BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sistem
Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen yang saling terintegrasi serta melaksanakan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karakteristik sistem terdiri dari : 1.
Komponen Sistem Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagianbagian dari sistem.
2.
Batasan Sistem Batasan merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem
ini
memungkinkan suatu sistem dipandang suatu kesatuan. Batasan suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. 3.
Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi
operasi
sistem.
Lingkung luar sistem
dapat
bersifat
menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. 4.
Penghubung Sistem Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya.
12
13
5.
Masukan Sistem Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintanceinput) dan masukan sinyal (signalinput).
6.
Keluaran Sistem Keluaran sistem adalah hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7.
Pengolah Sistem Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah akan mengubah masukan menjadi keluaran.
8.
Sasaran Sistem Suatu sistem mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak ada gunanya (Sulindawati ; 2010 : 135).
II.2.
Sistem Pakar Sistem pakar adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan solusi
untuk masalah–masalah dengan kualitas pakar (Feresi Daeli, 2013). Dengan sistem pakar ini orang awam pun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh para pakar. Menurut Ginanjar W.S, et al. (2011), ada beberapa definisi lain mengenai sistem pakar antara lain: 1.
Menurut Durkin : sistem pakar adalah program komputer yang dirancang untuk model keahlian masalah oleh seorang ahli.
14
2.
Menurut Ignizio : sistem pakar adalah model dan prosedur yang berkaitan, dalam wilayah tertentu, dimana tingkat keahlian dapat dibandingkan dengan keahlian spesialis.
3.
Menurut Giarrantano dan Riley : sistem pakar adalah sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang ahli. Sistem Pakar adalah seperangkat program pengetahuan untuk memecahkan
masalah yang biasanya membutuhkan keahlian manusia, program komputer yang didesain untuk meniru kemampuan memecahkan masalah berdasarkan pendapat seorang pakar (Yulia Erdani, 2011). Menurut Esti Dyah Rikhiana dan Abdul Fadlil (2013), Sistem Pakar terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : 1.
User Interface berfungsi sebagai media masukan pengetahuan ke dalam basis pengetahuan dan melakukan komunikasi dengan user.
2.
Knowledge Base berisi semua fakta, ide, hubungan dan interakasi suatu domain tertentu.
3.
Mesin
inferensi
bertugas
menganalisis
pengetahuan
dan
kesimpulan
berdasarkan basis pengetahuan.
II.3.
Pengertian Hadits Hadits secara bahasa bermakna pengertian, cerita, berita atau komunikasi.
Kata hadits mulai dipakai nyaris secara eksklusif untuk pengungkapan narasi tentang Rasulullah Muhammad S.A.W. Secara istilah menurut ahli hadits (muhadditsin), kata hadits menunjukkan kepada makna atau sesuatu yang disandarkan kepada rasulullah Muhammad S.A.W,
15
baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan beliau akan tindakan shahabat, atau deskripsi tentang sifat dan karakter beliau. Perkataan Rasulullah Muhammad S.A.W ialah perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang syari’at, akhlaq, pendidikan, dan sebagainya. Perilaku atau perbuatan Rasulullah Muhammad S.A.W merupakan penjelasan praktek terhadap peraturan–peraturan syari’at yang belum jelas pelaksanaannya. Pernyataan Rasulullah S.A.W meliputi pernyataan (taqrir), yaitu sikap diamnya Rasulullah S.A.W terhadap perbuatan atau perkataan yang telah dilakukan oleh para shahabat di hadapan Rasulullah semasa beliau hidup. Jika Rasulullah Muhammad S.A.W bersikap diam, maka beliau dianggap menyetujui, sedangkan jika ada sanggahan atau larangan dari beliau akan tindakan shahabat maka berarti sikap ketidaksetujuan beliau. Sedangkan sifat dari Rasulullah Muhammad S.A.W lebih ditujukan kepada penampilan fisik beliau. Walaupun demikian penampilan fisik Rasulullah Muhammad S.A.W menurut ahli fuqaha (para ahli fiqih) tidak termasuk kategori hadits.
II.3.1. Seleksi Hadits Untuk mengetahui mana hadits yang benar-benar dari Rasulullah S.A.W perlu diadakan penelitian secara cermat. Para ahli
kemudian membagi hadits
menjadi dua bagian besar, yaitu: 1.
Hadits Maqbul, yaitu hadits yang dapat diterima sebagai pedoman, termasuk kedalam hadits ini ialah hadits shahih dan hadits hasan.
2.
Hadits Mardud, ialah hadits dha’if dan hadits maudhu. Suatu Hadits dapat dinilai maqbul apabila memenuhi syarat-syarat yang
meliputi tiga unsur, yaitu :
16
1.
