BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI, sebagai penambah kekurangan ASI (Husaini, 2001). Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2004). Makanan pendamping ASI berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Proses ini membutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan
pencernaan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).
8
9
2. Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan seorang anak, jika anak tidak mengalami peningkatan maka menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi (Diah, 2000). Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
optimal,
menghindari
terjadinya kekurangan gizi, mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien. Anak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi ( Husaini, 2001). Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat adalah kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Ariani, 2008).
10
3. Waktu Pemberian MP-ASI Air Susu Ibu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai di berikan pada umur enam bulan satu hari, pada usia ini otot dan syaraf di dalam mulut bayi cukup berkembang unutk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004). Waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan resiko sebagai berikut (Ariani, 2008) : a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan pada umur kurang dari 6 bulan. Makanan tersebut dapat menjadi pengganti ASI, sehingga apabila makanan diberikan, maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu akan memproduksi ASI nya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. b. Anak mendapat faktor pelindung ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat. c. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer sehingga mudah dicerna bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit. Akibat dari tidak diberikannya ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang terlambat : a. Anak tidak mendapat makanan tambahan yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan nutrient dan energy.
11
b. Anak akan berhenti pertumbuhan nya atau lambat. c. Pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikro nutrien meningkat.
4. Syarat Makanan Tambahan Persyaratan makanan tambahan untuk bayi antara lain : mengandung nilai energi dan protein yang tinggi, memiliki suplementasi yang baik, yaitu mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal, dan jenis MP-ASI disesuaikan dengan jenis sasaran (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan bagi bayi dapat menghasilkan energi setinggi mungkin, sekurang-kurangnya mengandung 360 kkal per 100 gram bahan. Syarat makanan tambahan bagi bayi yaitu bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna diberikan seminimal mungkin, sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan. Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan antara lain ( Depkes,2006) : a. Kepadatan Energi/Densitas Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram b. Protein Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal dengan mutu protein tidak kurang dari 70% Kasein standar. Nilai Protein Energi % mempunyai range antara 10 – 18 c. Lemak Kandungan Lemak mempunyai jarak antara 1,5 gr – 4,5 gr per 100 Kal.
12
Pemberian Makanan Tambahan ASI (MPASI) akan berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan pemberian MPASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan empat hal berikut ini: a. Saat yang tepat pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia di atas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi. Sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan risiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan bisa diperoleh tidak hanya dari tenaga kesehatan, tapi juga dari internet, majalah dan buku mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS. b. Adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan sebaiknya mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup karena dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Secara sederhana, ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan anak, tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak berkekurangan dan tidak akan membuat, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan karena asupan protein dan mikronutrien terabaikan. c. Bersih dan Aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.
13
d. Suasana psikososial yang menyenangkan. Pemberian makan pada anak bukan hanya untuk memberikan asupan nutrisi, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang. Di samping itu pengenalan beragam jenis makanan baik bentuk, tekstur, bau, dan rasa adalah bagian dari upaya memberikan stimulasi/rangsangan pada anak. Lebih jauh lagi, kemampuan makan adalah bagian dari tahapan perkembangan seorang anak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan dan pola pemberian makan adalah suatu proses pembelajaran,
anak belajar
mengunyah serta mengulum, juga mengenal aroma dan rasa. Oleh karena fungsi makan tidak sesederhana memberikan asupan nutrisi saja, dan kegagalan pemberian makanan bisa berdampak buruk di kemudian hari, maka suasana psikososial yang menyenangkan mutlak diperlukan oleh seorang anak pada waktu makan. Dengan kata lain, waktu pemberian makan sebaiknya tidak menjadi waktu yang ”menegangkan” bagi ibu atau pengasuh dan anak (Lely, 2005). 5. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Djitowiyono (2010)
ada beberapa cara memberikan
makanan tambahan kepada bayi, antara lain sebagai berikut : a. Makanan bayi diberikan sedikit demi sedikit secara perlahan dari bentuk encer ke bentuk yang lebih kental secara bertahap. b. Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi dapat menerimanya. c. Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba terlebih dahulu, misalnya telur berikan kuningnya terlebih dahulu setelah tidak ada reaksi alergi, maka hari berikutnya boleh diberikan putihnya. d. Makanan pada bayi diberikan hanya ketika bayi merasa lapar.
14
Tabel 2.1 Daftar Pemberian Makanan Bayi
Umur ( Bulan) 0−6 6–8 8-10 10-12 12-24
Jenis Makanan ASI ASI Bubur Susu ASI Bubur susu ASI Nasi tim ASI Buah Makanan keluarga
Pemberian dalam Sehari (Kali) Sekehendak 1 2 1 2 3-4 3 2-3 1 3
Sumber : Djitowiyono, 2010
6. Jenis Makanan Tambahan Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari makanan berbentuk cair ke kental lalu bertahap menjadi keras seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan tambahan (Chintia, 2008) : a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama kali, misalnya bubur susu dan sari buah. b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak ke makanan biasa seperti nasi tim. c. Makanan biasa yaitu termasuk makanan orang dewasa yang disajikan seperti nasi. Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak harus mudah dicerna dan bukan makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi. Makanan yang diberikan kepada bayi sebaiknya tidak diberikan tambahan apapun seperti garam dan gula karena garam dapat merusak ginjal bayi,
15
sedangkan gula dapat membuat bayi menyukai makanan manis yang dapat merusak gigi (Luluk, 2005). 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indriyawati (2010) faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI antara lain pengetahuan gizi ibu dan pendidikan ibu, sedangkan status pekerjaan ibu dan sikap ibu tidak mempengaruhi faktor pemberian MP ASI. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Simandjuntak (2001) antara lain pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi dan pemberian ASI pertama kali atau inisiasi menyusui merupakan faktor yang dominan pengaruhnya terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini.
B. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Rahman (2003) pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. 2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat
16
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi atau objek. Menurut
Notoatmodjo
(2007),
belajar
adalah mengambil
tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek belajar.
17
Menurut Petersen (2004), cara orang belajar itu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor internal yang berpengaruh
diantaranya
kemampuan
intelektual,
kemampuan
konsentrasi, daya ingat, emosi, kepercayaan, nilai, dan status sosial. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya gaya mengajar guru, lingkungan, hadiah (reward). Menurut Triarso (2009), ada faktorfaktor yang mempengaruhi proses belajar meliputi: a. faktor internal : fisiologis (kondisi fisik sehat atau sakit, pancaindra), psikologis (kecerdasan, minat, bakat). b. faktor eksternal : lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi, teman-teman sekelas), lingkungan sosial masyarakat (tempat tinggal siswa), lingkungan sosial keluarga ( ketegangan di dalam keluarga, sifat orang tua, pengelolaan keluarga), lingkungan alamiah (kondisi udara), faktor instrumental (gedung sekolah, alat belajar, peraturan sekolah, buku panduan), faktor materi (bahan yang akan diajarkan, metode dan kondisi siswa). 3. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Faktor yang berpengaruh dalam tingkat pengetahuan seseorang menurut Nasution (1999) dalam Notoatmodjo (2003) antara lain : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. b. Informasi Seseorang yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan
peningkatan terhadap tingkat pengetahuan orang
tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat diperoleh melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
18
c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin bertambahnya
umur
dan
pendidikan
yang
tinggi,
maka
pengalaman seseorang akan lebih jauh lebih luas. e. Sosial Ekonomi Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misalnya sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi. f. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat
pengetahuan dapat
dilakukan dengan
wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dari responden. C. Karakteristik Ibu Menyusui Karakteristik ibu menyusui antara lain : a. Umur Adalah hidup, nyawa (Em Zul Fajri, 2001). Umur adalah lamanya usia seseorang sejak lahir sampai sekarang. Dengan bertambahnya umur atau usia seseorang maka akan bertambah
19
pula pengetahuannya. Kematangan organ reproduksi dan siap untuk mengalami kehamilan menurut Departemen Kesehatan adalah umur 20 tahun sampai 35 tahun, karena semua organ reproduksi wanita pada usia tersebut dianggap telah siap untuk hamil baik secara fisik maupun mental, emosional, dan psikologi. Pada wanita umur lebih dari 35 tahun sudah mulai terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama yang berakibat terjadinya komplikasi pada kehamilan dan persalinan, karena pada umur 35 tahun ke atas, biasanya penyakit-penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, atau diabetes sudah sering muncul. Penyakit pada pembuluh darah seperti tekanan darah tinggi, penyempitan dan pengapuran, dari segi psikologi perkembangan bahwa sekitar umur 20 tahun merupakan awal dewasa dan berlangsung sampai sekitar umur 45 tahun. Pada masa dewasa ini seorang mulai menggunakan pemikiran operasional formalnya sehingga mampu merencanakan dan menyusun suatu pemecahan masalah. b. Pendidikan Pendidikan adalah proses dan pengubahan sikap dan perilaku
sesorang
atau
kelompok
orang
dalam
usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya (Em Zul Fajri, 2002). Pendidikan adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan ( Notoatdmojo, 2003). Keterbatasan pendidikan / keterampilan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).
20
1) Unsur-unsur pendidikan antara lain ( Notoadtmojo, 2003) : a) Input Sasaran
pendidikan
(individu,
kelompok,
atau
masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan). b) Proses Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. c) Output Melakukan apa yang diharapkan/perilaku.
2) Metode pendidikan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
suatu
proses
pendidikan disamping masuknya sendiri juga metode materi atau
pesannya,
pendidikan
atau
petugas
yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa masukan ( sasaran pendidikan ) tertentu juga harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus di sesuaikan dengan sasaran, demikian alat bantu pendidikan juga disesuaikan. c. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (Bobak, 2005). Paritas berasal dari kata para yang artinya jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu atau
lebih.
Pengelompokkan
paritas
menurut
jumlahnya
kelahirannya terdapat 3 kelompok yaitu nullipara, primipara dan multipara, yang dimaksud dengan nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari
21
28 minggu. Dalam hal ini seorang dikatakan nullipara apabila wanita tersebut belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Sedangkan yang dimaksud dengan primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dengan janin mencapai umur kehamilan 28 minggu atau lebih, multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya dua kali atau lebih.
d. Pekerjaan Pekerjaan adalah perbuatan melakukan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapat hasil (Arman, 2002). Pekerjaan berpengaruh terhadap penghasilan dan waktu ibu, dimana tidak ada waktu ibu untuk menyusui maka ibu akan memberinya makanan buatan (MP ASI) bisa berupa susu formula atau makanan. Status pekerjaan adalah kebutuhan sesorang di dalam melakukan pekerjaan, yaitu apakah orang tersebut berkedudukan sebagai buruh atau karyawan perusahaan dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap, buruh dibantu oleh karyawan tetap, pekerja keluarga tanpa upah atau sebagai pekerja social ( Hasibuan, 2003 ). e. Penghasilan Penghasilan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, jadi yang dimaksud dalam penelitian ini aadalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.
22
D. Kerangka Teori Penelitian Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
Faktor yang berpengaruh dalam tingkat pengetahuan : -
Tingkat pendidikan Informasi Pengalaman
Sosial/ekonomi Budaya Pekerjaan Penghasilan
Tingkat Pengetahuan Ibu
Ketepatan pemberian makanan pendamping ASI
Sumber: Notoadtmojo (2003) dan Nasution (1999)
23
E. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : variabel bebas
variabel terikat
Tingkat pengetahuan ibu
Ketepatan pemberian makanan pendamping ASI variable perancu :
Ket :
Sosial ekonomi Pekerjaan ibu Pendidikan ibu
: variable bebas dan terikat : variable perancu
Skema 2.2
Kerangka Konsep penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Ketepatan Pemberian Makanan Pendamping ASI Di Desa Plantaran dan Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2012.
F. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent (bebas)
Variabel bebas penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu. 2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel terikat penelitian ini adalah ketepatan pemberian makanan pendamping ASI.
G. Hipotesis Penelitian Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap ketepatan pemberian makanan pendamping ASI di Desa Plantaran dan Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan tahun 2012.