangkan manfaat dari perencanaan
wisata, yaitu: 1. Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2. Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di
luar dugaan sekaligus alternatif pemecahaannya. 3. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga
dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan
efisien.
4. Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata. Sebagai upaya
pengawasan atau evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi
penyelenggaraan wisata berikutnya (Suyitno, 2001). Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wisata sangat penting dalam perencanaan wisata. Dengan kata lain, acara wisata merupakan komponen penting dalam perencanaan wisata. 2.4.2
Pendistribusian waktu Menurut Suyitno (2001) Pendistribusian waktu adalah suatu
runtutan dari jadwal perjalanan wisata, berikut adalah tabel pendistribusian waktu: Tabe1 2.1 Pendistribusian Waktu
Nama Tur/Transfer : ................... Durasi : ...................
(a) (b)
Uraian
Perjalanan
Tur
Istirahat
Jumlah
Jadwal
(c)
(d)
(e)
M
( g)
(h)
JUMLAH
(h)
(i)
(0)
(k)
(1)
18
(Sumber: Tabel Pendistribusian Waktu, Suyitno dalam sobarna 2009)
Tabel di atas menerangkan mengenai hal-hal yang harus direncanakan di dalam melakukan acara wisata, yaitu : a. Nama tur/Transfer.
b. Lama penyelenggaraan. c. Nama-nama objek kunjungan, dimulai dengan tempat pemberangkatan dan diakhiri dengan tempat pengataran. Tempat pemberangkatan dan pengantaran ini biasanya adalah hotel. Dua hal yang harus ditulis adalah :
1. Objek antara (objek A-objek B), menunjukan waktu tempuh antara objek A dan B. 2. Objek kunjungan, yaitu nama objek tertentu (objek B), menunjukan lama kegiatan di objek B.
d. Waktu untuk kegiatan di peijalanan. e. Waktu untuk kegiatan di objek. f. Waktu untuk istirahat. g. Jumlah kunjungan. h. Jumlah waktu pada masing-masing kolom. i. Jumlah seluruh waktu yang diperlukan untuk tur. j. Transformasi ke dalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan yang ditetapkan.
2.4.3 Penghitungan Harga Wisata Didalam perencanaan paket wisata terdapat penghitungan harga wisata, Menurut Suyitno (dalam Sobarna, 2009), mendefinisikan bahwa biaya wisata adalah semua pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata. Sebagai faktor pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal memperlihatkan seluruh pengeluaran dalam pengelolaan wisata. Perhitungan harga wisata terbagi kedalam dua bagian: 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang menjadi tanggungan kelompok wisatawan secara kolektif. Besarnya ditentukan oleh jumlah kelompok.
19
Misal : Tips mengemudi, ongkos parkir, bus, tour guide fee, biaya admin
dsb.
2. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang merupakan
tanggungan peserta secara perseorangan. Besarnya ditentukan oleh jumlah peserta, misalnya airport tax, meals, entrance atau fee.
Nama tur/transfer
Tabel 2.2 Perhitungan Harga Wisata : ………….. FOC/AC
: …./….
: …………..
: ……...
Jumlah peserta
No
Uraian
Jumlah Biaya
Mata uang Biaya Tetap
Biaya Tidak Tetap
(1)
(1)
(1)
(1)
Biaya per Peserta
(2)
Surcharge (..%)
(3)
Harga per Peserta (nett
(4)
price)
(5)
Dibulatkan (Sumber : Tabel Perhitungan Harga Wisata, Suyitno 2001) Tabel 2.2 di atas menjelaskan tata cara menghitung suatu harga paket wisata, yaitu meliputi : 1. Merinci dan menjumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. 2. Menghitung jumlah biaya per orang. 3. Menghitung surcharge. 4. Menghitung harga wisata per orang (nett rice per person) dengan cara menambah jumalah biaya per orang dengan surcharge. 5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi tergantung kebijaksanaan pengelola wisata.
20
2.5
Pasaran Wisata
Menurut Suwantoro (2004) Pasar didefinisikan sebagai kumpulan dari
seluruh pembeli aktual atau potensial dari suatu produk. Pasar terdiri dari individu-individu yang mempunyai baik kebutuhan atau hasrat terhadap produk atau jasa maupun kemampuan, keinginan dan wewenang untuk membeli produk
itu. Dalam hal ini pasar yang akan kita bicarakan adalah pelancong (travelers). Pasar wisata secara keseluruhan terlalu luas dan beraneka ragam kebutuhannya untuk dapat dipuaskan oleh suatu daerah dengan produk wisata tertentu. Oleh karena itu diperlukan suatu sasaran (target) strategi pemasaran yang
yang didasarkan atas segmentasi pasar. Segmentasi pasar tersebut harus
sedemikian rupa sehingga memiliki nilai desain strategi pemasaran tertentu untuk suatu segmen tertentu. Langkah – langkah yang diperlukan untuk proses tersebut adalah : 1. Membedakan antara kelompok-kelompok (groups atau segments) yang berlainan yang membentuk pasar 2. Memilih satu atau lebih dari segmen ini untuk jadi fokus perhatian 3. Mengembangkan produk yang akan disajikan dan strategi-strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang dipilih sebagai sasaran.
