10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Film
2.1.1 Pengertian Film Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992, tentang Perfilman Bab 1 pasal 1: Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektonik, dan atau lainnya. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat
10
11
diproduksikan di Hollywood. Film yang dibuat disini membanjiri pasar global dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan harapan orang-orang dibelahan dunia.10 Industri film adalah industry bisnis. Predikat ini telah menggeser angapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna . Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film
adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang
menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistic film itu sendiri (Dominick, 2000: 306) Film merupakan salah satu bentuk hiburan hasil jangkauan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia modern. Hingga saat ini, film masih juga terus berproses untuk mencapai kesempurnaan yang lebih baik. Di Negara kita, film baru dikenal dan diperkenalkan pada tahun 1960 dan tidaklah mengalami proses pengembangan yang mendasar dan rumit, tetapi sekedar mengalami proses pengembangan lanjutan sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Banyak karya filmis hasil garapan seniman bangsa kita dapat dinikmati masyarakat luas.11 Dari beberapa pengertian diatas dpat disimpulkan bahwa, sejarah film merupakan kisah ratusan tahun dari sebuah perubahan, sehingga pembuat film berusaha menerjemahkan cerita-cerita ke dalam gambar bergerak. Kenyataannya film selalu mengandalkan teknologi sebagai sebuah bentuk seni yang berkenaan dengan teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan teknologi 10
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlina, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosis Retama Media.2007 11 Askurifai Baksin. “Membuat Film Indie Itu Gampang”. Bandung. Katarsis.2003
12
terus mengalami kemajuan yang terus meningkat dan tak henti-hentinya. Komputer dan proses digital secara relatif merupakan perkembangan baru serta teknologi digital telah menawarkan fasilitas untuk menciptakan gambar-gambar, efek-efek yang berbeda dan memudahkan bagi penggunanya. Untuk membuat sebuah film ada proses yang harus dilalui, salah satu dari rangkaian proses pembuatan film tersebuat adalah tahap penyuntingan gambar atau editing yang dikerjakan pada tahab pasca produksi, penyuntingan gambar bagian yang dapat berdiri sendiri seperti pada bagian-bagian lainnya dan penyuntingan gambar merupakan keharusan dalam pembuatan sebuah film, film tidak akan menarik jika tidak ada proses penyuntingan gambar maka proses penyuntingan gambar ini adalah salah satu penentu juga terhadap sebuah film. Komunikasi yang tercipta melalui media film hanya berjalan satu arah, yakni kepada komunikan atau penonton. Untuk menyampaikan pesan film tersebut, dibutuhkan suatu media. Oleh karena itu terdapat tiga faktor utama yang mendasari bahasa film antara lain: 1.
Gambar atau visual. Gambar dalam karya film berfungsi sebagai sarana utama.
Oleh
karena
itu,
andalkan
terlebih
dahulu
kemampuan
menyampaikan melalui media gambar tersebut untuk menanamkan informasi. Gambar menjadi daya tarik tersendiri di luar alur cerita, tidak mustahil bila pemain yang bagus lebih bias mempertajam atau menarik perhatian penonton, disamping set, property dan tata cahaya yang mempesona sebagai pendukung suasana.
13
2.
Suara atau audio. Keberadaan suara berfungsi sebagai saran penunjang untuk memperkuat atau mempertegas informasi yang hendak disampaikan melalui bahasa gambar. Hal tersebut dikarenakan suara gambar belum mampu menjelaskan atau kurang efektif dan efisien, selain itu juga kurang realistis. Sound effect dan ilustrasi musik akan sangat berguna untuk menciptakan suasana kejiwaan dan memperkuat informasi.
3.
Keterbatasan waktu. Faktor keterbatasan waktu yang mengikat dan membatasi penggunaan kedua sarana bahasa film diatas. Oleh karena keterbatasan waktu itulah, perlu diingat bahwa hanya informasi yang penting saja yang diberikan. Penonton terbiasa menanggapi bahwa segala sesuatu yang ditampilkan pastilah merupakan informasi yang tidak penting, penonton akan tetap menganggapnya penting sehingga akan membingungkan imajinasi.12
2.1.2 Fungsi Film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa media edukasi untuk membina generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981 : 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film
12
M Bayu Widagdo, Wianstwan Gora S, Bikin Film Indie Itu Mudah, Yogyakarta.CV.Andi Offset,2007,hal.2-3
14
sejarah objektif atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.13
2.1.3 Film sebagai Media Massa Film merupakan salah satu dari sekian massa, dalam film melekat ciri-ciri media massa. Film diproduksi secara kolektif, diperuntukan khalayak yang menyebar dan heterogen. Bisa berfungsi menghibur, mendidik, memberi informasi. Sebagai suatu bentuk komunikasi massa, film dikelola menjadi suatu komuditi. Didalamnya memang kompleks, dari produser, pemain hingga seperangkat kesenian lain yang sangat mendukung seperti musik, seni rupa dan seni suara. Semua unsur tersebut terkumpul menjadi komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya. Bersama dengan radio dan televisi, film termasuk kategori media massa prodik. Artinya, kehadirannya tidak secara terus menerus tetapi berperiode dan termasuk media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesannya sangat bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal.14
13
Elvinaro Ardianto & Lukiat komaki Erdinaya, Komunikasi Massa, Sembiosa Rekatama Media,Bandung, 2004,hal.145 14 Heru Effendy, Mari Membuat Film, Panduan,Jakarta,2002, hal.13
15
2.1.4 Unsur - Unsur Film Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif
dan
sinematik.
Dua
unsur
tersebut
saling
berinteraksi
dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film: a. Unsur Naratif Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk dalam unsur naratif yaitu:15 1. Cerita dan Plot Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak. Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. 2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang. Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas. 3. Hubungan naratif dengan waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu. Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu. 15
Himawan Pratista, Memahami Film, Cet. ke-1. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Hal. 1.
16
4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni: a. Pencitraan terbatas (Restricted Narration) Informasi cerita dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja. b. Pencitraan tak terbatas (omniscient narration) Informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja. 5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan. 6. Pola struktur naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup. 7. Struktur tiga babak Model stuktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi. 8. Alternatif struktur tiga babak Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tak terbatas. Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi-plot, naratif realistik, serta pola non linier.
17
b. Unsur Sinematik Unsur sinematik dalam film terdiri dari:16 1. Mise-en-scene : Hal – hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film. Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah: a. Setting Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi dan sebagainya. b. Kostum dan tata rias wajah (Make-up) Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Sedangkan tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. c. Pencahayaan (Lighting) Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta dimensi ruang. d. Performance para pemain dan pergerakannya (Acting) Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan selalu bergerak dalam melakukan sebuah aksi dengan memunculkan ekspresi. Hal ini lebih ditekankan pada hal body language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran dalam film tersebut.
16
Nathan Abrams, Ian Bell, and Jan Udris, Studying The Media: Studying Film. New York: Oxford University Press, Inc., 2001. Hal. 93-112.
