4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Lanskap Menurut Simonds (1983), proses desain adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal yang diharapkan dan cara yangterbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan. Perhatian perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang, serta setiap volume yang memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Menurut Hakim (1987), untuk memberikan kesan komposisi yang paling serasi atau ideal dalam suatu perancangan maka harus memperhatikan elemenelemen desain yaitu tekstur, warna, bentuk, dan skala. Tekstur berfungsi untuk memberi kesan pada persepsi manusia melalui penglihatan visual. Bentuk akan memberikan berbagai kesan seperti statis, stabil, formal, agung, tuntas, labil, dan aktif. Elemen warna dapat memperjelas karakter objek dan memberi aksen pada bentuk dan bahan-bahannya. Skala untuk menunjukan perbandingan antara ruang dengan elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Menurut Sulistyantara (2006), elemen perancangan terdiri atas titik, garis, bentuk, warna, tekstur, aroma, motif, gaya, ragam, suara, ruang, dan waktu. Titik adalah suatu unsur awal dari sebuah bentuk. Titik yang berdiri sendiri di dalam suatu ruangan akan menciptakan perhatian lebih dibanding dengan banyak titik. Garis merupakan kumpulan dari beberapa titik yang terhubung. Garis dapat menuntun mata manusia ke arah tertentu. Bentuk merupakan kumpulan garis yang saling terhubung. Bentuk dibedakan menjadi 3, yaitu bentuk lurus, bersudut, dan lengkung. Warna merupakan suatu pemahaman akan sifat dan kesan yang sangat penting untuk untuk mendapatkan hasil desain yang baik. Tekstur dari permukaan bentuk dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur kasar dan halus yang dapat menunjukan karakter dari suatu bentuk.Dalam warna yang sama, tekstur yang lebih lembut akan menampakkanintensitas warna lebih kuat daripada kasar (Sulistyantara, 2006). Aroma dalam suatu bentuk dapat menciptakan kelebihan yang mendukung sekitarnya. Motif adalah suatu susunan elemen baik berupa dua dimensi maupun tiga dimensi yang membentuk kesatuan pola atau ragam tertentu.
5
Motif memiliki alur yang sama sehingga dalam penerapan motif ke dalam bentuk harus sejalan dengan irama ruangan. Penggunaan motif yang tidak sesuai dan berlebih akan menghancurkan suasana. Suara adalah elemen yang penting dalam merancang suatu lanskap. Suara dikategorikan menjadi dua macam yaitu suara yang mengganggu dan suara yang tidak mengganggu. Suara mengganggu harus di minimalisasi dengan rekaya lanskap menggunakan media diantaranya tanaman. Ruang adalah suatu tempat yang terbentuk oleh adanya jarak antar benda. Nilai estetis dan fungsi dapat diciptakan dengan pengaturan ruang di dalam suatu lanskap. 2.2 Sistem Transportasi Sistem transportasi adalah suatu himpunan gerak perpindahan yang merupakan suatu susunan dari unsur-unsur transportasi itu sendiri yang saling berkait dan membentuk pola tertentu yang apabila pola tersebut berubah maka akan berubah pula seluruh pola yang ada sedangkan transportasi (Pengangkutan) adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan kendaraan (Warpani, 1990). Menurut Warpani (1990), macam sistem transportasi dibagi menjadi tiga sub sistem transportasi yaitu : 1. Transportasi darat, yaitu proses gerak perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan darat. Titik simpul dari transportasi darat adalah terminal bus dan stasiun kereta api. 2. Transportasi laut, yaitu proses gerak perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan laut. Sedangkan simpul dari sistem transportasi laut adalah pelabuhan 3. Transportasi udara, yaitu proses gerak perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan udara. Titik simpul dari sistem transportasi udara adalah bandara / pelabuhan udara. Berdasarkan penggunanya jenis transportasi dibagi menjadi dua yaitu : 1. Transportasi barang, yaitu kegiatan transportasi yang melayani angkutan barang terdiri atas barang mati dan barang hidup (ternak)
6
2. Transportasi manusia, yaitu kegiatan transportasi yang melayani angkutan manusia (penumpang). Transportasi memiliki kajian sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Sistem tersebut dikenal dengan sistem transportasi secara menyeluruh (makro) yang dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem transportasi yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut adalah : 1. Sistem kebutuhan akan transportasi; 2. Sistem prasarana transportasi; 3. Sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas; 4. Sistem kelembagaan. Sistem kebutuhan akan transportasi merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari. Pergerakan yang meliputi pergerakan manusia dan barang itu jelas membutuhkan sarana transportasi danprasarana tempat moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan itu merupakan sistem transportasi mikro yang kedua, yang meliputi sistem jaringan jalan raya dan kereta api, terminal bus dan stasiun kereta api, serta bandara dan pelabuhan laut. Peranan sistem jaringan transportasi mempunyai dua tujuan utama sebagai prasarana perkotaan. Interaksi antara sistem kebutuhan akan transportasidan sistem prasarana transportasi akan menghasilkan pergerakan manusia dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan pejalan kaki. Sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika sistem pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik. Kemacetan yang sering terjadi di kota besar di Indonesia biasanya disebabkan oleh kebutuhan akan transportasi yang lebih besar dibandingkan dengan prasarana transportasi yang tersedia sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Sistem kebutuhan akan transportasi, prasarana transportasi, rekayasa dan manajemen lalu lintas, dan kelembagaan saling mempengaruhi.
7
Perubahan sistem kebutuhan akan transportasi mempengaruhi sistem prasarana transportasi melalui perubahan pada tingkat pelayanan di sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem prasarana transportasi dapat mempengaruhi sistem kebutuhan akan transportasi melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas sistem pergerakan. Selain itu, sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas berperan penting dalam menampung sistem pergerakan agar tercipta sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhi sistem kebutuhan akan transportasi prasarana. Melalui keterkaitan tersebut terdapat beberapa individu, kelompok, instansi pemerintah serta swasta yang terlibat dalam setiap sistem transportasi mikro melalui. Kebijakan yang diambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik penegakan hukum yang baik. Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa pemerintah, swasta, dan masyarakat seluruhnya dapat berperan mengatasi kemacetan. 2.3 Angkutan Jalan Raya 1. Macam sub-sistem transportasi darat Menurut Warpani (1990), angkutan transportasi darat dapat dibedakan menjadi dua golongan dan masing-masing golongan masih dibedakan lagi menjadi beberapa sub yaitu : a. angkutan jalan raya (angkutan umum bermotor dan angkutan umum nonmotor); b. angkutan rel kereta api; c. angkutan kabel/gantung; d. angkutan air-darat (angkutan sungai dan danau). 2. Macam sub-sistem transportasi jalan raya a. Berdasarkan Jenis Angkutan 1) Angkutan Umum Bermotor Jenis angkutan ini adalah semua angkutan yang menggunakan mesin atau motor sebagai penggeraknya. Angkutan umum bermotor ini dibagi menjadi dua sub bagian yaitu angkutan umum bus dan non
8
bus (taksi, mikrolet dan sebagainya). Adapun angkutan umum bus yaitu sebagai berikut : a) angkutan umum bus (1) Angkutan umum bus kota Angkutan umum bus kota merupakan sarana transportasi bagi penduduk kota tersebut. Angkutan ini mempunyai trayek tetap dan biasanya bus kota melayani daerah utama atau vital dari kegiatan kota. Pemberhentian awal dan akhir dari angkutan ini adalah terminal sedangkan pemberhentian tengah adalah halte bus. (2) Angkutan umum bus antar kota Angkutan ini merupakan sarana transportasi bagi penduduk atau orang yang berpergian ke luar kota. Biasanya angkutan bus antar kota mempunyai trayek tetap. Terminal merupakan titik awal dan akhir dari perjalanan. Angkutan umum bus antar kota ini dibedakan menjadi : (a) Berdasarkan jarak tempuh I.
Bus cepat, angkutan umum bus yang jarak tempuhnya menengah jauh, yaitu antara 400 km1000 km ke atas. Lama waktu menunggu penumpang bus ini 30 menit sampai 1 jam.
II.
Bus non cepat, angkutan umum bus yang mempunyai jarak tempuh dekat menengah, yaitu antara 40 km- 400 km. Lama waktu menunggu penumpang di terminal biasanya 15 menit sampai 1 jam.
(b) Berdasarkan tempat duduk yang tersedia dan dimensi kendaraan. I.
Bus besar, angkutan umum yang mempunyai kapasitas antara 40-50 kursi dengan dimensi panjang 10 m, lebar 2,4 m dan tinggi 3 m.
9
II.
Bus sedang, angkutan umum yang mempunyai kapasitas 25-30 kursi dan dengan dimensi panjang 7,5 m, lebar 2,2 m, dan tinggi 2,5 m
b) Angkutan umum non-bus Angkutan umum non bus merupakan sarana transportasi dalam kota dan juga antar desa ataukota lain yang jaraknya relatif dekat, tetapi ada juga yang mempunyai jarak jauh seperti angkutan umum travel. Angkutan umum non bus ini antara lain taksi, mikrolet, dan station wagon (travel dan non travel). c) Angkutan umum truk Angkutan
umum
truk
digunakan
sebagai
sarana
transportasi barang. Biasanya trayek yang ditempuh sesuai dengan barang yang akan dikirim. Pemberhentian awal dan akhir biasanya terminal atau pangkalan dan agen. Pemberhentian tengah biasanya di sembarang tempat. 2)
Angkutan umum non-motor Jenis angkutan ini adalah semua jenis angkutan umum yang tidak menggunakan mesin atau motor sebagai penggeraknya. Angkutan ini meliputi becak, andong, dan sebagainya.
b. Berdasarkan area pelayanan 1) Angkutan dalam kota Semua jenis angkutan umum yang mewadahi atau melayani area perkotaan, jenis angkutan beragam, dan telah mempunyai trayek atau jalur-jalur yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Trayek menyebar ke seluruh bagian wilayah kota. Pemberhentian awal dan akhir adalah terminal sedangkan pemberhentian tengah biasanya di sembarang tempat atau di halte-halte. 2) Angkutan luar kota Jenis angkutan ini adalah angkutan bermotor yang melayani arah atau tujuan ke luar kota. Trayek telah ditetapkan sesuai dengan kota-kota tujuan. Trayek angkutan ini tersedia ke seluruh penjuru kota. Pemberhentian awal dan akhir adalah terminal.
10
c. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 68 Tahun 1993 Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 68 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaran Umum, maka kendaraan umum transportasi dapat dikategorikan menjadi : 1) Bus Digunakan untuk transportasi antar kota jarak menengah dan jarak jauh. Pada kota-kota besar juga digunakan untuk angkutan dalam kota karena memiliki daya tampung yang cukup besar sehingga mengurangi kepadatan lalu lintas. Bus ini menggunakan jalur tertentu sesuai dengan izin trayek.
Gambar 2. Bus besar (Neufert, 2007)
2) Mikrobus Digunakan untuk antar kota dengan jarak dekat sampai menengah. Selain itu, mikrobus juga sebagai sarana transportasi dari daerah sub urban ke kota. Pada kota besar mikrobus digunakan sebagai angkutan kota dengan melewati jalur tertentu sesuai dengan izin trayeknya.
Gambar 3. Mikrobus (Neufert, 2007)
11
3) Minibus Digunakan sebagai angkutan dari daerah sub urban ke kota (angkutan pedesaan). Angkutan jenis mikrobus ini sering digunakan untuk tujuan dalam kota. Selain itu, mikrobus digunakan pula sebagai angkutan antar kota dengan penumpang terbatas (travel). 4) Taksi Digunakan sebagai alat transportasi dalam kota maupun antar kota dalam propinsi. Taksi tidak memiliki trayek tetap sehingga tujuannya disesuaikan dengan permintaan penumpang. Kapastas pengguna taksi sebanyak satu orang atau maksimal empat untuk mobil jenis sedan.
Gambar 4. Taksi (Neufert, 2007)
Sebagai tambahan, jenis kendaraan yang tidak terdapat di dalam keputusan Menteri Perhubungan No. KM 68 Tahun 1993 antara lain adalah sepeda motor/ ojek yang digunakan sebagai alat transportasi lokal dan angkutan tradisional (becak, dokar dan lain sebagainya). 2.4 Terminal Penumpang Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 pasal 1 ayat (1) tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, terminal penumpang didefinisikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaran umum. Menurut Warpani (1990), pengertian terminal yaitu :
12
1. Titik simpul dalam sistem transportasi, tempat terjadinya putus arus yang merupakan prasarana angkutan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum, berupa tempat kendaraan umum, menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang, tempat perpindahan penumpang dan barang baik intra maupun antar moda kendaraan yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta tuntutan efisiensi transportasi. 2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian lalu lintas dan kendaraan umum. 3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Terminal merupakan salah satu penunjang kelancaran mobilisasi masyarakat agar terlaksana keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib. Hal tersebut menuntun setiap daerah perlu memiliki terminal sebagai penunjang kegiatan masyarakat.Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, terminal diklasifikasikan menjadi : 1. Terminal Tipe A (Tipe A) Terminal penumpang Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara Persyaratan lokasi terminal Tipe A adalah : a. terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi; b. terletak di jalan arteri dengan jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. jarak antar dua terminal penumpangTipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatra, dan 5 km di pulau-pulau lainnya; d. luas lahan yang tersedia minimal 5 Ha untuk di Pulau Jawa; e. mempunyai akses masuk atau keluar berjarak minimal 100 m. 2. Terminal Kelas B (Tipe B) Terminal penumpang Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan
13
Persyaratan lokasi terminal kelas B adalah: a. terletak di kota atau kabupaten dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi; b. terletak di jalan arteri atau kolektor dengan jalan sekurang-kurangnya kelas III B; c. jarak antar dua terminal penumpang kelas B sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatra, dan 50 km di pulau-pulau lainnya; d. luas lahan yang tersedia minimal 3 Ha untuk Pulau Jawa; e. mempunyai akses masuk atau keluar berjarak minimal 50 m. 3. Terminal Kelas C (Tipe C) Terminal penumpang Tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal kelas C : a. Terletak di dalam wilayah kabupaten dalam jaringan trayek dalam kota dan pedesaan; b. Terletak di jalan kolektor dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA; c. Tersedia lahan yang cukup sesuai dengan permintaan. Pada saat ini penggolongan tipe terminal tidak dilihat dari luasnya suatu lahan. Menurut peraturan UUD LLAJ No 22 tahun 2009 penggolongan tipe terminal dilihat dan diukur dari pelayanan yang diberikan. Menurut Dirjen Perhubungan Darat dalam Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya Dalam Kota dan Antar Kota dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. terminal Bus Primer; 2. terminal untuk pelayanan arus barang dan penumpang (jasa angkutan) yang berjangkauan regional; 3. terminal Bus Sekunder; 4. terminal untuk arus penumpang dan barang (jasa angkutan) yang bersifat lokal dan/atau dilengkapi terminal primer.
14
Sedangkan
berdasarkan
sistem
yang
digunakan,
terminal
dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu : 1. terminal sistem sentralisasi Terminal yang menampung semua aktivitas lalu lintas dari dan ke luar kota dengan didukung terminal-terminal di daerah pinggiran kota untuk menaikturunkan penumpang sehingga tidak terjadi pemisahan pelayanan. 2. terminal sistem desentralisasi Terminal yang terletak pada pinggir kota menyebar untuk melayani daerahdaerah tertentu sehingga untuk bus dari luar kota tidak perlu melewati jalur dalam kota, dan untuk bus transit langsung melalui jalur bypass. Pada sistem ini terjadi pemisahan pelayanan dan tidak terdapat sub-sub terminal. Dari klasifikasi ini dapat menjadi dasar kriteria desain pembangunan terminal. Dengan fungsi pelayanan yang berbeda, maka dibutuhkan fasilitas yeng berbeda pula. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995, terminal ada 2 jenis yaitu : 1. terminal penumpang Terminal ini merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. 2. terminal barang terminal ini merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan / atau antar moda transportasi. Menurut De Chiara (1973) dalamHarris dan Dines (1988), tipe-tipe terminal yaitu : 1. terminal Bus Antar Kota, berfungsi sebagai terminal yang menampung kegiatan transportasi antar kota dengan pergerakan bus yang besar serta memiliki fasilitas yang lengkap.
15
2. terminal Bus Sub Urban, berfungsi sebagai terminal bus yang melayani transportasi dari sub urban ke kota dan sebaliknya. Terminal ini dilayani oleh bus kota atau mikrobus. 3. terminal Bus Kota, berfungsi melayani transportasi dalam kota dan dilayani oleh bus-bus kota; 4. terminal Bus Airport, berfungsi melayani transportasi dari pusat kota ke airport dan sebaliknya. Terminal ini berorientasi pada jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat sehingga pada terminal disediakan informasi penerbangan, penjualan tiket, serta fasilitas check-in. Fungsi terminal transportasi jalan dapat dilihat dari tiga unsur utama yaitu fungsi terminal bagi penumpang, fungsi terminal bagi pemerintah, dan fungsi terminal bagi pengusaha. Ketiga fungsi tersebut adalah : 1. fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitasfasilitas informasi, dan fasilitas parkir kendaraan pribadi; 2. fungsi terminal bagi pemerintahdari segi desain dan manajemen lalu lintas adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi, dan sebagai pengendali kemacetan angkutan umum; 3. fungsi terminal bagi pengusaha adalah untuk pengaturan operasi bus atau angkutan umum, penyedia fasilitas istirahat, dan informasi bagi awak bus, dan sebagai fasilitas pangkalan. Fungsi terminal adalah untuk penyediaan failitas masuk dan keluar dari obyek-obyek yang akan diangkut, baik penumpang maupun barangmenuju ataupun dari sistem1). Menurut Warpani (1990), fungsi terminal meliputi : 1. menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan / pergantian moda angkutan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain; 2. menyediakan sarana simpul lalu lintas; 3. tempat konsolidasi lalu lintas; 4. menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan.
1
Komunikasi pribadi dengan Priyono sebagai Transport Planner Kota Bogor.
16
Selain dari yang disebutkan diatas, terminal juga berfungsi sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha perdagangan yang merupakan kegiatan penunjang terminal.Terminal selalu berkaitan dengan angkutan umum, baik penumpang maupun barang. Sarana yang perlu ada di terminal angkutan umum untuk penumpang tidak sama dengan terminal barang. Di terminal barang harus ada gudang, karantina, dan bea cukaisementara di terminal penumpang perlu tersedia sarana terminal bergantung pada fungsi dan peranan terminal yang bersangkutan. semakin luas peranan terminal, semakin beragam sarananya. (Warpani,1990) Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan bagian kedua (pasal 3, 4 dan 5) menyebutkan bahwa fasilitas terminal dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Fasilitas utama terminal Fasilitas utama ini merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah terminal, yaitu : a. jalur pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan areal pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan penumpang umum bus untuk menaikkan penumpang (loading) dan untuk memulai perjalanan; b. jalur kedatangan kendaraan umum, yang merupakan areal pelataran yang disediakan bagi kendaraan angkutan umum bus untuk menurunkan penumpang (unloading) yang dapat pula merupakan akhir perjalanan; c. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, pelataran menunggu yang disediakan bagi orang yang akan melakukan perjalanan dengan angkutan penumpang umum; d. bangunan kantor terminal; e. tempat parkir kendaraan terminal; f. menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-rambu dan papan informasi yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan.
17
2. Fasilitas penunjang dalam terminal Merupakan fasilitas pelengkap dari fasilitas utama yang terdiri dari : a. Kamar mandi / wc; b. Mushola; c. Kios / kantin; d. Ruang pengobatan; e. Ruang informasi dan pengelolaan; f. Telepon umum; g. Tempat penitipan barang; h. Taman; i. Bengkel; j. Peron; k. Pelataran parkir kendaraan pribadi. Selain kedua fasilitas diatas, sebuah terminal juga harus dilengkapi dengan fasilitas untuk kaum difabel terutama pada : 1. tempat tunggu penumpang / pengantar; 2. loket penjualan karcis; 3. kamar kecil / toilet; 4. telepon umum. Dalam desain fasilitas bagi kaum difabel ini harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut : 1. Menerus, harus langsung dan lurus ke tujuan artinya apabila terdapat pertemuan yang mempunyai perbedaan ketinggian harus dibuatkan kelandaian agar dapat dilalui kaum difabel pengguna kursi roda serta dapat pula dilalui penyandang tuna netra; 2. Aman, orang cacat harus merasa aman selama dalam terminal; 3. Nyaman, fasilitas bagi orang cacat harus nyaman dan mudah terjangkau; 4. Mudah dan jelas, bagi orang cacat fasilitas yang diberikan harus mudah dan dilengkapi dengan tanda-tanda khusus bagi orang cacat. Menurut Alfred (1976), untuk melengkapi keberadaan terminal bus, fasilitas penunjang bagi penumpang maupun pengelola perlu diadakan. Penumpang membutuhkan ruang antri pemesanan tiket, ruang tunggu, ruang
18
informasi, ruang bagasi barang, dan toilet. Selain itu, dibutuhkan juga kios penjualan. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya : 1. Ruang tunggu penumpang, yaitu lebih banyak dimanfaatkan sebagai ruang untuk menungu kedatangan kendaraan yang dituju. Biasanya ruang tunggu disatukan dengan tempat untuk antrian yang kebanyakan direncanakan dengan posisi tempat duduk menyebar. 2. Loket pemesanan, yaitu diusahakan agar mudah dilihat dan mudah dicapai. Biasanya hanya untuk melayani perjalanan jarak jauh, memesan nomor tempat duduk kendaraan yang dituju, walaupun ada kalanya dilakukan pula di atas bus. Ruang loket memiliki dua sisi yang berbeda, di satu sisi melayani penumpang yang memesan tiket dan disisi lainnya sebagai ruang karyawan untuk bekerja melayani pemesanan. 3. Ruang penitipan barang, yaitu digunakan penumpang untuk menitipkan barang bawaannya baik yang kurang maupun lebih dari 24 jam namun ditentukan batas waktunya. Ruang penintipan barang juga melayani informasi tentang barang penumpang yang hilang atau tertinggal di terminal. Dapat pula disatukandengan pengiriman barang. 4. Indikator informasi, yaitu membantu penumpang untuk mengetahui kapan dan dimana kendaraan yang dituju. Indikator informasi dapat berupa nomor, papan petunjuk yang menginformasikan arah tujuan secara mendetail. Keseluruhan sedapat mungkin dapat menyala sehingga terbaca sekalipun malam hari. Perlu dipertimbangkan pula untuk menambah fasilitas pengeras suara terutama untuk terminal skala besar dan sebaiknya diletakkan sedemikian rupa agar dapat menjangkau ruang antrian dan tunggu penumpang. Selain itu, agar tidak terpengaruh bising dari mesin kendaraan, pengontrolan suara harus di ruang pengawas atau ruang kontrol. 5. Perlengkapan umum, yaitu dapat berupa tempat sampah/keranjang sampah terutama di tempat-tempat antrian karcis dan ruang tunggu serta dapat ditambah dengan fasilitas tempat minum. 6. Penerangan buatan, yaitu sangat penting bagi sebuah terminal agar selalu terang di semua tempat yang dijangkau oleh penumpang maupun kendaraan, namun perlu dicermati agar tidak menyilaukan pengemudi.
19
7. Jalan, yaitu dipilih dari material yang tidak licin sehingga tidak terpengaruh apabila ada tumpahan oli diatasnya. 8. KM/WC, yaitu ditata sedemikian rupa agar mudah dicapai dari tempat parkir bus. Fasilitas KM/WC untuk penumpang dipisah dengan staff. 9. Cafe dan restaurant, yaitu pelayanannya dapat berupa prasmanan/swalayan maupun dilayani. Perlu diperhatikan pertimbangan barang bawaan penumpang yang dibawa saat menggunakan fasilitas ini, bagaimanapun juga penumpang tetap mengharapkan agar barang bawaannya selalu berada di dekatnya. 10. Akomodasi staf, yaitu secara garis besar dibagi dua yaitu akomodasi untuk staf pengoperasian kendaraan dan akomodasi untuk staf administrasi. Ruang bagi staf pengoperasian kendaraan dapat berupa ruang pengawas dan kontrol sedangkan untuk staf administrasi berupa kantor pengelola umumnya diletakkan di lantai teratas bangunan. Hal ini untuk memudahkan staff mengatur terminal bus. Ruang-ruang yang dibutuhkan antara lain : kantor manajer, ruang kontrol, pengawas, ruang kasir dan pelayanan karcis, ruang pembayaran gaji, loker, sanitaridan ruang istirahat, kantin, dan gudang. Ruang bagi pengawas dan pengontrol sebaiknya memiliki pandangan yang baik kearah parkir dan sirkulasi bus 11. Parkir Bus, yaitu tempat parkir secara temporer sangat dibutuhkan, apalagi tidak ada garasi khusus. 12. Kios/Toko penjualan, yaitu berupa tempat untuk melayani penjualan majalah, surat kabar, makanan ringan, rokok dan lain sebagainya. 13. Pengisian bahan bakar dan air, yaitu pengisian bahan bakar disarankan tidak pada saat kendaraan membawa penumpang. Ruang pengisian bahan bakar, oli, dan air tidak menjadi satu dengan terminal bus, biasanya diluar area terminal yang mudah dicapai dari terminal itu sendiri. 14. Garasi dan tempat perawatan kendaraan, yaitu tempat khusus yang diperlukan pada saat kendaraan tidak digunakan, untuk dibersihkan, dan perawatan lainnya.
20
Pada terminal bus, aktivitas yang berlangsung di dalamnya dibagi dalam empat kelompok yaitu : 1. Kelompok aktivitas penumpang Berdasarkan gerak arus penumpang, aktivitas penumpang dibagi menjadi: a. arus orang yang masuk terminal untuk memulai perjalanan; b. arus orang yang datang ke terminal untuk mengakhiri perjalanan; c. arus orang yang datang untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lain sesuai dengan tujuan. Berdasarkan jarak yang ditempuh, maka penumpang yang akan berangkat dibagi menjadi : a. penumpang jarak jauh, biasanya menunggu keberangkatan agak lama karena bus yang digunakan jumlahnya relatif sedikit; b. penumpang jarak dekat, biasanya tidak terlalu lama menunggu keberangkatan karena bus yang digunakan frekuensinya cukup tinggi. 2. Kelompok aktivitas kendaraan Aktivitas yang dilakukan dalam terminal adalah menurunkan penumpang, menunggu keberangkatan, dan memuat penumpang untuk memulai rute kembali. Untuk menghindari terjadinya keruwetan dalam terminal, maka dibuat jadwal perjalanan bus yang diatur berdasarkan jumlah bus yang keluar masuk terminal, jumlah trayek dan rit perjalanan, waktu istirahat, dan waktu menaikkan penumpang. 3. Kelompok aktivitas pengelola terminal Dinas LLAJ (Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) bertanggungjawab dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan raya, sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri ditunjuk sebagai pengelola terminal angkutan jalan raya.Struktur Organisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Aktivitas yang dilakukan dalam terminal oleh pengelola meliputi pencatatan data dan urusan keuangan, pengawasan sirkulasi bus, urusan perjalanan, pengawasan teknik, mengkoordinir seluruh aktivitas internal dan
21
eksternal terminal, serta pemungutan retribusi bagi kendaraan dan penumpang.
(Sumber :UPTD terminal sub Terminal Baranangsiang) Gambar 5. Bagan organisasi dinas LLAJ
4. Kelompok aktivitas pelengkap Kelompok aktivitas ini menurut akivitas yang melengkapi aktivitas utama yang dilakukan oleh pengelola, penumpang, kru/awak bus, montir, dan pencari jasa lainnya. Adapun aktivitas yang dilakukan adalah makan-minum, sholat, memperbaiki kendaraan, berhajat dan lain-lain. Menurut Alfred (1976), bahwa dimungkinkan desain suatu terminal dikombinasikan dengan tempat perbelanjaan, selain itu sebaiknya tidak berdekatan
perletakkannya
dengan
pemukiman,
sekolah
atau
pusat
peribadatan. Kebisingan yang ditimbulkan dari terminal bus tentunya akan sangat mengganggu.
22
2.5 Hubungan Terminal Dengan Pola Sirkulasi Berdasarkan definisinya, terminal merupakan suatu tempat awal dan akhir suatu perjalanan angkutan umum, sesuai dengan pola sirkulasi yang ada, sehingga perlu diketahui spesifikasi dari pola sirkulasi yang ada, yaitu mengenai : 1. Kegiatan Sirkulasi Manusia pada Terminal Bus Kegiatan Sirkulasi penumpang manusia pada terminal bus (Neufert, 1999) dibagi dua yaitu : a. Sirkulasi Horisontal Pada jalan mendatar, baik dalam ataupun luar bangunan, kecepatan pergerakkan dipengaruhi oleh : maksud perjalanan, usia, jenis kelamin, berjalan sendiri atau berkelompok, suhu udara (orang cenderung berjalan cepat pada saat udara dingin), permukaan lantai, dan membawa beban. Media sirkulasi horizontal berupa koridor, dimana dengan kepadatan maksimal yang biasa digunakan untuk merancang ruang untuk sirkulasi adalah 1,40 orang/m. Jalur koridor untuk kaum difabel kemiringan tidak boleh melebihi 8 1 2 % atau 4,5º. Tidak diperkenankan adanya perbedaan kemiringan di sepanjang jalur yang sama. b. Sirkulasi Vertikal Media sirkulasi vertilkal yaitu tangga dan eskalator. 1) Tangga digunakan untuk memenuhi peraturan keselamatan dari bahaya kebakaran. Kapasitas arus 1,3 org/dt/m lebar sering digunakan sebagai dasar ketetapannyawalaupun kapasitas ini lebih besar dari ukuran umum yang biasa digunakkan. Sudut untuk kemiringan antara 35˚- 40˚atau kurang akan lebih baik. 2) Eskalator, Menurut peraturan di Inggris, sudut ketinggian tangga dibatasi hingga 35˚ apabila tinggi tangga tidak lebih dari 6 m dan kecepatan sepanjang jalur miring tersebut tidak lebih dari 0,5 m/dt.
23
2. Kegiatan Sirkulasi pada Terminal Bus Kegiatan sirkulasi yang berlangsung dalam terminal antara lain : a. Diluar area terminal, yaitu sirkulasi lalu lintas umum yang tidak berkepentingan dengan terminal bus, dapat berupa sirkulasi lalu lintas dalam kota maupun sirkulasi lalu lintas antar kota. Pola gerak sirkulasi di luar terminal ada dua macam, yaitu : 1) Pola gerak spasial, yaitu pola gerak perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan. 2) Pola gerak temporal, yaitu pola gerak perjalanan pada jam-jam puncak kegiatan orang pergi atau pulang kerja. b. Di dalam area terminal, yaitu sirkulasi yang terjadi di dalam area terminal, termasuk area parkir kendaraan. Terdapat dua macam pola gerak sirkulasi dalam area terminal, yaitu : 1) Pola gerak spasial, yaitu pola gerak perpindahan penumpang dari sarana angkutan penunjang ke sarana angkutan bus. 2) Pola gerak temporal, yaitu pola gerak penumpang pada jam-jam puncak kegiatan ke jam-jam tidak ada kegiatan. 3. Karakteristik sirkulasi pada terminal a. Karakteristik sirkulasi pada terminal dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Sirkulasi inter moda, yaitu perpindahan pelaku perjalanan dari satu moda angkutan ke moda angkutan lainnya. Misal perpindahan penumpang dari kendaraan angkutan kota ke bus dalam maupun luar kota menuju tujuan akhir perjalanan. 2) Sirkulasi intra moda, yaitu perpindahan pelaku perjalanan dari satu rute ke rute lainnya, dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya dengan moda angkutan yang sama. Misal perpindahan penumpang dari angkutan bus antar kota ke bus antar kota lainnya dengan rute berbeda menuju tujuan akhir. b. Pola sirkulasi bus menurut Alfred (1976), yaitu : 1) pola Sirkulasi bus terhadap terminal; 2) pola Sirkulasi Bus terhadap terminal berdasarkan cara parkir bus. Kedua polas sirkulasi ini dapat dilihat pada Lampiran1.
24
2.6 Angkutan Umum Angkutan penumpang umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Angkutan penumpang umum memiliki peran utama untuk melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannyabaik kegiatan sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah (angkutan perkotaan atau pedesaan dan angkutan antarkota dalam propinsi) maupun kegiatan sewaktu-waktu antar propinsi (angkutan antarkota dalam propinsi dan antarkota antarpropinsi). Angkutan penumpang umum sangat berperan dalam menunjang interaksi sosial-budaya masyarakat. Tujuan pelayanan angkutan umum adalah dengan memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat. Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi pola kebutuhan dan mampu mengerahkan kesediaan untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomis. Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi yaitu, 1. sarana operasi atau jenis angkutan dengan kapasitas tertentu; 2. biaya operasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakan operasi pelayanan sesuai dengan sifatjenis teknis angkutan yang bersangkutan; 3. prasarana yaitu jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan perangkutan; 4. staf atau sumberdaya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan. Tugas pengelola sistem perangkutan adalah mempertemukan keinginan pengguna jasa dengan ketersediaan jenis angkutan dengan segala atribut pelayanannya agar tercapai sistem perangkutan yang efektif dan efisien dalam batas biaya yang wajar agar mampu berperan secara andal sebagai urat nadi kehidupan perekonomian, sosial budaya, dan politik. Batasan efektif dan efisien adalah sebagai berikut. 1. Efektif mengandung pengertian : a. kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa; b. terpadu, antar jenis angkutan dan sesama jenis angkutan dalam jaringan pelayanan;
25
c. tertib, menyelenggarakan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat; d. tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang andal sesuai dengan jadwal dan ada kepastian; e. cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus per satuan waktu; f. aman dan nyaman, dalam arti selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan eksternal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan. 2. Efisien mengandung pengertian : a. Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup pengusaha pelayanan jasa angkutan; b. Beban publik rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan harus minimal, misalnya tingkat pencemaran minimal. c. Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan penumpang maupun barang, tingkat penggunaan prasarana dan sarana. Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Menurut UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum. Jenis angkutan umum adalah : 1. Angkutan jalan raya, yaitu angkutan jalan raya dibagi menjadi angkot, bus, ojek, bajaj, taksi dan metro mini 2. Angkutan Rel, yaitu angkutan rel dibagi menjadi kereta api dan shinkansen 3. Angkutan laut, yaitu angkutan laut dibedakan menjadi kapal feri dan kapal pesiar 4. Angkutan udara, yaitu angkutan udara dibedakan menjadi pesawat terbang dan helikopter
26
2.7 Daya Dukung Lahan Didalam suatu lahan, tentunya memiliki kekuatan dan titik maksimal dimana lahan tersebut mampu secara efisien dan efektif dapat menahan aktivitas didalamnya. Daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan lingkungan misalnya makanan, tempat berlindung atau air.Menurut Nurisjah, Pramukanto dan Wibowo (2003), tujuan utama dari penilaian daya dukung ini adalah untuk mempertahankan atau melestarikan potensi rekreatif alami dari areal tersebut pada batas- batas penggunaan yang diperkenankan. Berikut rumus perhitungan jumlah pengunjung maksimaluntuk kebutuhan rekreasi menurut Nurisjah et al (2003) :
Keterangan: DD A B Rf
: Daya Dukung : Luas area yang digunakan untuk rekreasi (m²) : Luas area yang dibutuhkan oleh seorang pengunjung untuk berekreasi dengan tetap memperoleh kepuasan (m²/individu) : Faktor Rotasi
2.8 Ruang Terbuka Hijau Dalam merancang suatu kawasan perlu pertimbangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai pendukung kenyamanan pengguna kawasan. RTH didefinisikan sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat penghijauan oleh tanaman atau tumbuhan baik secara alamiah maupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. Luasan RTH menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa RTH minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan proporsi 20% sebagai RTH publik. Penyediaan RTH diatur pula dalam peraturan menteri PU No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Perkotaan dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
27
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, dan kawasan hijau pekarangan. RTH taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk RTH (lapangan hijau) yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia) dengan berbagai macam tanaman, fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga. Manfat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas: 1. manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk
keindahan
dan
kenyamanan
(teduh,
segar,
sejuk)
dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga); dan 2. manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah dan pelestarian fungsi lingkungan Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut: 1. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah dan perakaran tidakMengganggu pondasi; 2. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap; 3. ketinggian
tanaman
bervariasi,
warna
hijau
dengan
variasi
warna
lainseimbang; 4. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah; 5. kecepatan tumbuh sedang; 6. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; 7. jenis tanaman tahunan atau musiman; 8. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yangoptimal; 9. tahan terhadap hama penyakit tanaman; 10. mampu menjerap dan menyerap cemaran udara; dan 11. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
28
Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota dengan pemilihan tanamanuntuk didalamnya. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan sungai dan sebagainya. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial maupun sarana rekreasi. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian atau perkebunan (urbanagriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan. 2.9 Pohon Sebagai Pereduksi Kebisingan dan Angin Suatu kawasan jika ditanami tanamanakan menimbulkan kesan yang alami bagi penggunanya. Dalam pemilihan jenis pohon di terminal, perlu dipilih jenis pohon yang dapat meredam bising, menyerap polutan dari bus, menahan silau matahari, dan memiliki daun yang rimbun sebagai penaung. Dalam mendesain lanskap terminal, perlu diperhatikan syarat-syarat tanaman yang akan digunakan, antara lain: 1. perakaran tidak merusak konstruksi jalan; 2. perawatanya mudah; 3. batang tidak mudah patah; dan 4. daun dan buah tidak mudah jatuh. Tingkat reduksi kebisingan oleh tanaman berbeda, tergantung dari ukuran dan kerapatan daun. Pemantulan, penyerapan, penyebaran, pembelokan, atau penerusan suara oleh daun dipengaruhi oleh ketebalan daun, kerapatan daun, sudut daun terhadap arah datang, energi suara, dan posisi antar daun. Laurie (1986) menerangkan bahwa tingkat reduksi kebisingan oleh tanaman berbeda tergantung dari ukuran dan kerapatan daun. Pohon dan semak
29
memiliki daya serap yang tinggi terhadap kebisingan, kebisingan dapat direduksi hingga 20 dB pada jalur yang tersusun dari pohon yang tinggi dan rimbun. Menurut Carpenter PL, Walker TD dan Lanphear FO (1975), semakin dekat tanaman ke sumber kebisingan akan semakin efektif fungsinya dalam meredamkebisingan. Tanaman-tanaman yang berpotensi dalam mereduksi kebisingan diantaranya Mahoni (Switenia mahogani), Kembang sepatu (Hibuscus rosa sinensis), Teh-tehan (Acalipha sp.), Kembang landep (Barleria priontis), Kiara payung (Filicium decipiens),Tanjung (Mimusops elengi), Bougenvil (Bougenvillea sp), dan Oleander (Nerium oleander). Selain fungsi di atas, vegetasi juga dapat berfungsi sebagai peruduksi kecepatan angin. Tabel 1 menerangkan besar kecepatan angin dari kejadian yang ada di sekitar sedangkan gambar 6 merupakan gambaran vegetasi yang dapat meredam kecepatan angin dan mengarahkan angin. Peran vegetasi dalam merekayasa kondisi angin bermacam-macam, vegetasi dapat berperan sebagai penghalang, pembelok, pengarah dan penyaring kecepatan angin (Brooks, 1988). Contoh vegetasi yang dapat meredam kecepatan angin diantaranya adalah Dadap Merah (Erythrina cristagali), Bungur (Lagerstromia indica), Beringin Karet (Ficus elastica), dan Bintaro (Cerbera odollam). Tabel 1. Skala beaufort No. Beaufort 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gejala Asap mengepul vertikal Arah angin tampak dari serabut-serabut lepas dari asap. Angin terasa di wajah. Daun berisik, kepulan asap condong menunjukkan arah angin Daun dan ranting kecil bergerak terus, busa mengibarkan bendera ringan. Menghambur debu dan menerbangkan kertas, Pohon-pohon kecil bergoyang Cabang-cabang besar bergerak, payung sulit dikuasai Pohon-pohon bergoyang, berjalan melawan angin harus cukup bertenaga. Dahan-dahan kecil putus, berjalan melawan angin sulit. Timbul kerusakan-kerusakan kecil pada bangunan. Genting-genting mulai berterbangan.
Kecepatan Mil/Jam Kurang dari 1 1-3
Km/Jam
4-7
6,4-11,2
8-12
12,8-19,2
13-18 19-24 25-31
20,8-29,6 31,2-39,2 40,8-50,4
32-38
52-61,6
39-46
63,2-74,4
47-54
76-87,2
4,6 1,6-4,8
30
No. Beaufort 10
Gejala
11
Pohon-pohon ambruk. Kerusakan bangunan lebih parah. Malapetaka kerusakan meluas
12
Angin taufan (hurricane)
Kecepatan Mil/Jam 55-63
Km/Jam
64-75 Diatas 75
88,8103,6 105,2120 120
Gambar 6. Sketsa tanaman pengarah, peredam kecepatan angin, dan penaung (Grey dan deneke, 1978)
2.10 Taman Satelit Taman satelit merupakan suatu taman kecil yang berada di dekat taman yang luasannya besar dan memiliki nilai tinggi baik dari sejarah maupun fungsi. Taman satelit berfungsi untuk menunjang keberadaan taman inti dan menjadi jembatan masuk atau akses untuk menuju taman inti. Adanya hubungan antara taman inti terhadap taman satelit dapat dilihat dari elemen taman yang digunakan baik dari paving block, lampu taman, tanaman, bangku taman, air mancur dan sebagainya. Selain dari penggunaan elemen taman, hubungan dapat juga dilihat dari kemampuan taman menjadi suatu RTH kota. Taman satelit dari suatu taman inti dapat memiliki kesamaan sosial maupun budaya. Dalam hal ini, taman satelit dapat dianalogikan sebagai kota satelit dari kota besar disekitarnya seperti Kota
31
Bogor yang merupakan kota satelit dari Kota Jakarta dimana masyarakat Kota Bogor ikut menunjang aktivitas Kota Jakarta sehingga terdapat hubungan baik secara ekonomi, budaya, maupun sosial. Taman satelit dapat disebut juga sebagai urban park system.Menurut Harnik (1997) dalam Gonarsyah (2007), sebuah urban park system adalah rangkaian proses untuk memahami hubungan (keterkaitan) antara taman dengan taman dan taman dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu urban park system juga digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah taman. Umumnya sebuah urban park system terdiri dari areal (patches) dan koridornya (Gambar 7).
Gambar 7. Urban park system
Areal dalam gambar 7 merupakan taman-taman, squares, dan tempattempat yang memiliki ekosistem tertentu yang berbeda dari sekitarnya. Sedangkan koridor dapat berupa jalan, sungai, tepi jalur kereta api, park connector, dan semua jalur yang menghubungkan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Keberhasilan sebuah urban park system harus memenuhi tujuh persyaratan berikut yang disebut ”The Seven Habits of HighlyEffective Park Systems”, yaitu : 1. tujuan yang jelas; 2. desain berkelanjutan dan prosesnya melibatkan masyarakat; 3. ketersediaan sumberdaya dan pengaturan untuk mewujudkan tujuan dari sistem yang ingin dicapai;
32
4. akses ke taman yang efisien; 5. kepuasan pengguna; 6. keamanan dari kejahatan dan gangguan fisik; dan 7. keuntungan bagi kota hingga batas taman. Menurut RTRW Kota Bogor 1990-2009, yang dinamakan Taman inti kota adalah suatu kawasan RTH yang luas dan terletak di pusat kotasedangkan sub taman merupakan RTH kota yang luasannya lebih kecil dari taman inti kota yang letak administrasinya terdapat di wilayah kecamatan. Anak sub taman merupakan RTH kota yang luasannya lebih kecil dari sub taman yang letak administrasinya terdapat di wilayah perumahan atau pemukiman. Pada taman-taman tersebut dihubungkan oleh ruang terbuka hijau. Gambar 8 merupakan sistem pertamanan kota menurut konsep Garden City Kota Bogor.
(Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan) Gambar 8. Sistem pertamanan menurut konsep Garden City
2.11 Terminal Baranangsiang Berdasarkan fungsi terminal dan karakter kegiatan yang ada di Terminal Baranangsiang, maka dibutuhkan kebutuhan ruang yang mengacu kepada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan seperti ruang yang berupa fasilitas terminal penumpang yang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang dan ditunjang dengan fasilitas jaringan prasarana.
33
Menurut rencana Pemerintah Daerah khususnya komisi C DPRD Kota Bogor dan Departemen Perhubungan, untuk mendukung aktivitas terminal Tipe A di Kota Bogor dibutuhkan luasan terminal yang mencukupi dan termasuk standar terminal Tipe A yaitu sebesar 5 ha untuk Pulau Jawa, maka Terminal Baranangsiangperlu di relokasi. Lokasi relokasi sudah ditentukan yaitu di kawasan Tanah Baru Kampung Selawi, Kelurahan Tanah Baru. Hal tersebut diperkuat dengan keputusan Raperda RTRW Kota Bogor, dalam pasal 46 dikatakan bahwa terminal Tipe A Kota Bogor akan di bangun di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Bogor Utara. Dari keputusan yang dijelaskan di atas, pemerintah terkendala dalam pembebasan lahan penduduk sekitar. Setidaknya dibutuhkan biaya yang jumlahnya sangat besar sekitar 100 miliar rupiahuntuk pembebasan lahan seluas 10 ha. Selain itu untuk pembangunannya sendiri, pemerintah harus menyiapkan setidaknya 130 miliar rupiah (hasil Raperda RTRW Kota Bogor). Hal ini sangat tidak efektif dalam penggunaan anggaran dan sangat boros jika dibandingkan dengan membangun serta memperbaiki terminal yang sudah ada. Selain itu, jika Terminal Baranangsiang dipindahkan ke Tanah Baru yang letaknya di pinggir kota, maka akan menyebabkan terminal semakin jauh dengan pusat-pusat kota seperti pusat pemerintahan serta pusat perdagangan dan adanya lokasi industri di daerah Tajur menyebabkan Terminal Baranangsiang menjadi terminal bayangan jika rencana relokasi jadi dipindahkan. Hal ini berdampak juga terhadap masyarakat pengguna bus yang akan dibebani dengan penambahan biaya dan jam perjalanan1). Dari
ulasan
diatas,
maka
sebaiknya
Terminal
Baranangsiang
dipertahankan namun perlu adanya penambahan luas terminal. Luas Terminal Baranangsiang memungkinkan untuk diperluas dengan membeli lahan sekolahan SMK Baranangsiang dan MAN 2 sehingga luasan terminal menjadi 5,3 ha1).Selain alasan untuk penambahan luas terminal dengan memindahkan sarana pendidikan, kebisingan yang dihasilkan oleh Terminal Baranangsiang sangat mengganggu aktivitas mengajar. Aktivitas Terminal Baranangsiang dapat menghasilkan kebisingan 72 dB di luar terminal dan 84 dB di dalam terminal.Menurut Onogawa (2007), suara yang ditimbulkan akibat kerja dari kendaraan bermotor, bel, dan 1)
Komunikasi pribadi dengan Priyono sebagai Transport Planner Kota Bogor.
34
bunyi alarm mobil dapat mencapai 34 dB. Hal ini mengakibatkan efek negatif terhadap kesehatan, gangguan pada alat pendengaran, agresif, gangguan susah tidur, gangguan kerja jantung, stres yang dapat merambat pada gangguan metabolisme, dan sistem kekebalan tubuh serta pengaruh negatif pada pekerjaan dan aktivitas belajar. Dari penambahan luas kawasan terminal menjadi 5,3 hektar, maka luasan terminal telah memenuhi syarat berdirinya terminal Tipe A menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995. 2.12 Koleksi Tanaman di Kebun Raya Bogor Koleksi tanaman di KRB mayoritas berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian merupakan hasil tukar-menukar benih tanaman dengan Kebun Raya dari Negara lain. Salah satu karakteristik KRB adalah koleksi tanamannya yang terdiri dari beberapa jenis. Jenis tanaman tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tanaman Type Sebagai museum plasma nutfah, KRB memiliki lebih dari 16 jenis tanaman type, yakni jenis tanaman-tanaman yang untuk pertama kalinya diberi nama ilmiah dengan menggunakan bahasa latin, seperti Aglaonema oblanceolatum (sri rejeki) dan Artocarpus altissimus (sukun). 2. Tanaman Air KRB memiliki beragam tanaman air yang berasal dari dalam dan luar Indonesia. Salah satu tanaman air yang terkenal adalah Victoria amazonica atau teratai raksasa dan teratai mini dari Rian dan Jawa Barat. 3. Tanaman Obat KRB memiliki seratus bahkan lebih koleksi tanaman obat. Tanaman obat yang ada di KRB diantaranya adalah Orthosiphon aristatus (kumis kucing), yang bermanfaat sebagai diuretik atau pengobatan penyakit ginjal; rumput kacang ungu (Cyperus rotundus), yang umbinya bermanfaat untuk mengobati bisul, sakit kepala, dan disentri.. 4. Tanaman Buah KRB memiliki koleksi tanaman buah sebanyak kurang dari 102 jenis, baik yang sudah menjadi tanaman budi daya maupun yang masih liar. Koleksi buah di KRB diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus
35
heterophyllus), jeruk (Citrus reticulata), rambutan (Nephelium lappaceum), dan durian (Durio zibethinus). 5. Tanaman Hias KRB memiliki koleksi tanaman hias diantaranya daun bahagia (Dieffenbachia sp.), daun pilo (Philodendron sp.), kuku macan (Mucuna benneti), anturium (Anthurium sp.), dan palem-paleman. 6. Tanaman Langka dan Populer KRB memiliki koleksi beberapa tanaman jenis langka seperti bintaro (Cerbera mangas),
buah namnam
(Cynometra cauliflora), rukam
(Flacourtia
jangomas), pohon bogor atau kolang-kaling (Arenga pinnata), kemang (Mangifera caesia), kayu manis (Cinnamomum burmanni), dan tanaman bahan baku minuman coca cola (Cola acuminata). 7. Anggrek KRB memiliki koleksi anggrek ±7.178 spesimen anggrek liar. Sebagian besar tanaman ini asli dari dalam negeri, jenisnya terdapat 441 dengan 93 familii. Di antara berbagai jenis anggrek itu terdapat anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), Dendrobium sp., Vanda sp., Cymbidium sp., dan anggrek hitam (Coelogyne pandurata). Koleksi anggrek ini terdapat di rumah kaca yang diberi nama Rumah Anggrek sebagai salah satu fasilitas KRB.