BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Modal Kerja Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva lancar seperti kas, berharga, piutang dan persediaan. Berdasarkan pengertian pokok modal surat (Working Capital) terdiri atas 2 macam, yaitu : kerja
1. Net Working Capital. 2. Gross Working Capital. Net working capital yaitu selisih dari aktiva lancar dengan pasiva lancar. Net working capital menunjukkan secara kasar, potensi cadangan kas dari perusahaan. Sedangkan total aktiva lancar disebut gross working capital. Gross working capital menunjukkan jumlah aktiva lancar yang segera dapat diuangkan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Pengertian modal kerja atau working capital menurut Kasmir (2010:248) adalah modal yang digunakan untuk pembiayaan jangka pendek, seperti pembelian bahan baku, membayar gaji dan upah, dan biaya-biaya operasional lainnya. Weston dan Copeland (1995:379) menyatakan modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Sedangkan modal kerja menurut Astuti (2004:156) adalah dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar.
19
20
Namun menurut Bambang Riyanto (2001 : 57-58), Pengertian modal kerja
(working capital) dapat dibagi atas 3 konsep, yaitu kuantitatif, kualitatif, dan
fungsional.
Konsep kuantitatif sering disebut sebagai gross working capital,
karena menggambarkan keseluruhan jumlah dari aktiva lancar, dimana
aktiva lancar ini sekali berputar dapat kembali ke bentuk semula dalam
jangka waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Konsep kualitatif atau net working capital adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas, merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). Konsep Fungsional merupakan konsep yang lebih menitik beratkan fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan dan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi dan periode masa depan. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar yang digunakan
21
untuk membiayai operasional perusahaan dengan tujuan untuk menghasilkan
laba.
2.1.1 Jenis Modal Kerja Modal kerja digunakan untuk mebiayai kegiatan operasional sehari-hari perusahaan. Salah satu kegiatan operasional tersebut adalah kegiatan rutin perusahaan yang penyelenggaraannya tidak terpengaruh oleh hal lain oleh karena
itu dibutuhkan modal kerja yang tetap untuk membiayai kegiatan rutin tersebut. Ada pula kegiatan operasional perusahaan yang dipengaruhi oleh hal lain dan membutuhkan modal kerja yang berubah-ubah pula. Berdasakan hal diatas maka modal kerja dapat dibagi kedalam dua jenis menurut W.B. Taylor yaitu : 1. Modal kerja Permanen Modal kerja Permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha, yang termasuk kedalam modal kerja permanen adalah a. Modal Kerja Primer Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha. b. Modal Kerja Normal Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.
22
2. Modal Kerja Variabel
perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu : a. Modal Kerja Musiman
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan dengan
fluktuasi musim. b. Modal Kerja siklis Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Modal kerja yang tersedia di perusahaan harus cukup jumlahnya agar
kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari dapat terpenuhi dalam artian perusahaan dapat membayar pengeluaran-pengeluaran sehari-harinya sehingga perusahaan akan terhindar dari kegagalan usaha. Manfaat dari menjaga modal kerja yang cukup menurut Munawir (2007) adalah : 1. Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
membayar semua
23
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar
dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam
jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
5. Memungkikan perusahaaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggan. 6. Memungkinkan bagi prusahaan untuk dapat beroprasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. Dapat disimpulkan kecukupan modal kerja dapat melindungi perusahaan
dari kegagalan usaha dan membuat aktvitas operasional lebih lancar dan efisien.
2.1.2
Manajemen Modal Kerja Modal
kerja
sangat
penting
bagi
perusahaan,
olehkarena
itu
penggunaannya harus dikelola dengan baik agar dapat digunakan secara efektif dan efisien. Manajemen modal kerja menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2003:133) “ Manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar.” Ini berarti bagaimana perusahaan mengelola perkiraan-perkiraan yang ada pada aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang, dan persediaan dan kewajiban lancar seperti hutang usaha, hutang pajak dan lain-lain. Sedangkan sasaran dari manajemen modal kerja menurut Sawir (2005:133) adalah :
24
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar
sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktivaaktiva tersebut.
2. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan
untuk membiayai aktiva lancar. 3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangan ketika jatuh tempo. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
modal kerja tidak hanya manajemen yang menyangkut aktiva lancar tetapi juga kewajiban lancar perusahaan.
2.1.2.1 Pentingnya Manajemen Modal Kerja Modal kerja merupakan faktor penting dalam operasional sehari-hari perusahaan oleh karena itu penentuan kebijakan terhadap modal kerja menjadi sangat penting karena berhubungan dengan posisi perusahaan dalam menghadapi resiko. Pentingnya manajemen modal kerja menurut Sawir (2005:135-136) antara lain : Hasil Survey menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi perusahaan dari hari kehari, yang kurang lebih dapat diartikan sebagai manajemen modal kerja.
25
Lebih separuh dari total aktiva perusahan merupakan aktiva lancar.
Sebagai investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari mananjer keuangan.
Karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menjalankan bisnis.
Keburukan dalam manajemen aktiva lancar dapat mengakibatkan
kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan keputusan strategi dan investasi yang tepat terhadap aktiva modal. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melaui sewa-beli atau leasing peralatan dan mesin, mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang, dan persediaan. Oleh karena itu aktiva lancar sangat penting bagi para manajer perusahaan kecil. Dan karena perusahaan kecil memiliki akses ke pasar modal yang relatif terbatas, maka penekanan harus ditujukan pada kredit dagang dan pinjaman bank jangka pendek, keduanya mempunyai
pengaruh
pada
modal
kerja
perusahaan
melalui
peningkatan kewajiban lancar. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Peningkatan penjualan akan membutuhkan tambahan persediaan, dan mungkin juga tambahan kas. Investasi aktiva lancar hanya memiliki waktu yang relatif singkat.
26
Dalam memberikan kredit, kreditor sangat memperhatikan bagaimana
mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Kegagalan dalam
mengelola akan mempengaruhi perusahaan.
2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja
Setiap perusahaan memiliki kebutuhan akan modal kerja yang berbeda-
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja suatu beda,
perusahaan yaitu faktor umum dan faktor khusus (John J. Hampton dan Cecilia L. Wagner). Faktor umum yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja perusahaan adalah : 1. Volume Penjualan Perusahaan membiayai modal kerja untuk menghasilkan barang yang pada akhirnya akan dijual, sehingga besarnya volume penjualan akan menentukan volume produksi dan volume produksi akan menentukan besarnya kebutuhan modal kerja perusahaan. 2. Faktor Musiman Fluktuasi musiman akan permintaan produk. Variasi penjualan akan berdampak pada tingkat modal kerja variabel. 3. Perkembangan Teknologi Perubahan pada teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh pada kebutuhan modal kerja.
27
4. Filosofi Perusahaan
Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja
permanen atau musiman.
Faktor khusus yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja perusahaan
adalah :
1. Ukuran Perusahaan Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dengan total aktiva atau penjualan. 2. Aktivitas Perusahaan Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang. 3. Ketersediaan Kredit Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. 4. Perilaku menghadapi Keuntungan Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan.
28
5. Perilaku Menghadapi Resiko
Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil risiko. Kas menyediakan
keamanan dalam
membayar
tagihan.
Persediaan
memberikan risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk
dijual.
