BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bunyi
2.1.1 Defenisi Bunyi Bunyi adalah perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak (Harrington dan Gill, 2005). Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perengganan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran (Barsasella, 2010). Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 2014). 2.1.2 Sumber Bunyi atau Suara Bunyi dapat terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang bergerak dan dapat juga berupa udara yang bergerak. Untuk objek udara yang bergerak terjadi pada terompet yang ditiup. Getaran tersebut kemudian menyentuh partikel zat yang ada didekatnya. Zat ini dapat berupa gas, cairan atau padatan.
10
Universitas Sumatera Utara
11
Partikel zat yang pertamakali tersentuh (yang paling dekat dengan objek) akan meneruskan energi yang diterimanya ke partikel disebelahnya. Demikian seterusnya partikel - partikel zat akan saling bersentuhan sehingga membentuk rapatan dan renggangan yang dapat digambarkan sebagai gelombang yang merambat (Mediastika, 2005). Oleh karena itu, keberadaan zat disekitar objek yang bergetar seringkali disebut juga medium perambat gelombang bunyi. Meski objek yang bergetar yang disebut sebagai sumber bunyi telah berhenti bergetar, pada keadaan tertentu perambatan gelombangnya masih terus berjalan sampai pada jarak tertentu dari objek tersebut. Rambatan gelombang tersebut ditangkap oleh daun telinga (Mediastika, 2005). 2.2
Anatomi dan Fisiologis Alat Pendengaran
2.2.1 Alat Pendengaran Manusia Alat pendengaran manusia berupa telinga. Telinga merupakan organ pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan. Fungsi telinga adalah untuk secara efesien merubah energi getaran dari gelombang menjadi energi listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Bagianbagian yang berperan dalam pendengaran yaitu: a. Telinga Bagian Luar Terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga sampai membrane tympani. Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi bunyi dan dikonsentras pada membrane tympani (Tambunan, 2005). Pada liang telinga (kanal) terdapat wax (malam) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3000-4000 Hz.telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung
Universitas Sumatera Utara
12
gelombang suara dan menyebabkan membrane tympani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya (Buchari, 2008). b. Telinga Bagian Tengah Telinga bagaian tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal, dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya dibentuk oleh dinding bagian dinding lateral telinga dalam (Watson, 2002). Mulai dari membrane tympani sampai tube estachius, yang terdiri dari tiga buah tulang pendengaran (osicles) yaitu tulang malleus, Incus, stapes (Tambunan, 2005). Martil landasan sanggurdi atau stapes yang berfungsi memperbesar getaran dari membrane tympani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea (Buchari, 2008). c. Telinga Bagian Dalam Telinga dalam berada dibelakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea (rumah siput) dan oval window (tingkat oval). Cochlea berbentuk spiral (seperti rumah siput) dengan isi cairan didalamnya (Tambunan, 2005), terdapat membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran (Buchari, 2008). Organ corti mengandung lebih dari 20.000 sel sensor, terletak pada membran basiler, sejumlah rambut halus terletak pada ujung sel sensor tersebut dan berhadapan dengan membran tektorial, dan serat-seratnya bergabung bersama sel-sel rambut untuk tersambung atau membentuk saraf pendengaran. Jika suara sampai pada telinga luar maka akan diteruskan kegendang yang akan mengantarkan dan menggerakkan tulang pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
13
Tulang tapes melekat pada oval window dan cairan pada saluran membran yang diubah menjadi gerakan gelombang, dan berbalik kemudian merangsang organ corti (Tambunan, 2005). 2.2.2 Mekanisme Mendengar Suara yang berasal dari lingkungan diterima oleh daun telinga dan liang telinga yang termasuk bagaian telinga luar. Semua bunyi yang masuk ketelinga kita sebenarnya tenaga dari gelombang suara. Kemudian gelombang suara akan menggetarkan gendang telinga (membrane tympani) berupa selaput tipis yang transparan. Selanjutanya getaran-getaran tersebut sampai ketelinga tengah yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran (tulang malleus, incus, dan stapes). Sebagian tulang malleus melekat pada bagian dalam gendang telinga dan akan bergetar apabila membrane tympani bergetar. Tulang stapes berhubungan dengan selaput ovalwindow (tingkat oval) yaitu telinga bagian dalam. Ketiga tulang penengaran saling bersendi satu sama lain sehingga dapat menjembatani getaran dari gendang telinga, memperkeras dan menyampaikan ke telinga dalam. (Watson, 2002). Cochlea termasuk telinga dalam berisi cairan elektrolik yang mempunyai struktur pipa dengan daun setengah lingkaran yang mirip rumah siput. Pergerakan tulang-tulang pendengaran akan menggetarkan selaput ival window yang menyebabkan aliran cairan cohlea. Aliran tersebut akan menggerakkan sel-sel rambut yang halus yang melekat pada saluran cochlea, pada saat inilah terjadi perubahan gelombang suara menjadi gelomabang listrik. Potensial listrik yang timbul akan diteruskan ke otak untuk diolah atau diterjemahkan melalui saraf pendengaran. Peristiwa gelombang suara menjadi potensial listrik pada saraf
