BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum penulis melaksanakan penelitian ini, penulis akan membaca serta memahami beberapa skripsi yang terkait dengan judul yang penulis ajukan sebagai bandingan dalam menulis skripsi ini, antara lain yaitu: 1. Skripsi karya Elisya Budiawati, angkatan 2004 mahasiswi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang, dengan judul “SYAIR KUMBANG DAN MELATI :SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS SEMIOTIK”. Hasil penelitiannya berupa suntingan teks dalam bentuk transliterasi dan mengungkapkan makna atau nilai-nilai sosial dengan menggunakan dua teori, yaitu teori filologi oleh Baried dan teori semiotik oleh Riffaterre. 2. Skripsi karya Desy Natalia Pinem, angkatan 2005 mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan judul “KAJIAN FILOLOGI TERHADAP NASKAH BATAK
No.Inv.943/07124/2075
KOLEKSI MUSEUM
NEGRI PROVINSI SUMATERA UTARA”.Penelitian ini menghasilkan sebuah suntingan teks dengan menggunakan teori Baried. Skripsi ini juga membahas tentang kedudukan dan fungsi teks dalam masyarakat, kebudayaan dan pendidikan. 3. Skripsi karya Muhammad Ali Ritonga, angkatan 2006 mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan judul “SUNTINGAN TEKS DAN NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM HIKAYAT KIAMAT”. Penelitian ini juga menghasilkan sebuah suntingan teks dengan menggunakan teori Baried, dan menganalisis isi menggunakan pendekatan religiusitas.
9
Universitas Sumatera Utara
4. Skripsi karya Muhyiddin, angkatan 2008 mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dengan judul “PEMIKIRAN K.H.R. AS’AD SYAMSUL ARIFIN TENTANG TAUHID DAN THARIQAT (KAJIAN FILOLOGIS TERHADAP RISALAH AS’ADIYAH)”. Penelitian ini menghasilkan sebuah suntingan teks dan analisis isi dengan menggunakan dua teori, yaitu teori kodikologi dan teori tekstologi. Untuk Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sejauh yang penulis ketahui hingga saat ini belum ditemukan penelitian tentang kajian Filologi ini.Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa selain menghasilkan transliterasi filologi dari satu edisi naskah tahun 1968 M yang mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat dengan menggunakan teori Siti Baroroh Baried, penelitian ini juga mengungkapkan isi dan pesan pada naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair
Kanak-Kanak Dalam Syurga/ Karya Al-Husni. Filologi merupakan salah satu disiplin yang berupaya mengungkapkan kandungan teks yang tersimpan dalam naskah produk masa lampau. Sebagai penggali produk hasil budi daya manusia, filologi tergolong dalam ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu humaniora. Sebagai istilah, filologi muncul pada saat para ahli dihadapkan pada upaya mengungkapkan kandungan suatu naskah yang merupakan produk masa lampau, yaitu beratus-ratus tahun sebelum penelitinya lahir. Dalam sejarah perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan dan perkembangan. Penerapannya di Indonesia pada awal mulanya dipengaruhi oleh para ahli terdahulu, yang sedikit banyak dilatarbelakangi oleh pengetahuan dan pemahaman tentang filologi yang berlaku dan yang diperlukan untuk karya-karya abad pertengahan yang menjadi sasaran dan objek kerja para peneliti filologi terdahulu (Baried, 1994:11). Dalam pengertiannya yang lebih khusus, filologi dipahami sebagai cabang ilmu yang mengkaji teks beserta sejarahnya (tekstologi), termasuk di dalamnya melakukan kritik teks yang bertujuan untuk merekontruksi keaslian sebuah teks, mengembalikan pada bentuk semula, serta membongkar makna dan konteks yang melingkupinya (Fathurahman, 2010:10).