Sanad, yaitu persambungan antara pembawa dan penerima hadits. Suatu persambungan hadits dapat dinilai baik jika antara pembawa dan penerima hadits benar-benar bertemu bahkan dalam batas-batas tertentu ia berguru. Apabila ada satu kaitan yang diragukan antara pembawa dan penerima hadits, maka hadits itu tidak dapat dimasukkan dalam kriteria hadits maqbul.
2.
Rawi, yaitu yang membawakan hadits. Seorang rawi dinilai tsiqah (kepercayaan) jika dia memenuhi tiga syarat : a. Kuat ingatan (dhabit), baik hafal didalam hati (dhabit shadri) yaitu dia memahami dan hafal dengan baik apa yang diriwayatkannya itu, serta mampu menyampaikan hafalan itu kapan saja dikehendakinya, maupun mempunyai catatan atau arsip yang rapi (dhabith kutub). b. Dia adalah orang Islam yang dewasa (baligh), jujur, dan tidak suka membiasakan dosa. c.
Bersifat adil, arti adil disini ialah memiliki sifat-sifat: 1) Tetap istiqomah dalam agamanya Islam. 2) Tingkah lakunya baik. 3) Tidak fasiq (antara lain tidak melakukan dosa-dosa kecil, apalagi dosa besar). 4) Memelihara kehormatan dirinya (muru’ah).
3.
Matan, yaitu materi atau isi hadits. Suatu materi hadits dapat dinilai baik jika : a. Tidak janggal (ghair syadz), yaitu tidak bertentangan dengan Al Qur'an atau dengan hadits yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan realita, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. b. Tidak cacat (ghair mu’alal). Contoh hadits yang cacat adalah jika ada hadits yang di riwayatkan dengan rangkaian yang bersambung padahal sebenarnya
17
tidak, atau hadits-hadits yang sudah mendapat tambahan atau sisipan dari aslinya.
II.3.2. Sistematika Hadits Menurut ulama, hadits-hadits dan riwayat yang tercatat dalam kitab-kitab hadits bisa dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 1.
Hadits Shahih Menurut bahasa, shahih berarti sehat, benar, selamat dari keburukan. Menurut
istilah, arti hadits shahih ialah hadits yang tersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan dhabith, serta tidak terdapat didalamnya suatu kejanggalan dan cacat. Berdasarkan pengertian ini, maka syarat-syarat hadits shahih meliputi : a. Sanad hadits itu harus tersambung, sejak sanad hadits yang awal sampai kepada Rasulullah S.A.W tidak ada yang terputus. b. Para rawi yang meriwayatkannya haruslah orang-orang yang bersifat adil dan dhabith. c. Tidak ada kejanggalan-kejanggalan (syudzudz) pada apa-apa yang berkenaan dengan periwayatan hadits itu. Yang dimaksud dengan syudzudz adalah apa yang sebenarnya yang berlawanan dengan keadaan yang terkandung dalam sifat tsiqah atau bertentangan dengan hadits yang lebih kuat. d. Tidak ada sama sekali cacatnya pada apa-apa yang berkenaan dengan periwayatan hadits tersebut. Hadits shahih terbagi dua yaitu : a.
Hadits Shahih li dzatihi
18
Yaitu hadits yang keadaannya telah memenuhi sepenuhnya syarat-syarat hadits shahih, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. b. Hadits Shahih li ghairihi Yaitu hadits yang keadaannya sendiri belum mencapai kualitas shahih, tetapi menjadi shahih karena dikuatkan dengan jalan sanad atau keterangan lain. 2.
Hadits Hasan Yang dimaksud dengan hadits hasan ialah hadits yang sanadnya bersambung,
yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang sedikit dhabith, tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan, dan tidak juga terdapat cacat. Melihat pengertian ini, maka sesungguhnya hadits hasan tidak ada perbedaan dengan hadits shahih, terkecuali hanya di bidang hafalan rawi. Untuk hadits hasan hafalan rawi ada yang kurang sedikit bila dibandingkan dengan yang shahih. Adapun untuk syarat-syarat lainnya, antara hadits hasan dengan yang shahih sama. Hadits hasan terbagi dua, yaitu : a.
Hasan li dzatihi Yaitu hadits yang sebagaimana telah dijelaskan pada pengertian hadits
hasan di atas. Jadi kehasanannya bukan karena adanya petunjuk atau penguat lain, tetapi karena sebab dirinya sendiri. b.
Hasan li ghairihi Yaitu hadits yang pada sanadnya ada rawi yang tidak diakui keahliannya,
tetapi dia bukanlah orang yang terlalu banyak salah dalam meriwayatkan hadits, kemudian ada riwayat dengan sanad yang lain yang menguatkannya.
19
3.
Hadits Dha’if Yang dimaksud dengan hadits dha’if ialah hadits yang tidak salah satu syarat
atau lebih dari syarat-syarat hadits shahih dan hadits hasan. Dengan aturan ini sesungguhnya suatu hadits itu dianggap dha’if, selama belum dapat dibuktikan keshahihannya atau kehasanannya. Sebab yang diharuskan di sini untuk memenuhi syarat-syarat tertentu adalah hadist shahih dan hadits hasan, serta bukan hadits dha’if. Atas dasar penelitian yang demikian maka dimungkinkan suatu hadits yang kualitasnya dha’if lalu dapat meningkat kepada kualitas hasan lighairihi.
II.3.3 Penelitian Hadits Ulama bersepakat bahwa hadits yang berkualitas dapat dijadikan dasar untuk masalah hukum dan lain-lainnya. Hadits hasan dapat diterima sebagai dasar, dengan syarat apabila hadits hasan tersebut isinya tidak bertentangan dengan hadits yang berkualitas shahih. Adapun tentang hadits dha’if, ada dua pendapat tentang boleh atau tidaknya dijadikan dasar, yaitu : 1.
Hadits dha’if sama sekali tidak boleh diamalkan atau dijadikan dasar baik untuk masalah yang berhubungan dengan hukum maupun untuk keutamaan amal.
2.
Hadits dha’if dapat dijadikan dasar hanya untuk keutamaan amal, dengan syarat : a.
Para rawi yang meriwayatkan hadits itu tidak terlalu lemah.
b.
Masalah yang dikemukakan oleh hadits itu mempunyai dasar pokok yang ditetapkan oleh Al Qur’an dan hadits shahih.
20
c.
Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat.
Dengan pendapat-pendapat ulama tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa memang sangat perlu untuk mengetahui kualitas suatu hadits, agar terhindar dari pengamalan agama atau pengungkapan dalil agama yang berdasarkan hadits dha’if. Dalam rangka meneliti kualitas hadits, metode penelitian yang digunakan oleh ulama terbagi tiga golongan, yaitu: 1.
Golongan yang menitikberatkan penelitiannya kepada sanad (termasuk rawi) saja. Metode yang digunakan, dapat disebut sebagai metode Isanad atau metode Sanad.
2.
Golongan yang menitik beratkan penelitiannya kepada matan saja.
3.
Golongan yang selain meneliti sanad (termasuk rawi), juga meneliti matannya, metode ini dapat dinyatakan sebagai metode Isnad dan Matan.
II.3.4. Klasifikasi Hadits Dha’if Dalam beberapa hal, ulama hadits tidak sepakat dalam menilai suatu hadits. Adakalanya sebagin ulamanya menilai sebagai hadits hasan atau shahih, tetapi sabagian ulama lainnya menilai sebagai hadits dha’if. Keadaan ini terjadi antara lain disebabkan oleh perbedaan pengetahuan ulama tersebut terhadap keadaan rawi hadits yang dinilainya, ataupun karena perbedaan tolok ukur yang digunakan dalam menilai suatu hadits. Kemudian perlu juga diketahui juga bahwa antara sanad dengan matan tidak mesti ada hubungannya, jika sanad sudah sah, tidak mesti matannya turut sah, begitu juga jika sanad dha’if tidak mesti matannya pun turut dha’if. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang demikian itu kedha’ifan suatu hadits dituntut untuk dibahas dan dibuktikan. Pada pembahasan berikut ini, akan
21
dikemukakan mcam-macam hadits dha’if dilihat dari segi sanad dan matannya, yaitu : 1.
Hadits Maudhu’, yaitu hadits yang dibuat serta diciptakan oleh seorang pendusta,yang ciptaannya itu disandarkan kepada Rasulullah Muhammad SAW secara palsu dan dusta baik disengaja maupun tidak.
2.
Hadits Matruk, yaitu hadits yang menyendiri dalam periwayatannya, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tertuduh dalam perhaditsan. Yang disebut rawi yang tertuduh dusta adalah seorang rawi yang terkenal dalam pembicaraan sebagai pendusta, tetapi belum dapat dibuktikan.
3.
Hadits Munkar, yaitu hadits yang menyendiri periwayatannya,vyang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahan, kelengahan dan jelas kefasikannya, yang bukan karena dusta. Sedangkan lawannya adalah Hadits Ma’ruf, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah yang melawani riwayat orang yang lemah.
4.