Universitas Sumatera Utara
14
melalui tulang-tulang pendegaran ini dinamakan sebagai gejala sensai bunyi atau borne conduction. Proses terjadinya getaran pada gendang telinga dan kemudian sampai pada tulang pendengaran dianamakan air conduction, sehingga gelombang yang datang dari telinga luar sampai ke telinga dalam berlangsung secara borne conduction (Watson, 2002). 2.3
Kebisingan atau Polusi Suara
2.3.1 Definisi Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berdasarkan Permenkes No 718 Tahun 1987, kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Profesor Phoan Way On (Singapura 1975) mengatakan bahwa di negara industri misalnya Amerika Serikat, peningkatan kebisingan setiap tahunnya diperkirakan 1 dB. Menurut Chandra (2007) kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung. 2.3.2 Sumber Bising Kebisingan yang terjadi di sekitar kita dapat berasal dari berbagai sumber. Sumber ini dibedakan menjadi sumber yang diam dan bergerak. Contoh dari sumber yang diam adalah industri atau pabrik dan mesin-mesin konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
15
Sedangkan contoh dari sumber yang bergerak misalnya kendaraan bermotor, kereta api, dan pesawat terbang (Mediastika, 2005). Sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya ada dua, sebagai berikut : 1. Sumber kebisingan yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya sumber bising dari mesin-mesin industri atau mesin yang tak bergerak. 2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan. Sumber bising utama dalam hal pengendalian bising lingkungan diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Bising Interior/dalam, berasala dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin gudang dan aktivitas didalam ruangan atau gedung. 2. Bising Ekterior/luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktivitas diluar ruangan seperti transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor, transportasi air, kereta api, pesawat terbang dan bising yang berasal dari indutri. Sumber kebisingan dapat dibagi sebagai berikut (Soesanto, 1990) ; 1. Industri 2. Lalu lintas darat, udara, laut 3. Sekolah (pada waktu istirahat atau pulang sekolah), anak bermain di halaman/jalan 4. Radio, televisi yang dibunyikan terlalu keras
Universitas Sumatera Utara
16
5. Diskotik, tempat hiburan, pesta 6. Perancangan tiang (pondasi), pembongkaran bangunan, bongkar muat bahan, bor pneumatic. 7. Pidato, ceramah dengan pengeras suara yang berlebihan. 8. Pedagan yang menawarkan dagangannya dengan pengeras suara. 9. Mesin 10. Stadion dengan banyak penonton. 11. Terminal bus, stasiun kereta apai, pelabuhan laut dan udara. 12. Peternakan ayam, anjing dan kebun binatang. 2.3.3 Jenis-jenis Kebisingan Berdasarkan frekuensi, tingkat bunyi, dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori: (Gabriel, 1996) 1. Audible noise (bising pendengaran) Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5-8.000 Hz 2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik. 3. Impuls noise (Impact noise = bising impuls) Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil. Menurut Buchari (2008) bising dikelompokkan menurut pengaruhnya terhadap kesehatan, diantaranya sebagai berikut: 1. Bising yang mengganggu (irriating noise) Bising jenis ini tidak memiliki intensitas yang tidak terluas keras. Contohnya adalah suara orang mendengkur.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Bising yang menutupi (masking noise) Bising jenis ini menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. 3. Bising yang merusak (damaging/injuries noise) Bising ini memiliki intensitas yang melampaui nilai ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. 2.3.4 Intensitas Kebisingan Kualitas bunyi ditentukan oleh dua hal yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut Hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai ditelinga setiap detiknya (Suma’mur, 2014). Intensitas Kebisingan (bunyi) adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB), membandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh manusia normal. Desibel adalah per sepuluh bel, sebuah satuan yang dinamakan untuk menghormati Alexender Graham Bell. Satuan bel terlalu besar untuk digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan satuan desibel yang disingkat dB.