10
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, filologi adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi
dari
kritik
sastra,
sejarah,
dan
linguistik.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Filologi). Berdasarkan etimologi, kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’ atau ‘ilmu’. Dalam bahasa Yunani philologia berarti ‘senang berbicara’ yang kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang kepada ilmu’, ‘senang kepada tulisan-tulisan’, dan kemudian ‘senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti karya-karya sastra (Baried,1994:2). Objek dari filologi adalah teks atau naskah, sedangkan hasil kegiatannya antara lain berupa suntingan naskah. Secara tradisional masalah-masalah variasi teks menjadi obyek studi cabang ilmu sastra yang disebut filologi (Teeuw, 1988:252). Sastra pada umumnya memiliki pengertian sebagai kata-kata dan ungkapan yang indah yang dirangkai sastrawan untuk disampaikan kepada pendengar (Sofyan, 2004:8). Robson menyebut bahwa sastra klasik merupakan sastra yang diciptakan sebelum timbulnya bahasa kesatuan (Fadillah dkk, 2005:94). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, ada empat pengertian naskah, yaitu (1) karangan yang masih ditulis dengan tangan, (2) karangan seseorang sebagai karya asli, (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset, dan (4) rancangan (Kridalaksana, 1995:684). Menurut wikipedia.com, suatu naskah manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu scriptus ditulis tangan), secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannyadengan cara lain. (http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertiannaskah-menurut-para-ahli.html). Kata naskah merupakan padanan bahasa Indonesia untuk kata ‘manuskrip’ yang berasal dari bahasa Latin, yakni: manu dan scriptus, dan secara harfiah berarti ‘tulisan tangan’ (written by hand) (Fathurahman, 2010:4).
11
Universitas Sumatera Utara
Teks menurut Baried, (1994:57) adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Perbedaan naskah dan teks menjadi jelas apabila terdapat naskah yang muda tetapi mengandung teks yang tua. Teks terdiri atas isi, yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, dan bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa dan sebagainya. Penjelasan yang sama dijumpai juga dalam keterangan Mulyadi yang menyatakan bahwa teks ialah apa yang terdapat dalam suatu naskah. Dengan perkataan lain teks merupakan isi naskah atau kandungan naskah, sedangkan naskah adalah wujud fisiknya (Mulyadi, 1994:3). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks adalah naskah yang berupa (a) kata-kata asli dari pengarang,(b) kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan,(c) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya (Kridalaksana, 1995:1024). Dalam sebuah teks lama, seringkali dijumpai kata atau istilah yang mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh pembaca masa kini. Karenanya, sebuah daftar kata (glossary) atau istilah yang disusun secara alfabetis dan disertai dengan sebuah penjelasan singkat sangat diperlukan, setidaknya untuk kata atau istilah yang dianggap ‘sulit’. Daftar kata ini dapat dianggap sebagai ‘kamus kecil’ terkait dengan teks yang disunting (Fathurahman, 2010:41). Kajian ahli filologi terhadap naskah-naskahnusantara bertujuan untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya, atau untuk kedua-duanya. Pada taraf awal kajian terhadap naskah-naskah itu terutama untuk tujuan penyuntingan (Baried, 1994:50). Djamaris dalam Istadiyantha,(2008:16) menyebutkan ada beberapa masalah pokok yang perlu dilakukan dalam penelitian filologi itu, diantaranya, yaitu : (1)inventarisasi naskah, (2)deskripsi naskah, (3)perbandingan naskah, (4)dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, (5)singkatan naskah, (6)transliterasi naskah. Semua tahapan di atas diperlukan jika ada dua naskah yang akan diteliti. Jika terdapat lebih dari satu naskah,maka akan dilakukan perbandingan naskah. Karena pada penelitian ini hanya terdapat satu naskah saja yang akan diteliti, peneliti hanya mengambil tiga masalah pokok saja, yaitu inventarisasi naskah, 12
Universitas Sumatera Utara
deskripsi naskah dan transliterasi naskah. Menurut Mulyadi (1994:38), analisis identifikasi naskah dilakukan dengan menjaring berbagai data dari naskah yang hendak dideskripsikan, yaitu: a. Judul Naskah b. Tempat Penyimpanan Naskah c. Ukuran naskah d. Jumlah Halaman e. Jumlah Baris f. Panjang Baris g. Huruf h. Bahasa i. Pengarang, Penyalin, Tempat, dan Tanggal Penulisan Naskah (jika ada) j. Pemilik Naskah k. Pemerolehan Naskah l. Isi Naskah m. Penghitungan jarak antar baris n. Pengukuran panjang baris
1. Inventarisasi Naskah ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲
ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam
Syurga/ Karya Al-Husni. Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ karya
Al-Husni ini disimpan di surau Simauang,Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Pada naskah ini tidak dicantumkan tahun berapa naskah ini ditulis. Naskah ini dibeli oleh seorang datuk yang bernama Abdul Rauf yang berasal dari Sijunjung, Sumatera Barat, tepatnya di Desa Air Hangat pada tanggal 6 bulan 6 tahun 1968 M atau bertepatan dengan tahun 1388 H. Naskah ini tidak disewakan. Naskah ini belum mempunyai nomor katalog. Zaman dahulu di daerah Sumatera Barat surau berperan sebagai tempat menuntut ilmu agama atau tarekat. Di situlah para 13
Universitas Sumatera Utara
