BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan bayi 1. Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan, dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan mtabolik (reteni kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Jellife D.B. (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan masa konsepsi sampai remaja. 2. Pengertian Gangguan Pertumbuhan (Growth Faltering) Growth Faltering adalah ketidakmampuan anak untuk mencapai BB/TB sesuai dengan jalur pertumbuhan normalnya. Growth Faltering merupakan kejadian yang sangat umum terjadi pada anak umur 0-6 bulan, dengan tanda goncangan pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa tubuh maupun pertumbuhan linier, yang kedua – duanya menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan dengan rujukan tertentu. Anak yang dua kali penimbangan berturut – turut tidak bertambah berat badannya merupakan peringatan kepada ibu untuk segera mengambil tindakan pencegahan agar BB anak tidak berlanjut menurun. Anak yang tidak sehat menurut kurva pertumbuhan pada KMS balita adalah jika berat badannya berada pada pita warna kuning, di bawah pita warna hijau atau berat badan anak berkurang / turun / tetap dibandingkan dengan bulan lalu, ditandai dengan berpindah ke pita warna di bawahnya, juga jika berada di bawah garis merah. ( Narendra, 2002 ) 3. Pemantauan Pertumbuhan Pemantauan pertumbuhan adalah suatu kegiatan pengukuran anak yang teratur, dicatat dan kemudian diinterprestasikan dengan maksud agar dapat memberikan penyuluhan, berbuat sesuatu, serta melakukan follow – up selanjutnya.
Pemantauan pertumbuhan merupakan strategi operasional untuk membantu dalam memvisualkan pertumbuhan anaknya dan menerima petunjuk yang khusus atau spesifik, relevan dan praktis sehingga ibu, keluarga, dan masyarakat dapat berbuat guna mempertahankan kesehatan serta pertumbuhan anak dengan optimal. Terdapat empat elemen kunci dari pemantauan pertumbuhan, yaitu: 1) Merupakan strategi pencegahan yang dilaksanakan sebelum adanya gangguan pertumbuhan. Karena penimbangan yang teratur akan mengetahui gangguan pertumbuhan yang tadinya tidak dapat diamati, yang dapat disebabkan oleh kekurangan makan, sakit yang berulang, ketidaktahuan tentang makanan anak, atau kelainan hormonal. 2) Merupakan strategi merubah lingkungan anak yang kurang sesuai melalui komunikasi yang efektif dengan ibu. 3) Berhubungan
dengan
lingkungan
yang
menyeluruh
yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak. 4) Ibu atau masyarakat ikut terlibat dalam usaha mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan – perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan menurut Umur merupakan indikator yang paling umum digunakan. Pengukuran berat badan yang dilakukan secara berulang arat serial, dapat dipakai untuk indeks pertumbuhan, dan juga
kegagalan
pertumbuhan,
namun
juga
dikatakan
bahwa
pengukuran berat badan menjadi bermakna bila diperhitungkan dengan umur.
Sebagian besar grafik pertumbuhan yang ada di dunia ini menggunakan BB/U sebagai indikator pertumbuhan. Demikian pula grafik pertumbuhan yang dipakai secara nasional di Indonesia. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Pertumbuhan anak dapat diamati secara langsung dengan menggunakan “Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita”. Penggunaan KMS untuk memmantau keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas dasar kenaikan berat badan. Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak usia 0-5 tahun terhadap umurnya. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterprestasikan tumbuh kembang anak terhadap ibunya, sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur tiap bulan. Program gizi terdapat slogan yaitu “anak yang sehat bertambah umur bertambah berat”. Ibu – ibu yang berhubungan dengan kesehatan anak dari sejak lahir sampai berusia lima tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan – pesan penyuluhan tentang penanggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul vitamin A, imunisasi dan lain – lain. Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan
pada saat ini
dengan menggunakan buku KIA. KMS dibagi dua macam untuk lakilaki dan perempuan, kenaikan berat badan baik laki- laki maupun perempuan dilihat dari kenaikan berat badan minimal (KBM) dan umur anak. Apabila anak umur 1 bulan kenaikan berat badan minimal 800 gr, 2 bulan (900 gr), 3 bulan (800 gr), 4 bulan(600 gr), 5 bulan (500 gr), 6-7 bulan(400 gr), 8-11 bulan(300 gr), anak umur 1-5 tahun kenaikan berat badan minimal 200 gr (Depkes, 2009). Apabila anak
tumbuh sehat berat badan naik sesuai garis
pertumbuhan mengikuti pita hijau pada KMS atau naik ke pita warna diatasnya.Anak yang tumbuh kurang sehat apabila berat badan anak tidak naik atau turun, garis di KMS turun, datar, atau pindah ke pita warna dibawahnya, garis KMS dibawah garis merah (Depkes, 2009).
4 . Faktor – faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pertumbuhan Menurut Ali Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor dominan yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas, maka muncullah growth faltering. Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (2001) bahwa faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan. Faktor internal seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi. Faktor internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di Negara sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal. Faktor eksternal (lingkungan) antara lain faktor prenatal dan pasca natal. Faktor lingkungan prenatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Lingkungan prenatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah : 1) Gizi pada saat hamil. Apabila gizi ibu buruk akan menyebabkan berat badan bayi lahir rendah, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir. 2) Mekanis Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan yang kurang. Demikian posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan pertumbuhan terhambat.
3) Toksin Berbagai jenis obat yang bersifat racun. 4) Endokrin / hormon Produksi hormone pertumbuhan terganggu. 5) Radiasi Seperti radiasi dari bom atom dan bocornya pipa gas beracun. 6) Infeksi Intrauterine Seperti varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza. 7) Stres pada ibu hamil Apabila ibu hamil stress akan mempengaruhi pertumbuhan janin. 8) Anoksia Embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat. Faktor lingkungan pascanatal yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan adalah lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial dan faktor keluarga dan adat istiadat. Lingkungan biologis meliputi ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan ksehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism. Lingkungan fisik meliputi cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Faktor psikososial meliputi kualitas interaksi antara orang tua dan anak. Faktor keluarga dan adat istiadat meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga berperan menyebabkan kasus gizi kurang. Juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yaitu kemiskinan yang tidak memungkinkan orang tua memberikan makanan bergizi tingkat tinggi pada anaknya. Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peranan ibu dalam ekologi anak, yaitu peran ibu sebagai genetik faktor yaitu pengaruh biologis terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikologisnya terhadap pertumbuhan postnatal. Memberikan ASI sedini mungkin segera setelah lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Keuntungan untuk bayi selain gizi ASI yang tinggi, juga adanya
zat anti pada ASI yang melingungi bayi terhadap berbagai macam infeksi. Hasil penelitian Satoto (1990) mengatakan bahwa growth faltering oleh hampir semua anak sejak usia 2 – 6 bulan lebih awal dari pada tumbuh kembang anak dalam jangka panjang. Growth faltering ini sangat dipengaruhi oleh pola pemberian ASI, pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang rendah energi dan sangat rendah protein menurunkan pemberian ASI yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan gizi anak dan peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi., kerentanan terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik. Jadi faktor determinan kuat yang mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh anak dan konsumsi makanan anak terutama masukan energi, protein, dan Fe. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah keadaan gizi dan kesehatan ibu serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Juga jenis kelamin diketahui berpengaruh dengan keterlibatan sosial budaya dimana anak laki – laki cenderung tumbuh lebih baik daripada anak perempuan.
B. Teori Nifas 1. Definisi Masa Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta danberakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Saefudin, 2002 : 122) Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru akan pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2002: 237)
2. Pembagian Periode Masa Nifas Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : 1.) Puerperium
dini
yaitu
kepulihan
di
mana
ibu
telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggal telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2.) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. 3.) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan, atau tahunan. (Mochtar, 2002) C. Teori Vitamin A .
1. Definisi Vitamin Vitamin A adalah zat – zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001 / 151). Vitamin A adalah vitamin yang larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan precursor/ provitamin A/ yang mempunyai aktivitas biologiik sebagai retinol (Almatsier, 2001 / 153). 2. Macam Vitamin A Vitamin A terdiri dari 2 macam yaitu : 1) Vitamin A1 2) Vitamin A2 (dehydro vitamin A) Beberapa komponen yang mempunyai aktivitas vitamin A, yaitu : (1) Vitamin A1, terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut (2) vitamin A2, terdapat dalam jaringan ikan tawar (3) karoten (provitamin
A) terdapat dalam sayuran seperti bayam, kangkung, wortel, papaya, ubi merah, dan minyak kelapa sawit (FKUI, 2000).