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.1 Skala Gangguan Pendengaran dan Kesulitan Dalam Mendengar Pembicaraan Ambang Batas pendengaran dalam Telinga yang lebih baik (rata-rata 500, 1000, 2000 Hz)
Tingkat Gangguan (Klasifikasi WHO)
0 - 25 dB
Tidak Signifikan
26 - 40 dB
Ringan
41 - 55 dB
Sedang
56 – 70 dB
Cukup Parah
71 – 91 dB
Parah
> 91 dB
Sangat Parah
Kemampuan Untuk Memahami Pembicaraan
Tidak ada kesulitan yang signifikan dengan percakapan yang lemah Kesulitan dengan percakapan yang lemah Sering kesulitan dengan percakapn normal Sering kesulitan meskipun dengan perckapan keras Dapat memahami teriakan saja atau percakapan yang diperkuat Biasanya tidak bisa mengerti meskipun percakapan diperkuat
Sumber : WHO, 1980, ISO; R. 389- 1970 (International Calibration of Audiometers)
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/II/1996, menteri menetapkan baku tingkat kebisingan untuk usaha atau kegiatan diluar peruntukan kawasan atau lingkungan kegiatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2
Universitas Sumatera Utara
19
Tabel 2.2 Nilai Tingkat Kebisingan Pada Kawasan Kawasan / Lingkungan Peruntukan Kawasan : 1. Perumahan dan Pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang terbuka hijau 5. Pemerintahan dan fasilitas umum 6. Rekereasi Lingkup Kegiatan : 1. Rumah Sakit dan sejenisnya 2. Sekolah dan sejenisnya 3. Tempat Ibadah dan sejenisnya
Tingkat Kebisingan (dBA) 55 70 65 50 60 70 55 55 55
Sumber : Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996
2.3.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Nilai Ambang Batas (NAB) atau baku tingkat kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk untuk waktu yang cukup lama/terus-menerus, selanjutnya ditulis NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996). Beberapa negara telah membuat ketentuan tentang NAB dalam undangundang, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Yugoslavia dan Jepang menetapkan nilai ambang batas 90 dBA, Belgia dan Brazilia 80 dBA, Denmark, Finlandia, Italia, Swedia, Switzerland dan Rusia 85 dBA (Suheryanto, 1994). Di Indonesia nilai ambang batas kebisingan ditetapkan 85 dBA berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
20
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
1405/MENKES/SK/XI/2002. Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan Batas Suara (dBA) 85 88 91 94 97 100
Waktu Pemaparan 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit
Sumber :KepMenKes RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002
Sesuai
dengan
Permenkes
No.718.MENKES/per/XI/1987
tingkat
kebisingan dibagi atas zona lingkungan yang terdiri dari zona A, B, C, dan zona D (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Tingkat Kebisingan Dibagi Atas Zona Lingkungan No. Zona
1 2 3 4
Zona A Zona B Zona C Zona D
Tingkat Kebisingan Maksimum Tingkat Kebisingan yang Dianjurkan (dBA) Maksimum yang Diperbolehkan (dBA) 35 45 45 55 50 60 60 70
Sumber : Dirjen P2M dan PLP, 1993
Keterangan : 1. Zona A adalah yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya. 2. Zona B adalah zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat penelitian, pendidikan, rekreasi dan sejenisnya. 3. Zona C adalah zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejeniasnya.