Hadits Mu’alal, yaitu hadits yang setelah diadakan penelitian dan penyelidikan, nampak adanya salah sangka dari rawinya dengan menganggap hadits yang terputus atau memasukkan sebuah hadits pada suatu hadits yang lain, atau yang semisal dengan itu.
5.
Hadits Mudraj (sisipan), yaitu hadits yang disisipi dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa sisipan itu termasuk hadits.
6.
Hadits Maqlub, yaitu hadits yang menyalahi hadits lain, disebabkan mendahulukan atau mengakhirkan atau tukar menukar pada sanad dan matan.
7.
Hadits Mudltharib, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa jalan yang berbeda, tetapi antara satu dengan yang lainnya saling
22
bertentangan dan sulit dikompromikan. Pertentangan ini mungkin pada sanad dan pada matan. 8.
Hadits Muharraf, yaitu hadits yang disebabkan karena perubahan syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisan. Yang dimaksud dengan syakal adalah harakat (tanda hidup) dan sakanat (tanda mati) pada huruf arab.
9.
Hadits Mushahaf, yaitu hadits yang kedha’ifannya karena perubahan kata, sedang tulisannya tidak berubah.
10. Hadits Mubham, yaitu hadits yang sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak jelas identitasnya. 11. Hadits Syadz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang menyalahi riwayat orang yang lebih tsiqah lantaran mempunyai kelebihan-kelebihan. 12. Hadits Mukhtalith, yaitu hadits yang rawinya buruk hafalannya disebabkan sudah lanjut usia, terbakar kitabnya atau hilang kitabnya. 13. Hadits Muallaq, yaitu hadits yang gugur rawinya seorang atau lebih dari awal sanad. Gugurnya sanad pada hadits muallaq tersebut dapat terjadi pada sanad yang pertama, pada seluruh sanad, atau pada seluruh sanad selain shahabat. 14. Hadits Mursal, yaitu hadits yang gugur rawinya dari akhir sanad, seseorang setelah tabi’i. 15. Hadits Mudallas, yaitu hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tidak bernoda. Rawi yang berbuat cara demikian disebut mudallis. Hadits yang diriwayatkan oleh mudallis disebut hadits mudallas, dan perbuatannya disebut dengan tadlis. Tadlis artinya seorang rawi menuturkan sebuah hadits dari seorang sumber yang dia temui, namun dia tidak mempelajarinya dari sumber ini, tetapi dari sumber lainnya. Dia tidak mencantumkan sumber langsung, dan meriwayatkan hadits itu dari
23
sumber yang lebih tinggi dengan menggunakan istilah yang dapat mengindikasikan bahwa dia mempelajarinya baik langsung ataupun tidak, atau menggunakan nama tokoh ulama yang terkenal ganti nama ulama yang tidak terkenal, agar haditsnya diterima. 16. Hadits munqathi’, yaitu hadits yang gugur seorang rawinya sebelum shahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut. 17. Hadits Mu’dlal, yaitu hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih, berturut-turut baik shahabat bersama
tabi’i,tabi’i bersama tabi’ut
tabi’in,maupun dua orang sebelum shahabat dan tabi’i.
II.3.5. Al Jarh Kata jarh menurut ahli hadits ialah sifat seorang rawi yang dapat mencacatkan keadilannya dan kehafalannya. Menjarh atau mentajrihkan seorang rawi berarti mensifati seorang rawi dengan sifat-sifat yang dapat menyebabkan kelemahan atau tertolaknya apa yang diriwayatkan. Jarh yang terdapat dalam kitab-kitab Rijalul Hadits dapat dibagi sebagai berikut: 1.
Jarh yang tidak beralasan.
2.
Jarh yang tidak diterangkan apa yang menyebabkan si rawi tercela.
3.
Jarh yang disebut sebab-sebabnya. Sifat-sifat yang menyebabkan seorang rawi tercela atau dianggap lemah
sehingga riwayatnya tidak boleh diterima ialah: 1.
Dusta, menceritakan sesuatu yang berlainan dengan mestinya.
24
2.
Salah, dalam kitab-kitab Rijalus hadits terdapat kata-kata ghalath, khata’, waham dan pecahannya, dimana tiap kata mempunyai arti masing-masing. Salah yang menyebabkan seorang rawi tercela ialah apabila salahnya itu sering atau banyak, yang kira-kira meragukan untuk dianggap benar riwayatnya.
3.
Lupa atau lalai, yang diistilahkan Ghaflah.
4.
Bodoh, yang diistilahkan dengan mudhafal, riwayat yang datang dari orangorang bodoh tentu tidak dapat diterima karena kebodohannya akan meraguragukan akan kebenaran ceritanya.
5.