3. Fungsi Vitamin A Fungsi vitamin A antara lain pada : a.
Penglihatan Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila kita dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remang – remang cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat melihat.
b.
Diferensiasi Sel Diferensiasi sel terjadi bila sel – sel mengalamu perubahan dalam sifat atau fungsinya semula. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada setiap tahap perkembangan tubuh. Fungsi vitamin A dalam hal ini adalah mengonrol diferensiasi sel
c.
Fungsi Kekebalan Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh manusia dan hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui secara pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral). Di samping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular). Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A. Tahun 1983, seorang dokter bernama Sommer melakukan penelitian di Purwakarta, Jawa Barat dan menemukan fakta, anak yang kekurangan vitamin A sangat mudah terserang penyakit. (Esti, 2002)
d.
Pertumbuhan dan Perkembangan Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk
perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Tarwoco di Semarang awal tahun 90-an juga membuktikan balita yang kekurangan vitamin A pertumbuhannya kurang, tinggi dan berat badannya di bawah normal. e.
Reproduksi Vitamin A berperan dalam pembentukan sperma. Pembentukan sel telur, dan perkembangan janin dalam kandungan. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin dan persiapan menyusui.
f.
Pencegahan Kanker Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas system kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru – paru, payudara, dan kandung kemih. Di samping itu beta karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru – paru (Almatsier, 2001)
4. Sumber Vitamin A Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (dalam lemaknya), dan mentega. Margarine biasanya diperkaya dengan vitamin A. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah – buahan berwarna kuning jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, papaya, mentega, nangka masak dan jeruk.(Almatsier, 2001) 5. Akibat Kekurangan Vitamin A Almatsier, (2001) bahwa akibat kekurangan vitamin A, antara lain : a.
Buta senja
Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buat senja yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samar – samar / senja, seperti bila memasuki kamar gelap dari kamar terang. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin A darah menurun yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh retina untuk membenruk pigmen penglihatan rodopsin. Kemampuan
melihat
dalam
keadaan
samar
–
samar,
dihubungkan dengan ujung – ujung saraf (rod dan cone) yang terdapat dalam retina. Cone terutama berperan dalam cahaya siang dan membedakan warna sedangkan rod mengontrol penglihatan pada malam hari. b.
Perubahan pada mata Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Gejala dalam bentuk ringan dinamakan xerosis konjungtiva, yaitu konjungtiva menjadi kering, bercak Bitot (Bitot’s Spot), yaitu berupa bercak putih keabu – abuan pada konjungtiva. Gejala dalam bentuk sedang dinamakan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan kejernihannya. Tahap akhir adalah keratomalasia, di mana menjadi lunak dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total.
c.
Infeksi Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Vitamin A dinamakan juga vitamin antiinfeksi.
d.
Perubahan pada kulit Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar, mengeras, dan mengalami keratinisasi yang dinaakan hyperkeratosis folikuler. Mula – mula terkena lengan dan paha kemudian dapat menyebar ke seluruh tubuh.
e.
Gangguan pertumbuhan Kekurangan vitamin A menghambat pertumbuhan sel – sel, termasuk sel – sel tulang. Fungsi sel – sel yang membentuk email gigi terganggu dan terjadi atrofi sel – sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah rusak.
f.
Keratinisasi sel – sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan anemia.
