BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Menular Seksual (IMS) A.1.
Definisi Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang menular melalui kontak seksual. IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau protozoa. Di negara maju, IMS yang disebabkan oleh virus telah menjadi kasus terbesar, sedangkan IMS yang disebabkan oleh bakteri lebih sering terjadi di negara berkembang. Tetapi di negara berkembang pada saat ini, IMS yang disebabkan oleh virus telah meningkat dibandingkan IMS yang disebabkan oleh bakteri.8
A.2.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Penyebaran IMS 9 Berikut
ini
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
penyebaran IMS, yaitu : 1. Faktor dasar a. Adanya penularan penyakit. b. Berganti-ganti pasangan seksual. 2. Faktor medis a. Gejala
klinis
pada
wanita
dan
homoseksual
yang
asimtomatis. b. Pengobatan modern. c. Pengobatan yang mudah, murah, cepat, dan efektif. Sehingga risiko resistensi tinggi, dan bila disalahgunakan akan meningkatkan risiko penyebaran infeksi. 3. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang mempunyai fungsi sebagai alat pencegah kehamilan dan alat pecegahan terhadap penularan IMS. 4. Faktor sosial
5
a. Mobilitas penduduk. b. Prostitusi. c. Waktu yang santai. d. Kebebasan individu. e. Ketidaktahuan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan prevalensi antara Negara maju dan berkembang, yaitu: 1. Diagnosis yang kurang tepat karena keterbatasan sarana penunjang. 2. Komplikasi lebih banyak ditemukan di Negara berkembang, karena keterlambatan diagnosis dan pengobatan. A.3.
Kelompok Perilaku Risiko Tinggi9 Perilaku risiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit (dalam hal ini, adalah orang yang terserang IMS). Berikut ini adalah orang-orang yang tergolong kelompok risiko tinggi: 1. Usia a. 20-34 tahun pada laki-laki. b. 16-24 tahun pada wanita. c. 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin. 2. Pelancong. 3. Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila. 4. Pecandu narkotika. 5. Homoseksual.
B.
Leukorea B.1.
Definisi Leukorea (flour albus, white discharge, duh tubuh vagina, keputihan) adalah nama suatu gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari alat genital yang tidak berupa darah. Ditandai dengan keluarnya keluarnya sekret yang mengotori celana,
6
terjadinya perubahan bau, warna, dan atau jumlah yang tidak normal dari sekret tersebut. Gejala pada umumnya berupa gatal, edema genital, disuria, nyeri abdomen bagian bawah, atau nyeri pinggang.10 B.2.
Epidemiologi Berdasarkan penelitian di RSU. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2000-2001 didapatkan mikroorganisme penyebab flour albus terbanyak disebabkan oleh Candida albicans sebesar 26,3% kemudian diikuti Gardnerella vaginalis 21,0%. RSU. Dr. Pringadi Medan diperoleh 46,0% C. albicans, 24,0% oleh Trichomonas. Vaginalis, 7,0% disebabkan campuran C. albicans dan
T.
vaginalis, dan 2,0% oleh campuran T. vaginalis dan vaginosis bakterialis pada tahun 1996-1997.11 Di RSU. Dr. Kariadi Semarang pernah dilakukan penelitian secara prospektif eksploratif pada 92 penderita dengan flour albus, 14 penderita (15,21%) mengalami infeksi, penyebab terbanyak karena N. gonorrhoeae (87,51%) dan G. vaginalis (71,53%), serta C. albicans (37,18%) pada tahun 1994-1995. Kemudian dilakukan lagi penelitian di RSU. Dr. Kariadi Semarang (1 Januari 1998 - 31 Desember 2002) didapatkan etiologi flour albus patologis terbanyak disebabkan oleh C. albicans (31,6%).11 B.3.