alim ulama mengajarkan tentang islam kepada siapa saja yang ingin belajar. Di surau ini juga tempat aktifitas penulisan dan penyalinan naskah-naskah keagamaan berlangsung, misalnya surau Nurul Huda yang terletak di Batang Kabung, Tabing, Padang. Surau ini memiliki 25 koleksi naskah yang disalin dan ditulis oleh Imam Maulana Abdul Manaf. Kemudian ada juga surau Darussalam, terletak di Kecamatan Sungai Puar Kabupaten Agam. Di sini terdapat 5 koleksi naskah yang cukup tebal. Naskah-naskah ini awalnya merupakan koleksi pribadi masyarakat yang tinggal di sekitar surau. Kemudian naskah-naskah tersebut dikumpulkan oleh pengurus surau (Anton, 30 tahun) untuk disimpan dengan tujuan agar lebih terawat (Fathurahman, 2010:244). Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat Minangkabau sudah mulai meninggalkan tradisi atau kebudayaan lama,dan surau-surau yang dulunya sebagai tempat belajar agama sekarang sudah mulai tidak berfungsi lagi, walaupun masih ada beberapa surau yang masih digunakan sebagai tempat belajar agama.Di surau-surau inilah banyak terdapat naskah-naskah lama disimpan sebagai bukti sejarah dan untuk bahan ajar kepada murid-murid yang masih menuntut ilmu disana.
2. Deskripsi Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam
Syurga/ Karya Al-Husni.
Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ ini
berbentuk syair yang cara penulisannya seperti bentuk syair Arab. Menurut Husein (2005:309), syair adalah:
.ﺍﻟﺸﻌﺮ ﻫﻮﺍﻝﻛﻼﻡ ﺍﻝﻣﻨﻈﻮﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻮﺯﻥ ﻭﺍﻟﻘﺎﻓﻴﺔ /asy-syi’ru huwa al-kalāmu al-manẓūmu fi al-wazni wa al-qāfiyati/'syair adalah kata-kata yang teratur dalam bentuk wazan dan qafiyah'. Syair dalam bahasa Arab disebut dengan ﺍﻟﺸﻌﺮ/asy-syi’ru/ 'syair, pantun, pengetahuan',
َ ﺍﻟ/asy-syā’iru/ sedangkanﺸﺎﻋﺮ
'penyair,
orang
ahli
syair/pantun'(Yunus,1990:199). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia syair
14
Universitas Sumatera Utara
berarti: 1. Puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. Sajak; puisi (Kridalaksana, 1995:983). Syair itu sendiri dibagi menjadi lima golongan menurut isinya, yaitu : 1. Syair Panji 2. Syair Romantis 3. Syair Kiasan 4. Syair Sejarah 5. Syair Agama. Syair agama terdiri dari empat bagian, yaitu: syair sufi, syair tentang ajaran Islam, syair riwayat cerita nabi, dan syair nasihat. Menurut Eti, (2008:22) syair biasa digunakan untuk menceritakan hal-hal yang panjang seperti dongeng, suatu kejadian, dan sebagainya. Isi syair mengandung nasihat, kiasan, khayalan, unsur-unsur agama atau kepercayaan. Adapun ciri-ciri syair adalah sebagai berikut: 1. Setiap bait terdiri dari empat baris 2. Setiap baris terdiri dari empat atau lima kata 3. Setiap baris terdiri dari delapan sampai dengan dua belas suku kata 4. Bersajak aaaa 5. Seluruh bait berupa isi 6. Tidak mempunyai sampiran 7. Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan 8. Isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng, cerita, atau ajaran agama. Pada halaman pertama sampai halaman kedua naskah terdapat pembukaan atau kata pengantar dari pengarang. Pada halaman terakhir terdapat ralat atau pembetulan dari kesalahan penulisan pada syair sebanyak satu lembar. Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ini menggunakan aksara Arab Melayu (jawi). Naskah ini terdiri dari 36 halaman. Dalam satu halaman terdiri dari beberapa baris yang berbeda-beda, dan dipisahkan di bagian tengah naskah menjadi dua kolom. Cara membaca naskah ini yaitu menyambung ke 15
