BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi 1. Pengertian hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Hipertensi adalah suatu penyakit tanpa gejala sehingga sering disadari penderita setelah timbul akibat lanjut (komplikasi) (Permadi 2008). Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Sustrani, 2005). 2. Etiologi Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
menurut
Permadi,2000 antara lain : a. Usia Hampir tiap survei yang dilakukan para ahli menemukan terjadinya kenaikan tekanan darah dengan naiknya umur diatas 45 tahun b. Jenis kelamin Penelitian di jawa tengah dan daerah lain di Indonesia menunjukkan kejadian hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria karena pada wanita mengalami menopause sehingga terjadi penurunan jaringan perifer dan hormon. c. Obesitas Penelitian membuktikan bahwa curah jantung (kemampuan memompa darah oleh jantung) dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi dengan berat badan normal.
d. Keturunan
Suatu pendapat memperkirakan 3% dari anak yang lahir dari ayah-ibu normotensif (tekanan darah normal) mungkin akan menderita hipertensi, sedangkan kemungkinan ini naik menjadi 45% jika kedua orang tuanya menderita hipertensi. e. Lingkungan dan faktor geografi Faktor lingkungan dan geografi dapat mempengaruhi kemungkinan tinggi rendahnya tekanan darah seseorang. f. Macam pekerjaan Pekerjaan yang memiliki tekanan tinggi bisa menimbulkan stress. Stress melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah. g. Konsumsi garam Mengkonsumsi garam kurang dari 3 gram perhari kemungkinan akan terjadi hipertensi beberapa persen saja, namun jika konsumsi garam antara 5-15 gram perhari maka kemungkinan hipertensi menjadi 15-20%. h. Gaya hidup Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak senang makan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolah raga disinyalir akan memicu terjadinya hipertensi. 3. Jenis hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi menurut Sustrani (2005) dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial menurut pakar adalah stress, hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik), lingkungan, kelainan metabolism intra selular dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan kalainan darah (polisitemia).
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Hipertensi renal adalah hipertensi yang penyebab secara spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan dengan kehamilan.
4. Gejala atau manifestasi klinis Gejala hipertensi biasanya tidak ada sampai timbul komplikasi, gejala-gejala yang sering timbul menurut Utomo (2005) adalah: a. Sering merasa pusing atau sakit kepala. b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk. c. Tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh. d. Dada sering berdebar-debar. e. Telinga kadang berdenging. 5. Penyembuhan hipertensi Faktor-faktor membantu kesembuhan menurut Susanti (2007) adalah a. Kontrol berat badan Perilaku patuhnya penderita diharapkan dapat melakukan diit dan melakukan olaraga secara teratur. b. Garam Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat mengurangi makan makanan yang diawetkan. c. Alkohol Perilaku patuhnya penderita di harapkan dapat menhindari minuman yang beralkohol karena dapat mengurangi daya guna obat tekanan darah. d. Kegiatan fisik Perilaku patuhnya penderita harapkan melakukan kegiatan rutin misal dengan jalan, berenang, bersepeda. e. Obat-obatan. Perilaku patuhnya penderita diharapkan rutin dalam minum obat, walaupun obat tidak bisa menyembuhkan hipertensi, tetapi hanya bisa mencegah terjadi komplikasi, dalam melakukan pengobatan dimulai dengan dosis yang rendah dan jika dianggap perlu ditambah dosis secara bertahap sehingga tekanan darah dapat dikontrol dan dipantau hasilnya. 6. Diet Hipertensi
Diit hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Sustrani dkk, 2005). Diit hipetensi ada beberapa macam, yaitu: a. Mengurangi asupan garam Garam dalam diit rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono natrium glutamate). Dalam keadaan normal jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan (Almatsier, 2004). Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalium, magnesium dan kalsium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Kita dalam mengkonsumsi garam umumnya lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tubuh, idealnya kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram perhari. Masakan untuk penderita hipertensi yang kurang garam agak hambar bagi orang biasa, tetapi dengan menyadari bahwa penderita hipertensi sedang mengadakan perubahan pola makan, masakan khusus tersebut dapat menjadi hidangan yang nikmat (Sustrani dkk, 2005). Tujuan dari diit rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah (Almatsier, 2004). Almatsier (2004) membagi diit rendah garam menjadi: 1) Diit rendah garam I (200-400 mg Na) Diit rendah garam I diberikan kepada pasien dengan hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. 2) Diit rendah garam II (600-800 mg Na) Diit rendah garam II diberikan kepada pasien hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah garam I. Pada pengolahan makanannya menggunakan ½ sendok teh garam dapur atau 2 gram. 3) Diit rendah garam III (1000-1200 mg Na) Diit rendah garam III diberikan pada penderita hipertensi ringan. Pada pengolahan makanannya mengunakan 1 sendok teh atau 4 gram garam dapur.