Universitas Sumatera Utara
21
4. Zona D adalah zona yang diperuntukkan bagi industri pabrik, stasiun kereta api, terminal bus dan sejenisnya. 2.3.6 Pengukuran Kebisingan Beberapa alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu: 1. Audiometer, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan dengan cara membandingkan suara yang intensitasnya telah diketahui (Soesanto, 1990). 2. Noismeter, alat ini memperoleh suara dalam sebuah mikrofon dan memindahkan energinya ke impuls listrik. Hasil pengukurannya berupa energi total dicatat sebagaialiran listrik yang hampir sama dengan kebisingan yang ditangkap (Soesanto, 1990). 3. The Equivalent Continous Level, alat ini berfungsi untuk meganalisa suatu kebisingan yang sangat fluktuatif, misalnya lalu lintas (Soesanto, 1990). 4. Octave Band Analizer, alat ini berfungsi untuk menganalisa suatu kebisingan dengan spectrum frekuensi yang luas (Oloan, 2005). 5. Sound Level Meter, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter terdiri dari mikrofon, amplifer, dan sirkuit attenuator dan beberapa lainnya. Sound Level Meter dilengkapi dengan tombol pengakuran skala pembobotan seperti A, B, C, dan D. Skala A contohnya adalah rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan frekuensi tinggi yang masih dapat diterima oleh telinga manusia normal. Sementara itu skala B, C, dan D digunakan untuk keperluan-
Universitas Sumatera Utara
22
keperluan khusus, misalnya pengukuran kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang bermesin jet (Tambunan, 2005). 2.3.7 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan Dampak utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan terhadap indera-indera pendengar. Pada awalnya dampak kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan menetap terhadap indera-indera pendengaran. Selain gangguan kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendengar, kebisingan juga dapat menyebabkan: gangguan kenyamanan, kecemasan dan gangguan emosional, stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan lainnya. Dampak kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (Prabu, 2006) : a) Gangguan Fisiologis Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. b) Gangguan Psikologis Gangguan psikolgis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, kejengkelan, kecemasan ketakutan, dan cepat marah. Bila diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikomatrik berupa gastritis, jantung, stress, kelelahan. c) Gangguan Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
23
Kebisingan bisa mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung (tatap muka/via telepon). Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu percakapan dapat diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu komunikasi tergantung konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang terjadi pada ruangan (Sasongko, 2000). d) Gangguan Tidur Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur. Standar kebisingan yang berhubungan dengan gangguan tidur sulit ditetapkan karena selain tergantung faktor-faktor antara lain motivasi bangun, kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan, dan umur manusia. Gangguan kebisingan terhadap tidur juga berhubungan dengan karakteristik individual. Environmental protection Agency menetapkan bahwa tingkat kebisingan harian 45 dBA cukup untuk melindungi seseorang dari pengaruh kesehatan karena tidak bisa tidur (Sasongko, 2000). Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain berdampak terhadap gangguan pendengaran intensitas bising yang tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung/peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat (Harrington & Gill, 2005). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
24
penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh (Babba, 2007). Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB dapat menyebabkan kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, diatas 85 dB dapat menyebabkan kemunduruan yang serius pada kondisi kesehatan sesorang pada umumnya dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut (Prasetio, 1993). 2.3.8 Pengendalian Kebisingan Mengingat dampak negatif dari pemaparan kebisingan bagi masyarakat, sebisa mungkin diusahakan agar tingkat kebisingan yang memapari masyarakat lebih rendah dari baku tingkat kebisingan. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut (Sunu, 2001): 1. Pengurangan Sumber Kebisingan Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada sumber kebisingan, melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru. 2. Penempatan Penghalang pada Jalan Transmisi Suara Isolasi antara ruangan kerja dengan ruangan mesin merupakan upaya yang cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai untuk penutup harus dibuat
Universitas Sumatera Utara
25
cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat. 3. Perlindungan dengan Sumbat atau Tutup Telinga Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti itu harus diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sampai sekitar 20-25 dB. Selain itu, sebagai akibat penggunaan alat tersebut, upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan. Masalah utama pemakaian alat perlindungan pendengaran adalah kedesiplinan pekerja
dalam
menggunakannya.
Masalah
ini
dapat
diatasi
dengan
menyelenggarakan pendidikan pekerja tentang kegunaan alat itu. 2.4
Game Playstation dan Warnet Game (Game Online)
2.4.1 Game Playstation Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak serius atau dengan tujuan refreshing. Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri oleh pemain tanpa unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab dan tidak mempunyai tujuan tertentu (Pertiwi, 2006). Playstation berasal dari bahasa inggris: Play (permainan dan bermain) dan Station (stasiun/tempat), yang diartikan sebagai ‘stasiun bermain’ atau bisa juga sebagai ‘tempat bermain’. Playstation adalah jenis game elektronik yang dihubungkan ke televisi dengan memasukkan kompak CD ke dalam peralatan itu dan muncul berbagai jenis permainan, dimana pemakainnya juga harus menggunakan stick yang berisi sejumlah tombol untuk mengendalikan permainan itu (Habibi, 2009).
Universitas Sumatera Utara
26
Permainan ini disukai karena permainan ini dari segi interaktif, grafis dan aneka game nya sangat menarik dan memuaskan. Bagi sebagian orang permainan sejenis komputer ini dianggap dapat meningkatkan kreativitas, karena para pemainnya dilatih kemampuannya untuk mencegah masalah, dapat berpikir logis, meningkatkan koordinasi mata dan telinga dan tentunya agar tidak buta teknologi. Dari sisi negatifnya Playstation dapat membuat lupa waktu, kelelahan mata, waktu belajar terganggu khusunya bagi para pelajar karena lupa waktu (Ruskin, 2001), tidak ketinggalan bising yang dihasilkan terutama di ruangan rental Playstation dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Peralatan-peralatan Playstation antara lain terdiri dari satu set TV, 1 set unit Program Playstation , CD atau DVD jenis-jenis permainan, kontrol pengendali (analog controller) dan perangkat lainnya yang mendukung 2.4.2 Warnet Game (Game Online) Game Online adalah jenis permainan komputer yang memanfaatkan jaringan komputer. Jaringan yang biasanya digunakan adalah jaringan internet dan yang sejenisnya serta selalu menggunakan teknologi yang ada saat ini, seperti modem dan koneksi kabel. Sebuah game online bisa dimainkan secara bersamaan dengan menggunakan komputer yang terhubung ke dalam sebuah jaringan tertentu. Menurut Andrew Rolling dan Ernest Adams, game online lebih tepat disebut sebagai sebuah teknologi, dibandingkan sebagai sebuah genre permainan, sebuah mekanisme untuk menghubungkan permainan bersama, dibandingkan pola tertentu dalam sebuah permainan (Nilwan, 2007). Adanya game online mungkin memunculkan masalah-masalah dari aktivitas bermain yang berlebihan yakni dapat menyebabkan kecanduan dan
Universitas Sumatera Utara
27
ketergantungan dengan teknologi tersebut. Para gamer bermain sampai larut malam, bahkan ada yang sampai menginap dipusat game online. Selain masalah uang
yang
sering dianggap
terbuang sia-sia,
masalah
kesehatan
dan
perkembangan mental karena terus-terusan bermain game dianggap sebagai salah satu indikator gangguan serius. Ketergantungan game online yang dialami pada masa remaja, dapat mempengaruhi aspek sosial remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari, karena banyak waktu yang dihabiskan di dunia maya mengakibatkan remaja kurang berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu memengaruhi kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Menurut Fauzan (2009) pada prinsipnya, game memiliki sifat seductive, yaitu membuat orang menjadi kecanduan untuk terpaku di depan monitor selama berjam-jam. 2.5
Tekanan Darah
2.5.1 Definisi Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan keseluruh tubuh (Beevers, 2002). Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan kembli ke jantung (pembuluh balik) (Vitahealth, 2000). Tekanan darah juga sering disebut sebagai suara dimana detak jantung pertama kali didengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut : 120/80 mmHg, angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, yang biasa disebut tekanan darah sistolik.