Universitas Sumatera Utara
samping, meneruskan baris pertama dan dilanjutkan dengan baris ke dua. Naskah ini memiliki panjang: 20,5 cm, lebar: 14,7 cm, ketebalan: 0,3 cm. Alas naskah berupa kertas putih, dan tulisan pada naskah masih cukup bagus. Pada bagian depan naskah terdapat judul syair danbeberapa tulisan lain, yaitu keterangan siapa, dimana dan tahun berapa naskah ini dibeli. Pada halaman pertama terdapat porolog yang diawali dengan tulisan basmalah dan diberi bingkai atau yang disebut dengan iluminasi. Iluminasi adalah hiasan
naskah
yang
bersifat
abstrak,
berfungsi
sebagai
hiasan
yang
“memperterang” teks yang disajikan (Fathurahman, 2010:200). Terdiri dari delapan belas baris pada halaman pertama, dan 18 baris pada halaman kedua. Pada bagian akhir porolog terdapat ayat Al-Qur’an. Di bagian bawah porolog terdapat kata Wassalamdan tercantum nama penulis naskah. Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ini
adalah sebuah karya sastra berbentuk Syair yang bercerita tentang kehidupan orang tua yang anaknya telah meninggal dunia diwaktu kecil. Bercerita tentang kesabaran dan buah dari kesabaran. Bercerita tentang dosa dan pembalasan untuk dosa. Tentang doa yang dipanjatkan anak untuk kedua orang tuanya dan doa orang tua untuk anaknya. Syair ini banyak mengandung pelajaran, nasehat-nasehat dan pandangan agama. Dalam cerita ini juga terdapat ayat-ayat Al-Quran dan Hadis. Dengan demikian syair ini termasuk jenis syair agama bagian nasihat.
3. Transliterasi Naskah
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam
Syurga/ Karya Al-Husni.
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Baried, 1994:63).Untaian syair pada naskah
ﺷﻌﻴﺮ
ﺩﺍﻟﻢ ﺷﺮ ڬ۲ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ini dimulai pada halaman ketiga,sedangkan halaman satu dan dua berisi pendahuluan atau kata pengantar. Naskah ini akan penulis transliterasikan dari huruf jawi, aksara Arab Melayu kedalam bahasa Indonesia, sesuai dengan kaidah transliterasi filologi
16
Universitas Sumatera Utara
yaitu mentransliterasikan apa yang ada pada naskah tanpa menambah atau mengurangi sesuatu, kecuali pada naskah yang rusak (korup) namun masih mungkin untuk dibaca dengan sedikit perbaikan dan akan diperbaiki transliterasinya. Untuk kepentingan transliterasi, maka dikemukakan beberapa kaidah transliterasi. Tulisan Jawi merangkum seluruh abjad Arab (29 huruf) seraya menambahkan enam abjad tambahan, sehingga jumlahnya menjadi 35 huruf. Enam abjad tambahan tersebut tentu saja dimaksudkan untuk mengakomodasi bunyi dalam bahasa daerah yang tidak dikenal dalam bahasa dan tulisan Arab. 29 huruf yang berasal dari abjad Arab adalah: ( ﺍa), ( ﺏb), (ﺕt), ( ﺙtha), ( ﺝj), ( ﺡḥ), ( ﺥkh), ( ﺩd), ( ﺫdh), ( ﺭr), ( ﺯz), (ﺱs), (ﺵsh), ( ﺹṣ), ( ﺽḍ), ( ﻁṭ), ( ﻅẓ), )‘( ﻉ, ( ﻍg), ( ﻑf), ( ﻕq), ( ﻙk), (ﻝl), ( ﻡm), (ﻥn), ( ﻭw), ( ﻩh), )'( ء, ( ﻱy). Sedangkan