2.5.1
Segmentasi Pasar Segmentasi pasar adalah proses pembagian suatu pasar sebagai suatu
keseluruhan (total market) ke dalam kelompok-kelompok (groups) orang yang berbeda dan berarti yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan produk yang relative sama dan harus digarap melalui strategi-strategi pemasaran secara terpisah. Prinsip pokok pikiran di dalam menggunakan suatu pendekatan segmentasi adalah bahwa di dalam suatu pasar yang heterogen adalah lebih baik untuk mengembangkan suatu strategi pemasaran yang tepat bagi suatu segmen dari pasar secara keseluruhan daripada mendesain suatu rencana pemasaran yang diperuntukkan bagi kebutuhan semua orang.
21
2.5.2
Mengidentifikasi Orang Yang Melakukan Perjalanan/ Customer Untuk mengembangkan strategi pemasaran dibutuhkan identifikasi dari
pelanggan (customer), yang dalam hal ini adalah orang-orang yang melakukan perjalanan pada waktu sekarang dan yang potensial menurut siapa saja mereka itu, misalnya demografi, tempat asal, maksud/tujuan perjalanan, yang disenangi dan
tidak disenangi, besar rombongan dan semua factor yang diperkirakan ikut menentukan jenis-jenis khusus dari produk, promosi, harga dan distribusi. Dengan identifikasi terhadap pelanggan ini maka pemasaran produk wisata suatu daerah/kawasan akan dapat dilakukan secara efektif.
Evaluasi terhadap sejumlah variabel dan proses coba-coba (trial and error)
merupakan cara yang biasa dilakukan untuk menentukan karakteristik konsumen guna menghasilkan definisi-definisi yang berarti tentang segmen pasar. Penentuan segmen pasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan sendiri-sendiri. Diskusi berikut mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik tadi (variables) yang dianggap paling berguna dan banyak digunakan dalam berbagai studi. Titik mulai (start) yang paling logis adalah dengan analisis terhadap komposisi demografis dan distribusi geografis dari para wisatawan sekarang ke daerah (wilayah) tertentu. Sebagai tambahan terhadap berbagai variabel tersebut maka dapat dilakukan analisis terhadap berbagai karakteristik perilaku (behavioral characteristics) dan variabel-variabel sosiologis atau psikografis untuk melengkapi profil dari wisatawan.
2.6
Pemasaran Pariwisata Menurut Yoeti (2002) Seperti halnya dengan marketing itu sendiri,
batasan tentang “tourism marketing” banyak dikemukakan oleh beberapa ahli dalam kepariwisataan. Secara umum dapat diberikan pengertian tourism marketing sebagai seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan (demand) dan penawaran (supply), sehingga pembeli mendapatkan kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan resiko seminimal mungkin. Marketing dalam kepariwisataan merupakan hal yang sangat kompleks sekali karena produk daripada industri pariwisata mempunyai ciri-ciri khas
22
dibandingkan dengan produk berupa barang dan lagi pula produk pariwisata
sering saling berkaitan dengan beberapa perusahaan, instansi, lembaga dalam
masyarakat. Di satu pihak harus ada kerja sama namun dilain pihak tidak jarang pula terjadi sebaliknya, karena merekapun kadang-kadang bersikap sebagai pesaing. Definisi lain dari pemasaran pariwisata adalah suatu proses manajemen
yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan-perusahaan termasuk dalam kelompok intustri pariwisata untuk melakukan usaha untuk menarik wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak membelanjakan uangnya pada daerah yang dikunjungi. Proses
manajemennya yaitu sebagai berikut:
1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan dengan kondisi
yang terjadi saat
ini
dengan
memperhatikan waktu yang akan datang, yang akan membawa organisasi pariwisata supaya dapat
menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran dengan baik. 2. Organisasi pariwisata ataupun perusahaan di bidang pariwisata hendaknya menerapkan teknik dan strategi pemasaran modem, terutama dalam hal perencanaan penelitian, peramalan, seleksi pasar atau saluran distribusi dengan memperhatikan media Man yang sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran. 3. Menjaga
kualitas
produk
yang
ditawarkan
sesuai
dengan
kebutuhan dan keinginan serta sesuai dengan harapan wisatawan, baik kualitas, harga, pelayanan, atau penyajian. Sedangkan Menurut Krippendorf dalam Yoeti (2002), definisi dari pemasaran pariwisata yaitu sebagai suatu sistem dan koordinasi yang dilakukan sebagai sistematika bagi kelompok pengusaha industri pariwisata atau pemerintah dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional ataupun internasional. Tujuan utama dari kelompok pengusaha tersebut adalah untuk mencapai
kepuasan
wisatawan
dan
diupayakan
untuk
mendapatkan
keuntungan. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran secara umum adalah suatu proses distribusi barang dari
23
produsen ke konsumen atas adanya permintaan (demand). Sedangkan untuk
pemasaran pariwisata adalah berhubungan dengan kebijakan perusahaan
pariwisata untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan wisatawan. Jika hal tersebut dilakukan, maka konsumen akan merasa puas dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan pemasarasan pariwisata tersebut.
