BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu tentang analisis titik impas dan keuntungan usaha telah banyak dilakukan, seperti penelitian oleh Nilam Sari dan Lien Damayanti L (2008) dengan judul analisis titik impas (BEP) virgin coconut oil pada KUB “Yevo Mulia” Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Dimana hasil penelitiannya bahwa dari rata-rata produksi VCO yang dihasilkan oleh KUB Yevo Mulia sebanyak 140 liter, terbagi menjadi 2 jenis kemasan dengan persentase masing-masing yaitu jenis A sebesar 60% dengan jumlah sebanyak 336 botol dan jenis B sebesar 40% dengan jumlah sebanyak 728 botol. Biaya Tetap yang dikeluarkan, baik untuk produk jenis A maupun jenis B rata-rata sebesar Rp 815.847,5 per bulan, sehingga total biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh KUB Yevo Mulia untuk memproduksi VCO tersebut rata-rata adalah sebesar Rp 1.631.695,- per bulan. Biaya variabel untuk produk jenis A rata-rata sebesar Rp 3.444.600 per bulan, sedangkan untuk produk jenis B ratarata sebesar Rp 3.587.200 per bulan, sehingga total biaya variabel untuk kedua jenis produk tersebut rata-rata sebesar Rp 7.031.800 per bulan. Jumlah penerimaan dari produk jenis A rata-rata sebesar Rp 5.880.000 per bulan, dan penerimaan dari produk jenis B rata-rata sebesar Rp 7.280.000 per bulan, sehingga total penerimaan untuk kedua jenis produk tersebut sebesar Rp 13.160.000 per bulan. Pendapatan yang diperoleh dari masing-masing produk jenis A dan jenis B yaitu sebesar Rp 2.435.400 dan Rp 3.692.800,- sehingga total pendapatan dari kedua jenis produk tersebut adalah sebesar Rp 6.128.200 per bulan. Titik Impas (BEP) untuk produk jenis A yaitu sebanyak 112,5 botol, dengan rata-rata harga jual sebesar Rp. 17.500/botol diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.968.750 per bulan, sedangkan produk jenis B sebanyak 161 botol dengan harga jual Rp 10.000/botol dan penerimaan sebesar 1.610.000/bulan.
5
Penelitian oleh Andi Saryoko dan Benny Rachman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten (2009) mengenai analisis titik impas dan laba usaha melalui pendekatan pengelolaan padi terpadu di kabupaten Lebak – Banten. Dimana
dalam
hasil
penelitiannya
menyatakan
bahwa
dalam
dekade
terakhir,produksi beras nasional cenderung mengalami pelandaian seiring dengan terjadinya penurunan kesuburan tanah akibat intensifikasi yang berkelanjutan. Salah satu upaya mengatasi kondisi tersebut dapat ditempuh melalui pendekatan pengelolaan tanaman (padi) terpadu (PTT), yang merupakan bentuk sinergisme antar komponen intensifikasi budidaya padi termasuk efisiensi pemupukan. Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis perolehan Laba Usahatani dan Titik Impas dari penerapan pengelolaan padi terpadu. Kajian dilakukan di wilayah agroekosistem sawah Kabupaten Lebak. Hasil analisis mengindikasikan bahwa penerapan pengelolaan padi terpadu mampu meningkatkan produksi, dan keuntungan bersih masing-masing 38%, dan 70%. Sebagai implikasinya pengelolaan padi terpadu dinilai sangat layak untuk dimplementasikan secara masif dengan mempertimbangkan kesesuaian agroekosistem. Penelitian terdahulu tentang analisis titik impas dan keuntungan usaha oleh M.Ramli (2009) tentang analisis biaya produksi dan titik impas pengolahan ikan salai patin terhadap perusahaan soleha berseri. Dimana untuk memproduksi produk olahan tersebut, biaya terbesar ada pada pengadaan bahan baku ikan Patin segar (83,89% ikan salai Patin, 83,99% fillet salai Patin). Sedangkan untuk nugget hanya 28,42% dibawah kebutuhan bahan lainya (kuning telur) sebesar 45,48% dari total biaya produksi. Harga pokok produksi ikan salai Patin sebesar Rp 29.800,- per kg, fillet salai Patin sebesar Rp 37.210,- per kg, dan untuk nugget Rp 879,5, - perbungus, dengan harga jual masing-masing produk; ikan salai Patin Rp 35.000,-/ kg, fillet salai Patin Rp 45.000,-/ kg, dan nugget Rp 1.000,-/ bungkus, sehingga ada keuntungan yang diperoleh.
Jadi Penerimaan per bulan dari ketiga produk hasil olahan
perusahaan Soleha Berseri sebesar Rp 25.595.000,- dengan tingkat keuntungan sebesar 4,78%. Artinya setiap penerimaan Rp 1.000,- akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 47,8,-. Sedangkan untuk Titik impas penjualan terjadi pada penjualan
6
sebesar Rp 6.542.062 dengan titik aman perusahaan 74,44%. Dengan kata lain usaha pengolahan ikan salai Patin cukup aman untuk diusahakan. 2.2 Usahatani Padi Sawah Usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan
kepada
produksi
di
lapangan
pertanian.
Organisasi
ini
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Bachtiar Rivai, (1980) dalam Hernanto, (1995). Usahatani padi merupakan suatu organisasi yang dimana terdapat sekelompok tani yang berhubungan dengan kegiatan pertanian atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal, sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja,modal, dan manajemen. Usahatani juga sebagai kegiatan ekonomi, tentunya ada juga faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap produksi usahatani antara lain adalah, cabang usaha, faktor produksi khususnya modal dan sumber modal yang diperoleh. Suratiyah, (2006). Varietas pada tanaman padi mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat produktifitas, Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi budidaya padi yang mudah diadopsi petani. Varietas unggul berperan penting dalam peningkatan hasil, perbaikan dan diversifikasi mutu, dan penekanan kehilangan hasil karena gangguan hama, penyakit, maupun cekaman lingkungan. Chairani, (2008). Indonesia dikenal lebih dari 1.000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka usaha meningkatkan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam dua jenis sebagai berikut: a)
Padi beras, yaitu tanaman padi yang dijadikan beras, dan dapat ditanak/ dimasak menjadi nasi sebagai bahan makanan pokok.
7
b) Padi ketan, setelah diproses menjadi beras tidak digunakan sebagai bahan makanan pokok, tetapi
diolah menjadi
bermacam-macam
makanan
ringan/kue, mislanya tape, jenan. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara Asia. Selain dikomsumsi langsung beras merupakan salah satu bahan baku industri makanan. Jerami padinya dapat digunakan sebagai bahan baku kertas atau digunakan sebagai sumber bahan organik. Sekam padi banyak digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan abunya mengandung silikat yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih. Purnamawati, (2002) dalam Hadju, (2010). 2.3 Konsep Produksi Menurut Ramadhan, (2003) dalam Hadju, (2010) produksi adalah kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru dan produktivitas adalah perbandingan hasil produksi yang dapat dilakukan dengan harapan produksi yang seharusnya (dalam angka atau %). Di dalam melakukan proses produksi dibutuhkan cara, metode maupun teknik penyelenggaraan atau pelaksanaan produksi dimana setiap urutan proses produksi berbeda antara produk satu dengan yang lainnya. Produksi tanaman adalah banyaknya hasil dari setiap jenis tanaman yang dinyatakan dengan satuan standar seperti ton, kwintal, rumpun, ikat dan lain-lain. sedangkan produktivitas tanaman adalah perbandingan hasil produksi dengan luas panen kwintal / Ha. Saylaros, (2011). Produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktorfaktor produksi. Seorang produsen dalam menghasilkan suatu produk harus mengetahui jenis atau macam-macam dari faktor produksi. Anonim, (2009). Macam-macan faktor produksi secara teori terbagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
8
a)
Tanah Hal yang dimaksud dengan istilah land atau tanah di sini bukanlah sekedar
tanah untuk ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk pula di dalamnya segala sumber daya alam (natural resources). Dengan demikian, istilah tanah atau land ini maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi factor produksi berasal dan atau tersedia di alam ini tanpa usaha manusia, yang antara lain meliputi: 1.
Tenaga penumbuh yang ada di dalam tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan.
2.