Universitas Sumatera Utara
28
Angka 80 mmHg menunjukkan ketika jantung sedang berelaksasi disebut tekanan darah diastolik (Ganong, 2002). Menurut Guyton (1997) antara tekanan sistol dan diastole ada yang dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Karena sistolik lebih pendek daripada diastole. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai- nilai tengah antara tekanan sistol dan diastole. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung apakah terjadi kontriksi/ dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistol 120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut : TR = TD + 1/3 ( TS – TD ) mmHg. Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastolic daripada tekanan sistolik. Peningkatan/ penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada system transpor oksigen, karbondioksida dan hasil - hasil metabolisme lainnya. 2.5.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah Darah memperoleh oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini masuk kedalam jantung lalu dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang dinamakan dengan pembuluh darah arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut
Universitas Sumatera Utara
29
dengan pembuluh darah kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke seluruh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang sudah tidak mengandung oksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena , dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen kembali (Beevers, 2002). Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tinggi berkontraksi disebut sebagai tekanan sistolik (Beevers, 2002). Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah merenggang (Pearce, 1993). Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini merupakan tekanan terendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik (Beevers, 2002). Selama diastolik arteri masih tetap menggembung karena tahanan perifer dari arteriol-arteriol yang menhalangi semua darah mengalir kedalam jaringan (Pearce, 1993). Tekanan sistolik dan diastolik ini di ukur ketika seseorang memeriksakan tekanan darah (Beevers, 2002). 2.5.3 Jenis - Jenis Tekanan Darah Tekanan darah terdiri dari 2 (dua) bagian besar, yaitu: 1. Tekanan darah Sistolik Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi (Beevers, 2002). Tekanan darah sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi apabila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong
Universitas Sumatera Utara
30
darah keluar melalui pembuluh darah arteri. Tekanan ini berkisar antara 95-140 mmHg (Vitahealth, 2000). 2. Tekanan darah Diastolik Tekanan darah diastolik adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks diantara tiap denyutan (Beevers, 2002). Tekanan diastolik meyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang melalui pembuluh darah vena . tekanan ini berkisar antara 60-95 mmHg (Vitahealth, 2000). Perbedaan tekanan darah antara sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg (Pearce, 2009). 2.5.4 Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Tekanan darah normal Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah untuk sistolik 120-140 mmHg dan diastolik 80-90 mmHg (WHO). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute Of Health (NIH), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Nilai tekanan darah normal dapat dilihat pada tabel 2.5 Tabel 2.5 Nilai Tekanan Darah Normal No Usia (umur) 1 15 – 29 2 30 – 49 3 >50
Sistolik (mmHg) 90 – 120 110 – 140 120 – 150
Diastolik (mmHg) 60 – 80 70 – 90 70 – 90
Sumber: (Guyton, 1997)
2. Tekanan darah rendah
Universitas Sumatera Utara
31
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk sistolik <100 mmHg dan diastolik <60 mmHg (Watson, 2002). 3. Tekanan darah tinggi Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila untuk tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Watson, 2002). 2.5.5 Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dengan menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode tidak langsung
dengan
menggunakan
sphygmomanometer
atau
tensimeter.
Sphygmomanometer adalah istilah teknis yang digunakan mengukur tekanan darah (manometer adalah alat untuk mengukur tekanan cairan;’sfigmos’ adalah kata Yunani untuk menyebut denyut). Sphygmomanometer dalam pemakaian sehari-hari di tempat praktik dokter terdiri atas alat untuk mengukur tekanan darah yang dihubungkan ke manset yang dapat digembungkan, yang nantinya dililitkan ke lengan bagian atas, Sphygmomanometer terdiri dar tiga jenis ( Hart, 2003): 1.