enam abjad lainnya yang merupakan bentuk modifikasi adalah: (ڧv), (چc), (ﻍng), (ڤp), (ڬg), (پny) (Fathurahman, 2010:86). Sistem tulisan Arab adalah abjad konsonan, jadi terdiri atas tanda-tanda yang mewakili konsonan, sedangkan vokal ditandai dengan huruf saksi atau tanda diakritik, tetapi penandaan vokal hanya diberikan dalam Al-Qur’an dan teks-teks tertentu. Selebihnya tidak ada vokalisasi. Dalam penyesuaian tata aksara yang baru untuk penulisan bahasa Nusantara, terjadi sejumlah pengurangan dan penambahan, tetapi bentuk aksaranya tidak mengalami perubahan yang besar dan berlanjut (Ikram, 2009:308). Terlihat dari ragam dan jumlah abjadnya, tulisan Jawi dapat disebut sebagai bentuk domestikasi (baca : penyesuaian) aksara Arab ke dalam bahasa daerah di Indonesia, khususnya Melayu. Domestikasi yang dimaksud terutama berkaitan dengan perubahan di sana sini agar sesuai dengan sistem fonologi bahasa lokal yang digunakan (Fathurahman, 2010:85). Dalam mentransliterasi penulis mengetik ulang dari naskah yang ada. Huruf-huruf yang tidak ada dalam bahasa Arab, tetapi hanya ada dalam bahasa Arab Melayu
penulis ambil dari symbol, tetapi penulis tidak memberi baris
dengan alasan panjangnya naskah dan naskah asli nantinya akan dilampirkan dalam skripsi.
17
Universitas Sumatera Utara
)(Syair Kanak-Kanak Dalam SyurgaKarya Al-Husni, hal: 3
)(۳
ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ ۲ﺩﻳﺪﺍﻟﻢ ﺷﺮڬ
ﻭﻫﻲ ﺻﺤﺎﺑﺔ ﺳﺮﺕ ﺳﻮﺩﺭﺍ
ﺍﻛﻮ ﺑﺮﺷﻌﻴﺮ ﺩݞﺮﻛﻦ ﺑﺮﺳﺎﻡ
ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ ۲ﺩﻳﺪﺍﻟﻢ ﺷﺮڬ
ﻣݞﻬﻴﺒﻮﺭ ﻫﺎﺗﻲ ﻣﻨﻨݞﻜﻦ ﺟﻴﻮﺍ
ﺟﺎݞﻦ ﺩﻓﻴﻜﺮ ﺩﻣﻨﻮݞ ۲ﻛﻦ
ﻛﻤﺎﺗﻴﻦ ﺍﻧﻖ ﺑﻜﻨݒ ﺳﻜﺴﺎءﻥ
ﺗﺘﺎﻓﻲ ﺍﺩﺍﻟﻪ ﺗﻨﺪﺍ ﻛﺴﻴﺎݞﻦ
ﺩﺍﺭﻱ ﻓﺪﷲ ﻳݞ ﺑﺮﺻﻔﺔ ﺭﺣﻤﻦ
ﺍﺩﺍ ﺗﺮﺳﺒﻮﺕ ﺳﺒﺪﺍ ﻧﺒﻰ
ﺳﻴﺎﻑ ﺗﻜﻤﺎﺗﻴﻦ ﺍﻧﻖ ﺳﺠﻨﺘݞ ﻫﺎﺗﻲ
ﺩﺗﺮﻳﻢ ﺩݞﻦ ﺭﺿﺎ ﺩﺍﻥ ﻻﻓݞ ﻫﺎﺗﻲ
ﻣﻮﺟﻮﺭﻟﻪ ﺍﻱ ﺩﺍﺧﺮﺓ ﻧﻨﺘﻲ
ﺍﻧﻘﺚ ﺍﻳﺖ ﺗﺮﻭﺱ ﻛﺸﺮڬ
ﺳﻴݞ ﺩﺍﻥ ﻣﺎﻟﻢ ﺗﺮﻭﺱ ﺑﺮﺩﻭﻋﺎ
ﻛﻔﺪ ﺗﻮﻫﻦ ﻳݞ ﻣﻬﺎ ﻛﻮﺍﺱ
ﺳﻔﺎﻱ ﺍﻳﻪ ﺑﻨﺪﺍ ﻛﺸﺮڬ ﺑﺮﺳﺎﻡ
ﺑﻴﻞ ﺍﻳﻪ ﺑﻨﺪﺍ ﻣﺎﺳﻖ ﻧﺮﺍﻙ
ﻛﺎﻧﻖ ﻛﺎﻧﻖ ﻣﻨﺪﻭﻋﺎ ﺑﺮﺳﺎﻡ ۲
ﻛﻔﺪﺍ ﺗﻮﻫﻦ ﻳݞ ﻣﻬﺎ ﺃﻳﺴﺎ
ﺍﻳﻪ ﺩﺍﻥ ﺑﻨﺪﺍ ﻛﻠﻮﺍﺭﻛﻦ ﺳݢﺮﺍ
ﻫﻨﺪﻗﻠﻪ ﻓﻮﻝ ﺩﻓﻴﻜﻴﺮﻱ
ﻛﻤﺎﺗﻴﻦ ﺍﻧﻖ ﺑﻼﻫﻦ ﺩﻳﺮﻱ
ﺑﺎﺋﻚ ﻓﺮﻣﻔﻮﺍﻥ ﻣﺎﺅﻓﻮﻥ ﻻﻛﻲ۲
ﺗﻨﺪﺍ ﻛﺴﻴﺎݞﻦ ﷲ ﻣﻬﺎ ﺗݞݢﻲ
ﺳﻴﺎﻑ ﻳݞ ﺻﺒﺮ ﻣﻨﺮﻳﻤﺎﺙ
ﺍﻛﻦ ﻣﻨﺪﺍﻓﺖ ﺑﺎݒﻖ ﻓﻬﺎﻝ
ﺑﺮﻟﻴﻔﺖ ڬﻨﺪﺍ ﺕﺄ ﺗﺮﻛﻴﺮﺍ
ﺩﻣﻜﻴﻦ ﺧﺒﺮ ﻧﺒﻲ ﺑﺮﺳﺒﺪﺍ
ﺗﺮﺳﺒﻮﺕ ﺳﻮﺩﻩ ﺩﻟﻢ ﻗﺮﺁﻥ
ﺳﻴﺎﻑ ﻳݞ ﺻﺒﺮ ﻣﻨﺮﻳﻢ ݘﻮﺑﺎءﻥ
ﻓﻬﺎﻝ ﻳݞ ﺑﺎﻳﻖ ﺗﻮﻫﻦ ﺳﺪﻳﺎﻛﻦ
ﻛﻤﻠﻴﺎءﻥ ﻳݞ ﺗݞݢﻰ ﺗﻮﻫﻦ ﺑﺮﻳﻜﻦ
ﺗﻮﻫﻦ ﺳﻼﻟﻮ ﺍﻛﻦ ﺑﺮﺳﺎﻡ
ﺩݞﻦ ﻳݞ ﺻﺒﺮ ﺑﺮﻫﺎﺗﻲ ﺭﻳﻀﺎ
ﻣﻨﺮﻳﻢ ﺳڬﺎﻝ ﺍﻑ ﻳݞ ﻣﻨﻤﻒ
ﺑﺎﺋﻚ ﺩﻳﺮﻱ ﻣﺎﺆﻓﻦ ﻫﺮﺕ
ﺑﺮﺻﻴﻔﺔ ﺻﺒﺮ ﺗﻨﺘﻮﻧﻦ ﺍﻳﻤﺎﻥ
ﻭﺍﺟﺐ ﺩﻓﺎﻛﻲ ﺳﻔﻨﺠݞ ﺯﻣﺎﻥ
ﺍڬﺮ ﺩﻛﺎﺳﻴﻬﻲ ﺗﻮﻫﻦ ﻳݞ ﺭﺣﻤﻦ
ﻓﻬﺎﻻﺙ ﺑﺴﺮ ﺗﻮﻫﻦ ﺟﻨﺠﻴﻜﻦ
ﺍﻳﻨﻠﻪ ﺻﻔﺔ ﻭﺍﺟﺐ ﺩﻣﻠﻴﻜﻲ
ﻭﻫﻲ ﺳﻮﺩﺍﺭ ﺗﻤﻦ ﺑﺴﺘﺎﺭﻱ
ﺳﺘﻴﻒ ﻳݞ ﻫﻴﺪﻑ ﻓﺴﺘﻲ ﻛﻦ ﻣﺎﺗﻲ
ﺩﻫﻮﻟﻮ ﻛﻤﻮﺩﻳﻦ ﺑﺮݢﻨﺘﻲ ݢﻨﺘﻲ
18
Universitas Sumatera Utara
(Syair Kanak-Kanak Dalam SyurgaKarya Al-Husni, hal: 3) Syair kanak2 di dalam syurga
(3)
Wahai sahabat serta saudara
Aku bersyair dengarkan bersama
Syair kanak2 di dalam syurga
Menghibur hati menenangkan jiwa
Jangan dipikir dimenung-menungkan
Kematian anak bukannya siksaan
Tetapi adalah tanda kesayangan
Dari pada Allah yang bersifatRahman