Menyalahi, yaitu riwayat seorang rawi yang menyalahi riwayat orang kepercayaan atau yang lebih kuat daripadanya, yang diistilahkan dengan mukhalaf, maka riwayat orang yang begitu keadaannya tidak boleh diterima, walaupun dia orang kepercayaan.
6.
Fasiq, yaitu si rawi mengerjakan dosa-dosa besar dan maksiat-maksiat besar.
7.
Tidak dikenal,orang yang tidak dikenal oleh para ahli hadits disebut majhul.
8.
Buruk hafalannya, yang diistilahkan dengan su’ul hifzhi, orang yang sangat buruk hafalannya, kalau meriwayatkan hadits dari hafalannya maka tertolaklah riwayatnya.
9.
Talqin, artinya mengajar. Seorang rawi menyebutkan siapa-siapa yang ia suka dalam sanadnya padahal rawi tersebut tidak mendengar riwayat itu dari orang yang disebut.
10. Kehilangan kitab, orang yang biasanya meriwayatkan hadits dari kitabnya lalu kitabnya hilang, kalau ia ceritakan dari hafalannya maka tertolaklah haditsnya karena kekuatan hafalannya meragukan.
25
11. Ikhtilath, artinya bercampur. Seorang rawi yang berubah pikirannya maka tertolaklah haditsnya karena kekuatan hafalannya meragukan, maka bicaranya antara satu dengan yang lainnya banyak yang tercampur, karena ia tidak tahu dan tidak sadar. 12. Tadlis, artinya menyamarkan. 13. Bukan ahli, orang yang bukan ahli dalam meriwayatkan hadits, kalau ia meriwayatkan hadits sering keliru dan salah. 14. Bersendiri dalam meriwayatkannya, ada beberapa kepercayaan apabila mereka bersendiri dalam meriwayatkan suatu hadits, maka riwayat mereka ini tidak diterima. 15. Mempermudah,
yang
diistilahkan
dengan
Tasahhul,
mempermudah suatu urusan, sering salah dan keliru. mempermudah
dalam
hal
hadits
yang
begitu
orang
yang
Jadi orang yang
penting
tentu
saja
periwayatannya akan sulit diterima. II.3.6. At Ta’dil Menta’dilkan ialah memuji rawi dengan sifat-sifat yang membawa keadilannya, yakni sifat-sifat yang dijadikan dasar penerimaan riwayat. Keadilan rawi dapat diketahui dengan: 1.
Dengan kepopulerannya dikalangan para ahli ilmu bahwa dia terkenal sebagai orang yang adil, maka tidak perlu diragukan lagi tentang keadilannya.
2.
Dengan pujian dari seseorang yang adil (tazkiyah), yaitu ditetapkannya sebagai rawi yang adil oleh orang yang adil, yang semula rawi yang dita’dilkan itu belum dikenal sebagai rawi yang adil. Penetapan keadilan seorang rawi dengan jalan tazkiyah ini dapat dilakukan
oleh :
26
1.
Seorang rawi yang adil, jadi tidak perlu dikaitkan lagi dengan banyaknya orang yang menta’dilkan, sebab jumlah itu tidak menjadi syarat untuk penerimaan riwayat.
2.
Setiap orang yang dapat diterima periwayatannya baik ia laki-laki maupun perempuan baik orang yang merdeka ataupun tidak, selama ia mengetahui sebab-sebab yang dapat mengadilkannya (Chandra Isnaini; 2010).
II.4.
Metode Certainty Factor Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan
dalam pembuatan MYCIN. Certainty Factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. Certainty Factor didefinisikan sebagai persamaan berikut : CF (H, E) = MB (H, E) – MD (H, E) CF (H, E)
: Certainty Factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala (evidence) E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai 1. Nilai -1 menunjukkan
ketidakpercayaan
mutlak
sedangkan
nilai
1
menunjukkan kepercayaan mutlak. MB (H, E)
: ukuran kenaikan kepercayaan (measure of increased belief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
MD (H, E)
: ukuran kenaikan ketidakpercayaan (measure of increased disbelief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
Definisi menurut David McAllister Certainty Factor adalah suatu metode untuk membuktikan apakah suatu fakta itu pasti ataukah tidak pasti yang berbentuk metric yang biasanya digunakan dalam sistem pakar. Metode ini sangat cocok untuk sistem pakar yang mendiagnosis sesuatu yang belum pasti. Metode MYCIN untuk menggabungkan evidence pada antecedent sebuah aturan ditunjukkan oleh tabel II.1 dibawah ini:
27
Tabel II.1. Aturan MYCIN untuk mengkombinasikan evidence antecedent Evidence, E
Antecedent Ketidakpastian
E1 DAN E2
min[CF(H,E1), CF(H,E2)]
E1 OR E2
max[CF(H,E1), CF(H,E2)]
TIDAK E
- CF(H,E)
Bentuk dasar rumus certainty factor sebuah aturan JIKA E MAKA H adalah sebagai berikut: CF(H,e) = CF(E,e) * CF(H,E) (2) dimana CF(E,e) : certainty factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e CF(H,E) : certainty factor hipotesis dengan asumsi evidence diketahui dengan pasti, yaitu ketika CF(E,e) = 1 CF(H,e) : certainty factor hipotesis yang dipengaruhi oleh evidence e Sampai saat ini ada dua model yang sering digunakan untuk menghitung tingkat keyakinan (CF) dari sebuah rule adalah sebagai berikut: a.
Menggunakan metode .Net Belief. Yang diusulkan oleh E. H. Shortliffe dan B. G. Buchanan [1, 2], yaitu: CF[h,e] = MB[h,e] – MD[h,e] CF[h,e]
= faktor kepastian
MB[h,e]
= ukuran kepercayaan/tingkat keyakinan terhadap hipotesis h,
jika diberikan / dipengaruhi evidence e (antara 0 dan 1) MD[h,e]
= ukuran ketidakpercayaan/tingkat ketidakyakinan terhadap
hipotesis h, jika diberikan/dipenharuhi evidence e (antara 0 dan 1)
28
dimana: P(H) = probabilitas kebenaran hipotesa H P(H|E) = probabilitas bahwa H benar karena fakta E P(H) dan P(H|E) merepresentasikan keyakinan dan ketidak yakinan pakar. b.
Dengan menggali dari hasil wawancara dengan pakar. Nilai CF(Rule) didapat dari interpretasi .term. dari pakar menjadi nilai CF tertentu
II.5.
Visual Basic 2010 Visual basic diturunkan dari bahas BASIC. Visual Basic terkenal sebagai
bahasa pemrograman yang mudah untuk digunakan terutama untuk membuat aplikasi yang berjalan diatas platform Windows. Pada tahun 90an, Visual basic menjadi bahasa pemrograman yang paling populer dan menjadi pilihan utama untuk mengembangkan program berbasis windows. Versi Visual Basic terakhir sebelum berjalan diatas .Net Framework adalah VB6 (Visual Studio 1998). Visual Basic .Net dirilis pada bulan Februari tahun 2002 bersamaan dengan platform .Net Framework 1.0. Kini sudah ada beberapa versi dari Visual Basic yang berjalan pada platform .net, yaitu VB 2002 (VB7), VB 2005 (VB8), VB 2008 (VB9), dan yang terakhir VB 2010 (VB10) yang dirilis bersamaan dengan Visual Studio 2010. Selain Visual Basic 2010, Visual Studio juga mendukung beberapa bahasa lain, yaitu C#, C++, F# (bahasa baru untuk functional programming), IronPhyton, dan IronRuby (bahasa baru untuk dynamic programming) (kurniawan; 2011 :1)
29
II.6.
Pengertian SQL Server 2008 SQL Server 2008 adalah sebuah terobosan baru dari Microsoft dalam bidang
database. SQL Server adalah DBMS (Database Management System) yang dibuat oleh Microsoft untuk ikut berkecimpung dalam persaingan dunia pengolahan data menyusul pendahulunya seperti IBM dan Oracle. SQl Server 2008 dibuat pada saat kemajuan dalam bidang hardware sedemikian pesat. Oleh karena itu sudah dapat dipastikan bahwa SQL Server 2008 membawa beberapa terobosan dalam bidang pengolahan dan penyimpanan data. Microsoft merilis SQL Server 2008 dalam beberapa versi yang disesuaikan dengan segment-segment pasar yang dituju. Versi-versi tersebut adalah sebagai berikut.
Menurut
cara
pemrosesan
data
pada
prosesor
maka
Microsoft
mengelompokkan produk ini berdasarkan 2 jenis yaitu : 1.
Versi 32-bit(x86), yang biasanya digunakan untuk komputer dengan single
prosesor (Pentium 4) atau lebih tepatnya prosesor 32 bit dan sistem operasi Windows XP. 2.
Versi 64-bit(x64), yang biasanya digunakan untuk komputer dengan lebih dari
satu prosesor (Misalnya Core 2 Duo) dan system operasi 64 bit seperti Windows XP 64, Vista, dan Windows 7. Sedangkan secara keseluruhan terdapat versi-versi seperti berikut ini: 1.
Versi Compact, ini adalah versi “Tipis” dari semua versi yang ada. Versi ini
seperti versi desktop pada SQL Server 2000. Versi ini juga digunakan pada handled drvice seperti Pocket PC, PDA, SmartPhone, Tablet PC. 2.
Versi Express, ini adalah versi “Ringan” dari semua versi yang ada(tetapi versi
ini berbeda dengan versi compact) dan paling cocok untuk latihan para pengembang
30
aplikasi. Versi ini memuat Express Manager standar, integrasi dengan CLR dan XML (Wenny Widya ; 2012 : 3).
II.7.
Teknik Normalisasi Normalisasi adalah teknik perancangan yang banyak digunakan sebagai
pemandu dalam merancang basis data relasional. Pada dasarnya, normalisasi adalah proses dua langkah yang meletakkan data dalam bentuk tabulasi dengan menghilangkan kelompok berulang lalu menghilangkan data yang terduplikasi dari tabel rasional. Teori normalisasi didasarkan pada konsep bentuk normal. Sebuah tabel relasional dikatakan berada pada bentuk normal tertentu jika tabel memenuhi himpunan batasan tertentu. Ada lima bentuk normal yang tekah ditemukan.
II.7.1. Bentuk-bentuk Normalisasi 1. Bentuk normal tahap pertama (1” Normal Form) Contoh yang kita gunakan di sini adalah sebuah perusahaan yang mendapatkan barang dari sejumlah pemasok. Masing-masing pemasok berada pada satu kota. Sebuah kota dapat mempunyai lebih dari satu pemasok dan masing-masing kota mempunyai kode status tersendiri. 2.
Bentuk normal tahap kedua (2nd normal form) Definisi bentuk normal kedua menyatakan bahwa tabel dengan kunci utama
gabungan hanya dapat berada pada 1NF, tetapi tidak pada 2NF. Sebuah tabel relasional berada pada bentuk normal kedua jika dia berada pada bentuk normal kedua jika dia berada pada 1NF dan setiap kolom bukan kunci yang sepenuhnya tergantung pada seluruh kolom yang membentuk kunci utama.
31
3.
Bentuk normal tahap ketiga (3rd normal form) Bentuk normal ketiga mengharuskan semua kolom pada tabel relasional
tergantung hanya pada kunci utama. Secara definisi, sebuah tabel berada pada bentuk normal ketiga (3NF) jika tabel sudah berada pada 2NF dan setiap kolom yang bukan kunci tidak tergantung secara transitif pada kunci utamanya. 4.
Boyce Code Normal Form (BCNF) Setelah 3NF, semua masalah normalisasi hanya melibatkan tabel yang
mempunyai tiga kolom atau lebih dan semua kolom adalah kunci. Banyak praktisi berpendapat bahwa menempatkan entitas pada 3NF sudah cukup karena sangat jarang entitas yang berada pada 3NF bukan merupakan 4NF dan 5NF. 5.
Bentuk Normal Tahap Keempat dan Kelima Sebuah tabel relasional berada pada bentuk normal keempat (4NF) jika dia
dalam BCNF dan semua ketergantungan multivalue merupakan ketergantungan fungsional. Bentuk normal keempat (4NF) didasarkan pada konsep ketergantungan multivalue (MVD). Sebuah tabel berada pada bentuk normal kelima (5NF) jika ia tidak dapat mempunyai dekomposisi lossless menjadi sejumlah tabel lebih kecil. Empat bentuk normal pertama berdasarkan pada konsep ketergantungan fungsional, sedangkan bentuk normal kelima berdasarkan pada konsep ketergantungan gabungan (join dependence) (Janner Simarmata ; 2010 : 76).
II.8.
UML (Unified Modeling Language) Menurut Windu Gata (2013 : 4) Hasil pemodelan pada OOAD
terdokumentasikan dalam bentuk Unified Modeling Language (UML). UML adalah
32
bahasa
spesifikasi
standar
yang
dipergunakan
untuk
mendokumentasikan,
menspesifikasikan dan membangun perangkat lunak. UML merupakan metodologi dalam mengembangkan sistem berorientasi objek dan juga merupakan alat untuk mendukung pengembangan sistem. UML saat ini sangat banyak dipergunakan dalam dunia industri yang merupakan standar bahasa pemodelan umum dalam industri perangkat lunak dan pengembangan sistem. Alat bantu yang digunakan dalam perancangan berorientasi objek berbasiskan UML adalah sebagai berikut : 1.
Use case Diagram Use case diagram merupakan pemodelan untuk kelakukan (behavior) sistem
informasi yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat. Dapat dikatakan use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi dan siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Simbol-simbol yang digunakan dalam use case diagram, yaitu : Tabel II.2. Simbol Use Case Gambar
Keterangan Use case menggambarkan fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang bertukan pesan antar unit dengan aktor, biasanya dinyatakan dengan menggunakan kata kerja di awal nama use case. Aktor adalah abstraction dari orang atau sistem yang lain yang mengaktifkan fungsi dari target sistem. Untuk mengidentifikasikan aktor, harus ditentukan pembagian tenaga kerja dan tugas-tugas yang berkaitan dengan peran pada konteks target sistem. Orang atau sistem bisa muncul dalam beberapa peran. Perlu dicatat bahwa aktor berinteraksi dengan use case, tetapi tidak memiliki control terhadap use case.
33
Asosiasi antara aktor dan use case, digambarkan dengan garis tanpa panah yang mengindikasikan siapa atau apa yang meminta interaksi secara langsung dan bukannya mengidikasikan aliran data. Asosiasi antara aktor dan use case yang menggunakan panah terbuka untuk mengidinkasikan bila aktor berinteraksi secara pasif dengan sistem. Include, merupakan di dalam use case lain (required) atau pemanggilan use case oleh use case lain, contohnya adalah pemanggilan sebuah fungsi program. Extend, merupakan perluasan dari use case lain jika kondisi atau syarat terpenuhi. (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 4) 2. Diagram Aktivitas (Activity Diagram) Activity Diagram menggambarkan workflow (aliran kerja) atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis. Simbol-simbol yang digunakan dalam activity diagram, yaitu : Tabel II.3. Simbol Activity Diagram Gambar
Keterangan Start point, diletakkan pada pojok kiri atas dan merupakan awal aktifitas. End point, akhir aktifitas.
Activites, menggambarkan suatu proses/kegiatan bisnis. Fork (Percabangan), digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan secara parallel atau untuk menggabungkan dua kegiatan pararel menjadi satu.
Join (penggabungan) atau rake, digunakan untuk menunjukkan adanya dekomposisi.
Decision Points, menggambarkan pilihan untuk pengambilan keputusan, true, false.
34
New Swimline
Swimlane, pembagian activity diagram untuk menunjukkan siapa melakukan apa.
(Sumber : Windu Gata ; 2013 : 6)
3. Diagram Urutan (Sequence Diagram) Sequence diagram menggambarkan kelakuan objek pada use case dengan mendeskripsikan waktu hidup objek dan pesan yang dikirimkan dan diterima antar objek. Simbol-simbol yang digunakan dalam sequence diagram, yaitu :
Tabel II.4. Simbol Sequence Diagram Gambar
Keterangan Entity Class, merupakan bagian dari sistem yang berisi kumpulan kelas berupa entitas-entitas yang membentuk gambaran awal sistem dan menjadi landasan untuk menyusun basis data. Boundary Class, berisi kumpulan kelas yang menjadi interface atau interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem, seperti tampilan formentry dan form cetak. Control class, suatu objek yang berisi logika aplikasi yang tidak memiliki tanggung jawab kepada entitas, contohnya adalah kalkulasi dan aturan bisnis yang melibatkan berbagai objek. Message, simbol mengirim pesan antar class.
Recursive, menggambarkan pengiriman pesan yang dikirim untuk dirinya sendiri.
Activation, activation mewakili sebuah eksekusi operasi dari objek, panjang kotak ini berbanding lurus dengan durasi aktivitas sebuah operasi.
35
Lifeline, garis titik-titik yang terhubung dengan objek, sepanjang lifeline terdapat activation.
(Sumber : Windu Gata ; 2013 : 7)
4. Class Diagram (Diagram Kelas) Merupakan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas di dalam model desain dari suatu sistem, juga memperlihatkan aturan-aturan dan tanggng jawab entitas yang menentukan perilaku sistem. Class diagram juga menunjukkan atribut-atribut dan operasi-operasi dari sebuah kelas dan constraint yang berhubungan dengan objek yang dikoneksikan. Class diagram secara khas meliputi: Kelas (Class), Relasi, Associations, Generalization dan Aggregation, Atribut (Attributes), Operasi (Operations/Method), Visibility, tingkat akses objek eksternal kepada suatu operasi atau atribut. Hubungan antar kelas mempunyai keterangan yang disebut dengan multiplicity atau kardinaliti. Tabel II.5. Multiplicity Class Diagram Multiplicity 1 0..* 1..* 0..1 n..n
Penjelasan Satu dan hanya satu Boleh tidak ada atau 1 atau lebih 1 atau lebih Boleh tidak ada, maksimal 1 Batasan antara. Contoh 2..4 mempunyai arti minimal 2 maksimum 4 (Sumber : Windu Gata ; 2013 : 9)