18
2. Mest En Shot (Sinematografi) : memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah film. Hal – hal yang termasuk dalam mest en shot : a. Framing Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi, yang bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar) Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah film. Macam - macam shot size antara lain: extreme long shot (ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya. c. Durasi gambar Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. d. Pergerakan Kamera Hal-hal yang termasuk dalam pergerakan kamera : crane shot (pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara horizontal juga, tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat dolly yang berjalan di atas rel.) e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth of field)
19
3. Editing Proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Mencakup teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. 4. Suara (Sounds) Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film. Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni: a. Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film, yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur narasi film, yakni musik (backsound), efek suara, dan narasi (voice over).
2.1.5
Jenis-Jenis Film Jenis-jenis film yang biasa diproduksi adalah17
1. Film Dokumenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak 17
Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Jalasutra, 2005. Hal. 11-14.
20
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. 2. Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
21
3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. 4. Film-film jenis lain: a. Profil Perusahaan (Corporate Profile) Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan “Usaha Anda” di SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi atau promosi. b. Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara eksplisit, artinya ada stimulus audio visual yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit. c. Program Televisi (TV Programme) Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi/FTV (populer lewat
22
saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quiz, talkshow, dan liputan/berita. d. Video Klip (Music Video) Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang mengiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka. Di Indonesia tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahun.
2.1.6
Produksi Film Manajemen produksi film, merupakan semua aktifitas untuk mewujudkan
sebuah karya film sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan secara efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan manajemen produsi umumnya, sebaba film adalah hasil paduan antara unsur kesenian dan teknologi. Jadi disamping mengurus hal fisik juga berhubungan dengan usaha penciptaan atau kreatifitas, artistic, teknologi dan manusia. Semua langkah atau proses manajemen akan menggeluti semua unsur tersebut. Adapun langkah-langkah atau proses manajemen produksi film adalah sebagai berikut:
23
1. Merancang produksi film,aktifitas merumuskan pesan, bentuk, karakter, cara atau teknik mewujudkan. 2. Merancang
proses
pembuatan
(produksi)
produk
film,
aktifitas
merumuskan segala kegiatan dalam rangka mewujudkan rancangan produk film. 3. Menjadwalkan proses pembuatan produk film, menyusun waktu yang akan digunakan untuk melaksanankan pembuatan. 4. Menyusun pembiayaan atau budget, menyusun biaya yang diperlukan untuk pembuatan produk yang telah di tetapkan. 5. Melaksanakan pembuatan produk, melaksanakan persiapan, melaksanakan shooting, processing I, editing, rekaman suara, processing II. 6. Melacak kemajuan, membuat laporan shooting, processing, editing, rekaman suara dan processing II. 7. Merevisi rencana, melakukan shooting ulang, memperbaiki anggaran biaya, memperbaiki editing dan sebagainya. Ada yang menyebutkan proses 1,2,3,4 adalah pre production, sedangkan shooting disebut production sedangkan processing, editing dan recording disebut post production.18 Produksi adalah seluruh kegiatan shooting atau pengambilan gambar baik didalam maupun diluar studio. Adapun shooting format, kita dapat memilih antara dua format, yakni film dan video. Saat ini setidaknya ada tiga macam ukuran film yang diproduksi secara massal, yakni 35mm, 16mm, 8mm. Angka-angka tersebut
18
Bustal Nawawi, Managemen Produksi Film, Yayasan Citra, Jakarta, 1992, hal. 5-6
24
menunjukkan lebarnya pita seluloid. Semakin lebar pita seluloid, semakin langka pula alat perekam dan alat proyeksi yang tersedia. Video merupakan format berbahan dasar pita magnetic. Pita magnetic ini bias merekam gambar dan suara sekaligus, sementara film hanya mampu merekam gambar saja. Untuk suara digunakan medium lain, semisal DAT (digital audio tape). Seperti juga film, video mempunyai bebagai jenis untuk berbagai keperluan, seperti U Matic, Betacam SP, Digital Betacam, Betamax, VHS, S-VHS, Mini DV, DV, DVCAM dan DVCPRO. Hingga 1980-an, perbedaan format memunculkan dua kelompok – kelompok film dan kelompok video yang tak saling berurusan satu sama lain. Kelompok film pengguna pita seluloid nyaris tak pernah menyentuh ranah video. Sementara itu kelompok video menghasilkan karyanya tanpa pernah mengenal film. Selama dua puluh tahun terakhir, format video mengalami perkembangan pesat sehingga saat ini dimungkinkan kedua kelompok melebur jadi satu dalam memproduksi film. Format film maupun video, keduanya sama-sama bisa dinikmati oleh public televisi maupun bioskop.19
2.2
Genre Film Genre film secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua yakni,
genre induk primer dan genre induk sekunder. Genre-genre induk ini merupakan landasan utama bagi pengembangan genre-genre yang kecil (khusus) dibawahnya.
19
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Panduan, Jakarta, 2002, hal 19-25
25
Masing-masing genre tersebut memiliki karakteristik serta pola dasar yang berbeda-beda.20
2.2.1 Genre Induk Primer Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan popular sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. 1. Aksi Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan cerita yang cepat. Film aksi umumnya berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, dan aksi-aksi fisik lainnya. 2. Drama Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan yang nyata. Konflik bisa dipicu oelh lingkungan, diri sendiri maupun alam. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. 3. Epik sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal.
20
Pratista, Op. Cit., 12.
26
4. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi. Film fantasi juga terkadang berhubungan dengan aspek religi.
5. Fiksi Ilmiah Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknologi dan kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini serta berhubungan dengan karakter nonmanusia atau artifisal. 6. Horor Film horor memiliki tujuan utama memberika efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia. 7. Komedi Film komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya. Film komedi biasanya berupa drama ringan yang melebihlebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedi juga biasanya berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan (happy ending).
27
8. Kriminal dan Gangster Film kiminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar sistem hukum. Seringkali genre ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang di inspirasi dari kisah nyata. 9. Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. 10. Petualangan Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti, harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas dan berlian) dan sebagainya. 11. Perang Genre perang mengangkat tema ke’ngeri’an serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang. Tidak seperti epik sejarah, perang umumnya menampilkan adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang relatif modern. 12. Western Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Genre ini memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Setting seringkali
28
menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai, rel kereta api, pohon kaktus, pertenakan serta perkampungan suku Indian. Western memiliki karakter yang khas seperti koboi, Indian, kavaleri, sheriff dan lain-lain.
2.2.2 Genre Induk Sekunder Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan popular yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. 1. Bencana Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedy atau musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. Film bencana terbagi menjadi dua jenis, bencana alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam adalah aksi bencana yang melibatkan kekuatan alam yang merusak dalam skala besar seperti angin topan, serta serangan hewan atau binatang seperti virus, dan sebagainya. Sedangkan bencana buatan mausia umumnya berhubungan dengan tindakan kriminal atau faktor ketidak sengajaan manusia seperti aksi terorisme, kecelakaan pesawat terbang, kebocoran reaktor nuklir dan sebagainya.