Penjelasan diatas menyatakan bahwa kebutuhan modal kerja sangat
tergantung pada faktor umum dan faktor khusus yang telah dijelaskan diatas
sehingga dalam menentukan kebutuhan modal kerjanya perusahaan harus menelaah terlebih dahulu faktor-faktor tersebut agar penetapan modal kerja dapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2.1.4
Kebijakan Modal Kerja Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana yang
tidak efektif yaitu berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan laba yang maksimal. Modal kerja yang kurang menunjukkan rendahnya likuiditas perusahaan yang akan meningkatkan resiko akan kegagalan membayar kewajiban jangka pendek yang bisa berujung pada kebangkrutan. Berdasarkan kedua hal diatas kebijakan perusahaan dalam menentukan besarnya modal kerja menjadi sangat penting. Ada tiga kebijakan modal kerja yang dapat digunakan oleh perusahaan yaitu : 1. Kebijakan Modal Kerja Moderat Dalam kebijakan moderat, aktiva lancar musiman didanai oleh dana musiman, sedangkan total aktiva permanen didanai oleh dana permanen.
29
Strategi moderat menyesuaikan pendanaan sesuai dengan sifatnya, seperti
didanai oleh dana permanet strategi ini membuat perusahaan dapat menjaga likuiditasnya karena pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan.
aktiva lancar musiman dinai oleh dana musiman dan aktiva permanen
2. Kebijakan Modal Kerja Agresif
Dalam strategi agresif total aktiva permanen didanai oleh sebagian aktiva
permanen dan sebagian aktiva musiman. Jika perusahaan tidak berhati-hati
dalam menjalankan strategi ini maka perusahaan akan kesulitan likuiditas, karena total aktiva permanen sebagian didanani oleh dana musiman. Jika dana musiman tidak ada maka kebutuhan total aktiva permanen tidak terpenuhi maka ini akan menyebabkan perusahaan kesulitan likuiditas yang akan mengganggu operasional perusahaan secara keseluruhan. 3. Kebijakan Modal Kerja Konservatif Dalam strategi konservatif, total aktiva permanen dan sebagian aktiva lancar musiman didanai seluruhnya oleh dana permanen. Perusahaan menggunakan dana musiman jika terjadi peningkatan aktiva lancar musiman yang disebabkan kenaikan permintaan dan perusahaan akan menginvestasikan dana musiman pada surat berharga jika sedang terjadi penurunan permintaan.
2.1.5
Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Sawir (2005:140-141) menyatakan perubahan jumlah modal kerja
disebabkan oleh perubahan dari unsur-unsur non akun lancar (aktiva tetap, utang
30
jangka panjang dan modal sendiri). Perubahan dari unsur-unsur non akun lancar yang mempunyai efek memperbesar modal kerja disebut sebagai sumber-sumber
modal kerja. sebaliknya perubahan unsur-unsur non akun lancar yang mempunyai
efek memperkecil modal kerja disebut sebagai penggunaan modal kerja.
2.1.5.1 Sumber Modal Kerja
Perubahan unsur-unsur non akun lancar yang menjadi sumber modal kerja
adalah sebagai berikut : 1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham. 2. Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada panambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.
2.1.5.2 Penggunaan Modal Kerja Perubahan unsur-unsur non akun lancar yang menjadi penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. 2. Pembayaran utang-utang jangka panjang. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
31
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sumber
dari modal kerja perusahaan adalah berasal dari pinjaman, penambahan modal dan
adanya penjualan aktiva tetap sedangkan yang menjadi penggunaan dari modal
kerja adalah ketika adanya pembayaran hutang jangka panjang, pembelian aktiva
tetap dan kerugian yang dialami perusahaan. 2.1.6 Unsur Pembentuk Modal Kerja
Mengingat pentingnya modal kerja bagi suatu perusahaan, maka perlu diadakan suatu pengelolaan terhadap modal kerja, sehingga akan dapat memperlancar operasi perusahaan. Setiap unsur atau elemen perlu dikelola secara efisien agar menjamin kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Berdasarkan konsep gross working capital, maka modal kerja merupakan jumlah seluruh current assets perusahaan. Jadi yang diartikan modal kerja adalah jumlah nilai seluruh aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasinya sehari-hari. Komponen atau unsur modal kerja menurut Lukas Setia Atmaja (2001:365) adalah item-item pada aktiva lancar, yakni kas (cash), surat berharga (security), piutang (account receivable) dan persediaan (inventory). Menurut Astuti (2004:156) modal kerja adalah dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraanperkiraan yang ada dalam aktiva lancar. Sehingga unsur pembentuk modal kerja adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.
32
Dapat disimpulkan bahwa komponen atau unsur modal kerja terdiri dari
aktiva lancar sebagai berikut :
1. Kas
2. Surat berharga
3. Piutang dagang 4. Persediaan
Penjelasan untuk masing-masing dari unsur-unsur modal kerja adalah sebagai
berikut : 1. Kas Menurut Kasmir (2010:40) Kas merupakan uang tunai yang dimiliki perusahaan dan dapat segera digunakan setiap saat. Sedangkan menurut Sawir (2005:182) Kas merupakan aktiva paling likuid, merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasya. Dapat disimpulkan kas adalah seluruh uang tunai yang merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling likuid sehingga dapat digunakan setiap saat. Kas merupakan bagian dari likuiditas perusahaan, adanya trade-off antara likuiditas dan profitabilitas mendorong perusahaan untuk mengelola kasnya secara efisien. Tersedianya uang kas yang cukup akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika sewaktu-waktu harus mengadakan transaksi dengan pihak ketiga, yang nantinya menghasilkan keuntungan. Disamping itu dengan tersedianya uang kas yang cukup akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam keadaan darurat. Menurut Keynes terdapat tiga motif untuk mempertahankan kas yaitu :
33
-
keluar, maka diperlukan adanya kas untuk melakukan transaksi usaha,
seperti membayar tenaga kerja, pajak, dividen, pengadaan persediaan
dan lain-lain.
-
Motif transaksi, karena aliran kas masuk tidak sama dengan aliran kas
Motif berjaga-jaga, karena ketidakpastian aliran kas pada masa akan
datang dan kemampuan meminjam perusahaan untuk menambah
kebutuhan dana. -
Motif spekulasi, kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena perubahan harga surat berharga.
2. Surat Berharga Menurut kasmir (2010:41) surat-surat berharga merupakan harta perusahaan yang ditanamkan dalam bentuk kertas berharga dan memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Menurut Sawir (2005:182) surat berharga merupakan investasi jangka pendek yang bersifat temporal, bila perusahaan memerlukan kas dengan segera dapat dijual atau diubah dalam bentuk kas. Dapat disimpulkan surat berharga adalah harta perusahaan yang ditanamkan dalam bentuk kertas berharga yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun dan dapat dijual dengan segera jika perusahaan memerlukan kas. 3. Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan
34
operasional perusahaan pada umumnya bergerak di bidang penjualan barang atau jasa secara kredit maka piutang-piutang yang timbul merupakan unsur
paling penting dari aktiva lancar. Kieso et al. (2002: 386) menjelaskan bahwa
“piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau
jasa yang dijual.” Menurut Warren (2005: 404) bahwa “piutang usaha adalah klaim atas penjualan secara kredit terhadap pihak lain.” Menurut Kasmir (2010:41) piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang
memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Piutang ini terjadi akibat dari penjualan barang atau jasa kepada konsumennya secara angsuran (kredit). Menurut Handono (2009:128) Piutang usaha (account receivable) adalah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Pemaparan
diatas
menyatakan
bahwa
piutang
adalah
tagihan
perusahaan kepada pelanggan perorangan atau perusahaan lainnya yang timbul akibat penjualan barang secara kredit yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun yang pada akhir periode dana tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas (uang). 4. Persediaan Persedian disini merupakan bagian-bagian yang ada pada perusahaan yang pada suatu saat akan dijual. Bagi suatu perusahaan persediaan merupakan elemen modal kerja yang utama yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Penentuan besarnya persedian barang atau alokasi modal dalam persediaan merupakan
35
masalah penting karena mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan berapa besarnya
persediaan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut kasmir (2010:41) persediaan adalah sejumlah barang yang
disimpan oleh perusahaan dalam suatu tempat (gudang). Persediaan merupakan cadangan perusahaan untuk proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan. Jenis persediaan dibagi dua yaitu, untuk perusahaan dagang
adalah semua barang yang diperdagangkan, sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah barang mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Menurut Sawir (2005:168) persediaan barang sebagai unsur modal kerja merupakan aktiva yang selalu berputar. Kesalahan dalam penentuan besarnya investasi dalam persediaan dapat menekan keuntungan perusahaan. Menurut Handono (2009:141) Kekurangan persediaan juga merugikan perusahaan karena tidak terpenuhinya permintaan konsumen pada saat pasar tengah ramai sehingga konsumen beralih ke perusahaan lain. Tujuan perusahaan melakukan investasi pada persediaan adalah sebagai berikut : 1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock). 2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. 3. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai unsur-unsur modal kerja maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur modal kerja merupakan akun-akun yang
36
berada pada aktiva lancar yang mempunyai fungsi untuk mendukung kelancaran aktivitas operasional perusahaan.
2.1.7 Efisiensi Modal Kerja Efisiensi modal kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang
tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Efisiensi modal kerja dapat diukur dengan rasio Working Capital Turnover, rasio ini menujukan satuan penjualan yang dapat diraih dari satuan modal kerja. Semakin tinggi working capital turnover semakin baik karena ini menunjukkan adanya efisiensi penggunaan modal kerja terhadap pencapaian penjualan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin tidak baik karena itu berarti ada inefisiensi modal kerja yang menyebabkan pencapaian penjualan perusahaan tidak maksimal. Working Capital Turnover dapat dirumuskan sebagai berikut : WCT= Hasil dari working capital turn over benar-benar menunjukkan modal kerja yang digunakan perusahaan untuk pencapaian penjualan karena, modal kerja bersih (Net working capital) atau aktiva lancar setelah dikurang kewajiban lancar.
2.2 Penjualan Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan
37
keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan, 1991). Penghasil utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa atau
perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli,
langganan, penyewa dan pemakai jasa lainnya, Jumingan dalam Fahmi (2000:99).
Maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis dalam menjual barang kepada konsumen guna mendapatkan laba dari aktivitas penghasil utama.
Perusahaan melakukan penjualan barang-barang produksinya untuk mencapai tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan mempunyai 3 tujuan umum dalam penjualan seperti yang dirumuskan oleh Bayu Swastha (2000:27) yaitu : 1. Berusaha mencapai volume penjualan tertentu. 2. Berusaha mencapai laba / profit akhir melebihi biaya yang dikeluarkan. 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan. Jadi tujuan umum perusahaan melakukan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan tertentu atau target penjualan tertentu yang telah ditetapkan perusahaan dalam rangka mencapai profit yang maksimal untuk menunjang pertumbuhan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Swastha dan Irwan adalah : 1. Kondisi dan Kemampuan Penjual Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat
38
menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tersebut penjual harus memahami
beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:
a. Jenis dan karakteristik barang yang di tawarkan.
b. Harga produk. c. Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran, pelayanan sesudah
penjualan, garansi dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktorfaktor kondisi pasar yang perlu di perhatikan adalah: a. Jems pasarnya b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya c. Daya belinya d. Frekuensi pembelian e. Keinginan dan kebutuhan 3. Modal Akan lebih sulit bagi penjualan barangnya apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu membawa barangnya ketempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti:
39
alat transport, tempat peragaan baik didalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan
apabila penjualan memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu/ahli di bidang penjualan.
5. Faktor lain Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun untuk melaksanakannya, diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan suatu perusahaan ada yang berasal dari faktor luar dan faktor intern perusahaan itu sendiri.