Ada tersebut sabda nabi
Siapa kematian anak sijantung hati
Diterima dengan rida dan lapang hati
Mujurlah ia di akhirat nanti
Anaknya itu terus ke syurga
Siang dan malam terus berdo’a
Kepada Tuhan yang maha kuasa
Supaya ayah bunda ke syurga bersama
Bila ayah bunda masuk neraka
Kanak kanak mendo’a bersama-sama
Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Ayah dan bunda keluarkan segera
Hendaklah pula dipikiri
Kematian anak belahan diri
Baik perempuan maupun laki-laki
Tanda kesayangan Allah Maha Tinggi
Siapa yang sabar menerimanya
Akan mendapat banyak pahala
Berlipat ganda tak terkira
Demikian khabar nabi bersabda
Tersebut sudah dalam Quran
Siapa yang sabar menerima cobaan
Pahala yang banyak Tuhan sediakan
Kemuliaan yang tinggi Tuhan berikan
Tuhan selalu akan bersama
Dengan yang sabar berhati rida
Menerima segala apa yang menimpa
Baik diri maupun harta
Bersifat sabar tuntunan iman
Wajib dipakai sepanjang zaman
Agar dikasihi Tuhan yang Rahman
Pahalanya besar Tuhan janjikan
Inilah sifat wajib dimiliki
Wahai saudara taman bestari
Setiap yang hidup pastikan mati
Dahulu kemudian berganti-ganti
19
Universitas Sumatera Utara
Telaah Isi dan Pesan Naskah ﺷﺮڬ
ﺩﺍﻟﻢ۲ ﺷﻌﻴﺮ ﻛﺎﻧﻖ/Syair Kanak-Kanak Dalam
Syurga/ Karya Al-Husni Hasil penelitian sementara dari penelitian ini adalah: a. Pada halaman pertama dan kedua terdapat porolog atau kata pengantar. Pada kata pengantar ini pengarang sedikit menjelaskan tentang syair yang ia tulis, dan pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa syair yang ditulis ini baik dibaca oleh ibu bapak yang anaknya sudah meninggal dunia sewaktu kecil. Pengarang juga menjelaskan bahwa pada syair berisi gambaran bagaimana azab siksaan di padang mahsyar dan neraka. Pengarang menyebutkan pada akhir naskah ini sengaja ditambah beberapa hadist tentang ruh anak yang sudah meninggal dan beberapa ayat alQur’an mengenai kesabaran. b. Pada halaman ketiga barulah pengarang mulai bersyair. -
Baris pertama dan kedua merupakan porolog pada syair.
-
Baris ketiga dan keempat berisi tentang pujian terhadap Allah sang pencipta, bahwa kematian seorang anak itu bukanlah siksaan dari Allah, tapi itu menandakan kasih sayang Allah yang bersifat Rahman.
-
Baris kelima dan keenam merupakan hadist atau sabda nabi yang artinya barang siapa yang kematian anak, jika diterima dengan ridha dan lapang hati maka akan selamat di akhirat kelak.
-
Baris tujuh sampai sepuluh bercerita tentang anak-anak yang berdoa didalam syurga agar ibu dan bapaknya bisa masuk syurga, dan dijauhkan dari api neraka.
-
Baris sebelas sampai dua puluh dua menjelaskan tentang kesabaran dan pahala jika seseorang bersifat sabar, ridha dan lapang dada dalam menghadapi kematian seorang anak.
Pesan yang disampaikan pada halaman ketiga ini adalah barang siapa yang sabar dalam menghadapi cobaan maka Allah menjajikan pahala yang besar, dan Allah selalu bersama orang-orang yang bersifat sabar.
20
Universitas Sumatera Utara