Sphygmomanometer air raksa Jenis Sphygmomanometer ini masih tetap digunakan oleh sebagain besar
dokter. Alat pengukur tekanannya berbentuk tabung kaca panjang yang berlubang dengan tempat air raksa di bagian bawahnya. Tekanan darah akan mendorong air raksa di dalam tabung bergerak ke atas dan tingkat yang dicapai air raksa ini akan dapat dibaca pada skala. 2. Sphygmomanometer aneroid
Universitas Sumatera Utara
32
Keseimbangan tekanan darah terhadap tekanan dalam kapsul logam tipis yang mengandung udara (‘aneroid’ adalah kata Yunani yang artinya ‘tanpa memakai cairan’). Tekanan darah ditunjukkan oleh posisi jarum pada tombol bundar. 3. Sphygmomanometer elektronik Pada alat pengukur tekanan ini diletakkan sensor pada mansetnya. Sensor ini adalah mikrofon yang mengenali ketika bunyi denyut yang teratur muncul dan menghilang, atau sebuah transduser yang mengenali gelombang denyut. Transduser lebih efisien (tetapi lebih mahal), kurang rentan terhadap sinyal-sinyal yang tidak relevan, dan sekarang ini digunakan hampir secara universal. Mikroprosesor (‘chip’ yang ada dimana-mana dari kalkulator poket sampai komputer) akan mengubah informasi yang diterima oleh sensor ke dalam ukuran tekanan darah yang nantinya dicetak atau ditunjukkan pada layar mesin pengukur. Pada beberapa jenis Sphygmomanometer elektronik, manset digembungkan melalui pompa elektrik dan dikempiskan secara ototmatis. Tekanan darah dapat di ukur dengan dua cara, yaitu: 1. Cara perabaan (Palpasi) Pengukuran tekanan darah secara palpasi hanya dapat menetapkan sistolik saja. Cara pengukurannya sebagai berikut: manset dibalutkan pada lengan sampel, dengan cara memompa bola karet ditiupkan udara kedalamnya sambil memegang nadi sampel, pada suatu tekanan tertentu dimana nadi tidak teraba lagi, tekanan manometer diturunkan perlahan-lahan dengan jari tetap meraba nadi, pada suatu saat tertentu akan teraba nadi lagi, ini disebut tekanan sistolik dengan mencatat beberapa nilai dalam mmHg (Oktia , 2005).
Universitas Sumatera Utara
33
2. Cara pendengaran (Auskultasi) Cara auskultasi memerlukan tensimeter dan stetoskop dalam pemeriksaan. Cara pengukurannya adalah pompakan udara kedalam manset sehingga kolom air raksa naik dan tangan pemeriksa yang meraba nadi sudah tidak merasakan denyut lagi. Sesudah itu ujung stetoskop diletakkan pada Fossa cubiti. Udara dikeluarkan secara perlahan-lahan, sehingga suatu saat terdengar suara yang dapat dibedakan dalam lima fase, yaitu: Fase I: Suara gelombang nadi yang pertama yang melalui manset, menyerupai suara pertama jantung yang lemah. Fase II: Suara menjadi lebih keras dan di ikuti oleh desingan seperti tiupan. Fase III: Suara menjadi maksimal dan desingan mulai hilang. Fase IV: Sekonyong-konyong suara menjadi kurang nyata, menjadi suara tertutup. Fase V: Suara hilang (Oktia, 2005). 2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu: a) Usia Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 2008). Tekanan darah sistolik meingkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kelakuan arteri akibat arteriosclerosis (Perpustakaan UNS, 2011). b) Jenis Kelamin Faktor gender berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan risiko sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
34
tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes, 2006). c) Masa Kerja Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Masa kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1. Masa kerja baru (< 2 tahun) 2. Masa kerja lama (> 2 tahun) Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2014). d) Olahraga Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas mengakibatkan tekanan darah naik pada menit-menit awal. Selanjutnya sistem regulasi tubuh akan berusaha untuk mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan cenderung tetap atau justru turun (Perpustakaan UNS, 2011). Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; palig tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Perpustakaan UNS, 2011). e) Merokok
Universitas Sumatera Utara
35