Jenis10 1. Flour albus fisiologis a. Bayi baru lahir sampai kira-kira berumur 10 hari, disebakan pengaruh esterogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. b. Waktu di sekitar menarche, timbul karena pengaruh esterogen. Flour albus ini akan hilang sendiri, akan tetapi dapat meresahkan orang tua pasien. c. Wanita dewasa jika dirangsang sebelum atau saat koitus, karena pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
7
d. Waktu sekitar ovulasi, karena sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer. e. Wanita dengan penyakit kronik, neurosis, dan penderita ektropion porsionis uteri, pengeluaran sekret kelenjar serviks uteri juga bertambah. 2. Flour albus patologis Disebabkan
karena
infeksi
oleh
mikroorganisme,
diantaranya: a. Trichomonas vaginalis b. Candida albicans c. Infeksi campuran dari Gardnerella vaginalis dan vaginal anaerobs (vaginosis bakterial). d. N. gonorrhoeae dan C. trachomatis menyebabkan flour albus secara tidak langsung melalui duh tubuh serviks pada servisitis. B.4.
Etiologi12 Leukorea paling sering diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari tiga infeksi umum berikut: 1. Vaginosis bacterial (penyebab tersering duh tubuh vagina pada wanita usia subur). Vaginosis ini disebabkan oleh deplesi laktobaksilus pada vagina yang menyebabkan penigkatan pH vagina dan pertumbuhan berlebih bakteri anaerob dan bakteri lainnya. 2. C. albicans paling sering menyebabkan kandidiasis, namun dapat juga disebabkan oleh spesies lain. Spesies lain tersebut adalah C. glabrata dan C. tropicalis. Kandidiasis menyerang 75% wanita pada waktu tertentu dalam hidupnya dan 10-20% wanita merupakan karier asimtomatik untuk Candida. 3. Trchomonas
vaginalis.
berflagelata.
8
Spesies
ini
adalah
protozoa
B.5.
Gambaran Klinik Gambaran klinik dari leukorea terdapat perbedaan, berikut ini perbedaan umumnya akan disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1. Manifestasi yang membedakan untuk duh tubuh vagina12
Duh tubuh Vulvovaginitis Servisitis
Asimtomatik Diagnosis
C.
Vaginosis bakterial Homogen Bau amis Tidak Tidak
50% Adanya 3 atau lebih kriteria Amsel (Sekret homogen, pH >4,5, clue cell pada mikroskopis, bau yang kuat pada pencampuran KOH dengan sekret
Trichomonas vaginalis Homogen Dapat berbau tidak enak Ya Mungkin terdapat “serviks strawberry”: eritematosa tampak pada 2% kasus 10-50% Observasi adanya trikomonas motil pada mikroskopi sediaan basah. Kultur
Kandidiasis Seperti susu Tidak berbau tidak enak Ya Ya/Tidak
10-20% Kultur. Mikroskopi basah atau pewarnaan gram
Infeksi yang Menyebabkan Leukorea C.1.
Gonore (GO) 1.
Definisi Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.13,14 Pada permulaan ditandai dengan keluarnya nanah dari OUE(orifisium uretra eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin.15
2.
Etiologi Gonokokus ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.13,14 N. gonorrhoeae merupakan bakteri diplokokus (selalu berpasangan 2 buah) gram negatif (bakteri tahan asam) biasanya disingkat BTA. Bentuknya seperti biji kopi dengan panjang 1,6µm, lebar
9
0,8µm, dan diameter 0,6-1,0µm.13,14,16 Biasanya terlihat berpasangan dengan sisi datar yang berdekatan.14 Membelah secara binary-fision tiap 20 – 30 menit, oxidasepositive, catalase-positive. Fermentasi glukosa, namun tidak laktosa, sukrosa, maltosa. Tumbuh baik pada media selektif Thayer-Martin, pada suhu 36ºC, serta lingkungan dengan kadar CO2 3-5%. Plasmid dalam gonokokus berperan dalam menghasilkan beta-laktamase, sehingga bakteri ini resisten terhadap pensilin.17 Secara morfologik terdiri atas 4 tipe. Untuk kelompok 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen. Sedangkan kelompok 3 dan 4 tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili tersebut akan menempel pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi inflamasi.13,14 Sering
ditemukan
di
intraseluler
dalam
leukosit
polimorfonuklear (PMN) leukosit yang diserang yaitu neutrofil. Mempunyai membran luar yang khas tersusun dari protein, fosfolipid dan lopopolisakarida. N. gonorrhoeae mempunyai
lipopolisakarida
yang
disebut
sebagai
lipooligosakarida (LOS). Bakteri ini secara khas melepaskan fragmen membran luar yang dinamakan “blebs” yang berisi LOS selama pertumbuhannya.17 N. gonorrhoeae memiliki sifat tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan zat desinfektan, tidak tahan suhu >39ºC. Sasarannya adalah sel epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur).17 3.
Patogenesis Bakteri melekat pada sel target, kemudian gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan subepitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
10
komplemen, IgA, dll), juga fagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada tipe dari N.gonorrhoeae, selain itu juga tergantung pada resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh leukosit PMN. Selain pili, faktor yang mendukung virulensi adalah perotein membran bagian luar, lipopolisakarida (untuk N. gonorrhoeae disebut lipooligosakarida), dan protease IgA.12 4.
Gambaran Klinik Masa tunas gonore sangat singktat pada pria, sekitar 2-5 hari. Sedangkan pada wanita masa tunasnya sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimtomatik, dan dapat timbul flour albus.14,15 Berikut ini beberapa gejala gonore pada wanita:16 a. Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis, di mana purulent, tipis, dan agak berbau. Beberapa
pasien
dengan
servisitis
gonore,
kadang
mempunyai gejala yang minimal. b. Disuria atau keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang mungkin
disebabkan
oleh
uretritis
yang
menyertai
servisitis. c. Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah. Jika servisitis gonore asimtomatis, maka dapat berkembang menjadi PID (pelvic inflammatory disease). Nyeri ini bisa merupakan akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium, tuba fallopi, ovarium dan peritoneum. Nyeri bisa bilateral, unilateral, dan tepat di garis tengah tubuh. Dapat disertai panas badan, mual, dan muntah. d. Nyeri perut bagian kanan atas dari perihepatitis (Fitz-HughCurtis syndrome) bisa terjadi melalui penyebaran bakteri ke atas lewat peritoneum. 5.
Komplikasi12,17
11
a. Pelvic Inflammatory Diesease (PID), 10-20% infeksi gonore akut. Dalam jangka lama atau kronik, dapat mengakibatkan infertilitas, KET, dan nyeri panggul yang kronik. b. Bartholinitis (pembentukan abses). c. Konjungtivitis neonatal pada janinnya. d. Disseminated Gonococcal Infection (DGI). C.2.
Infeksi Genital Non Spesifik (IGNS) 1. Definisi Infeksi genital non spesifik merupakan peradangan pada uretra,
rektum
atau
serviks
yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme nonspesifik, atau infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab yang non spesifik.17,18 Uretritis Non Spesifik (UNS) adalah peradangan pada uretra yang disebabkan oleh kuman non spesifik, dengan kata lain tidak dapat dipastikan atau diketahui dengan pemeriksaan laboratorium sederhana.17,18 Infeksi Genital Non Gonore (IGNG) adalah peradangan di uretra,
rektum
atau
serviks
yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme bukan kuman gonokok.17 Uretritis Non Gonore (UNG) adalah peradangan di uretra yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme
bukan
kuman
gonokok.17 Semua UNS adalah non gonore, tetapi tidak semua UGN adalah non spesifik. Namun pada umumnya kedua istilah ini sering dianggap sama.18 2. Etiologi Penyebabnya paling sering adalah Chlamydia trachomatis (30-50%). Kemudian disusul oleh Ureaplasma urealyticum (10-40%). Trichomonas vaginalis, yeast, Virus herpes simplex, Adenovirus, danHaemophilus sp. Sekitar (20-30%). Selain itu
12
ada beberapa yang lainnya, tetapi sangat jarang, antara lain; Mycoplasma genitalium, Mycoplasma hominis, Bacteroides ureolyticus, Gardnerella vaginalis.17,18 3. Patogenesis Patogenesis yang dibahas hanya mengenai Chlamydia trachomatis karena mikroorganisme ini yang paling sering menyebabkan IGNS. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraselular. Menyerupai bakteri gram (-), mempunyai dua fase perkembangan, yaitu:17 a. Fase noninfeksiosa: Intraselular, di dalam vakuol, melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi. b. Fase penularan: Vakuola
pecah
keluar
dalam
bentuk
badan
elementer menginfeksi sel hospes yang baru. 4. Gambaran Klinik Pada wanita umumnya asimtomatik, lebih sering terjadi di serviks, bila disertai dengan gejala, maka gejala yang ditimbulkan sangat ringan. Apabila ada keluhan, bisanya berupa keluarnya duh tubuh vagina berwarna kekuningan, disuria ringan & sering berkemih, nyeri daerah pelvis, dispareunia.18 5. Komplikasi17 a. Bartholinitis. b. Proktitis. c. Salpingitis,
menyebabkan
infertilitas. d. Sistitis. C.3.
Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) 1. Definisi
13
Kehamilan
Ektopik
(KE),
Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa vagina dan vulva (epitel tidak terkait) yang disebabkan oleh spesies Candida. Penyebab terbanyak (80-90%) adalah Candida albicans, peringkat kedua dan ketiga adalah C. glabrata (Torulopsis glabrata) dan C. tropicalis. Jika infeksi masih di vagina, maka disebut vaginitis. Dapat meluas sampai vulva (vulvitis).19 2. Klasifikasi20 a. Tanpa komplikasi 1) Episode Sporadis atau jarang (infrequent). 2) Gejala ringan-sampai sedang. 3) Infeksi karena C. albicans. 4) Normal pada wanita hamil. b. Dengan komplikasi 1) KVV berulang 2) KVV berat 3) Nonalbicans candidiasis 4) Pada perempuan yang tidak normal (misalnya, diabetes yang
tidak
terkendali,
kekurangan
tenaga,
atau
imunosupresi). 3. Etiologi Klasifikasi berdasar etiologi, secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:20 a. Kandidiasis primer. b. Kandidiasis yang diinduksi oleh antibiotik. c. Kandidiasis yang diinduksi oleh keadaan sistemik tubuh. Penyebab terbanyak KVV adalah spesies Candida Albicans (80-90%). Sedangkan urutan kedua adalah T. glabrata (10%), (3%) lainnya oleh spesies C. tropicalis, C. pseudotropicalis, C. krusei, dan C. stellatoidea.21 4. Patogenesis
14
Epitel cornifies pada vagina yang normal, berkembang menjadi lapisan sel epitel yang tebal. Untuk melindungi vagina dari infeksi, di bawah pengaruh hormone esterogen. Cairan vagina normal terdiri dari 1-4 mL cairan yang berwarna putih atau transparan, tebal, dan tidak berbau. Cairan fisiologis yang dibentuk oleh pengelupasan sel epitel, bakteri normal, dan transudat
vagina.
Jumlahnya
dapat
bertambah
selama
kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi oral, atau pada pertengahan siklus haid, dan pada saat dekat dengan waktu ovulasi.22 PH normal sekret vagina adalah 4,0-4,5,
pH ini
dipertahankan oleh lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida dan asam laktat. Diphtheroid dan Staphylococcus epidermidis Lactobacillus ditemukan pada (62-88%) wanita. PH vagina dapat meningkat dengan umur, fase siklus menstruasi, aktivitas seksual, pilihan kontrasepsi, kehamilan, adanya jaringan nekrotik atau benda asing, dan penggunaan produk higienis atau antibiotik.22 Vaginosis pertumbuhan
bakteri bakteri
sekunder yang
disebabkan
berlebihan,
bukan
karena karena
peradangan jaringan. Organisme yang berhubungan dengan vaginosis bakteri adalah G. vaginalis, M. hominis, dan Mobiluncus (bakteri anaerob fakultatif). Hampir setiap kondisi pada perubahan lingkungan vagina, dapat menyebabkan vulvovaginitis.22 5. Gambaran Klinik Pada KVV akut, pruritus vulva dan rasa merupakan gejala utama. Pasien sering mengeluh dari kedua gejala tersebut, setelah melakukan hubungan seksual atau pada saat buang air kecil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan edema di ruang depan dan labia mayor dan minor. Ruam dapat menjalar
15
ke paha dan perineum. Patch Thrush biasanya ditemukan longgar dan lembek pada vulva. Cairan putih kental (keputihan curdlike) biasanya muncul.23 Gambaran klinis kandidiasis kronis persisten berbeda dalam hal ini, meliputi edema ditandai dan lichenifikasi vulva dengan tepi yang kurang jelas. Seringkali berwarna abu-abu mengkilat, terdiri dari sel epitel dan organisme yang ada di daerah tersebut. Gejala lainnya termasuk pruritus berat, rasa terbakar, iritasi, dan rasa sakit. Kelompok pasien ini biasanya lebih tua, gemuk, dan telah lama menderita diabetes mellitus.23 6. Komplikasi Jarang menimbulkan komplikasi, karena yang diserang oleh Candida adalah daerah mukokutaneus, sifatnya ringan. Hal yang paling sering mengganggu penderita adalah terjadinya infeksi
rekuren
(KVVR)
terutama
pada
pasien
yang
mempunyai faktor predisposisi tejadinya infeksi.19 C.4.
Trikomoniasis Vaginalis 1. Definisi Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenital bagian bawah pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.24 2. Etiologi T. vaginalis merupakan protozoa flagellata, jumlah flagelnya ada 4, tiga di depan dan satu axostyle menonjol pada ujung badan. Bentuknya ovoid (menyerupai oval) atau firiformis berukuran 15-18 mikron (kurang lebih sebesar leukosit), ukuran bervariasi tergantung dari lingkungan vagina ataupun kultur. Inti mengandung 5 kromosom. Bergerak seperti gelombang, dan tumbuh serta bermultiplikasa secara optimal
16
pada lingkungan lembab dengan temperature 35-37ºC dan pH 4,9-7,5. Reproduksi secara mitosis dengan pembelahan longitudinal, terjadi setiap 8-12 di bawah kondisi optimal. Membentuk koloni trofozoid pada permukaan sel epitel vagina dan uretra pada wanita.24 T. vaginalis mudah mati bila mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air selama 35-40 menit, terkena suhu 50ºC mati dalam beberapa menit. Sedangkan pada suhu 0ºC dapat hidup dalam 5 hari.17 3. Patogenesis T vaginalis mempunyai flagel yang memungkinkan untuk bergerak di sekitar jaringan vagina dan uretra. T vaginalis merusak
epitel
secara
langsung,
menyebabkan
microulcerations jaringan yang dirusak, dapat meningkatkan risiko penularan HIV.25 Gejala trikomoniasis biasanya terjadi setelah masa inkubasi 4-28 hari. Pada wanita, T vaginalis terisolasi dalam vagina, leher rahim, uretra, kandung kemih, dan kelenjar Bartholini dan Skene.25 Penularannya terutama melalui hubungan seksual. Invasi pada jaringan epitel dan subepitel. Dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain dalam duh tubuh.17 4. Gambaran Klinik Karena yang diserang oleh T. vaginalis adalah sel epitel, maka kerusakan yang ditimbulkan terutama pada dinding vagina. Ditandai dengan dinding vagina yang edema, eritema, dan abses kecil, hal ini memberikan gambaran yang disebut strawberry cervix terluhat melalui pemeriksaan dengan menggunakan spekulum. Duh tubuh vagina seropurulen, kekuningan, kuning-kehijauan, bau tidak enak (malodorous),
17
berbusa. Duh banyak, iritasi lipat paha atau sekitar genitalia. Keluhan penyerta, disuria, dispareuni, perdarahan setelah koitus atau antar masa haid. Pada kasus kronik, gejala ringan, duh tubuh tidak berbusa. Dapat mengenai duktus Skene dan uretra. Pada (50%) wanita yang terinfeksi tetap asimtomatik , (30%) diantaranya akan menjadi simtomatik dalam waktu 6 bulan.17,26 5. Komplikasi Pada wanita, komplikasi yang mungkin terjadi adalah, sistisis, skenitis dan abses bartholini, dapat menyebabkan kelahiran prematur, dan bayinya lahir dengan berat badan kurang serta dapat terjadi limfadenopati, endometritis, dan salpingitis sehingga menyebabkan infertilitas.26 Infertilitas biasaya didahului dengan PID, bila T.vaginalis ditularkan melalui koitus pada vagina atau serviks dan terjadi infeksi secara asenden endometrium, tuba falopii dan struktur yang
berdekatan
dan
menimbulkan
PID.
Setelah
itu
meninggalkan bekas berupa skar atau perlekatan dan infertilitas sebagai akibatnya.26 C.5.
Vaginosis Bakterial (VB) 1. Definisi Vaginosis bacterial bacterial vaginosis (BV) adalah suatu sindrom klinis akibat perubahan ekosistem vagina, di mana terjadi pergantian flora normal Lactobacillus sp. Sebagai penghasil H2O2 (hidrogen peroksida) di vagina, dengan bakteri anaerob (misalnya; Bactroides sp.,Mobiluncus sp., Prevotella sp., Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis) yang menyebabkan peningkatan pH dengan nilai <4,5 menjadi 7,0. Bisa terjadi pada wanita seksual aktif dan bukan seksual aktif.27,28
18
2. Etiologi27 Pada dasarya penyebab VB sangat banyak, tetapi yang paling sering ada 4 jenis bakteri, yaitu: a. G. vaginalis. b. Bakteri anaerob (Baceroides sp., Peptostreptococcus,., dll ). c. Mobiluncus sp. d. Mycoplasma hominis. 3. Patogenensis VB adalah hasil dari penggantian flora normal vagina (Lactobacillus) dengan flora campuran yang terdiri dari G. vaginalis, bakteri anaerob, dan M. hominis. Dengan demikian, kebanyakan studi tentang patogenesis VB berfokus pada bagaimana ekosistem mikroba vagina menjadi berubah. Data epidemiologi menjelaskan bahwa penularan organisme tertentu melalui hubungan seksual dapat memulai perubahan flora vagina pada karakteristik VB.29 Lactobacillus sp. dapat membantu wanita normal untuk melawan infeksi di vagina dan serviks. Laktobasilus vagina menghambat G. vaginalis, Mobiluncus, dan bakteri anaerob Gram negatif batang in vitro.29 Beberapa strain Lactobacillus menghasilkan H2O2, dari studi telah menunjukkan bahwa strain yang memproduksi H2O2. Laktobasilus lebih sering dominan pada vagina wanita normal, dibandingkan dengan wanita dengan VB.29 Wanita dengan H2O2-laktobasilus positif jarang ditemukan pada VB, daripada wanita dengan H2O2-negatif laktobasilus. H2O2 yang
dihasilkan
oleh
laktobasilus
vagina
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri anaerob bentuk batang, Gardnerella, Mobiluncus, dan Mycoplasma pada vagina, baik secara langsung melalui aktivitas toksik H2O2 atau bereaksi 19
dengan ion halida peroksidase di serviks sebagai bagian dari H2O2 -halida-peroksidase antibakteri sistem.29 Sejauh
ini,
tidak
ada faktor
endogen
yang telah
diidentifikasi dapat meningkatkan kerentanan terhadap VB. Mungkin
kerentanan
terhadap
VB
disebabakan
karena
pemakain IUD, tetapi mekanisme tentang AKDR yang dapat meningkatkan risiko VB belum dapat diketahui, pada jenis AKDR yang lebih baru dengan mekanisme pelepasan progestin dan Cu belum dievaluasi tentang hubungannya dengan kerentanan
terhadap
VB.
Potensial
redoks
(Eh)
pada
permukaan epitel vagina lebih rendah pada wanita dengan VB dibandingkan pada wanita normal.29 Setelah wanita dengan VB diobati dengan metronidazol, potensial redoks dari epitel vagina kembali ke kisaran normal, hasil menunjukkan bahwa vagina yang rendah Eh bukan faktor endogen yang selalu mendasari terjadinya VB.29 Diperkirakan bahwa flora mikroba mungkin menghasilkan decarboxylases mikroba, sebagai penybab bau amis duh tubuh vagina, ketika cairan vagina dicampur dengan KOH 10%. Ini disebut "test bau", diperkirakan karena volatilisasi rantai amin aromatik termasuk putresin, cadaverine, dan trimetilamin pada pH basa. Mobiluncus menghasilkan trimetilamina, tapi mikroba lain yang menghasilkan amin masih belum diketahui. Trimetilamina dapat dideteksi pada konsentrasi yang relatif tinggi dalam cairan vagina dari VB, dengan konsentrasi ratarata 5 mM. Kehadiran trimetilamina dalam cairan vagina dianggap sebagian faktor utama penyebab gejala malodor yang dialami oleh wanita dengan VB.29 Cairan
vagina
pada
perempuan
dengan
VB
akan
meningkatkan kadar endotoksin, sialidase, dan glikosidase, yang menurunkan musin dan menurunkan viskositasnya.29
20
Pada perempuan dengan VB terjadi peningkatan kadar sitokin dan kemokin dalam lendir serviks pada wanita hamil maupun yang tidak hamil dengan VB. Selain itu, terjadi pula penurunan sekret leukosit dalam cairan vagina pada perempuan dengan VB.29 Efek dari VB pada epitel vagina dan pada pergantian sel epitel masih belum diketahui. Meskipun demikian, konsentrasi cairan vagina yang meningkat pada VB dapat meningkatkan risiko infeksi asenden pada alat kelamin, termasuk servisitis dan endometritis.29 4. Gambaran Klinik Dalam sebuah penelitian cross-sectional terhadap penderita VB dengan kriteria pengecatan Gram bermakna dengan gejala malodor vaginitis (49% dari pasien dengan VB dibandingkan 20% bukan BV) dan sekret vagina (50% dari pasien dengan BV dibandingkan 37 % bukan BV), dengan tanda-tanda sekret vagina non-viscous homogeneous bewarna keputihan (69% perempuan dengan BV dibandingkan 3% bukan BV).29 Seperti disebutkan di atas, malodor adalah disebabkan adanya
senyawa
amin
yang
tidak
normal,
khususnya
trimetilamin. Melekat pada dinding vagina, seringkali tampak pada
labia
dan
fourchette
sebelum
spekulum
vagina
dimasukkan. Meskipun sepertiga dari wanita penderita VB mengeluh sekret vagina berwarna kuning, kebanyakan studi menemukan peningkatan leukosit PMN (polymorphonuclear) yang terjadi pada VB mempunyai arti yang tidak bermakna.29 Hampir semua vanita dengan VB mempunyai pH sekret vagina ≥4,5 ketika diukur dengan kertas indicator pH, namun tidak spesifik untuk pemeriksaan VB. Terjadi fishy odor (bau amis) ketika dilakukan pengetesan dengan KOH 10% pada cairan vagina (whiff test). Pemeriksaan mikroskopis cairan
21
vagina dengan perbesaran (400x) memperlihatkan clue cell pada 81% sebesar 6%. Clue cell merupakan sel epitel yang ditempeli bakteri sehingga tepinya tidak rata. Bakteri yang menutupi cule cell adalah G. vaginalis dan Mobiluncus sp.28 VB tidak menimbulkan inflamasi vagina atau vulva. Tetapi jika pasien menderita VB disertai dengan infeksi yang lain, seperti trikomoniasis atau servisitis, maka selain gambaran VB terdapat juga gambaran dari infeksi yang menyertainya.28 Gejala VB rekuren sama dengan waktu pertama kali terkena VB. Penderita VB rekuren bisa asimtomatik atau mempunyai bau vagina seperti bau ikan yang khas dan baunya menigkat ketika melakukan hubungan seksual.28 5. Komplikasi Dengan meningkatnya konsentrasi bakteri intravaginal dan flora virulen, merupakan predisposisi komplikasi obstetrik dan ginekologi tertentu seperti korioaminionitis, infeksi cairan amnion, infeksi pada masa nifas, PID, kelahiran prematur, dan his prematur. Dapat juga terjadi endometritis dan PID postpartum.27,28 D. Mahasiswi Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa.30 Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Mahasiwi adalah bagian dari Mahasiswa, yaitu Mahasiswa dengan jenis kelamin wanita. E. Rentang Umur Mahasiswi Rentang usia mahasiswa dapat dibagi atas dua periode, yaitu:30 1. Usia 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun. Periode ini merupakan mahasiswi dari semester I sampai dengan semester IV. Pada rentang usia ini, pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut:
22
a. Stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat. b. Pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya. c. Kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan secara lebih matang. d. Gejolak-gejolak dalam area perasaan mulai berkurang. Meskipun demikian ciri khas dari masa remaja masih sering muncul, tergantung dari laju perkembangan masing-masing mahasiswi. 2. Usia 21 atau 22 tahun sampai 24 atau 25 tahun. Mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII. Pada rentang usia ini pada umumnya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama bersifat psikologis, seperti: a. Mendapat penghargaan dari teman, dosen, dan sesama anggota keluarga lainnya. b. Mempunyai pandangan spiritual tentang makna hidup manusia. c. Memiliki rasa harga diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik. Usia Mahasiswi mempunyai rentang 18-25 tahun. Sedangkan kelompok perilaku risiko tinggi IMS pada wanita adalah 16-24 tahun. Karena itu Mahasiswi termasuk dalam kelompok risiko tinggi terkena Infeksi Menular Seksual. F. Hubungan Seksual Pra Nikah F.1.
Definisi Hubungan seksual pra nikah adalah persetubuhan antara pria dan wanita di luar ikatan pernikahan, atau tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama. Dengan persetubuhan dimaksudkan bahwa secara fisik terjadi pemasukan penis ke vagina. Persetubuhan yang terjadi bukan karena paksaan, tetapi karena pria dan wanita yang melakukannya atas dasar suka
23
sama suka, tanpa keterlibatan emosional, dan dilakukan dengan beberapa partner untuk saling mencari kenikmatan. F.2.
Bentuk-bentuk Hubungan Seksual Pra Nikah Bentuk hubungan seksual pranikah mengalami peningkatan secara bertahap, bentuk–bentuk hubungan seksual tersebut, adalah:31 1. Touching (Berpegangan tangan, berpelukan). 2. Kissing (Berkisar dari ciuman singkat dan cepat sampai kepada ciuman yang lama dan lebih intim). 3. Petting (Menyentuh atau meraba daerah erotis dari tubuh pasangan biasanya meningkat dari meraba ringan sampai meraba alat kelamin). 4. Sexual Intercourse (Hubungan kelamin atau senggama). Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dari hubungan seksual menurut meliputi touching, kissing, petting dan sexual intercourse.
G. Dampak Melakukan Hubungan Seksual Pra Nikah G.1.
Aspek Medis Terdapat beberapa dampak dalam lingkup medis akibat melakukan hubungan seksual pra nikah, antara lain : 1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) Menurut data dari PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah tersebut sebanyak 30% remaja, 27% belum menikah, dan 12,5% berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat mahasiswa yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. 2. Aborsi Aborsi merupakan alternatif yang paling sering diambil oleh perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia,
24
dengan kata lain setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan risiko kematian ibu. 3. Meningkatkan risiko terkena kanker rahim Melakukan hubugan seksual pra nikah dapat meningkatkan risiko terkena kanker rahim. Terlebih apabila dilakukan secara berganti-ganti pasangan. 4. Terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) Melakukan hubungan seksual secara berganti-ganti pasangan dapat menyebabkan terkena IMS, apalagi dilakukan dalam kondisi pra nikah. Hubungan yang dilakukan baik secara vaginal, oral, maupun anal dapat berakibat terkena IMS. Banyak dampak yang diakibatkan oleh IMS, yang telah dijelaskan pada teori menyangkut IMS di atas. G.2.
Aspek Sosial – Psikologis Dampak sosial psikologis berhubungan dengan perubahan kualitas sumber daya manusia, antara lain : 1. Kualitas mental Kualitas mentalis orang yang terlibat perilaku seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi. 2. Kualitas kesehatan reproduksi Tentunya orang yang melakukan hubungan seksual pra nikah dan berganti-ganti pasangan, cenderung mempunyai kualitas kesehatan reproduksi yang kurang baik dibandingkan yang tidak melakukannya. Meskipun hal ini tidak mutlak selalu terjadi, akan tetapi lebih baik apabila tidak melakukan hubugan seksual pra nikah.
25
H. Kerangka Teori Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:
Faktor Medis : a. Gejala klinis asimtomatis b. Pengobatan modern
Hubungan Seksual Pra Nikah
Kelompok Umur Perilaku Risiko Tinggi
Tingkat Risiko Kejadian IMS Faktor Sosial :
Faktor Dasar :
a. b. c. d. e.
a. Penularan penyakit b. Berganti-ganti pasangan seksual
Mobilitas penduduk Prostitusi Waktu yang santai Kebebasan individu ketidaktahuan
I. Kerangka Konsep Berdasarkan teori di atas, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel bebas (independen)
Variabel terikat (dependen)
Hubungan Seksual Pra Nikah
Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
J. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara hubungan seksual pra nikah dengan kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS).
26