2. Biografi Biografi (sering dikisahkan biopic: biography picture) secara umum merupakan perkembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh dimasa lalu maupun kini. Umumnya menggambarkan kisah
29
berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh atau keterlibatan sang tokoh dalam sebuah peristiwa besar. 3. Detektif Genre detektif merupakan pengembangan dari genre kriminal dan gangster. Inti cerita umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum pernah terselesaikan.sang tokoh biasanya seorang detektif atau polisi. Alur ceritanya sulit diduga serta penuh dengan misterius. 4. Film noir Film noir [:noa] yang bermakna gelap merupakan turunan dari genre kriminal dan gangster. Film noir merupakan genre dengan pendekatan sinematik yang paling unik ketimbang genre lain. Tema selalu berhubungan dengan tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan. Alur ceritanya penuh misteri, sulit ditebak, serta kadang membingungkan. Film noir juga sering menggunakan penuturan kilas-balik serta narator. 5. Melodrama Melodrama merupakan pengembangan dari genre drama yang sering diistilahkan opera sabun atau film “cengeng” (menguras air mata). Melodrama menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penonton secara mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik). 6. Olahraga Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri. Film olahraga biasanya diadaptasi dari kisah nyata baik biografi maupun sebuah peristiwa olahraga besar.
30
7. Perjalanan Genre perjalanan atau sering diistilahkan road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat popular di era klasik. Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi, drama, serta petualangan. Biasanya mengisahkan perjalanan darat (umumnya menggunakan mobil). 8. Roman Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaanya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. 9. Superhero Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan antara genre fiksi ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik den sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter superhero memiliki kekuata serta kemampuan fisik maupun mental jauh di atas manusia rata-rata. 10. Supernatural Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinetis, dan lainnya. 11. Spionase Spionase atau agen rahasia adalah satu genre popular kombinasi antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang matamata atau agen rahasia
31
12. Thriller Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran, ketidak pastian, serta ketakutan pada penonton. Alur ceritanya sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya.
2.3
Drama Dokumenter Drama dokumenter
atau yang biasa disebut Doku-Drama maksudnya
adalah Dokumenter yang didramakan. Suatu kejadian yang pernah terjadi sungguh-sungguh tidak sepenuhnya dokumenter, tetapi juga tidak sepenuhnya drama karena memiliki kebenaran yang factual. Sementara itu, materinya dinamakan faksi, kependekan dari fakta dan fiksi. Lewat film doku-drama sebenarnya penonton bukan diajak menikmati suatu cerita, melainkan juga mengenal pengalaman hidup nyata dari suatu situasi. Program doku drama bukan saja menghibur, melainkan juga memperkaya pandangan hidup dan membuka cakrawala kehidupan sosial.21 2.4
Konsep Penyuntingan Gambar
2.4.1 Prinsip Penyuntingan Gambar Cara bagaimana penyuntingan gambar menyusun rangkaian gambar adalah hal yang fundamental dalam editing. Setiap gambar memiliki aspek ruang dan waktu yang harus diperhitungkan dan di susun sedemikian rupa dengan cara yang paling efisien. Rangkaian gambar itu harus mampu menyajikan informasi
21
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher 2007. Hal. 216
32
atau cerita yang diperlukan untuk mendukung argument yang dikemukakan. Transisi atau sambungan antara gambar tidak boleh bertentangan dengan logika kontinuitas yang dimiliki penonton. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut:22 a. Kontinuitas Aksi : aksi yang terdapat pada suatu gambar dengan gambar berikutnya tidak mengalami perunahan mendadak dalam hal kecepatan gerakan dan arah gerakan b. Gambar Mata : garis mata yang dilihat dari seseorang yang melihat ke suatu arah haruslah sesuai dengan arah yang di percaya penonton merupakan tempat apa yang dilihat orang itu. Jika seseorang melihat ke suatu arah dengan garis mata yang sejajar dengan mata yang sejajar dengan matanya, maka implikasinya obyek yang dilihat orang itu harus memiliki tinggi yang sama.
2.4.2 Teknik Penyuntingan Gambar Beberapa dasar teknik editing diantaranya :23 1) Cut Perpindahan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara mendadak atau tanpa intrupsi, oleh karena itu perlu diperhatikan komposisi serta kontinuitasnya dari gambar yang akan digabungakan atau dihubungkan. Cut dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan
22 23
Ibid, hal.244 Setyawan, Diklat Editing, AKINDO, Yogyakarta, 2004,hal.3
33
pengembangan dari suatu kejadian. Penjelasan berarti mempertunjukan kepada penonton suatu kejadian yang sejelas-jelasnya. Misalnya : Long Shot orang yang sedang membaca buku untuk membantu penonton untuk melihat buku apa yang sedang dibaca, ditampilkan judul buku dengan pengambilan secara Close Up. Pengembangan berarti mempertajam situasi kejadian. Misalnya Long Shot seorang yang sedang ditodong dengan pistol, kemudian shot berikutnya adalah Medium Shot yaitu memperlihatkan penodongan dengan pistol atau Medium Close up wajah orang yang sedang ditodong. Fungsi Cut adalah untuk menunjukkan : a. Keseimbangan action, apabila suatu kamera tidak mampu mengikuti suatu action karena halangan objek lain, misalnya : kita potong shot tersebut dan diganti dengan shot lain yang meneruskan shot tersebut. b. Detail objek, misalnya dari Long Shot ke Medium Close Up. c. Perubahan tempat dan waktu, cut dari indoor (interior) ke outdoor (exterior),misalnya : menunjukan dalam rumah kemudian ke jalan d. Peningkatan atau penurunan kejadian, Cut to Close Up menunjukkan peningkatan, sedangkan Cut to Long Shot menunjukan penurunan. Jenis penyambungan Cut di antanya: a. Jump Cut, suatu pergantian shot dimana kesinambungan waktunya terputus karena lompatan dari shot yang lain berbeda waktunya b. Cut In, insert suatu yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk mewujudkan detail dari shot utama
34
c. Cut Away, Intercut,Reaction Cut, Shot action yang menunjukkan atau menggambarkan reaksi terhadap shot lain yang bias dimasukan sebagai selingan.
