BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES BISNIS DI PT S2P Proses bisnis yang terdapat di PT S2P difokuskan untuk mendukung kehandalan (reliability) dan ketersediaan (availiability) dari unit pembangkit yang dimiliki. Karenanya proses bisnis utama dari PT S2P adalah proses operasi dan pemeliharaan unit pembangkitan, proses bisnis lainnya difokuskan untuk mendukung dan berjalan lancarnya proses bisnis utama. Secara umum hampir semua proses bisnis pembangkitan serupa dalam implementasinya. Yang berbeda hanya jenis pembangkitan yang dikelola dan faktor resiko dari bisnis yang dijalankan. Konsep best practice proses bisnis pembangkitan secara umum seperti terlihat pada Gambar 2.1. Ini merupakan contoh best practice proses bisnis PT PJB dalam mengelola operasi dan pemeliharaan mesin‐mesin pembangkitan listriknya. Karena PT S2P merupakan joint venture company PT PJB dan PT SSP, maka secara umum proses bisnis yang terjadi di PT S2P hampir menyerupai perusahaan induknya. Gambar 2.1 Contoh Best Practice Proses Bisnis Operasi dan Pemeliharaan Pembangkitan Listrik [PT. Mincom Indoservices, MIMS Operation & Maintenance Presentation for PT. PJB]
Pemeliharaan merupakan kunci bagi kelangsungan operasional pembangkitan. Proses ini terdiri dari beberapa fase yaitu: fase identifikasi dan perencanaan pemeliharaan yang 7
dibutuhkan, fase eksekusi pemeliharaan, fase pencatatan riwayat pemeliharaan dan fase continous improvement. Adapun proses bisnis pemeliharaan pembangkit PT S2P seperti terlihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Proses Bisnis Pemeliharaan PT S2P [PT. United Technologies,Maximo Entreprise Suite for PT. S2P]
2.2 PRODUKSI AIR DI PLTU CILACAP Di dalam suatu industri pembangkitan listrik, air dipergunakan dalam berbagai macam keperluan. Keperluan akan air tersebut harus terpenuhi dengan syarat–syarat teknis air yang tertentu pula. Air yang digunakan dalam siklus PLTU Cilacap dihasilkan dari air laut yang diolah menjadi air tawar. Pengolahan air laut menjadi air tawar dilakukan menggunakan metode Reverse Osmosis. Gambar 2.3 menjelaskan proses pengolahan air di PLTU Cilacap. Air yang digunakan dalam siklus pembangkitan listrik ini haruslah memenuhi persyaratan tertentu dan terus dipantau untuk mengetahui kualitas air yang ada. dimana di beberapa titik diambil sampel yang digunakan untuk mengetahui dan memonitor kualitas air lalu dianalisa dalam suatu ruangan yang dinamakan ruangan sample table. Prosedur yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air adalah: air tersebut didinginkan terlebih dahulu dan setelah itu baru dianalisa secara kontinu 24 jam sehari.
8
Gambar 2.3 Proses pengolahan air PLTU Cilacap
Perubahan kualitas air akan langsung diketahui dari pemeriksaan kualitas air yang berlangsung secara kontinu. Karena penurunan kualitas air akan berdampak negatif terhadap peralatan. Kualitas sifat yang dijaga adalah tingkat keasaman air, daya hantar listrik (conductivity) dan disesuaikan dengan batasan yang telah direkomendasikan oleh pabrikan pembuat mesin. Beberapa item dan sifat air yang dianalisa adalah: PH Adalah (‐log) konsentrasi ion hidrogen dalam gram ion per liter (grion/liter). PH biasa digunakan untuk menentukan derajat keasaman dan kebasaan. Daya hantar (Conductivity) Adalah pengukuran kesanggupan air atau larutan untuk menghantarkan arus listrik dan dinyatakan dalam Siemen/Cm dari 1 cm3 pada suhu yang diketahui. Silica (SiO2) Silica perlu dimonitor dengan alasan : deposit silica menyebabkan kapasitas dan effisiensi turbin menurun, pengendapan silica dalam bentuk endapan silicate (deposite silicat) tidak larut dalam air dan susah untuk dihilangkan.