Tenaga air, baik untuk pengairan maupun pelayaran. Termasuk juga di sini adalah air yang dipakai sebagai bahan pokok oleh Perusahaan Air Minum.
b) Tenaga kerja Istilah tenaga kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi bukanlah sematamata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji, bertukang, dan segala kegiatan fisik lainnya, akan tetapi lebih luas lagi yaitu human resources (sumber daya manusia). Di dalam istilah human resources atau SDM itu tercakuplah tidak saja tenaga fisik atau tenaga jasmani manusia tetapi juga kemampuan mental atau kemampuan nonfisiknya, tidak saja tenaga terdidik tetapi juga tenaga yang tidak terdidik, tidak saja tenaga yang terampil tetapi juga yang tidak terampil. Pendek kata, di dalam istilah atau pengertian human resources itu terkumpul semua atribut
atau
kemampuan
manusiawi
yang
dapat
disumbangkan
untuk
memungkinkan dilakukannya proses produksi barang dan jasa. c)
Modal Modal (capital) yaitu meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk
menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa. Termasuk ke dalam bilangan barang-barang modal misalnya mesin-mesin, pabrik-pabrik, jalanjalan raya, pembangkit tenaga listrik, gudang serta semua peralatannya. Modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesin-mesin, serta faktor-faktor produksi lainnya.
9
d) Kecakapan Tata Laksana (Manajemen) Kecakapan (skill) yang menjadi faktor produksi keempat ini disebut juga dengan sebutan entrepreneurship. Entrepreneurship ini merupakan faktor produksi yang intangible (tidak dapat diraba), tetapi sekalipun demikian peranannya justru amat menentukan. Seorang entrepreneurship mengorganisir ketiga faktor produksi lainnya agar dapat dicapai hasil yang terbaik. Ia pun menanggung resiko untuk setiap jatuh bangun usahanya. 2.4 Biaya Produksi Biaya mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan usahatani. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan besarnya harga pokok dari produk yang akan dihasilkan. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) merupakan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi. Biaya total merupakan semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani, mulai dari persiapan lahan sampai hasil panen di jual, komponen biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Soekartawi, (1995). Berbagai macam pengertian biaya menurut Tryusnita, (2009) : 1) Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Contoh biaya tetap adalah seperti pajak lahan, penyusutan alat, tenaga kerja dalam keluarga. 2) Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Contoh biaya variabel adalah bibit, pupuk, obat-obatan, upah panen, tenaga kerja luar keluarga. Untuk mendapatkan total biaya usahatani pada tingkat harga dapat diperoleh dengan menambahkan biaya tetap dengan biaya variabel. 3) Biaya Langsung (actual cost) adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi. 4) Biaya Tidak Langsung (imputed cost) terdiri dari penyusutan modal, biaya makan tenaga kerja keluarga.
10
2.5 Harga Produk Menurut Swastha, (1998) dalam Paneki, (2010) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari 2 barang beserta pelayanannya. Harga juga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah merupakan salah satu bagian dari empat bauran pemasaran yang ada. Harga juga merupakan suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan. karena harga juga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan. Dalam manufaktur, produk dibeli sebagai bahan baku dan dijual sebagai barang jadi. komoditas biasanya bahan baku seperti logam dan produk pertanian. Sedangkan menurut Siswanto, (2005) mengemukakan secara umum, produk didefinisikan sebagai sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau usaha atau hasil dari suatu tindakan atau suatu proses. 2.6 Analisis Keuntungan Usahatani Menurut Mubyarto, (1991) dalam Paneki, (2010) dalam memproduksi suatu barang, ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu biaya (cost) dan penerimaan (Revenue). Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka yang dimaksud dengan penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Hasil total
11
penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang di jual dengan harga barang yang bersangkutan. Dalam analisis usahatani ada dua pendapatan yaitu : a ). Pendapatan Kotor Usahatani (Gross Farm Income) Pendapatan Usahatani Kotor adalah nilai total dari hasil yang diperoleh dikalikan dengan harga persatuan berat yang berlaku. Penerimaan yang diperoleh berhubungan dengan hasil yang terjual. Semakin banyak hasil yang terjual maka semakin banyak pula penerimaan yang diperoleh Mubyarto, (1991) dalam Paneki, (2010). b ). Pendapatan Bersih (Net Farm Income) Menurut Gujarati, (1978) dalam Anonim, (2009) pendapatan usahatani adalah total penerimaan atau total revenue dikurangi total biaya produksi, sehingga merupakan pendapatan bersih. Sedangkan keuntungan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Berdasarkan komponen dari biaya-biaya di atas dapat dihitung nilai R/C Ratio. R/C Ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah usahatani memberikan keuntungan terhadap pendapatan keluarga petani atau tidak. Menurut Hernanto, (1994) dalam Paneki, (2010). analisis pendapatan usaha yang di lakukan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan ( profitabiliti ) atau kerugian yang di peroleh dari kegiatan yang ada. analisis R/C Ratio ini mengasumsikan pendapatan atau penerimaan dari usahatani dengan menilai apabila R/C Ratio > 1 maka usahatani menguntungkan, dan bila R/C Ratio = 1 maka usahatani impas, serta apabila R/C Ratio < 1 maka usahatani merugi. 2.7 Analisis Break Even Point Break even point atau titik pulang pokok dapat di artikan sebagai suatu keadaan di mana petani di dalam usahataninya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain total penghasilan sama dengan total biaya. Munawir, (2002).
12
1) BEP Harga yakni digunakan untuk mengetahui keuntungan setiap unit (kilogram) usahatani padi sawah. 2) BEP Produksi yakni digunakan untuk mengetahui jumlah produksi pada saat terjadi titik impas. 3) BEP Biaya/Penerimaan yakni digunakan untuk mengetahui biaya / penerimaan pada saat titik impas. Break event point ( analisis titik impas) merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan keuntungan volume kegiatan. 2.8 Kerangka Pikir Berdasarkan Latar Belakang dan Tinjauan Pustaka maka disusun Kerangka Pemikiran Teoritis sebagai berikut :
Manfaat Padi / Beras
Kebutuhan Beras
Usahatani Padi Sawah
Produksi
Harga Produk
Biaya & Penerimaan
Rugi
Impas : BEP Produksi
Impas : BEP Harga Produk
Impas : BEP Biaya/Penerimaan
Keuntungan
Gambar : 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan gambar bagan 1 di atas yakni menganalisis titik impas dan keuntungan pada usahatani padi sawah yang ada di Desa Dutohe Barat, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango yang dimulai dari meninjau manfaat
13
padi/beras, Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama bagi manusia, selain di konsumsi langsung, beras juga merupakan salah satu bahan baku industri makanan. karena beras bermanfaat, maka beras tersebut sangat dibutuhkan, sehingga sebagian besar penduduk di muka bumi ini menggunakan beras/nasi sebagai makanan pokok. Keberadaan beras sangat dibutuhkan sehingga terbentuklah suatu usahatani padi sawah yang merupakan suatu organisasi di mana terdapat sekelompok tani yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Dengan adanya kegiatan usahatani tersebut maka akan terjadi suatu kegiatan yang dinamakan dengan produksi. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Dengan adanya produksi maka akan terbentuk sebuah harga atau dinamakan dengan harga produk. Harga produk itu sendiri merupakan harga atau jumlah uang yang ada pada salah satu produk/barang yang diinginkan. Dengan adanya sebuah harga maka akan timbul/terjadi biaya-biaya dan penerimaan. Biaya-biaya itu sendiri merupakan pengeluaran total usahatani /semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Sedangkan untuk penerimaan diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil produksinya. Dari biaya dan penerimaan yang diperoleh akan tercipta tiga kemungkinan. Pertama, usahatani padi sawah mengalami kerugian yaitu apabila biaya lebih besar dari penerimaan. Kedua, usahatani impas yaitu apabila biaya sama dengan penerimaan. Ketiga, usahatani akan mengalami keuntungan apabila dapat melewati titik impas. Menghitung titik impas digunakan analisis break even point. Analisis titik impas ini terdiri dari BEP Produksi yakni analisis ini digunakan untuk mengetahui jumlah produksi pada saat terjadi titik impas. Sedangkan BEP Harga produk digunakan untuk mengetahui keuntungan setiap unit (kilogram) usahatani padi sawah. Dan untuk BEP Biaya/penerimaan adalah digunakan untuk mengetahui biaya/penerimaan pada saat titik impas. Analisis titik impas tersebut (break even point) akan memberikan keuntungan apabila dapat melewati titik impas dan akan mengalami kerugian apabila berada di bawah titik impas, tetapi
14
apabila usahatani tersebut tidak mengalami keuntungan maupun kerugian, berarti usahatani tersebut berada pada posisi titik impas. 2.9 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran teoritis maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1.
Usahatani padi sawah di Desa Dutohe Barat, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango dapat mencapai titik impas.
2.
Usahatani padi sawah di Desa Dutohe Barat, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango memberikan keuntungan.
15