Rokok mempunyai pengaruh terhadap sistem pembuluh yaitu darah jantung akan terlihat dengan adanya denyut jantung yang meningkat. Tekanan darah dan pengerutan otot jantung meningkat akibat kebutuhan oksigen meningkat. Bahaya yang akan terjadi, seseorang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat mempercepat terjadi kerusakan otak, ginjal, mata dan pembuluh darah (Eni, 2011). f) Genetik Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial). Faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila kedua orangtua menderita hipertensi maka sekitar 45% turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orangtua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% turun ke anak-anaknya (Depkes, 2006). g) Minum Kopi Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah (Lane, 2002). Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam kondisi siap beraktivitas. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan jantung berdebar-debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu disebabkan efek stimulan kopi. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat
Universitas Sumatera Utara
36
meningkatkan tekanan darah yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK (Afian, 2010). 2.6
Tingkat Kebisingan dan Tekanan Darah Kebisingan direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai
ancaman atau stress yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinepfrin, norepinefrin dan kortisol. Stress akan mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam hukum Poiseuille yaitu kecepatan aliran darah berbanding lurus dengan pangkat empat dari radius pembuluh darah. Jadi, diameter pembuluh darah mempunyai peran paling besar dalam menentukan konduktans/kecepatan aliran darah. Saat terjadi vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan jari-jari pembuluh darah menyempit menyebabkan berkurangnya aliran darah. Oleh sebab itu, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga menyebabkan tekanan akan lebih meningkat (Hastuti, 2004). Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar hormon stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah. Bising yang terus menerus diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh
Universitas Sumatera Utara
37
tubuh dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan hipertensi (Tambunan, 2005). Menurut getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani. Lalu di telinga tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang - tulang pendegaran sampai ke cairan di kanalis semisirkulasiris, adanya ligamen antar tulang mengamplikasikan getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu ditelinga dalam merupakan tempat ujung-ujung pengeruh kebisingan terhadap kesehatan selain berhubungan dengan faktor psikologis seperti gangguan emosional, gangguan tidur, dan hilangnya konsentrasi, juga mengakibatkan kerusakan pada indera pendengaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau stress, sehingga dapat meningkatkan sistem jantung dan peredaran darah (Susanto, 2006). Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap. Syaraf simpatis memepengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997). Ketika denyut jantung meningkat disebabkan sistem saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar disebabkan oleh elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan tinggi. Tekanan darah sistolik akan naik terus perlahan-lahan seiring bertambahnya usia, dan akan naik
Universitas Sumatera Utara
38
tajam setelah usia 40 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik akan tetap naik perlahan-lahan sampai usia 60 tahun kemudian cenderung menurun setelah itu (Semple, 1996). Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan ada yang meningkat, menurun, dan stabil. Tekanan darah yang meningkat, disebabkan intensitas kebisingan yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah pada tenaga kerja, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Melamed dalam Vano, bahwa kebisingan yang melebihi ambang batas memiliki pengaruh terhadap fisiologi (detak jantung) dan akan menaikkan tekanan darah seseorang (Vano, 2010).
Universitas Sumatera Utara
39
2.7
Kerangka Konsep Rental Playstation & Warnet Game (Game Online) Tekanan Darah (Sebelum, Saat, Setelah Lama Paparan)
Tingkat Kebisingan KepMenLH Nomor: KEP48/MENLH/11/1996
Karakteristik Ruangan : - Luas Pintu - Luas ruangan Karakteristik Operator - Usia - Jenis Kelamin - Lama paparan Kebisingan - Masa Kerja - Kebiasaan minum Kopi - Alkohol - Merokok
2.8 Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game terhadap tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016 Ha : Ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game terhadap tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara