6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1.
Pengertian Gizi Zat gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fugsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan,
serta
mengatur
proses-proses
kehidupan
(Almatsier, 2004). Status gizi adalah keadaan kesehatan individu kelompok-kelompoknya yang ditentukan oleh derajat kebutuhan gizi akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi a. Penyebab Langsung 1) Asupan Makanan Asupan makanan dapat mempengaruhi pola makan serta nafsu makan anak. Secara langsung asupan makanan yang dikonsumsi anak dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini berarti zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda (Santoso, 2008). 2) Infeksi Infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada anakanak. Gizi kurang dan infeksi dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan tidak sehat dengan sanitasi buruk. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi. Seseorang kekurangan gizi akan mudah terserang penyakit dan menyebabkan pertumbuhan akan terganggu (Santoso, 2008).
6
7
3) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil dari pertumbuhan yang ditentukan salah satunya dengan status gizi. Faktor genetik antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Anak yang normal berbeda dengan anak yang memiliki kelainan genetik/cacat (Santoso, 2008).
b. Penyebab tidak langsung 1) Ekonomi Kondisi ekonomi keluarga seseorang sangat menentukan dalam penyediaan
pangan
dan
kualitas
gizi.
Apabila
tingkat
perekonomian seseorang baik maka status gizinya akan baik. Golongan ekonomi yang rendah cenderung lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan menengah ke atas (Achmadi, 2009). Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi tumbuh kembang anak dan status gizinya melalui kesiapan ekonomi keluarga dalam mengasuh anak. Kesiapan ekonomi keluarga antara lain tergantung besar kecilnya pendapatan keluarga dan pengeluaran keluarga (Santoso, 2008). 2) Pendapatan Orang Tua Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri. Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pangan. Jika pendapatan meningkat, proporsi pengeluaran terhadap total pengeluaran menurun, tetapi pengeluaran obsolut untuk makanan meningkat. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka prosentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah pendapatan keluarga maka prosentase pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin tinggi (Santoso, 2008).
8
Penelitian yang dilakukan oleh (Sarah, 2008) bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap status gizi anak. Artinya dengan pendapatan keluarga yang besar maka anak atau balita pasti akan mendapatkan gizi yang baik pula. 3) Gaya Hidup Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi zat gizi dan akhirnya mempengaruhi status gizi pada anak/remaja. Gaya hidup juga dapat berkaitan langsung dengan status gizi. Gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi minuman keras, kebiasaan mengkonsumsi narkoba, pola aktivitas dan pola pergaulan (Sundari, 2003). 4) Lingkungan Kondisi lingkungan harus benar-benar diperhatikan agar tidak mengganggu kesehatan. Sanitasi lingkungan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit yang dapat mempengaruhi keadaan
status
gizi
anak
(Widaninggar,
2003).
Sanitasi
lingkungan sangat terkait dengan ketersedian air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan yang digunakan pada setiap keluarga (Soekirman, 2000).
3. Pengukuran Status gizi Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi aktivitas. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal dengan cara perhitungannya (Supariasa, 2002). Pengukuran antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat
9
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa,
2002).
Selain
pengukuran
antropometri
bisa
juga
menggunakan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan cara:
IMT =
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m)ଶ
Pengukuran IMT yang dilakukan dalam penelitian ini adalah IMT anak yaitu Indeks Masa Tubuh per Umur (IMT/U). Cara menentukan IMT/U yaitu menentukan IMT terlebih dahulu dengan menggunakan rumus IMT. Setelah nilai IMT diperoleh, sesuaikan nilai IMT hasil perhitungan pada diagram BMI for age sesuai dengan jenis kelamin dan umur anak. Penentuan kriteria anak disesuaikan dengan memperhatikan nilai Z score pada diagram WHO. Z score merupakan indeks antopometri yang digunakan secara internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan. Kategori dan ambang batas indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) anak usia 5-18 tahun: (KementrianKesehatanRI, 2011). 1) Kurus
: -3 sampai dengan < -2 SD
2) Normal
: -2 sampai dengan 1 SD
3) Gemuk
: 1 SD sampai dengan 2 SD
4) Obesitas
: > 2 SD
B. Merokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotinana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisinya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian
dihisap
isinya,
baik
menggunakan
rokok
maupun
menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900oC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30oC untuk ujung rokok
10
yang terselip diantara bibir perokok (Sitepoe, 2000). Asap rokok yang dihisap terdiri dari 4.000 lebih bahan kimia, beberapa diantaranya bersifat iritan dan 60 lainnya diketahui atau diduga bersifat karsinogenik (Eriksen, 2002).
1. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam rokok dan mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan antara lain: nikotin, tar, gas karbon monoksida (CO) dan berbagai logam berat lainnya, oleh karena itu seseorang akan terganggu kesehatannya bila merokok secara terus menerus. Hal ini disebabkan oleh nikotin yang dihisap. Zat-zat yang beracun yang terkandung dalam rokok antara lain: a. Nikotin Nikotin yaitu bahan kimia yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan (Dariyo, 2007). Nikotin yang terkandung dalam rokok rata-rata 8,4 mg bahkan ada pula yang mengandung 100-200 mg. Dosis pertama nikotin memberi perasaan segar atau waspada sedangkan dosis selanjutnya memberikan perasaan tenang dan rileks. Saat dihisap, nikotin akan masuk ke otak dalam waktu 7 detik, dua kali lebih cepat dari penggunaan obat intravena. Nikotin mempengaruhi otak dan system saraf pusat dengan mengubah kadar neurotransmitter dan bahan kimiawi yang mengatur temperamen, belajar dan kemampuan berkonsentrasi. Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis besar dapat mematikan karena efek paralis yang ditimbulkan pada otot pernapasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah (Sudiono, 2008). b. Tar Tar adalah senyawa polonuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi
11
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.Tar yang dihasilkan dari asap rokok akan terakumulasi dan menempel pada jalan nafas, tenggorokan, dan permukaan alveoli paru-paru. Endapan tar ini akan mengganggu kerja paru-paru sehingga terbentuklah flek atau noda pada paru-paru yang akhirnya dapat menyebabkan kanker paru-paru (Suryatin, 2004).. c. CO (Karbon Monoksida) Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau, mudah diserap kedalam saluran pembuluh darah, yang berakibat pada ketergantungan secara fisiologis (physiological dependency) (Dariyo, 2007). Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang. Gas CO jika masuk kedalam paru-paru dan aliran darah akan bereaksi dengan hemoglobin darah. Hemoglobin yang seharusnya mengikat oksigen untuk proses pembakaran di tubuh, namun karena ada karbon monoksida, maka oksigen tidak terikat sehingga tubuh akan kekurangan oksigen (Pratama, 2008). Kadar CO yang tinggi menyebabkan kjumlah hemoglobin dalam darah berkurang sehingga akan menyebabkan penyakit sesak napas, pingsan, dan bahkan kematian (Suryatin, 2004). d. Amonia Amonia adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini merupakan salah satu bahan pembuat cairan pembersih toilet. Amonia berbau tajam dan sangat merangsang, karena kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Pedulikesehatan, 2009).
12
e. Hidrogen Sianida (HCN) Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan dan mudah terbakar. Jika masuk kedalam tubuh, HCN akan merusak saluran pernafasan. Pada Negara maju, zat ini sering digunakan untuk menghukum mati dengan cara disuntikkan kedalam tubuh (Pratama, 2008). f. Hidrogen Sulfida Hidrogen sulfida merupakan sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras. Zat ini dapat menghambat oksidasi enzim (Sugito, 2007). g. Methanol Cairan ringan yang mudah menguap, dapat menyebabkan kebutaan dan kematian. Methanol sering dikaitkan sebagai penyebab kanker pada manusia (Sugito, 2007). h. Pyridine Pyridine yaitu cairan tidak berwarna dan berbau menyengat. Cairan ini berfungsi untuk mengubah alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama (Sugito, 2007). i. Kadmium Kadmium merupakan salah satu bahan beracun pembuat baterai. Rata-rata partikel yang masuk kedalam paru-paru (jaringan alveoli) berdiameter 0,1µm dan dalam jumlah kecil berdiameter 2 µm. cadmium didalam tubuh terutama terikat pada metalotinein, suatu protein pengikat logam dengan berat molekul rendah. Zat ini dapat meracuni jaringan tubuh terutama pada hati dan ginjal (Anies, 2006). j. Formaldehida Formaldehida merupakan sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai bahan pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.bahaya yang ditimbulkan formaldelhida adalah iritasi mukosa
13
mata, hidung, tenggorokan, asma, bahkan bisa menyebabkan kanker tenggorokan (Ide, 2007). k. Fenol Fenol merupakan campuran dari Kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organic seperti kay dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim (Pedulikesehatan, 2009).
2. Tipe-tipe Perokok Menurut (Dariyo, 2007) ada dua jenis tipe perokok, yaitu perokok aktif (active smoker) dan perokok pasif (passive smooker): a. Perokok aktif (active smooker) Perokok aktif yaitu individu yang bebar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga mereka merasa tidak enak jika sehari tidak merokok. b. Perokok pasif (passive smooker) Individu yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang merokok.
3. Klasifikasi Perokok Menurut (Mu'tadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan intensitas merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu: a. Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi rokok sangat sering yaitu merokok lebih dari 31 batang setiap harinya dengan dengan selang waktu merokok lima menit setelah bangun tidur pagi hari. b. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.
14
c. Perokok sedang adalah perokok yang mengkonsumsi rokok cukup yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur pagi hari. d. Perokok ringan adalah perokok yang mengkonsumsi rokok jarang yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.
Sedangkan menurut Smet dalam (Nasution, 2007), tipe perokok dapat diklasifikasikan menjadi 3 menurut jumlah rokok yang dihisap, antara lain: a. Perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari b. Perokok sedang menghisap lebih dari 5-14 batang rokok dalam sehari c. Perokok ringan menghisap lebih dari 1-4 batang rokok dalam setiap hari.
4. Faktor yang Mepengaruhi Merokok Menurut (Mu'tadin, 2002) merokok sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Pengaruh orang tua Seseorang yang berasal dari keluarga yang konservatif (keluarga yang menjaga dan memperhatikan anak-anaknya) lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/ tembakau/ obat-obatan. Sedangkan keluarga yang berasal dari keluarga permisif (keluarga yang tidak terlalu menjaga anaknya dan menerima perilaku anaknya) cenderung akan mudah terlibat dengan rokok, yang paling berat adalah apabila orang tuanya menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anakanaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. b. Teman Sebaya Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
15
perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua adalah teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok. c. Iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor sering kali remaja terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. d. Kepribadian Seseorang mencoba merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
5. Rokok dan Kesehatan Masalah kesehatan yang ada di indonesia berhubungan dengan perubahan gaya hidup, seperti perubahan kebiasaan makan, merokok, penyalahgunaan zat, aktivitas yang kurang, dan lain-lain (WHO, 2006). Meskipun tembakau digunakan dengan cara menghisap, mengunyah, menghirup dan lain-lain, tidak ada cara yang aman untuk menggunakan tembakau (Eriksen, 2002). Berbagai jenis rokok yang dihisap ataupun tembakau yang digunakan tanpa dibakar, dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan diatas ambang tertentu serta digunakan secara berulang-ulang. Gangguan kesehatan akibat merokok disebabkan oleh bahan kimia yang terdapat didalam rokok atau didalam tembakau yang digunakan (Sitepoe, 2000). Menurut data WHO, sebanyak 75% dampak terbesar akibat rokok menyerang pada perokok pasif, sebagian dari mereka yaitu perempuan dan anak-anak. Hanya 20% saja dampak yang menyerang perokok aktif. Sebanyak 87% para perokok aktif merokok diruangan terbuka dan disembarang tempat (Budiyanto, 2013).
16
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek yang merugikan bagi kesehatan akibat merokok sudah diketahui dengan jelas. Efek merokok yang timbul dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu banyaknya jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap, dan lamanya merokok. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker esophagus, bronchitis, serta gangguan kehamilan. Dan penyakit-penyakit pada anak anak seperti attention hyperactivity deficit disorder (Gondodiputro, 2007).
C. Kaitan Status Gizi terhadap Frekuensi Merokok Individu yang merokok umumnya memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok. Merokok meningkatkan pengeluaran energi karena efek nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tingkat metabolisme, mengakibatkan penurunan pengeluaran energi. Hofstetter et al, mengemukakan bahwa pengeluaran energi dalam 24 jam meningkat pada perokok sebesar 140-200 kkal/hari (Bradley, 2010). Rokok yang dibakar, kandungan nikotin akan masuk kedalam sirkulasi darah dan dalam waktu kurang lebih 15 detik akan masuk ke otak yang kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan
sehingga akan
mepengaruhi penekanan nafsu makan yang menyebabkan terjadinya malnutrisi atau gizi kurang (Tarwoto, 2010). Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa semakain tinggi konsumsi rokok maka semakin rendah nilai status gizi seseorang yang berarti kejadian status gizi kurang (underweight) pada anak/remaja semakin tinggi (Aginta, 2011). Peneltian lain menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) pada seorang yang merokok lebih rendah daripada seorang yang bukan perokok, dan tentunya berhubungan langsung dengan durasi, tetapi intensitas
17
tidak merokok dengan durasi yang lebih lama dikaitkan dengan IMT yang lebih rendah. Analisis pada tahun 2005-2006 Kesehatan Nasional dan Survei Pemeriksaan Gizi (NHANES) dan National Health Interview Survey tahun 2005 mengkonfirmasi temuan dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perokok berat secara signifikan mempunyai berat badan kurang dibandingkan dengan bukan perokok (Bradley, 2010).
D. Kerangka Teori
Faktor yang mepengaruhi merokok: 1. 2. 3. 4.
Klasifikasi perokok:
Perilaku orang tua Perilaku teman Iklan Kepribadian
1. 2. 3.
Faktor yang mepengaruhi gizi: 1.
Penyebab Langsung a. Asupan Makanan b. Infeksi c. Genetik 2. Penyebab tidak langsung a. Ekonomi b. Pendapatan orang tua c. Gaya hidup Kebiasaan merokok - Frekuensi merokok - Tipe perokok Konsumsi minuman keras Pola aktivitas Pola pergaulan d. Lingkungan
Frekuensi merokok
Status gizi kurang
Gambar 2. 1 Kerangka Teori (Bradley et all, 2010)
Ringan Sedang Berat
18
E. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Variabel Indepent
Variabel Dependen
Frekuensi Merokok
Status Gizi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (bebas) Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan variabel bebas, artinya bebas dalam memengaruhi variabel lain (Hidayat, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi merokok pada anak usia sekolah. 2. Variabel Dependen (terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen (Sugiyono, 2010). Variabel terikat dalam penelitian ini dalah status gizi pada anak usia sekolah.
G. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori diatas maka hipotesis penelitian ini adalah: Ha
: Ada hubungan frekuensi merokok dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar.