BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTRITIS A.1 Definisi Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif.3,10 Dari beberapa tipe arthritis, OA merupakan tipe yang paling sering dijumpai terutama pada usia lanjut dan merupakan penyebab disabilitas utama yang berhubungan dengan penyakit pada individu usia lanjut.1,11 Penyebabkan OA bersifat multifaktorial antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan.3 OA merupakan penyakit sendi yang ditandai oleh kehilangan tulang rawan sendi secara perlahan, berkombinasi dengan penebalan tulang subkondral dan terbentuknya osteofit pada tepi sendi, dan peradangan nonspesifik sinovium yang ringan.
1,12
Prevalensinya cukup
tinggi, karena OA menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia 65 tahun.10 OA merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi.3 A.2 Patogenesitas OA diklasifikasikan menjadi dua menurut patogenesisnya, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer merupakan OA yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Sedangkan OA sekunder yaitu OA yang dapat disebabkan karena perubahan degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas, atau degenerasi sendi yang terjadi
dalam
konteks
penyakit
metabolik
tertentu,
seperti
hemokromatosis atau diabetes mellitus,2,10 trauma akut maupun kronik, kelainan
kongenital,
penyakit
http://digilib.unimus.ac.id
deposit
kalsium.2,13
inflamasi,
pertumbuhan, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya.3 Sasaran utama perubahan degeneratif pada OA adalah tulang rawan. Tulang rawan memiliki dua fungsi; (1) menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, dan (2) sebagai penerima beban keseluruhan permukaan sendi sehingga tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki daya renggang (tensile strength) yang tinggi. Kedua ciri ini dihasilkan oleh dua komponen utama tulang rawan yang dikeluarkan oleh kondrosit yaitu suatu tipe khusus kolagen (tipe II) dan proteoglikan.10 Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam pada OA. Tetapi subtansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kartilago kecil tipe I mengganti tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik. 10,11 Tulang rawan mengalami pertukaran, komponen
matrik tulang
yang rusak diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh kondrosit, yang tidak hanya mensintensis
matrik,
tetapi
juga
mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks. Oleh karena itu, kesehatan kondrosit dan kemampuan sel ini memelihara sifat essensial matriks tulang rawan menentukan integritas sendi.10 OA terjadi sebagai hasil dari kegagalan kondrosit dalam mensintesis matriks dengan kualitas yang baik. Peningkatan sintesa matriks baru berupa proteoglikan, kolagen terjadi akibat adanya http://digilib.unimus.ac.id
perubahan biomekanikal dan biokimia pada sendi menyebabkan reaksi kompensasi dari sel kondrosit untuk memperbaiki perubahan yang terjadi. MMP-3 (Matrix Metalloproteinases 3 (MMP-3) merupakan enzim utama yang paling berperan dalam destruksi rawan sendi pada OA selain MMP1, MMP9, dan MMP13. Dilain pihak, terjadi juga penurunan produksi enzim penghambatnya yaitu Tissue Inhibitor Matrixmetallo Proteinasess (TIMPs) sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya dominasi aktivitas proteinase yang berujung pada terjadinya katabolisme dari kartilago. Sedangkan sitokin proinflamasi yang terbentuk akan semakin menyebabkan terjadinya kerusakan proteoglikan rawan sendi dan peradangan pada sekitar tulang rawan, antara lain terjadinya sinovitis karena sitokin proinflamasi itu merangsang pembentukan MMP. Selain itu akan menyebabkan aktivitas MMP semakin besar karena sitokin proinflamasi juga akan menekan atau menghambat kerja inhibitor matriks proteinase.1 A.3 Epidemiologi OA adalah penyakit sendi degeneratif.3,10 Dari beberapa tipe arthritis, OA merupakan tipe yang paling sering dijumpai terutama pada usia lanjut dan merupakan penyebab disabilitas utama yang berhubungan dengan penyakit pada individu usia lanjut.1,11 Menurut Arthritis Foundotion 2006, jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat. Pada tahun 1985 sampai 1990 terdapat kenaikan jumlah penderita sebanyak 3 juta. Pada tahun 1985 sebanyak 35 juta dan pada tahun 1990 mencapai 38 juta. Data tahun 1998 memperlihatkan hampir 43 juta menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis sebagai artritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita
dengan
keluhan nyeri
http://digilib.unimus.ac.id
sendi
kronis. Sedangkan
prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeng QY et al mencapai 23,6 % sampai 3l,3%. Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di lndonesia adalah OA (50-60)%. 14 A.4 Osteoartritis Lutut OA terbanyak didapatkan pada sendi lutut. Lutut adalah sendi yang paling banyak dipakai bergerak, saat berjalan, duduk, jongkok dan memanjat. Dalam 24 jam setiap hari, manusia tidur rata-rata 8-10 jam. Hal itu berarti sendi lutut bekerja keras selam 14-16 jam, setiap hari, seumur hidup.11 Progresifitas OA lutut membutuhkan waktu bertahuntahun, sebab sekali terjadi, sendi dapat berada pada kondisi yang tetap selama beberapa tahun. OA merupakan penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.3 Di Australia, OA adalah penyebab disabilitas nomor satu. Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1999 melaporkan kira-kira 25%-50% orang dewasa dengan OA lutut tidak dapat atau mengalami banyak kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti berjalan, membawa sesuatu, atau membungkuk. Angka mortalitas pasien OA lutut adalah 0,4%, meskipun penyebab spesifik kematian tidak tersedia untuk dilakukan analisis. Sebanyak 60-63% pasien OA lutut melakukan operasi lutut dan 98% diantaranya dilakukan tindakan penggantian sendi lutut total.11 Prevalensi OA lutut berdasar diagnosis radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.2
http://digilib.unimus.ac.id
Progresifitas OA dapat dinilai menggunakan Indeks lequense. Indeks lequense terdiri dari 5 derajat yang dinilai menggunakan skor kuesioner dengan rentang skor 1-24. Derajat tersebut ringan (skor 1-4), sedang (skor 5-7), berat (skor 8-10), sangat berat (skor 11-13) dan ekstrim berat (skor ≥ 14). A. 5 Gambaran Klinis Gambaran klinis OA umumnya berupa nyeri sendi kekakuan pada pagi hari. Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam gerakan (terutama tidak tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan lokal, pembesaran tulang disekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.8 1. Nyeri Nyeri terutama apabila sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang apabila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan atau bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa waktu, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan.8 2. Kekakuan pada pagi hari Jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di pagi hari yang disebabkan oleh arthritis rheumatoid yang terjadi lebih lama dan spasme otot pada daerah terganggu adalah sumber nyeri.8 Pada beberapa pasien kaku pagi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di korsi atau mobil dalam waktu cukup lama, atau setelah bangun tidur.2 3. Hambatan gerak sendi Hambatan gerak pada OA disebabkan oleh nyeri, inflamasi, fleksi menetap, kelainan sendi atau deformitas. Hambatan gerak tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.10
http://digilib.unimus.ac.id
Gangguan ini biasanya bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.2 4. Pembesaran sendi (deformitas) Deformitas dapat terjadi pada sendi secara signifikan, tetapi tidak seperti arthritis rheumatoid, tidak terjadi fusi sendi. Pasien biasanya menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.2 5. Krepitasi Suara berderak akibat permukaan yang terpajan yang saling bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat.2,8 6. Perubahan gaya berjalan Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggung berkembang menjadi pincang.2 A.6 Faktor Resiko Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya OA lutut, antara lain : A.6.1 Fakto Yang Tidak bisa diubah 1. Usia Peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit disebabkan oleh proses penuaan, yang semuanya mendukung terjadinya OA.3,4 Peningkatan OA lutut ini terjadi pada usia lebih dari 65 tahun,8 Prevalensi OA lutut akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dengan rata-rata usia pada laki-laki 59,7 tahun dan rata-rata usia pada perempuan 65,3 tahun.4 Studi Framingham menunjukkan bahwa 27% orang berusia 63 – 70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut, yang meningkat mencapai 40% pada usia 80 tahun atau lebih. Studi lain membuktikan bahwa risiko http://digilib.unimus.ac.id