2.7
Bauran Pemasaran Pariwisata Bauran pemasaran disini memegang peranan penting, dimana 4P yang
terdiri dari product, price, place and promotion, berperan sebagai dasar untuk
melakukan sebuah pemasaran produk pariwisata. Kotler & Amstrong, 2000,
menjelaskan bauran pemasaran dikelompokan menjadi empat variabel, yaitu terdiri dari: 1. Product (produk) artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Keseluruhan komponen pariwisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. 2. Price (harga) artinya sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Harga yang ditetapkan pada suatu produk tertentu, seperti harga paket wisata, harga tiket masuk objek wisata dengan nilai yang disebutkan dalam nilai rupiah sebagai alat tukar. Harga merupakan pemasaran yang tidak berwujud dan dapat mendatangkan wisatawan ke daerah tujuan wisata. 3. Place (distribusi) artinya meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen pada sasarannya. Produk tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan, akan tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. 4. Promotion (promosi) artinya aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk, untuk menarik wisatawan potensial agar menjadi wisatawan aktual (pembeli). Beberapa ahli pun menambahkan bauran pemasaran sampai 8P, didalam pemasaran paket wisata ini tentunya packaging dan people pun sangat berperan penting, Menurut Weaver dan Opperman (2000) Packaging Dalam pemasaran pariwisata, adalah suatu usaha di dalam membuat suatu
24
kegiatan wisata menjadi menarik dan diminati wisatawan termasuk didalamnya
komponen-komponen berupa atraksi wisata, akomodasi, fasilitas lain, serta
layanan bagi wisatawan, fasilitas akomodasi, elemen institusi infrastruktur lainnya. Sedangkan people adalah orang-orang yang berkecimpung didunia pariwisata yang memiliki jiwa ketulusan dalam melayani orang, dan kualitas
yang memadai dalam bidangnya untuk menyukseskan pemasaran sebuah pariwisata.
Berdasarkan penjelasan di atas, bauran pemasaran pariwisata adalah terdiri dari dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan
mendukung segala kegiatan dalam pariwisata. Bauran pemasaran pariwisata
merupakan kombinasi inti dari sistem pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kegiatan ini tertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan.
2.8
Pengertian Produk Wisata Menurut Suwantoro (2004) Pada umumnya yang dimaksud dengan produk
adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (produk) yamg dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia. Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, di dalam ilmu ekonomi, dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu production, marketing dan consumption. 1. Production (produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertalian dengan penciptaan sesuatu barang atau jasa dalam bentuk yang diinginkan (form utility). 2. Marketing (pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang tidak hanya kegunaan tempat (place utility) dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan pemilikan. 3. Consumption biasa disebut dengan pemakaian, yang tidak lain ialah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Yang dimaksud dengan utility adalah kapasitas sesuatu barang atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia. Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya
25
mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial,
psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar
dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi.
Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling
terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa
masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam. a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan,
pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai
prasarana utilitas umum, kemudahah, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya dan sebagainya.
c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya. Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: 1. Atraksi suatu daerah tujuan wisata 2. Fasilitas/amenities yang tersedia 3. Aksebilitas ke dan dari daerah tujuan wisata Ciri-ciri suatu produk wisata : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang di mana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut diperlukan oleh konsumen. 2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi. 3. Produk
wisata
tidak
menggunakan
standar
ukuran
fisik
tetapi
menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu criteria tertentu.
26
4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu
sebelumnya bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.
5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan
6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung risiko besar.
hanya sedikit yang mempergunakan mesin.
Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat, akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra wisata dan kesan (image) perjalanan seoarang wisatawan di suatu daerah pada hakikatnya tergantung pada
produk wisata yang tersedia. Jadi pada hakikatnya definisi produk wisata adalah:
“Keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah di mana ia berangkat semula”. Hubungan antara kunjungan wisatawan dan produk-produk wisata yang menentukan citra (image) pariwisata di suatu Negara/wilayah secara lebih jelas tampak pada pola perjalanan dan keutuhan wisatawan.
2.9
Pengertian Promosi Pariwisata Secara umum Promosi pariwisata adalah suatu proses kegiatan yang
bertujuan agar para konsumen mengethaui adanya produk dan jasa yang ditawarkan, kemudian membeli produk dan jasa yang ditawarkan. Menurut Soekadijo (2000) menjelaskan bahwa kegiatan promosi merupakan kegiatan intensif dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan promosi diadakan usaha untuk memperbesar daya tarik produk sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli. Menurut Yoeti (2002), promosi pariwisata adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberitahu, membujuk, atau mengingatkan calon wisatawan. Kegiatan yang dilakukan tersebut hendaknya menggunakan promotion materials (bahan-bahan promosi) yang baik agar kesan terhadap produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan potensial tourist (wisatawan potensial). Potensial tourist tersebut diharapkan dapat menjadi actual tourist (wisatawan yang jadi
27
berangkat) dengan membeli atau mengunjungi daerah tujuan wisata yang
mereka pilih.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bersifat mengajak atau membujuk calon konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan
dengan cara memperbesar daya tarik produk tersebut.
2.10
Bauran Promosi Pariwisata Menurut Yoeti (2002), mengemukakan Promotion Mix yaitu bermacam-
macam cara atau kegiatan promosi yang dilakukan untuk memenuhi target
pasar. Diantara kegiatan promosi yang bermacam-macam itu adalah personal selling, advertising, sales promotion, dan public relation. 1. Personal Selling Adalah bentuk presentasi pesan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli, untuk mempengaruhi sikap konsumen agar terjadi kegiatan penjualan. 2. Advertising Bentuk presentasi berupa iklan dan promosi non pribadi tentang ide, barang maupun jasa yang dibayar oleh sponsor untuk memberikan informasi kepada masyarakat dengan calon pembeli, untuk mempengaruhi sikap konsumen agar terjadi kegiatan penjualan. 3. Sales Promotion Kegiatan promosi selain dari penjualan perorangan, periklanan, dan publikasi, yang komunikasinya dilakukan secara non personal. Contohnya dapat berupa kupon diskon, contoh produk dan hadiah. Tujuan dari sales promotion hanya untuk jangka pendek. 4. Public Relation Tujuannya adalah membentuk citra positif bagi perusahaan dan pada waktu yang besamaan melakukan kegiatan promosi pada pelanggan. Fungsi dari public relation bukan untuk menjual suatu produk tetapi untuk menemukan cara bagi pemasaran agar produk yang ditawarkan dapat diterima oleh target pasar.
28
2.11
Media Publikasi Menurut Yoeti (2002), sebagai alat pembantu dalam penjualan, diantara sales
support yang banyak digunakan adalah publikasi langsung, bentuk-bentuk yang biasa digunakan dalam promosi yang ditunjukan langsung kepada konsumen, contohnya:
a. Brosur, merupakan selebaran cetakan dengan mengunakan kertas yang relative baik, lay-out yang disusun menarik dengan segala potensi yang
hendak di promosikan.
b. Katalog, merupakan beberapa lembaran yang dicetak yang memuat
tourist attraction di daerah tujuan dengan mencantumkan tentang jenis
dan macam akomodasi, tarif kamar, fasilitas, dan tour itineraries yang dapat dijual oleh tour operator.
c. Direct-mail materials, merupakan surat penawaran yang dikirimkan pada potensial touris dengan brosur, prospektus folder, leaflet dll. d. Folder, media promosi yang dapat dilipat-lipat, ada yang dua dan ada yang enam lipatan. Tiap halaman dari lipatan tersebut dicantumkan, misalnya bangunan hotel, tipe kamar, fasilitas yang dimiliki, room-rates dan entertainments lainnya. e. Leaflets,
berbeda
dengan
folder,
maka
leaflet
hanya
berbentuk selebaran (leaf) dimana dicantumkan berbagai informasi serba ringkas tentang objek yang dipromosikan. f.
Lain-lain yang dapat berupa booklets, guide-books dan display materials.
Oleh karena itu penulis memilih katalog, karena katalog merupakan salah satu media yang cocok digunakan oleh Cipaganti Holidays untuk menyampaikan secara langung dan jelas produk yang sedang ditawarkan, dan Cipaganti Holidays saat ini memerlukan katalog untuk media promosi paket wisatanya. Sedangkan menurut Weaver dan Opperman (2000), menjelaskan bahwa dalam kegiatan periklanan pihak travel agent dapat memilih beberapa media periklanan, yaitu: 1. Televisi 2. Radio 3. Koran dan Majalah
29
4. Brosur
5. Internet Berdasarkan macam-macam periklanan di atas dapat disimpulkan
bahwa media publikasi sangat mempengaruhi proses promosi yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, disamping itu pemilihan
media harus tepat, agar tercapainya target perusahaan.
30