Selain harus memahami kontinuitas gambar, seorang penyunting gambar atau editor juga harus memahami kontinuitas arah, yaitu pada saat menghubungkan dua buah shot setiap pergerakan harus dijaga agar menuju kesatuan arah yang sama. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka akan melanggar suatu peraturan dasar dalam duania pertelevisian, yaitu melewati garis imaginasi. Untuk bias memadukan gambar dengan baik penyunting gambar atau editor harus selalu memperhatikan gambar (visual) pada saat melakukan “Cut”,yaitu: 1. Dalam melakukan cutting dari satu shot yang lain, penonton harus tidak merasakan terjadinya perpindahan antar gambar. 2. Cut untuk memperlihatkan kepada penonton apa yang ingin dilihatnya, sehingga cutting harus dilakukan dengan sangat cermat, hati-hati dan pada saat yang tepat. 3. Dalam cutting keputusan pertama yang harus dilakukan adalah untuk menentukan “apakah perlu untuk dilakukan cutting”. 4. Pastikan bahwa shot berikut yang akan di cut mengandung sesuatu yang baru didalamnya (jangan cut to cut orang yang sama).
35
5. Jangan cut dari VLS (Very Long shot) ke sebuah BCU (Big Close Up) obyek yang sama, karena penonton akan bingung tentang apa yang ingin ditonjolkan. 6. Pada saat melakukan cutting dari VLS ke MS (Medium Shot) atau MS ke CU
hendaklah
dirubah
sudut
pengambilan
gambarnya
(sudut
kameranya). Apabila shooting didalam studio dengan multi kamera, hal ini seharusnya tidak terjadi. Selain harus memperhatikan gambar pada saat melakukan cut, penyunting juga harus memahami kapan waktunya harus melakukan cutting, sehingga tidak mengganggu konsentrasi penonton. 1) Cutting on Action a.
Cutting antara dua buah shot yang mengandung sebuah subjek yang sama, di pilih pada saat terdapat pergerakan (duduk,berdiri, dll)
b.
Reaction shot yaitu salah satu shot yang mempunyai motivasi untuk melakukan cut
c. Cutting pada titik Interest. 2) Dissolve Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lain secara perlahan-lahan
(tanpa
blank).
Teknik
ini
dipergunakan
untuk
menghaluskan teknik perpindahan gambar sesuai dengan karakter dan kebutuhan sebuah program yang diproduksi. Penggunaan dissolve ini lebih leluasa dibandingkan dengan cut.
36
Pada umumnya dissolve dipergunakan untuk jembatan penghubung dari shot action, pergantian tempat dan waktu dan menunjukkan hubungan yang erat antara dua shot, misalnya pergantian dari Long Shot ke Close Up seorang penari yang akan nampak luwes dengan menggunakan dissolve. Scene yang Nampak melompat sambungannya karena disebabkan perpindahan mendadak dari pusat perhatian ( Center of Interest) boleh di ssambungkan dengan dissolve. Panjang dari dissolve dapat bermacammacam sesuai dengan tempo dramatic yang cocok. Berikut adalah macam-macam Dissolve: a. Matched Dissolve Dimana dua scene yang berkaitan saling bersamaan dalam bentuk gerakan atau isinya dapat di gunakan untuk memberikan kesan lebih lunak atau untuk mengamankan laju penuturan dengan membantu pergantian gambar tidak begitu mendadak. Bentuk yang sama seperti bunga dengan perhiasan, kesamaan gerak seperti roda dan propeller, kesamaan isi seperti nyala ranting dengan kebakaran hutan adalah kombinasi-kombinasi yang baik. Pembuatan matched dissolve janganlah terlalu ganjil karena dapat mengganggu perhatian penuturan cerita, kecuali gambar-gambarnya berasal dari cerita itu sendiri, shot-shot yang cocok janganlah dipergunakan untuk dissolve. b. Dissolve yang di Distorsikan Pemburuan gambar bergoncang, berteriak, bergetar, berputar dari focus ke out focus atau keremangan boleh digunakan untuk menunjukkan kejadian
37
pergantian mendadak pada kesadaran pemain, retropeksi, tidak seimbang secara mental, mabuk atau keadaan tidak normal lainnya. Dissolve serupa ini sering diiringi dengan suara yang mengerikan digunakan untuk memberitahu akan muncul flashback. Dissolve sebaiknya digunakan untuk menandai flashback atau fastforward, tetapi tidak selalu untuk menandai ke cerita awal. Cara yang digunakan sekarang lebih sedikit menggunakan dissolve, yang terpenting adalah penonton terkejut, atau untuk memberikan perhatian atau penekanan pada adegan tertentu seperti cerita yang bergerak ke depan atau ke belakang. c. Frozen Dissolve Dissolve membeku dimana frame terakhir dari scene pertama dan frame pertama dari scene kedua membuka selama dissolve, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu tidak berubah antara scene. Sangat variasi pikturial yang dapat digunakan untuk disambungkan secara tepat dengan lukisan atau gambar coretan. Gambar video yang bergerak dibekukan dan dissolve dengan lukisan. Untuk mendapatkan hasil dissolve yang maksimal dan tidak mengganggu konsentrasi penonton, penyunting atau editor harus memakai kapan waktunya harus melakukan dissolve. a. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang harus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu b. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar.
38
c. Untuk membuat transisi yang halus dan menarik dari long shot ke close up atau dari close up ke long shot yang tidak mungkin dilakukan dengan cutting. 1. Dissolve dipergunakan sebagai suatu hubungan yang halus dari suatu action, pergantian tempat dan waktu 2. Menyatakan hubungan yang erat antara dua buah gambar. 3) Fade Pergantian antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya dengan blank, fade dibagi menjadi dua jenis yaitu, fade in dan fade out. Fade in adalah suatu shot atau visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan muncul gambar (visual) hingga normal. Sedangkan fade out adalah dari gambar terang (normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap. Biasanya fade ini digunakan secara sepasang, fade in diikuti dengan fade out, tetapi ini bukanlah peraturan harga mati. Suatu sequence, beberapa sequence atau satu film lengkap, dapat di rangkum oleh fade. Fade dapat juga digunakan untuk memisahkan berbagai unit cerita. Sequence yang dipisahkan oleh fade adalah mirip dengan buku atau babak sandiwara. Fade antara sequence yang berlangsung ditempat yang sama dapat menunjukkan berlakunya waktu, seperti dari satu hari ke hari berikutnya atau sekian minggu atau sekian bulan kemudian. Fade dapat digunakan untuk menunjukkan beralihnya ke setting lain. Fade harus digunakan secara hemat, karena dapat menimbulkan kesan terpotong-potong atau
39
efek episodic, yang dapat merusak kelancaran penuturan cerita. Fade hanya boleh digunakan pada awal dan akhir gambar, kecuali materi subjek yang terpisah-pisah tempatnya. 4) Wipe Fungsi wipe sebenarnya sama dengan fungsi dissolve. Wipe adalah efek perpindahan gambar atau frame disapu oleh frame berikutnya sehingga tampak terdorong keluar dari layar monitor dan digantikan oleh shot berikutnya. Wipe bias digunakan untuk mengawali suatu adegan. Pola wipe dapat berkesinambunng atau terpecah menjadi sejumlah bentuk dalam bingkai umpamanya seperti sejumlah lingkaran yang besar dan memunculkan svene yang baru. Wipe adalah transisi secara mekanis, wipe sering digunakan pada program acara yang ada kaitannya dengan music, khususnya video klip atau film musical, untuk film cerita transisi ini jarnag digunakan. Namun akhir-akhir ini wipe banyak dipergunakan untuk trailer sebuah film atau iklan televisi. 5) Superimpose Yang dimaksud dengan superimpose adalah perpaduan antara dua gambar atau lebih ke dalam satu frame gambar. Citra-citra yang ada di superimpose boleh digunakan dalam penyuntingan untuk menghubungkan dua gagasan atau lebih. Sejumlah shot-shot yang berbeda-beda dapat ditempatkan pada layar secara sendiri-sendiri dalam berbagai pola. Layar dapat dibagi menjadi empat atau lebih atau citra yang dipusatkan yang dikelilingi oleh sejumlah gambar lainnya.