seseorang mengalami gejala timbulnya OA lutut adalah mulai usia 50 tahun. Studi mengenai kelenturan pada OA telah menemukan bahwa terjadi penurunan kelenturan pada pasien usia tua dengan OA lutut.3 2. Jenis kelamin Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan lakilaki.3 OA lutut umumnya terjadi dua kali lipat pada perempuan dibanding laki-laki.4 Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50 – 80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan.3 Satu penelitian di Malang menemukan prevalensi OA lutut pada pasien usia 60-70 tahun didapatkan hasil lakilaki 10,7 % dan wanita 14,1%.1 Pada wanita kulit hitam lebih tinggi untuk terjadinya OA lutut dibanding pada wanita kulit putih, sedangkan pada pria kulit hitam memiliki risiko yang sama dengan pada kulit putih untuk terjadinya OA lutut.4 3. Ras /warna kulit Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia.3 Suatu studi lain menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang OA dibandingkan kulit putih.3,4 4. Faktor Genetik Faktor genetik berperan dalam timbulnya OA lutut.3,4 Jika orang dengan salah satu anggota keluarga memiliki OA lutut, maka orang tersebut mempunyai kesempatan besar untuk terjadinya OA http://digilib.unimus.ac.id
lutut.4 Hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan.3 5. Riwayat trauma lutut Injuri dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik yang bersifat trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot dan tendon periartikular.4 Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut.3,4 Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma lutut memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita OA lutut. Hal tersebut biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda serta dapat menyebabkan kecacatan yang lama dan pengangguran.3 A.6.2 Fakto Yang Bisa diubah 1. Obesitas Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.3 Obesitas pada orang dewasa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh.15
IMT =
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m2) Gambar 2.1 Rumus indeks massa tubuh. 16
Risiko terjadinya OA akan meningkat sebanyak 9-13% pada individu dengan peningkatan 1 kg berat badan. Itu berarti bahwa jika seseorang mengalami peningkatan berat badan 10 pound (4,54 kg) maka akan mengakibatkan peningkatan risiko 40-59%. Menurut penelitian yang dilakukan Marks dengan metode Cohort dilaporkan bahwa terdapat setidaknya 80% penderita OA yang obesitas dengan http://digilib.unimus.ac.id
BMI yang lebih tinggi mengalami nyeri lebih dari individu dengan BMI yang lebih rendah (p <0,05) dan nyeri yang terkait dengan pengerahan tenaga fisik yang dirasakan (p <0,05).4 Setiap penurunan berat 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di kemudian hari sebesar 50%.20 Demikian juga peningkatan risiko mengalami OA lutut yang progresif tampak pada orang-orang yang kelebihan berat badan dengan penyakit pada bagian tubuh tertentu.3 Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin berat tubuh akan meningkatkan prognosa menjadi lebih buruk.3,4 Tabel 2.1 Risiko morbiditas yang berhubungan dengan IMT dan lingkar perut pada orang dewasa Asia.16 Resiko Ko-morbiditas Lingkar perut 2
Klasifikasi
IMT (kg/m )
< 90 cm (laki-laki)
≥ 90 cm (laki-laki)
< 80 cm (perempuan)
≥ 80 (perempuan)
Underweight
< 18,5
Rendah (tapi resiko klinis lain meningkat)
Rata-rata
Normal
18,5-22,9
Rata-rata
Meningkat
Overweight
≥ 23
‐
Beresiko
23-24,9
Meningkat
Sedang
‐
Obes I
25-29,9
Sedang
Berat
‐
Obes II
≥ 30
Berat
Sangat berat
2. Aktivitas Fisik Aktivitas dan latihan yang normal tidak menyebabkan OA, tetapi bila aktivitas tersebut dilakukan sangat berat, berulang atau pekerjaan yang menuntut fisik seseorang dapat meningkatkan risiko OA.4 Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap http://digilib.unimus.ac.id
hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), dan naik turun tangga setiap hari.3
Pekerjaan dan
olahraga yang berat dapat meningkatkan risiko osteoartritis lutut. Penelitian HANES I menyebutkan bahwa pekerja yang sering membebani sendi lutut mempunyai risiko lebih besar dibanding dengan pekerja yang jarang membebani sendi lutut.4 3. Nutrisi Asupan nutrisi mempengaruhi perjalanan penyakit OA. Asupan makanan yang mengandung banyak mikronutrien, seperti vitamin E, vitamin C, dan buah-buahan yang mengandung karoten dapat mencegah timbulnya OA. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ada dampak sebagai antioksidan dari vitamin C dan vitamin E. Vitamin C dibutuhkan pada metabolisme kolagen dan vitamin E mempunyai dampak pada inflamasi ringan atau sinovitis yang terjadi pada OA.4 Sedangkan, delta dan gamma, yang ditemukan dalam kedelai, sawit dan minyak lainnya, dan Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.3,4 4. Kebiasaan kerja dengan beban berat Terdapat
hubungan
signifikan
antara
pekerjaan
yang
menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut. Prevalensi lebih tinggi menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang
dibandingkan
pada
pekerja
yang
tidak
banyak
menggunakan kekuatan lutut seperti pekerja administrasi.3 Setiap penambahan berat 1/2 kg, tekanan total pada satu lutut meningkat sebesar l-1½ kg. Penambahan 1kg meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar
10 %. Karena Pembebanan lutut dan panggul dapat
menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan dukungan struktural lain. http://digilib.unimus.ac.id
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eka Pratiwi (2007) di RSUP DR. Kariadi Semarang kebiasaan kerja dengan beban
yang
berpengaruh adalah ≥ 17,5 kg. kebiasaan tersebut berupa melakukan pekerjaan dengan mengangkat/mendorong beban setiap hari. 5. Lama sakit Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harry Isbagio (19972004), pada pasien OA dengan jangka waktu panjang kurang lebih 70 bulan akan terjadi peningkatan progresifitas kerusakan matriks tulang rawan sendi. Perubahan yang terjadi diantaranya peningkatan bermakna proses sintesis, peningkatan proses dekstruksi, peningkatan proses katabolik, peningkatan aktivitas proses enzim katabolic dan terdapat pila kecenderungan penurunan proses anabolic walau tidak bermakana.17 6. Penyakit Sendi Lainnya OA kadangkala merupakan akibat kerusakan dari berbagai penyakit sendi yang jarang terjadi, seperti gout, asam urat. 4 Selain itu, osteoporosis juga mempercepat kerusakan tulang rawan sendi, ini behubungan dengan teori bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis.3 A.7 Diagnosis Secara
radiologi
didapatkan
penyempitan
celah
sendi,
pembentukan osteofit, sklerosis subkondral dan pada keadaan yang berat akan tampak kista subkondral. Pemeriksaan MRI juga dapat menunjukkan gambaran lebih jelas bila dicurigai terdapat robekan meniskus atau ligament. Walaupun demikian, MRI bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan seringkali tidak merubah rancangan terapi. Gambaran laboratorium umumnya normal. Bila dilakukan analisis cairan sendi juga http://digilib.unimus.ac.id
didapatkan gambaran cairan sendi yang normal. Bila didapatkan peninggian jumlah leukosit, perlu dipikirkan kemungkinan artropati kristal atau artritis inflamasi atau artritis septik.3 Tabel 2.2 Skala Gambaran Radiologi Kellgren-Lawrence. 4 Derajat
Keterangan
0
Normal
: Tidak terdapat gambaran OA
1
Meragukan : Kemungkinan osteofit dan penyempitan celah sendi yang belum jelas.
2
Minimal
: Osteofit, dengan atau tanpa penyempitan celah sendi.
3
Sedang
: Osteofit sedang, penyempitan celah sendi nyata, sedikit sklerosis, kemungkinan ada deformitas
4
Berat
: Deformitas yang nyata : Jarak sendi sangat terganggu dengan sklerosis tulang subkondral.
Tabel 2.3 Kriteria klasifikasi osteoarthritis lutut. 3,4 Klinik & Laboratorik Nyeri lutut + minimal 5 dari 9 kriteria berikut: • • • • • • • • •
Usia > 50 tahun Kaku pagi < 30 menit Krepitus Nyeri tekan Pembesaran tulang Tidak panas pada perabaan LED < 40 mm/jam RF < 1:40 Analisis cairan sendi normal
Klinik & Radiologik Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 kriteria berikut • • •
Nyeri lutut + minimal 3 dari 6 kriteria berikut: • • • • • •
Usia > 50 tahun Kaku pagi < 30 menit Krepitus + OSTEOFIT
http://digilib.unimus.ac.id
Klinik
Usia > 50 tahun Kaku pagi < 30 menit Krepitus Nyeri tekan Pembesaran tulang Tidak panas pada perabaan
A.7 Penatalaksanaan A.7.1 Non Farmakologis 1. Edukasi (perawatan sendiri, konsep nyeri) 2,4 Memberikan informasi tentang OA, agar pasien mengetahui tentang penyakitnya tersebut sehingga pasien mengetahui bagaimana cara menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah.2 Meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, dan tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.3 2. Terapi fisik, rehabilitasi, penguatan otot, perbaikan lebar jangkauan gerakan 4 Terapi ini untuk melatih agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit sehingga penderita dapat beraktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain.2,3 Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik.3 3. Memodifikasi faktor risiko : penurunan berat badan,2,3,4 alas kaki yang sesuai, pengaturan kegiatan, tongkat, alat-alat pembantu,4 Pada pasien-pasien obesitas, penurunan berat badan merupakan salah satu tindakan yang penting, terutama untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak.3 Berat badan yang berlebih ternyata merupakan faktor yang akan memperberat OA.2 A.7.2. Farmakologis 1. Anti inflamasi non steroid (OAINS) 2,3,4
http://digilib.unimus.ac.id
Kelompok obat yang banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat OAINS. OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik, terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada proses inflamasi). Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita OA, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua. Kombinasi parasetamol / opiat seperti coproxamol bisa digunakan jika parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari.3 2. Condroprotective Yang di maksud Condroprotective adalah obat-obat yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sampai saat ini obat yang termasuk dalam kelompok obat ini
adalah:
tetrasiklin,
asam
hialuronat,
kondroitin
sulfat,
gikosaminoglikan, Vit-C, superoxide desmuatase.2 3. Terapi lokal Terapi ini meliputi pemberian injeksi intra artikular steroid atau hialuronan (merupakan molekul
glikosaminoglikan
besar
dan
berfungsi sebagai viskosuplemen) dan pemberian terapi topikal, seperti krem OAINS, krem salisilat atau krem capsaicin. Injeksi steroid intra artikular diberikan bila didapatkan infeksi lokal atau efusi sendi.3 A.7.3. Operatif Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan penderita dengan OA yang sudah parah.2,3 Maka operasi merupakan tindakan yang efektif. Operasi yang dapat dilakukan antara lain http://digilib.unimus.ac.id
arthroscopic debridement, joint
debridement,
dekompresi
tulang,
osteotomi
dan
artroplasti.3,4
Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik.3 A.8 Pencegahan OA dapat dicegah dengan beberapa langkah, antara lain: 18 1. Menghindari setiap faktor risiko OA 2. Saat menganggkat barang harus pada posisi yang benar baik berdiri, maupun berjalan 3. Menghindari berbagai kecelakaan yang bisa merusak sendi 4. Berolahraga sesuai dengan petunjuk yang benar, jika dilakukan dengan tepat akan meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otototot disekitarnya sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik 5. Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi normal 6. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar nutrisi selalu baik dan seimbang sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal 7. Dianjurkan menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak terlalu lembek dan tempat tidur yang dialas dengan papan Jika pasien sudah menderita OA maka perhatikan hal-hal sebagai berikut:18 1. Menggunakan krim balsam untuk memanaskan sendi 2. Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku sambil memberi terapi pemanasan sederhana dengan minyak oles atau balsem
http://digilib.unimus.ac.id
3. Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 45-520C atau mandi dengan air hangat.
http://digilib.unimus.ac.id
B. KERANGKA TEORI Usia Faktor yang tidak bias diubah
Jenis kelamin Ras/ warna kulit
Gejala klinis OA lutut
Genetik -
Riwayat trauma lutut
-
Obesitas Faktor yang bisa diubah
-
Aktifitas Foto Rongent Lutut
Asupan Nutrisi Kebiasaan kerja dengan beban berat Penyakit sendi lain Lama sakit
http://digilib.unimus.ac.id
Nyeri Sendi Kaku Sendi Hambatan Gerak Sendi Krepitus Pembengkakan Sendi Perubahan Gaya Berjalan
Indeks Lequense
DERAJAT OSTEOARTRITIS LUTUT
C. KERANGKA KONSEP Variable Bebas
Variable Terikat
• • • • • •
Usia Jenis kelamin Obesitas Riwayat trauma lutut Kebiasaan kerja dengan beban berat Lama sakit
Derajat Osteoartritis lutut
D. HIPOTESIS 1. Ada hubungan usia dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang 2. Ada hubungan jenis kelamin dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang 3. Ada hubungan obesitas dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang 4. Ada hubungan riwayat trauma lutut dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang. 5. Ada hubungan kebiasaan kerja dengan beban dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang. 6. Ada hubungan lama sakit dengan derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang 7. Usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat trauma lutut, kebiasaan kerja dengan beban berat dan lama merupakan faktor resiko derajat OA lutut pada pasien rawat jalan dipoli reumatologi RSUP Dr. Kariadi Semarang
http://digilib.unimus.ac.id