b. Memperbanyak serat Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Penderita hipertensi sebaiknya menghindari makanan siap saji yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Bahan makanan yang mengandung serat antara lain sayuran, kol, kacang panjang, daun katuk, cabai rawit, cabai merah yang disantap mentah dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, antara lain jambu biji, mangga, jeruk, papaya, rambutan dan mangga. c. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. Alkohol dapat memacu tekanan darah sedangkan kopi dapat memacu detak jantung. d. Perbanyak asupan kalium Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari, misalnya kentang dan bayem, pisang, sari jeruk, jagung, kobis dan brokoli. e. Penuhi kebutuhan magnesium Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram, tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kekurangan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makan olahan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang hijau, kacang merah, kedelai, tahu, tempe, makanan laut (ikan, kerang, cumi-cumi, dan lain-lain). f. Lengkapi kebutuhan kalsium
Mengkonsumsi kalsium 800 miligram perhari (setara dengan tiga gelas susu) sudah lebih dari cukup. Sumber makanan yang kaya kalium antara lain keju rendah lemak, ikan seperti salmon, daging sapi, ayam rendah lemak, kedelai, tahu, tempe, bayam, kacang panjang. g. Manfaatkan sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah, adalah tomat, wortel, seledri (sedikit empat batang perhari dalam sup atau masakan lain), bawang putih (sedikitnya satu suing perhari, bisa juga digunakan bawang merah dan bawang bombai), kunyit, bumbu lain (lada hitam, adas, kemangi dan bumbu lain) (Almatsier, 2004). Almatsier (2004) menyatakan, bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita hipertensi adalah
Tabel 2.1. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita hipertensi. Bahan makanan Karbohidrat
Protein hewani
Protein nabati
Sayuran
Dianjurkan Beras, singkong, kentang , terigu, tapioca, biscuit, bihun, makroni,roti, kue. Telur maksimal satu butir sehari, daging dan ikan maksimal 100 gram perhari.
Tidak dianjurkan
Roti, biskui, dan kuekue yang dimasak dengan garam dapur, baking powder, soda. Lidah, sarden, daging, ikan asin, telur asin, daging asap, abon, ikan kaleng, kornet, ebi, telur pindang. Semua kacang- Semua kacangkacangan yang diolah kacangan yang dimasak dan dimasak tanpa dengan garam dapur. garam dapur. Semua sayuran segar Sayuran yang dimasak yang diolah tanpa dan diawetkan dengan garam dapur. garam dapur, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan dan acar.
Buah-buahan
Lemak
Minuman Bumbu
Buah segar yang tidak diawetkan dengan garam dapur. Minyak goreng, margarine dan mentega tanpa garam. Minuman ringan Semua bumbu-bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur dan ikatan natrium lain. Garam dapur sesuai ketentuan untuk diet rendah garam II dan III.
Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur. Margarine dan mentega biasa. Kopi Garam dapur untuk diet rendah garam I, baking powder, soda kue, vitsin, dan bumbubumbu yang mengandung garam dapur seperti; kecap, terasi, petis, taoco.