9
Chlorida (Cl‐) Chlorida perlu dimonitor dengan alasan : korosif kerusakan karena hydrogen damage dan piting dalam boiler. Phospat (PO4) Phospat perlu dimonitor dengan alasan : Acid attack (serangan asam) apabila ratio Na ke PO4 rendah, menghindari NaOH bebas. Hydrazine (N2H4) Hydrazine di injeksikan pada condensate water atau feed water. Hydrazine harus diinjeksikan disesuaikan dengan batasan yang telah ditetapkan hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan oksigen yang bisa dihilangkan. Amoniak (NH3) Amoniak diinjeksikan pada condensate water atau feed water. Amoniak digunakan untuk menaikkan PH. DO (Dissolved Oksigen) Monitor DO diperlukan dengan alasan: Oksigen menyebabkan karat, oksigen bereaksi dengan chlorida mengasilkan hidrogen yang merusak (Hydrogen Damage). Air yang telah dianalisa keluar dari ruang sample table dikategorikan sebagai air limbah dan kemudian diolah di WWTP (Waste Water Treatment Plant). Pemakaian air siklus saat ini mengalami kendala sebagai berikut : Besarnya biaya produksi air raw. Besarnya biaya pengolahan limbah. Untuk itu pemanfaatan air limbah sample table mempunyai manfaat dalam pengelolaannya sehingga dapat digunakan sebagai air raw atau dapat digunakan untuk pengembangan produk sampingan dan dapat dijual langsung kepada konsumen sebagai sumber pendapatan yang didapat dari bisnis penunjang. Jika air limbah sample table ini dapat digunakan kembali dan ditampung sebagai air raw, maka keuntungan yang diperoleh adalah: Effisiensi pemakaian air siklus sehingga mengurangi biaya operasi dan diharapkan harga Rp/KWh akan lebih kompetitif. Effisiensi pengolahan limbah WWTP. 10
Air make up sebagai salah satu komponen dalam membangkitkan energi listrik diharapkan mampu menjamin kontinuitas pasokan energi listrik sehingga kepuasan pelanggan terjamin. Menjaga kontinuitas Perusahaan sebagai industri ramah lingkungan dengan memanfaatkan kembali limbah dalam proses siklus. 2.3 DASAR ANALISIS ASPEK‐ASPEK INVESTASI Pendekatan investasi dapat diartikan sebagai suatu penggunaan sumber daya. Investasi selain merupakan suatu pengeluaran yang akan meningkatkan aktiva bagi perusahaan juga akan memberikan harapan suatu pengembalian tertentu. Keputusan berkenaan dengan suatu rencana investasi haruslah mencerminkan keputusan yang rasional. Untuk itu diperlukan suatu cara analisis yang sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. [Siregar & Samadhi, 1989] Tahapan analisis kelayakan investasi dapat dilakukan dengan merujuk pada tahapan analisis pengembangan pabrik, yaitu sebagai berikut: [Siregar & Samadhi, 1989] Tahap I : Identifikasi Peluang Investasi Pada tahap ini perlu dilakukan analisis strategi guna menetapkan tujuan usaha yang akan dicapai. Pelaksanaan identifikasi peluang investasi amat bergantung kreativitas Tahap II: Analisis dan Evaluasi Aspek Usaha Pengkajian dilakukan pada aspek teknis dan operasi, aspek pemasaran, aspek legal dan lingkungan dan aspek ekonomi dan keuangan. Tahap III: Implementasi Setelah usulan investasi diputuskan untuk dilaksanakan, maka persiapan segera dilakukan seperti penyampaian proposal investasi kepada pihak berkepentingan, pembuatan kontrak, perancangan, pengadaan material dan konstruksi. Kelayakan investasi pada umumnya diukur berdasarkan aspek keuangan. Untuk menjawab semua hal di atas, perlu dilakukan proses analisa dan tahapan pemecahan masalah yang sesuai. Sehingga dapat memberikan gambaran untuk pemecahan masalah pemanfaatan air limbah sample table dengan tepat. Metode analisa yang dibangun dilakukan berdasarkan pemikiran logik dan dilakukan dengan pendekatan permasalahan secara sistematik.
11
Gambar 2.4 menunjukkan dan mengilustrasikan ketiga tahapan analisis pengembangan pabrik [Siregar, 1991]. Gambar 2.4 Kerangka Pendekatan Analisis Proyek Pengembangan Pabrik [Siregar, 1991]
2.3.1 ANALISIS STRATEGIK Analisis strategik dapat dilakukan melalui analisis struktur industri. Perusahaan harus menilai dampak lima kekuatan dalam struktur industri terhadap keuntungan jangka panjangnya. Kelima kekuatan tersebut adalah [Porter, 1996]: intensitas persaingan, keberadaan pesaing potensial, produk subsitusi, kekuatan tawar pembeli, dan kekuatan tawar pemasok. Gambar 2.5 mengilustrasikan kelima kekuatan tersebut. Gambar 2.5. Lima Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri [Porter, 1996]
12
2.3.2 ANALISIS ASPEK‐ASPEK INVESTASI Ruang lingkup suatu rencana investasi terdiri dari aspek‐aspek berikut: 1. Aspek pemasaran, mencakup: identifikasi karakteristik pasar, proyeksi permintaan, dan proyeksi harga. 2. Aspek teknologi dan operasi, mencakup: perencanaan produk, perencanaan kapasitas, perencanaan proses dan fasilitas produksi, dan perencanaan lokasi 3. Aspek manajemen, mencakup: perencanaan organisasi dan perencanaan tenaga kerja termasuk pelatihan. 4. Aspek Lingkungan, mencakup: analisis dampak dari rencana investasi terhadap lingkungan sekitar baik lingkungan fisik maupun sosial dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi dampak terhadap lingkungan. Proyek pemanfaatan limbah sample table PLTU Cilacap akan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Untuk itu perlu kiranya menentukan suatu metoda dalam mengkuantifikasi dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Salah satu cara untuk mengkuantifikasi dampak atau kerugian akibat pembangunan suatu proyek adalah dengan menggunakan pendekatan nilai ekonomi sumberdaya yang hilang akibat pembangunan dengan rumus TEV. Dimana: TEV
TEV
n
p ( UV) ( NUV)
i1
( 1 r)
i
n
p ( DUV IUV OV) ( EV BV)
i 1
( 1 r)
i
Dimana masing‐masing variabel mempunyai arti dan dapat dihitung dengan menggunakan definisi seperti dibawah ini: TEV adalah Total Economic Value (Nilai Ekonomis Total) yaitu nilai ekonomi diukur dalam terminologi sebagai kesediaan membayar/Willingness To Pay (WTP) untuk mendapatkan komoditi tersebut.
13
Dengan p adalah banyaknya populasi yang ada dalam proyek. r adalah diskon rate pertahun proyek. i adalah lamanya waktu proyek berjalan. UV adalah Uses Value (Nilai Manfaat). Dimana komponen untuk menghitungnya adalah yang terdiri dari DUV, IUV, dan OV. DUV adalah Direct Uses Value (Nilai Manfaat Langsung). Perhitungan nilai manfaat langsung dari komoditas, terlepas dari ada/tidaknya nilai pasar terhadap komoditi tersebut. Metode DUV yang dapat dipakai adalah Market Value (Nilai Pasar): jika komoditi tersebut dapat diperdagangkan, CVM (Contingent Valuation Method): jika komoditi tidak diperdagangkan dipasar, tetapi seolah‐olah komoditi tersebut diperdagangkan. Contohnya adalah harga kenyamanan lingkungan, berapa perkiraan nilai rupiah untuk proyek perbaikan kenyamanan lingkungan (ditanyakan kepada questioner) yang pantas?, Hedonic Pricing (HP): jika komoditi tidak diperdagangkan dipasar. Nilai ekonomisnya didekati dari atribut / karakteristik yang melekat dari komoditi tersebut. Contohnya adalah nilai keindahan alam dan udara bersih dapat dinilai melalui harga rumah yang berada disuatu lokasi tersebut, dan Travel Cost Method (TCM): jika komoditi tersebut dianggap mempunyai nilai wisata. Nilai ekonomisnya merupakan nilai total dari biaya tiket, biaya perjalanan PP, biaya penginapan, biaya makan, dll selama wisata. IUV adalah Indirect Uses Value (Nilai Manfaat Tidak Langsung). Yaitu komoditas yang karena keberadaannya tidak dapat langsung diambil. Metoda yang dipakai untuk mengukur nilai ekonomis IUV: Biaya Pencegahan (Control Cost), Pendekatan Produktifitas (Productivity Approach), Biaya Pengganti (Replacement Cost), dan Biaya Relokasi / Pemindahan (Relocation Cost). OV adalah Option Value (Nilai Pilihan). Potensi langsung/tidak langsung dari komoditi tersebut dimasa yang akan datang dengan asumsi komoditi tersebut tidak mengalami kemusnahan atau kerusakan. NUV adalah Non Uses Value (Nilai Bukan Manfaat). Didapat dengan menghitung nilai dari EV dan BV.