40
Selain teknik dasar yang telah dijelaskan sebelumnya maka ada juga teknik-teknik yang lain diantaranya :24 1. Live On Tape Adalah teknik editing yang dilakukan secara langsung pada program acara yang diproduksi secara live dan alat yang digunakan adalah vision mixer. 2. Retakes Adalah teknik edit dengan mengulang pengambilan gambar yang telah dilakukan, untuk menggantikan gambar yang salah dengan gambar yang lebih baik untuk meningkatkan mutu teknik maupun artistiknya. 3. Rekaman bagian demi bagian Adalah teknik edit dengan merekam sequence per sequence sesuai dengan breakdown script yang telah dibuat. 4. Singel Source Recording Adalah teknik edit menggunakan gambar yang dihasilkan dari beberapa kamera, penyelesaiannya dilakukan saat pasca produksi. 5. Editing Intercat Adalah teknik pemotongan gambar dari berbagai kejadian yang terjadi serentak ditempat yang sama atau tempat yang berbeda. 6. Editing Analitis Adalah teknik edit yang menggunakan gambar-gambar yang mempunyai jenis ukuran yang berbeda.
24
Morissan, “Jurnalistik Televisi Mutakhir”, Ramadina Perkasa, Jakarta,2005 hal.240-241
41
7. Editing Kontinuitas adalah teknik edit untuk mengikuti suatu peristiwa melalui satu tolak ukur tertentu. 8. Editing Pandangan Adalah teknik edit yang membangun hubungan antara 2 tempat yang berbeda. 9. Picturization Picturization adalah teknik menghubungkan gambar satu dengan lainnya, sehingga menjadi satu seri gambar yang menarik, ini merupakan suatu kunci keberhasilan dari rangkaian gambar disetiap secara televisi . Adapun teknik editing lain seperti : 25 a. Editing Intercat (intercutting Editing), yaitu teknik pemotongan gambar dari berbagai aksi yang terjadi secara di lokasi yang sama atau lokasi berbeda. Teknik editing ini mulai digunakan tahun 1906 dan digunakan untuk meningkatkan kecepatan cerita atau ketegangan dalam cerita. b. Editing analitis (Analytical Editing), yaitu teknik edit yang menggunakan beberapa gambar yang memiliki ukuran yang berbeda. c. Editing Kontiguitas (Contiguty Editing), yaitu teknik edit untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. d. Editing Pandangan (Point-of-View Editing), yaitu teknik edit yang membangun hubungan antara dua tempat yang berbeda.
25
Morissan, op.cit, hl.240
42
2.4.3 Metode Penyuntingan Gambar secara umum proses penyuntingan gambar atau editing dibedakan menjadi dua metode, yakni: 1. Continuity Cutting Metode ini merupakan, metode editing film yang berisi penyambungan dari dua adegan yang mempunyai kesinambungan. 2. Dynamic Penyuntingan Gambar atau Editing Meode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan. Adapun teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu: A. Parallel Editing Yaitu kalau adegan yang diselang atau penyulingan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan. B. Cross Cutiing Yaitu beberapa adegan yang diselang atau penyulingan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan. C. Contras Editing Yaitu susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih. D. Montage Trope
43
Yaitu system penyuntingan atau editing yang mempergunakan simbol atau lambing-lambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton.26
2.4.4 Sistem Penyuntingan Gambar Berdasarkan sistem yang digunakan secara teknis sistem editing digolongkan ke dalam dua bagian di antaranya : 27 1) Linear Editing Kebanyakan stasiun televisi di Indonesia menggunakan teknologi yang linier. Cara kerjanya adalah merekam atau mengkopi gambar yang berbeda pada satu kaset ke kaset lainnya, jadi mirip seperti kita merekam lagu dengan menggunakan tape recorder. Kelemahan cara ini adalah gambar yang sudah direkam tidak dapat disusun ulang atau dipindahkan-pindahkan tanpa merekam kembali semua gambar dari awal. Sistem linear ini nantinya berangsur-angsur akan digantikan oleh sistem berdasarkan computer yang nonlinear. Perangkat pokok alat editing linea terdiri dari: a. Sebuah alat pemutaran player untuk menjalankan kaset bahan mentah b. Satu alat perekam (recorder) untuk merekam gambar dari player c. Dua monitor televisi untuk melihat gambar dari player dan recorder d. Satu alat control editing untuk menjalankan player dan recorder e. Sebuah alat pencampuran suara (sound mixer) untuk mengontrol suara yang akan direkam. 26 27
Askurifai,op.cit., hal.88 Morissan,op.cit., hl.240-241
44
2) Non linear Editing Dengan sistem ini, materi mentah akan dipindahkan atau disimpan terlebih dahulu ke dalam computer yang memiliki software editing gambar. Keuntungan dari teknik non linear ini adalah hasil pengambilan gambar bias diatur ulang kapan saja sebelum pemotongan terakhir direkam ke dalam kaset. Kelemahan cara ini adalah proses pemindahan gambar (capture) dari materi mentah ke dalam computer memerlukan waktu relative lama. Materi mentah dengan durasi satu jam memerlukan waktu satu jam pula untuk membuatnya menjadi digital. Apapun jenis editing yang dipakai, prinsip bagaimana mengedit gambar yang baik adalah sama. Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut : 28 1. Logging, artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat dalam time code ini (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin nonlinier editing jenis apa pun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bias disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seseorang penyunting atau editor harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya penyunting atau
28
http;/belajarnge.blogspot.com/2008/09/editing-video.html/kuliah
45
editor melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab hal-hal prinsip yang harus dilakukan kedalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, nomor take, baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu, setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu. 2. Digitizing yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di logging ke hardisk komputer . sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini. 3. Editing film, pada tahap ini editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang di edit. Namun dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik seperti Avid, on line dan off line dapat dilakukan sekaligus. 4. Redigitize proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list (edl). Jika anda menggunakan mesin off line berbeda dengan menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting
46
agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam suatu line yang menyebabkan computer tidak bias berfungsi sebagaimana mestinya.
2.4.5
Teknik Memotong Gambar Penonton akan mampu mengikuti suatu sekuen yang terdiri atas sejumlah
gambar jika penyunting gambar dapat memotong gambar secara tepat dan menyambung dengan gambar berikutnya mulus. Dengan cara ini penonton tidak akan menyadari perpindahan anata satu gambar dengan gambar berikutnya. Hal ini dapat terjadi jika editor dapat memiliki titik potong (cutting point) yang tepat.29 Keahlian dan kecakapan penyuntingan gambar menjalani berbagai gambar dalam proses editing akan menghasilkan rangkaian gambar yang berjalan mulus. Penonton menyaksikan suatu gambar yang seolah-olah tidak terputus. Penonton hampir-hampir tidak menyadari perpindahan yang terjadi antara suatu gambar kepada gambar berikutnya. Berbagai gambar itu mengalir dengan lancar terkesan alami dan logis. Kemampuan seorang penyunting gambar adalah berbeda-beda mulai dari tingkat dasar yang baru sekedar memotong-motong gambar dan merangkainya sehingga pada kemampuan untuk mengedit film cerita yang dilengkapi dengan berbagai variasi dan efek.30 Dalam proses pengambilan gambar seorang cameramen harus mengenal dua hal penting dalam memahami gambar, yaitu apa yang disebut dengan Shot dan Sekuen. Shot adalah satu kali perekaman gambar yang diambil dari satu 29 30
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, 2008,hl.225 Ibid, hl.227
47
posisi tertentu, juru kamera akan menekan tombol recorder pada kameranya ketika ia merasa sudah mendapatkan posisi pengambilan gambar dan komposisi yang diinginkan. Ketika mengambil gambar, juru kamera biasanya akan mengambil sejumlah shot. Juru kamera tidak boleh mengambil shot tanpa dasar yang jelas, karena antara satu shot dengan shot selanjutnya harus memiliki keterkaitan, rangkaian dari jumlah shot dari satu kegiatan ini disebut dengan sekuen. Sekuen adalah rangkaian shot yang memiliki cerita yang dapatdimengerti oleh orang yang melihat tanpa perlu harus dijelaskan lagi dengan kata-kata(narasi).31
2.4.6 Jenis Sekuen Seorang juru kamera harus sudah paham mengenai proses pengambilan gambar karena setiap shot akan diolah menjadi sebuah sekuen. Dalam proses pembentukan sekuen ini ada teknik atau metode penyusunan sekuen gambar yang terdiri dari tiga bagian.32 a. Sekuen Naratif, yaitu sekuen yang digunakan untuk menceritakan suatu peristiwa yang kuat. Sekuen ini menggambarkan rangkaian kegian dari subjek. Ciri dari sekuen ini adalah menggunakan gambar pertama yang menarik rasa ingin tahu penonton dengan cara ini penonton merasa penasaran dan berhak untuk terus mengikuti jalan caritanya. b. Sekuen Deskriptif, rangkaian gambar yang digunakan untuk menopang narasi yang merupakan informasi latar belakang. Sekuen deskriptif
31 32
Morissan.”Jurnalistik Televisi Mutakhir”, Ramadina Prakarsa,Jakarta.2005,hl.195 Ibid, hl.203
48
sebenarnya berfungsi sebagai selingan yang disisipkan sebagai rangkaian wawancara dengan subjek atau partisipasi lainnya. c. Sekuen Penjelasan (explanatory), sesuai dengan namanya, maka sekuen penjelasan adalah sekuen yang bersifat menjelaskan sesuatu, apakah itu konten ceritanya, fakta-fakta mengenai orang-orang didalam cerita (partisipan) atau fakta-fakta mengenai suatu peristiwa yang menjadi focus carita atau penjelasan terhadap suatu ide. Sekuen penjelasan ini sangat membantu untuk mengakhiri suatu cerita dan menarik kesimpulan atau menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai peristiwa dari beberapa peristiwa yang telah diceritakan. Masing-masing sekuen yang disebutkan di atas harus pula ditopang dengan shot atau teknik pengambilan gambar yang sesuai. Jadi suatu sekuen naratif memerlukan shot yang juga bersifat naratif, begitu pula dengan sekuen deskriptif yang memerlukan shot deskriptif dan sekuen penjelasan memerlukan shot penjelasan.
2.5 Estetika Penyuntingan Gambar 2.5.1 Pengertian Estetika Estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris
49
yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni33. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna, ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Estetika dalam produksi film merupakan aspek produksi film yang bertujuan menggugah emosi penonton. Estetika sendiri membawa totalitas dari elemen yang berbeda dalam membentuk keindahan estetika yang benar, sehingga dapat dinikmati oleh penonton. Ada beberapa unsur estetika dasar yang dibutuhkan untuk produksi film, salah satunya adalah cahaya yang mencakup warna, ruang yang berkaitan dengan wilayah, waktu, gerak, suara serta elemen lainnya yang jika dikombinasikan dengan baik akan menciptakan emosi yang pas bagi penonton34. 2.5.2
Pengertian Penyuntingan Gambar Penyunting gambar adalah seseorang yang melakukan penyuntingan
gambar pada saat paska produksi. Jadi editor, bekerja setelah proses produksi 33
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Estetika&oldid=2828463/23Jan 2009 The Encyclopaedia Britanica baru 13 Vol. 15th Edition Encyclopaedia Britannica Inc. London. Encyclopaedia Britannica Edisi 15 Inc London. 34
50
selesai. Namun kini, editor sudah dilibatkan bahkan sebelum produksi dimulai. Oleh produser dan sutradara, editor diminta untuk memaparkan konsep editing apakah yang akan digunakan pada saat nanti akan melakukan penyuntingan gambar. Sebelum memaparkan konsep editing pada film yang akan dieditnya, seorang editor harus memahami teori editing. Menyunting atau Editing adalah teknik penggabungan beberapa shot tunggal menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Penyunting gambar menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah scene, kemudian dari penyusunan scene-scene tersebut akan tercipta sequence sehingga pada akhirnya akan tercipta sebuah film yang utuh. Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, yang dinamakan satu shot yakni dari mulai perekaman (ketika cameraman menekan tombol start) sampai perekaman itu dihentikan, yakni sampai cameraman menekan tombol stop, tanpa interupsi. Sedangkan scene artinya adalah adegan, yakni satu adegan dalam satu tempat atau lokasi serta waktu yang sama. Dan sequence merupakan kumpulan dari beberapa scene, atau bisa juga satu sequence merupakan satu scene juga. Hal yang paling esensi atau mendasar yang dilakukan seorang penyunting gambar ketika menyunting gambar adalah bagaimana agar cerita dalam film tersebut bisa dipahami oleh penonton. Ini berarti berkaitan dengan telling the story, bagaimana editor menceritakan kembali cerita yang sudah ditulis oleh seorang script writer serta serta divisualkan oleh seorang sutradara. Editor membangun rangkaian shot-shot ini menjadi satu kesatuan cerita yang
51
berkesinambungan. Teori ini dinamakan editing continuity, kontinuitas editing ini berkaitan dengan kontinuitas pemotongan gambar atau cutting to continuity. A. Editing Continuity Metode editing continuity merupakan konsep editing cukup populer di kalangan editor, disadari atau tidak bahkan banyak dilakukan oleh editor yang belajar dengan otodidak sekalipun. Secara sederhana konsep editing dibagi dua yakni visible cutting dan invisible cutting. Editing continuity masuk pada kategori invisible cutting. Dengan invisible cutting, penonton tidak “melihat” atau merasakan adanya sambungan antar shot. Inilah dasar konsep editing continuity, selain
cutting
untuk
melanjutkan
cerita
juga
bagaimana
agar
ada
kesinambungan/matching antar shot. Match atau kesinambungan antar shot inilah yang ditemukan oleh para leluhur film editing semisal Edwin S. Porter serta Pudkovin yang melanjutkan kiprah G.W. Griffith sebelumnya. Dia menemukan formula agar terjadi kesinambungan antar shot. Teori ini dinamakan three match cut, yakni: 1. Matching The Look 2. Matching The Position 3. Matching The Movement 1. Matching The Look Ini berkaitan dengan ruang dan bentuk, shot yang satu disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan bentuk dan ruang. Ketika bentuk atau ruang
52
tidak memiliki kesamaan, maka hampir dipastikan sambungan tersebut akan terlihat. Dan ini yang dinamakan jumping, sambungan menjadi visible atau terlihat. 2. Matching The Position Kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dengan shot sesudahnya. Editor harus melihat apakah msalnya posisi subyek pada satu shot terdapat kesamaan dengan shot berikutnya atau tidak. Jika tidak ada kesamaan maka sambungan antar shot akan terganggu, ini artinya sambungan tersebut tidak match, tidak cocok. 3. Matching The Movement Sambungan satu shot dengan shot berikutnya dilakukan jika ada kesinambungan secara pergerakannya. Yang dimaksud pergerakkan di sini yakni pergerakkan subyek, pergerakkan kamera, atau pergerakkan kedua-duanya. Pada intinya, dengan memahami kaidah three match cut di atas maka penonton secara tidak sadar akan merasakan kesinambungan cerita, penonton tidak akan merasakan adanya cut atau sambungan antar shot. Agar setiap sambungan dibuat sehalus mungkin, usahakan agar ketika melakukan penyuntingan gambar posisikan editor sebagai penonton, demikian saran Sastha Sunu seorang Senior Film Editor yang juga diamini Cesa David dalam satu diskusi di EDL (Editor Discussion League). EDL merupakan diskusi yang terbuka untuk umum yang
53
dimotori oleh AEI (Asossiasi Editor Indonesia), sayangnya diskusi ini sudah lama belum diselenggarakan lagi. 35 2.5.3 Tahapan Penyuntingan Gambar Film akan lebih menarik setelah proses penyuntingan gambar namun sebelum editing itu berlangsung maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui diantaranya: 1. Logging Mencatat dan memilih gambar yang akan kita pilih berdasarkan timecode yang ada dalam masing-masing kaset. 2. Ng Cutting Memisahkan shot-shot yang tidak baik (NG atau Not Good). 3. Assembly Menyusun gambar sesuai scenario 4. Rough Cut Hasil edit sementara, sangat dimungkinkan terjadinya perubahan. 5. Fine Cut Hasil edit akhir, setelah mencapai tahapan ini susunan gambar sudah tidak bisa lagi berubah. 6. Visual Graphic Penambahan unsur-unsur graphic dalam film, seperti teks, animasi, color grading, dll. 35
http://dikiumbara.wordpress.com/category/editing/
54
7. Sound Editing atau Mixing Proses editing dan penggabungan suara. Suara meliputi dialog, music dan efek suara. 8. Married Print Proses penggabungan suara dan gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan. 9. Master Edit Hasil akhir film.
2.5.4 Fungsi Penyuntingan Gambar Fungsi penyuntingan gambar mencakup capture video, editing dan outputing. Pada capture video, hasil video shooting yang masih dalam bentuk tape diransfer ke dalam bentuk file computer melalui proses video capture. Meskipun mungkin diketahui bahwa banyak hasil shooting yang tidak sesuai dengan tuntunan scenario ( misalnya karena adegan gagal atau tes shooting), adalah kelaziman untuk mengcapture dulu semua hasil rekaman ke computer untuk di edit kemudian, di proses editing video inilah dilakukan pemotongan, pemilihan dan penyusunan ulang gambar, agar sesuai dengan tuntunan scenario. Setelah dilengkapi dengan pekerjaan sound, animasi, visual efek dll dan dianggap selesai, proses editing pun diakhiri dengan outputting, yaitu ekspor ke format file tertentu yang diinginkan untuk proses selanjutnya.
55
2.5.5 Filmic Illusions of time and space istilah mise-en-scene yang meliputi seluruh rangkaian elemen yang ditempatkan di depan kamera untuk difoto: pengaturan dan alat peraga, pencahayaan, pelanggan dan make up, dan juga mencari perilaku itu bertentangan langsung dengan teknologi editing untuk itu ditugaskan untuk realisme saat mengedit umumnya ditugaskan untuk ekspresionisme. "Yang paling dasarnya, sistem visual kita selaras dengan mengamati perubahan, baik ruang dan waktu. Sehingga aspek mise-en-scene akan menarik perhatian kita dengan cara perubahan cahaya, bentuk, gerakan, dan aspek lain dari gambar" (Bordwell 2004,207). "Film adalah total realisasi abad pertengahan gagasan abad pertengahan perubahan, dalam bentuk ilusi menghibur (McLuhan 2001,303). Tindakan dan cara persepsi lagi dipandu oleh asumsi kami sebuah harapan tentang apa yang harus dicari. Pada gilirannya didasarkan pada pengalaman kami sebelumnya karya seni. (Bordwell 2004,208). a. Filmic Time Perubahan shot dalam adegan. Kecepatan di mana hal ini terjadi akan membantu untuk membangun nada dan suasana hati. Misalnya, mengejar mobil layar mungkin fitur editing cepat, dengan singkat dan sering mengambil pemotongan untuk menyampaikan drama dan kegembiraan. Sebuah pedesaan piknik adegan, pada sisi lain, menampilkan panjang dan jarang mengambil pemotongan, untuk mendirikan sebuah suasana santai.
56
b. Filmic Space Kelahiran film di akhir abad 19 awal abad 20, dan kebetulan dengan munculnya angkutan massal, telah melihat penciptaan tipologi baru transisi berdasarkan arsitektur dan infrastruktur jelas terinspirasi oleh modernitas gambar bergerak. Pengembangan paralel dari dua bidang, yang tampaknya hampir tumpang tindih dalam cara bahwa mereka memberikan pandangan diedit pada ruang, tampaknya ditakdirkan untuk berbenturan dalam pengalaman baru merancang dan melakukan intervensi dalam ruang dari perspektif mobile. Untuk memahami potensi film sebagai sarana untuk mengeksplorasi ruang transisi pertama-tama perlu untuk memahami efeknya pada kita sebagai pemirsa dan bagaimana streaming masih frame pada tingkat 24 per detik bisa menipu mata kita dalam melihat 'kegigihan visi' dan lebih jauh lagi menstimulasi pikiran kita menjadi percaya kita adalah bagian dari 'ruang filmis’. 2.5.6 Montage Montage adalah teknik dalam penyuntingan film yang berarti merangkai kumpulan shot pendek yang penyuntingannya berurutan untuk menyingkat ruang, waktu, dan informasi. Istilah ini telah digunakan dalam berbagai konteks dan diperkenalkan ke bioskop oleh Eisenstein36. Sutradara Rusia terdahulu menggunakan istilah montase sebagai kata lain dari creative editing. Di Perancis kata montase hanya menunjukkan pemotongan gambar. Istilah sequens montase telah digunakan oleh praktisi di Inggris dan studio di Amerika, yang mengacu pada teknik umum seperti yang diuraikan dalam pengertian di atas. Urutan
36
Bordwell, David (2005). The Cinema of Eisenstein. New York, NY: Routledge.
57
montase biasanya digunakan untuk menunjukkan berlalunya waktu, bukan untuk menciptakan makna simbolik seperti halnya dalam teori montase Soviet. Dari 1930-an hingga 1950-an, urutan montase sering dikombinasikan dari banyak shot pendek dengan efek gambar khusus (fades, dissolves, split screens, double and triple exposures dan triple) tari dan musik. Teknik ini biasa digunakan oleh sutradara dan penyunting film. Salah satu pengertian montage dan teorinya dari Filmmaker yaitu Lev Kuleshov ( 1893-1953) yaitu: 1. Eksperimen Kuleshov A. “Efek Kuleshov” Kuleshov mengambil gambar close up seorang aktor dengan ekspresi netral. Dia mensejajarkan shot tersebut dengan close up semangkuk sup. Lalu Kuleshov menggabungkan gambar close up aktor tadi dengan shot peti mati yang berisi mayat seorang wanita. Akhirnya, ia merangkai ekspresi netral aktor tadi dengan sebuah shot dari seorang gadis yang sedang bermain. 1. Maknanya disampaikan dengan mensejajarkan dua shot (gambar), bukan dengan satu gambar sendiri. 2. Para Aktor tidak perlu orang-orang dengan bakat atau keterampilan. Mereka bisa digunakan sebagai objek, disejajarkan dengan objek lainnya. 3. Emosi yang dramatis diciptakan oleh gabungan pensejajaran, bukan dari penampilan si aktor. 4. Penonton tidak pasif. Ia menciptakan makna emosional sendiri, ketika objek yang tepat telah dirangkai bersamaan.
58
B . Eksperimen merangkai gambar Kuleshov memotong tiga gambar bersamaan: aktor yang tersenyum, pistol, dan aktor (yang sama) yang ketakutan.
C. Ekperimen Geografi Kreatif Kuleshov mengedit gambar seorang pria di Moscow dengan gambar di Washington, D.C dengan gambar pria tadi sedang berjalan menaiki tangga gereja di Moscow. D. Eksperimen Tubuh Perempuan 1. Kuleshov menjadikan satu gambar tubuh perempuan, melalui shot dari wajah wanita yang berbeda, termasuk badan, tangan, dan kaki. 2. Mempertontonkan fantasi laki-laki yang kuat dihubungkan dengan film, untuk membuat sebuah pengidealan, tidak mengancam, bentuk wanita
2.5.7 Coloring Dalam penyuntingan gambar pewarnaan atau coloring berperan penting dalam kreativitas penyuntingan gambar, berikut diantaranya proses coloring dalam penyutingan gambar:
59
1. Color Enhancement. Ialah Perubahan warna yang dilakukan terhadap sebuah gambar, tidak penting apakah perubahan tersebut mencerminkan kenyataan sebenarnya atau tidak, yang penting dapat memperkuat makna gambar. Istilah ini merujuk pada digital post production atau Proses Editing, bukan pada film lab systems. Perubahan color ini demi penekanan makna dari Video / Film yang nantinya akan dihasilkan dan yang telah direncanakan sebelumnya dalam proses Pra Produksi, tetapi ini mungkin improvisasi pada saat Pascaproduksi. 2. Color Grading. Proses perbaikan atau perubahan warna. Biasanya dilakukan di laboratorium Film pada saat akan pembuatan final print. 3. Color Timing / Color Correction. Proses penyelarasan warna yang dilakukan pada video / film proses ini dilakuakan pada saat Editing / paska produksi dengan tujuan agar video / film tersebut memiliki kepaduan warna yang dinamis dan sesuai dari frame ke shot. 4. Colorist. Adalah sebuatan untuk seorang Seniman gambar yang selama pasca produksi sebuah film atau program televisi melakukan perbaikan warna (dengan komputer editing) dari frame ke frame agar tercapai keselarasan warna yang diinginkan.
60
2. 6
Kreativitas Pengertian kreativitas dapat ditinjau dari berbagai sudut. Pertama, dari
sudut ilmiah (yang netral dan analitis) sebagaimana banyak ulasan tentang kreativitas dilakukan oleh ilmu jiwa (psikologi). Disini kreativitas dianggap sebagai proses psikis yang bisa diteliti dan dianalisis. Kedua, dari sudut falsafa yang membuat kreativitas sebagai unsur hakiki dari eksistensi manusia. Kreativitas dipandang dalam kaitannya dengan proses pembudayaan manusia dan kelangsungan kebudayaan.37 Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia itu. Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaktualkan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif.38 Kreativitas adalah kemampuan orang untuk membuat komposisis, ide tentang apa saja secara esensial merupakan suatu yang baru atau belum pernah dikenal pembuatnya. Ini bisa suatu aktivitas imajinatif atau suatu pemikiran sintesis dengan hasil yang bukan semata-mata merupakan ikhtisar. Bisa merupakan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari berbagai informasi yang berasal dari pengalaman –pengalaman lampau dan penerapan-penerapan relasi-relasi lama dalam situasi-situasi baru dengan hasil kolerasi-kolerasi baru.39
37
Sudjas Winarno Dkk. Estetika Film Kumpulan Esei Daperansi. Jakarta : Intitut Kesenian Jakarta, Hal.117 38 Semiawan.R.Conny Dkk. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2004, Hal 60 39 Sudjas Winarno DKK. Estetika Film Kumpulan Esei Daperansi. Jakarta : Intitut Kesenian Jakarta, Hal. 188