7. Obat Antihipertensi Obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang. Obat-obatan yang umum dan sering diberikan pada penderita hipertensi adalah jenis-jenis obat seperti berikut: a. Diuretika Diuretika merupakan jenis obat yang cara kerjanya membuang kelebihan cairan (air dan natrium) dari system peredaran darah melalui buang air kecil yang sering yang sering, agar beban jantung dapat dikurangi. Obat golongan diuretic adalah obat yang paling sering diberikan sebagai pilihan pertama untuk mengobati hipertensi. Jenis diuretic yang sering digunakan adalah furosemida. b. Beta blocker Beta blocker fungsinya mengurangi denyut jantung dan keluaran total darah dari jantung. Beta blocker bekerja menurunkan impuls saraf di jantung dan aliran darah, sehingga kerja jantung menjadi lebih lambat dan sedikit tenaga yang dibutuhkannya. Kelompok yang termasuk dalam beta blocker ini adalah propanolol, HCl, nadolol, metoprolol asetat. Efek samping dari beta blocker berupa debar jantung melambat, pening kepala terasa ringan, kelelahan, sulit tidur (insomnia), gangguan pencernaan, mual, muntah, dan badan merasa kedinginan. c. Vasodilator
Vasodilator akan melebarkan pembuluh agar darah dapat mengalir dengan lebih lancar, dan cara kerjanya menghambat kerja enzim Angiotensin yang sering dikenal dengan ACE-inhibitor. ACE-Inhibitor menghambat konversi Angiotensin I manjadi Angiotensin II. Senyawa ini menghambat inaktivasi bradikinin. Hambatan terhadap ACE tidak hanya terjadi dalam plasma tetapi juga di dalam endotelium vascular, menghasilkan vasodilatasi, penurunan retensi perifer, dan penurunan tekanan darah. Inhibitor ACE juga mengurangi produksi aldosteron dan retensi natrium juga berperan dalam efek hipertensinya.
d. Inhibitor saraf simpatik Mencegah pengerutan atau penyempitan pembuluh darah dengan menghambat kalsium memasuki sel otot pembuluh darah . Aliran darah menjadi terbuka dan darah dapat mengalir lebih lancer untuk menurunkan tekanan darah kembali ke kondisi normal. Kelompok yang termasuk dalam Inhibitor saraf simpatik adalah diltiazem, nifedipine, verapamil HCl. Efek samping dari inhibitor saraf simpatik serupa dengan beta blocker. e. Alpha Bloker Menghambat produksi adrenalin (penyebab naiknya tekanan darah) sehingga dapat menurunkan kembali tekanan darah. Alpha blocker merupakan pengobatan awal hipertensi yang kurang tepat digunakan. Kelompok yang termasuk dalam Alpha blocker adalah doksazosin, prazosin HCl. Efek sampingnya berupa pening, pingsan, mual, sakit kepala, dan jantung berdebar-debar. B. Tekanan Darah 1. Pengertian Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Perry & Potter, 2005). Sustrani (2005) menyatakan tekanan darah ditentukan dari rata-rata dua kali pengukuran atau lebih dari kunjungan yang berbeda, perawat akan memeriksa tekanan darah dari dua bacaan yaitu: a. Tekanan sistolik
Tekanan sisitolik adalah bacaan yang pertama berupa angka yang lebih tinggi, tekanan ini terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar dari arteri. b. Tekanan diastolik Tekanan diastolik adalah bacaan angka yang kedua, berupa angka yang lebih rendah, tekanan ini terjadi pada saat otot jantung beristirahat membiarkan darah kembali masuk ke jantung. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah Perry & Potter (2005) menyatakan tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: a. Usia Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah orang dewasa cenderung neningkat seiring dengan pertumbuhan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80 mmHg. Tekanan sistolik pada lansia akan meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh, tekanan darah normalnya adalah 140/90 mmHg. b. Stress Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik akan meningkatkan tekanan darah. c. Ras Frekuensi orang Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang Eropa Amerika. Populasi hipertensi diyakini berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan. d. Jenis kelamin Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi dan setelah menaupose wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria usia tersebut. e. Pengobatan Golongan obat yang dapat menurunkan tekanan darah adalah analgesi narkotik, kepatuhan dalam pengobatan sangat di perlukan sehingga upaya menurunkannya melalui keteraturan pengobatan.
f. Kepatuhan Diet Diet merupakan cara yang alami untuk mengendalikan hipertensi,walaupun dianggap seuatu yang merepotkan sehingga dalam menurunkannya perlu keteraturan diet. 3. Klasifikasi tekanan darah a. Klasifikasi hipertensi menurut the National Committee on the Detection and Treatment of Hipertention. Klasifikasi hipertensi menurut the National Committee on the Detection and Treatment of Hipertention adalah seperti tercantum dalam table 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas Sisitolik Diastolik Rekomendasi Kategori (mmHg) (mmHg) tindak lanjut <85 Normal <130 Periksa ulang dalam 2 tahun 130-139 85-89 Normal tinggi Periksa dalam 1 tahun Hipertensi Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99 Pastikan dalam 2 bulan Stadium 2 (Sedang) 160-179 100-109 Evaluasi dalam 1 bulan Stadium 3 (Berat) 180-209 110-119 Evaluasi dalam 1 minggu Stadium 4 (Berat) ≥210 ≥120 Evaluasi atau rujuk segera
b. Klasifikasi hipertensi menurut WHO Menurut Bangun (2003) klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah 1) Tekanan darah normal Tekanan darah dimana sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg. 2) Tekanan darah perbatasan Tekanan darah dimana sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi Tekanan darah dimana sisitolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. 4. Pengkajian tekanan darah Pengkajian tekanan darah dilaksanakan dengan peralatan tertentu, prinsip kerja pengukuran tekanan darah, dan tempat yang sudah ditentukan pula seperti yang tertulis berikut. a. Peralatan pengukuran tekanan darah 1) Sphigmomanometer Alat pengukur tekanan darah disebut sphygmomanometer. Orang pada umumnya menyebut alat pengukur ini dengan istilah tensimeter saja. Alat pengukur tekanan darah menurut Sustrani, dkk (2005) ada tiga tipe, yaitu: a) Tipe air raksa Sphygmomanometer jenis ini yang paling umum digunakan karena dianggap paling akurat sehingga disebut sebagai standar emas. Alat ini terdiri dari manset yang bisa digembungkan dengan cara memompanya dengan tangan yang berbentuk bola karet, dan dihubungkan dengan tabung panjang berisi air raksa. Ukuran tekanan darah akan diperlihatkan dalam millimeter air raksa (mmHg) pada tabung, yang akan bergerak ke atas jika dilakukan pemompaan. b) Sphygmomanometer aneroid Alat ini menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metal tipis yang menyimpan udara di dalamnya. Tekanan darah bisa dibaca pada meteran yang menyatu dengan karet pompanya, model alat ini jarang terlihat digunakan di Indonesia.
c) Sphygmomanometer elektronik Sphygmomanometer elektronik adalah pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa, tapi akurasinya juga relatif lebih rendah. Model digital ini mengukur
tekanan darah melalui suatu peralatan dipompanya yang berupa mikrofon atau transuder. Data atau informasi yang diperoleh melalui sensornya kemudian dikonversikan oleh mikroposesor menjadi bacaan tekanan darah. Bacaan tesebut ditampilkan pada layar kecil ataupun disajikan secara tercetak. 2) Manset Manset kompresi terbuat dari vinil sekali pakai atau kain digunakan pada sphygmomanometer dalam berbagai ukuran. Ukuran manset sesuai dengan lingkar lengan yang diperiksa. Lebar manset harus lebih besar 40% dari lingkar lengan atau 20% lebih lebar dari diameternya (Potter&Perry, 2005) 3) Stetoskop Stetoskop adalah alat untuk mengauskultasi bunyi nadi arteri. Bunyi nadi arteri yang lemah dapat diauskultasi dengan stetoskop ultrasonic (Potter & Perry, 2005). b. Prinsip kerja pengukuran tekanan darah Tekanan darah dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pada metode langsung, memerlukan insersi kateter kecil ke dalam arteri, selang akan menghubungkan kateter dengan alat pemantau elektronik sehingga gelombang dan bacaan tekanan arteri bisa dilihat di monitor secara konstan (Perry&Potter, 2005). Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop. Manset dibalutkan dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg di atas hilangnya denyutan radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik dengan aukultasi akan lebih akurat. Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diagfragma diletakkan pada arteri brakialis. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg perdetik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang menunjukkan tekanan darah sisitolik, dan bunyi tersebut dikenal dengan bunyi Korotkoff yaitu bunyi yang bersamaan dengan detak jantung dan akan terdengar dari
arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik (Smeltzer, 2001). Bunyi korotkoff kedua yaitu bunyi murmur atau swishing terjadi saat manset terus mengempis, bunyi korotkoff tiga kering dan ketukannya sering, bunyi korotkoff keempat menjadi mufflet dan bernada rendah jika manset dikempiskan terus (potter and Perry, 2005). Dalam prakter sebenarnya, bunyi menjadi lebih sumber (karakternya berubah) saat diastolik tercapai dan kemudian menghilang sekitar 10 mmHg di bawah tekanan diastolik. Bila terdapat lebih dari 10 mmHg antara bunyi sumber dan hilangnya, maka tekanan darah dicatat sebagai tekanan tripartite. Pasien dengan tekanan darah tinggi dan stenosis aorta berat (penyempitan muara katup antara ventrikel kiri dan aorta, menurunkan aliran darah ke aorta) akan terjadi gap auskulatori yaitu penghilangan sementara saat mengauskultasi tekanan darah, misalnya bunyi krotkoff terdengar pada 170 mmHg, menghilang pada 150 mmHg, kembali pada 130 mmHg dan menghilang lagi pada 90 mmHg sehingga pasien tersebut menderita gap auskulatori sebanyak 20 poin. Pengukuran tekanan darah dengan palpasi sama saja dengan prosedur pada pengukuran tekanan darah dengan auskultasi, pada saat manset dikempiskan, arteri brakialis atau radialis diraba. Pembacaan dimana teraba lagi denyutan adalah tekanan sistolik. Palpasi digunakan apabila tekanan darah sulit didengarkan tetapi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat. c. Tempat pengukuran darah 1) Ekstremitas atas Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua lengan kanan dan kiri. Tekanan darah diukur pada lengan yang tekanannya lebih tinggi. 2) Ekstremitas bawah Tekanan darah dapat diukur pada ekstremitas bawah apabila tidak dapat diukur pada kedua lengan. Manset diletakkan dengan kantung di atas bagian posterior tengah paha dan posisi klien pada posisi telungkup. 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah menurut Sustrani, dkk (2005) adalah a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan
b. Duduklah bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat). c. Pakailah baju lengan pendek d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran. 6. Perbedan Pengukuran Tekanan Darah Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil pengukuran tekanan darah adalah a. Alat dan metode pengukuran tekanan darah 1) Ukuran manset Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pada pemakaian manset yang sesuai ukurannya bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak maka pembacaan tekanan akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya, dan bila manset terlalu kecil seperti penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibanding dengan tekanan yang sebenarnya, sehingga untuk menghindari kesalahan pada pengukuran tekanan darah maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan (Kuncara, 2002) 2) Manset dipasang dengan benar pada lengan, dan balon manset harus berada di tengah di atas arteri brakialis. 3) Lengan pasien harus setinggi jantung. 4) Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi. 5) Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah dicatat. 6) Palpasi tekanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu mengetahui dengan segera adanya gap auskulatori. 7) Pasien diminta tidak bicara selama pengukuran tekanan darah, karena tekanan darah dan frekuensi jantung akan meningkat secara bermakna saat pasien berbicara. b. Pemeriksa
Kesalahan dalam pembacaan hasil tekanan darah terjadi bila auskultasi tidak dilakukan dengan benar, apabila pemeriksa tidak yakin terhadap hasil pembacaan, rekan kerja harus mengkaji ulang tekanan darah. c. Orang yang diperiksa Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil pada orang yang diperiksa disebabkan karena faktor psikologis (rasa cemas), lengan yang gemuk cenderung memberikan hasil yang tinggi, posisi klien yang salah. Posisi yang benar dalam pengukuran tekanan darah adalah dalam keadaan duduk bersandar.
C. Kepatuhan Kepatuhan merupakan prosedur dari pengaruh sosial yang memberi perintah pada memberi tahu atau untuk memerintah orang untuk melakukan sesuatu dari pada mereka meminta mereka untuk melakukannya, bahwa orang mematuhi perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan seringkali diikuti dengan beberapa bentuk hukuman. (Niven,2008 ). Sackett (1976) dalam Niven (2000) menyatakan kepatuhan pasien adalah sejauhmana perilaku
pasien
sesuai
dengan
ketentuan
yang
diberikan
oleh
profesional
kesehatan.Kepatuham sangat penting dalam menanganan diit maka ada beberapa faktor yang dapat mempengarui dan tidak mempengarui kepatuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven (2002) adalah 1. Pemahaman tentang intruksi Seseorang tidak dapat mematuhi intruksi jika salah faham tentang intruksi yang diberikan, hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat pasien. Ketepatan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit sangat penting sekali. Pendekatan praktis menurut DiNicola dan DiMatteo (1984) dalam Niven (2000) adalah a. Buat intruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterprestasikan b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.
c. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis). 2. Kualitas interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Menurut DiNicola & DiMatteo (1982) dalam Niven (2000) menemukan bahwa riset tentang faktor-faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan pentingnya sentifitas dokter terhadap komunikasi verbal dan non verbal pasien, dan empati terhadap perasaan pasien, akan menghasilkan suatu kepatuhan sehingga akan menghasilkan suatu kepuasaan. 3. Isolasi sosial dan keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 4. Keyakinan sikap dan kepribadian Menurut Becker et al (1979) dalam Niven (2000) bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Ahli psikologis menemukan data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan yang gagal. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Blumenthal et al (1982) mengatakan bahwa cirri-ciri tersebut di atas menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out) dari program pengobatan. Bukti hasil penelitian yang penting bahwa hubungan antara profesional kesehatan dan pasien, keluarga dan teman, keyakinan tentang kesehatan dan kepribadian seseorang berperan dalam menentukan respon pada pasien terhadap anjuran pengobatan. DiNicola dan Matteo (1984) dalam Niven (2002) mengusulkan lima
titik rencana
untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien, antara lain: 1. Syarat menumbuhkan rencana kepatuhan adalah mengembangkan tujuan kepatuhan (dari teori tindakan berdasarkan rasional). Pasien-pasien yang tidak patuh pernah memiliki tujuan untuk mematuhi nasehat-nasehat medis pada awalnya, seseorang akan dengan senang hati mengemukakan tujuannya mengikuti program diet jika ia memiliki keyakinan
dan sikap positif terhadap diet, dan keluarga serta teman mendukung keyakinan tersebut. Pernyataan-pernyataan yang dipublikasikan dapat meningkatkan kepatuhan seseorang. 2. Perilaku sehat Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu setrategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga untuk mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri dan perilaku baru tersebut. 3. Pengontrolan perilaku Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku itu sendiri, maka setiap pasien perlu mengembangkan perasaan mampu, bisa mengontrol diri, dan percaya diri. 4. Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang. Dukungan sosial ini merupakam faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat membantu mengurangi ketidaktaatan dan dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan 5. Dukungan dari profesional kesehatan Dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna pada saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang penting. Mereka juga dapat mempengaruhi pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya.
Feuerstei et el (1986) dalam Niven(2002) mendukung kepatuhan pasien, yaitu: 1. Pendidikan
menyatakan ada lima faktor
yang
Pendidikan
pasien
dapat
meningkatkan
kepatuhan,
sepanjang
bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.karena dengan pendidikan pasien dapat membedakan baik dan benar. 2. Akomodasi Suatu usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.sehingga akomodasi penting dalam menanganan sikap kepatuhan. 3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap programprogram pengobatan. 4. Perubahan model terapi Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat secara aktif dalam pembuatan program tersebut, dengan cara ini komponenkomponen sederhana dalam program pengobatan dapat diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen yang lebih komplek,dan pasien dapat mengunakn metode yang di terapkan. 5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik kepada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis dan pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya,sehingga akan terjadi interaksi.
D. Kerangka Teori Usia Stress Ras Jenis kelamin Sikap Kepatuhan diit hipertensi Pengobatan
Tekanan darah
Modifikasi Perry, Potter dan Sustrani, 2005 E. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,2002). Nursalam (2003) menyatakan bahwa konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati diamati dan diukur maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variabel-variabel. Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Variabel independent Sikap kepatuhan diit
Variabel dependent Tekanan darah
Kerangka konsep penelitian Sikap Terhadap Kepatuhan diit hipertensi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Doro II F. Variabel Penelitian 1. Variabel independent Menurut Notoatmojo (2005) Variabel independent disebut juga variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel tergantung. Dalam penelitian ini variabel independent adalah Sikap kepatuhan diit. 2. Variabel dependent Menurut Notoatmojo (2005) juga Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau di akibatkan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependent adalah Tekanan darah. G. Hipotesis
Hipotesis adalah Jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. 1. Hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan diet hipertensi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Doro II Kabupaten Pekalongan. 2. Hipotesis nol (Ho) yaitu tidak ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan diet hipertensi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Doro II kabupaten Pekalongan