14
EV adalah Eqsistence Value (Nilai Keberadaan). Yaitu komoditi yang terlepas dari manfaat yang dapat diambil daripadanya ini lebih berkaitan dengan nilai relijius yang melihat adanya hak pada setiap komponen komoditi. BV adalah Bequest Value (Nilai Warisan). Merupakan nilai komoditi yang berkaitan dengan perlindungan dan pengawetan agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga dapat mengambil manfaat sebagaimana manfaat yang telah diambil generasi sebelumnya. 5. Aspek Finansial, mencakup: Estimasi Biaya Investasi Ketepatan dari estimasi biaya sangat tergantung pada hasil analisis pemasaran, teknis dan operasi, manajemen. Estimasi biaya investasi dapat dilakukan dengan metoda berikut: a. Metoda estimasi parametrik Biaya merupakan fungsi dari waktu, kapasitas produksi dan lokasi dimana investasi akan dilaksanakan. b. Metoda estimasi elementer Elemen biaya investasi dapat dikelompokkan atas: Investasi untuk modal kerja (Net working capital) Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan produksi sampai diperolehnya pendapatan dari penjualan. Investasi ini meliputi kas, persediaan, dan pengeluaran tunai lainnya seperti air, listrik, perawatan mesin, bahan bakar, asuransi, dan biaya sewa. Investasi untuk aktiva tetap Termasuk untuk keperluan tangible assets seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, serta peralatan kantor, dan untuk keperluan intangible assets seperti biaya persiapan dan lisensi. 2.3.3 SUMBER PEMBIAYAAN INVESTASI Berdasarkan asalnya, pembiayaan investasi dapat dikelompokkan atas: 1. Sumber internal, merupakan dana yang berasal dari perusahaan. Dana internal dapat bersumber dari: laba ditahan, dana penyusutan.
15
2. Sumber eksternal, merupakan dana yang berasal dai luar perusahaan. Sumber dana eksternal dapat bersumber dari: kredit, penjualan saham, penjualan obligasi, leasing. Bagaimana perusahaan merencanakan sumber pendanaan investasi akan mempengaruhi resiko yang akan ditanggung perusahaan yang akan tercermin melalui biaya modal dari investasi. 2.3.4 ESTIMASI PENYUSUNAN ARUS KAS Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap kelayakan suatu investasi, terlebih dahulu perlu disusun perkiraan arus kas dari setiap alternatif investasi. Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan dari suatu investasi ditentukan oleh arus kas. Arus kas memberikan gambaran tentang aliran dana tunai secara menyeluruh baik berupa pemasukan tunai (arus kas masuk) maupun pengeluaran tunai (arus kas keluar). Arus kas disusun dengan mempertimbangkan setiap elemen pendapatan tunai dan elemen biaya tunai pada setiap periode selama umur investasi 2.3.5 ASPEK RESIKO DAN IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MENIMBULKAN RESIKO Aspek resiko dalam investasi didefinisikan oleh Knight sebagai situasi dimana peluang terjadinya setiap peristiwa yang mungkin terjadi dapat ditentukan [Blair & Kenny, 1987]. Dalam investasi, resiko merupakan variabilitas dari tingkat pengembalian aktual dengan tingkat pengembalian yang diharapkan, yang dilihat melalui [Van Horne & Wachowicz, 1995]: a. Standar deviasi: makin kecil standar deviasi suatu distribusi kemungkinan kriteria investasi, makin kecil resiko investasi. b. Koefisien variansi: perbandingan antara standar deviasi dengan ekspektasi harga rata‐ rata suatu distribusi kemungkinan kriteria investasi. Makin kecil koefisien variansi, makin kecil resiko investasi. Informasi mengenai standar deviasi dapat digunakan untuk memperkirakan peluang suatu investasi menemui kegagalan, yaitu peluang investasi gagal mencapai pengembalian yang diharapkan. Bila kita bekerja dengan distribusi probabilitas diskrit, peluang kegagalan investasi didapat dengan menjumlahkan peluang‐peluang diperolehnya pengembalian di bawah tingkat yang diharapkan. Bila kita bekerja dengan distribusi probabilitas kontinu, hal ini menjadi lebih sulit. Perlu diasumsikan kita menghadapi distribusi normal. Kemudian dengan rumus: 16
Z
RR
dimana,
R = besarnya pengembalian yang diharapkan R = tingkat pengembalian rata‐rata.
= standar deviasi Maka peluang kegagalan dapat diketahui yaitu dengan mengkonversi nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel luas daerah dibawah kurva distribusi normal [Van Horne & Wachowicz, 1995]. Pertimbangan resiko dalam pengambilan keputusan mengenai kelayakan perlu dilakukan karena investasi adalah kegiatan yang bersifat jangka panjang. Dalam jangka panjang hampir seluruh aspek usaha dapat mengalami perubahan yang kompleks dan sulit diperkirakan. Oleh karena itu diperlukan analisis resiko untuk memperkirakan dampak dari perubahan aspek‐aspek usaha [Siregar, 1999] Pertimbangan resiko harus mencakup setiap resiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan investasi, karena perusahaan berjalan dengan adanya dukungan fungsi pembiayaan, fungsi investasi, fungsi produksi dan fungsi pemasaran. [Siregar & Samadhi, 1989] Resiko dalam analisis investasi dapat dipertimbangkan dengan menggunakan pendekatan [Weston & Brigham]: a. Metode penyesuaian suku bunga kapitalisasi. Menyesuaikan suku bunga kapitalisasi arus kas dengan tingkat resiko investasi. Investor akan mensyaratkan suku bungan yang lebih tinggi untuk setiap kenaikan resiko yang ditanggungnya. Selanjutnya analisis investasi dilakukan dengan menggunakan kriteria keputusan NPV. b. Metode penyesuaian arus kas. Membandingkan arus kas beresiko dengan arus kas tanpa resiko sehingga diperoleh faktor penyesuaian arus kas (α). Nilai α makin kecil jika resiko investasi makin tinggi. 17
c. Metode analisis sensitivitas Ditentukan paling tidak tiga situasi yang mungkin terjadi yaitu optimistik, normal dan pesimistik. Untuk setiap skenario diperkirakan besarnya penyimpangan variabel aspek usaha dari kondisi normal, yang dibatasi pada aspek penting seperti nilai investasi, biaya produksi, harga jual, permintaan, suku bunga, dan struktur pembiayaan investasi. d. Metode simulasi Merupakan teknik analisis dengan menirukan perilaku suatu sistem. Metode simulasi memungkinkan analisis investasi dilakukan secara rinci sehingga lebih mendekati permasalahan nyata. Hertz [1964] memodelkan sistem investasi dengan menggunakan kriteria IRR dan delapan variabel acak. Model simulasi perencanaan investasi Hertz, meliputi: ukuran pasar, pertumbuhan pasar, pangsa pasar, harga jual, nilai investasi, biaya operasi, biaya tetap, umur investasi. Model simulasi Hertz dapat mempertimbangkan pengaruh resiko terhadap kinerja investasi secara lebih rinci dari ketiga metode sebelumnya. Kelebihan utamanya terletak pada kemampuannya dalam menggambarkan variabilitas kinerja investasi dalam bentuk distribusi peluang. Kelemahannya terutama adalah metode itu tidak dapt menjelaskan secara eksplisit hubungan antara resiko dengan kinerja investasi. Model simulasi perncanaan investasi Hertz ini juga masih mengandung keterbatasan. Pertama, model tersebut belum mempertimbangkan seluruh resiko yang muncul dalam proses bisnis. Kedua, variabel dari beberapa aspek usaha seperti nilai investasi dan biaya operasi masih memiliki tingkat agregasi yang tinggi. Ketiga, model Hertz belum mempertimbangkan efek pengungkitan (leverage) baik pengungkitan operasi (operating leverage) maupun keuangan (financial leverage), yang penting dalam mempertimbangkan resiko. Tetapi dengan mempertimbangkan kompleksitas permasalahan investasi, pendekatan simulasi merupkan metode analisis resiko yang memadai [Siregar, 1999]. Dalam pengembangan model simulasi analisis resiko, bertitik tolak dari keterbatasan model Hertz, pada Tabel 2.1 berikut ditunjukkan cakupan resiko yang perlu dipertimbangkan [Siregar, 1999]
18
Tabel 2.1 Kerangka pengembangan model simulasi analisis resiko investasi [Siregar, 1999] CAKUPAN RESIKO 1. Fungsi Pembiayaan
2. Fungsi Investasi
3. Fungsi Produksi
4. Fungsi Pemasaran
FAKTOR/VARIABEL ACAK YANG PENGARUH PADA ARUS KAS RELEVAN Karakteristik Pasar Modal Biaya bunga dan deviden Kebijakan Moneter Biaya bunga Ketersediaan sumber dana Jumlah equity dan hutang, cicilan pokok Kebijakan investasi perusahaan: Biaya bunga dan deviden struktur modal dan biaya, umur Nilai sisa aktiva Pajak penghasilan investasi. Kebijakan investasi pemerintah: Biaya persiapan pajak penghasilan, perijinan, Nilai investasi dan biaya operasi subsidi dan hibah, bantuan teknis Ketersiadaan & biaya faktor input: Investasi modal kerja Biaya bahan baku Persediaan Nilai Investasi Bahan baku Mesin peralatan, tanah & Nilai sisa dan biaya tak langsung bangunan. pabrik Tenaga kerja Biaya tenaga kerja Keandalan proses produksi: Nilai penjualan dan biaya operasi Kapasitas produksi Biaya tak langsung dan investasi Perbaikan & pemeliharaan modal kerja Kemajuan teknologi Harga produk dan nilai sisa Kualitas produk aktiva Biaya produksi dan biaya komersial Nilai penjualan dan biaya Perubahan perilaku konsumen komersial Persaingan usaha (harga produk, Nilai penjualan dan biaya pangsa pasar produk subsitusi) komersial Pertumbuhan pasar Nilai penjualan
2.3.6 EVALUASI DAN KRITERIA PENILAIAN INVESTASI Ada banyak kriteria keputusan yang digunakan untuk menganalisa suatu investasi, yaitu [Husnan & Suwarsono, 1997]: Average Rate Of Return, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Of Return, Profitability Index. Umumnya kriteria yang digunakan diturunkan dari formulasi: n
P t o
Rt
1 r t
dimana, t
= periode waktu analisa, dari 0 sampai ke n
Rt
= besarnya pengembalian pada selang waktu ke t
19
R
= tingkat bunga, yang merupakan tingkat bunga yang berlaku di pasaran atau
tingkat pengembalian minimal yang ditetapkan oleh penanam modal P
= besarnya nilai sekarang
Kriteria keputusan yang digunakan harus bisa mencerminkan harapan hasil yang akan diperoleh di masa datang, yaitu dapat menggambarkan nilai waktu dari uang, mengukur tingkat profitabilitas, menggambarkan stabilitas proyek melalui fluktuasi arus kas, serta mengukur resiko. Average rate of return (ARR) dan Payback Period (PP) mempunyai kelemahan yang sama yaitu diabaikannya nilai waktu dari uang, padahal nilai waktu uang sangat penting bagi proyek yang memberikan manfaat jangka panjang. Kalaupun metode payback didiskontokan, masih ada kelemahan lainnya yaitu diabaikannya arus kas setelah periode payback. Selain itu tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback maksimum yang diperkenankan. Net Preset Value (NPV), Internal Rate Of return (IRR), dan profitability index (PI) memperhitungkan nilai waktu uang. NPV dan IRR memberikan hasil yang lebih baik dari PI, karena dengan menggunakan metode NPV dan IRR kita menggunakan nilai absolut.
20