6. Akibat Kelebihan Vitamin A Akibat kelebihan konsumsi vitamin A dapat menimbulkan gejala pada orang dewasa antara lain sakit kepala, pusing, rasa enek, rambut rontok, kulit mongering, tidak nafsu makan, dan sakit pada tulang. Pada wanita dapat menyebabkan menstruasi berhenti. Pada bayi dapat terjadi pembesaran kepala dan mudah tersinggung (menangis). Hal ini dapat terjadi pada konsumsi vitamin A 8000 RE/hari selama 30 hari (Almatsier, 2001) 7. Pencegahan Kekurangan Vitamin A Bahan – bahan makanan banyak yang mudah rusak akibat proses pemanasan, tetapi kebutuhan vitamin A dapat terpenuhi dari pola makan sehari – hari yang memenuhi kriteria 4 sehat 5 sempurna. Kebutuhan vitamin A dapat terpenuhi dari semangkuk sayur dan sebutir telur sehari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hellen Keller Internasional, LSM yang khusus menangani masalah vitamin A, tercatat bahwa supan vitamin A perempuan Indonesia ternyata sangat rendah hanya 1/3 dari jumlah yang dianjurkan sebesar 500 RE (Retinol Ekivalen) setiap hari. Padahal sumber vitamin A mudah ditemukan di negeri tropis seperti Indonesia. Hasil penelitian tahun 2001 diketahui bahwa sekitar 40-60% konsumsi vitamin A dari makanan sehari – hari tidak mencukupi sehingga harus dipenuhi dari luar. Salah satunya dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Pada bayi diberikan kapsul biru 2x setahun yaitu setiap bulan Februari dan Agustus dengan dosisi 100.000 IU. Pada balita (12 – 59 bulan) dan ibu nifas diberikan kapsul
merah dengan dosis 200.000 IU. Pemberian biasanya di lokasi pos vitamin A,
Posyandu,
Bidan
Desa,
dan
Puskesmas
secara
gratis
(www.DepkesRI.com) 8. Manfaat Vitamin A Bagi Ibu Nifas Kondisi pemenuhan vitamin A harus sangat diperhatika terlebih saat seseorang tengah menyusui/masa nifas. Jika kondisi ibu tidak memenuhi standar dan beresiko kekurangan vitamin A maka anaknya secara otomatis akan beresiko kekurangan vitamin A pula. Ibu menyusui membutuhkan vitamin A yang tinggi bagi produksi ASI. Perlu diketahui bahwa konsentrasi dan jumlah vitamin A yang terkandung dalam ASI sangat tergantung pada status gizi ibu. Jika makanan ibu tidak banyak mengandung vitamin A maka ASI juga akan mengandung sedikit konsentrasi vitamin A. karena itulah pemberian vitamin A pada ibu menyusui/ibu nifas tidak hanya penting bagi ibu tetapi juga untuk anaknya. Tercukupnya vitamin A dalam tubuh ibu akan meningkatkan kualitas ASI. Program pemberian vitamin A bagi ibu pada masa nifas sangat penting karena vitamin A yang ada dalam tubuh ibu nifas akan menjadi cadangan bagi anak yang baru dilahirkan hingga usia 6 bulan pertama kehidupan yang merupakan masa rawan. Perlu diketahui, semua anak meski dilahirkan dari ibu yang status gizinya baik dan tinggal di Negara maju sekalipun, terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya. Vitamin A itu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup selama 2 minggu saja.
9. Kebijakan Pemerintah tentang Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Hasil Pertemuan Internasional Vitamin A Colsultative Groups (IVACG) pada bulan Februari 2003 di Maroko. Merekomendasikan pemberian 2 kapsul vitamin A 2 kali @ 200.000 SI. Program pemberian vitamin A bagi ibu pada masa nifas sangat penting karena pemberian vitamin A pada ibu menyusui/ibu nifas baik bagi kesehatan dan status gizi ibu dan anak.
B. Kerangka Teori Status Gizi Dampak
Pertumbuhan
Penyebab langsung
Asupan zat gizi Konsumsi Vit A(KVA)
Penyakit Infeksi (diare)
Pemberian ASI Penyebab Tidak langsung
persediaan pangan
Pola asuh
Sanitasi dan air bersih/pelayan
an kesehatan dasar
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
Pokok masalah di masyarakat
pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Akar masalah nasional
Krisis ekonomi, politik dan sosial
Sumber : UNICEF 1998 dalam Ali Khomsan, 2004 (Modifikasi).
A. Kerangka Konsep Kejadian Diare pada bayi Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas Pertumbuhan pada bayi
B. Hipotesis 1. Ada hubungan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas dengan kejadian diare pada bayi usia 1 - 3 bulan 2. Ada hubungan pemberian kapsul vitamin A
Pertumbuhan bayi usia 1 - 3 bulan
pada ibu nifas dengan