BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir
1,6
). Diare biasanya banyak menyerang pada anak-anak, meskipun
orang dewasa juga dapat terkena, tetapi jarang sampai menimbulkan kematian. Definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari. Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh "colon". Sebagai bagian dari proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai colon. Colon menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila colon rusak atau "inflame", penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.17 Diare adalah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dengan frekuensi tiga kali sehari disertai tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.19 2. Penyebab diare a. Virus rotavirus. b. Bakteri Pseudomonas klebsiella, biasanya terjadi pada diare dengan darah dan lendir. c. Parasit (E.histolytica,Giardia lamblia,Trichiuris trichiura,Candida). d. Alergi susu, pada kasus diare yang diakibatkan alergi susu biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya
1
pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi dengan kadar laktosa tinggi. e. KEP ( Kekurangan Energi Protein ) Pada KEP akan terjadi atropi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan sempurna. Makanan yang tidak dapat diabsorbsi tersebut akan menyebabkan tekanan osmotic koloid di dalam lumen usus meningkat yang menyebabkan terjadinya diare
1,6
3. Gejala klinis diare Gejala awal diare adalah anak gelisah, cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan elektrolit.19 4. Penularan diare Penularan diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
6
a. Makanan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukkan tangan / mainan / apapun ke dalam mulut, karena virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari c. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak dimasak dengan benar d. Pencucian dan pemakaian susu yang tidak bersih e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan
tinja
anak
yang
terinfeksi,
sehingga
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang. 5. Patofisiologi Akibat dari kejadian diare pada anak balita baik yang akut maupun kronik
2
akan terjadi hal-hal sebagai berikut : a. Kehilangan cairan atau dehidrasi Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) merupakan penyebab terjadinya kematian pada anak balita yang menderita diare, kehilangan cairan atau dehidrasi. Ditinjau dari patofiologi dihidrasi pada anak balita dapat dibagi menjadi (1) diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen maupun apatogen, hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau makanan yang terlalu pedas, selain itu dapat juga disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh. (2) diare osmotik disebabkan karena malabsorpsi makanan, Kekurangan Energi Protein (KEP) dan BBLR pada bayi bari lahir.1 b. Gangguan kesimbangan asam-basa (metabolik asidosis) Ada gangguan kesimbangan asam-basa ini dapat terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat, adanya ketosis kelaparan (metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh), terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion natrium dari cairan ektraseluler ke dalam cairan intraseluler.1 c. Hipoglikemia atau kekurangan zat gula dalam tubuh Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak balita yang menderita diare. Pada anak balita dengan kondisi cukup atau baik, hipoglikemia ini jarang terjadi lebih sering terjadi pada anak balita yang sebelumnya menderita KEP (Kekurangan Energi Protein) 1 d. Gangguan Gizi Sewaktu anak menderita diare , sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena (1) makana sering dihentikan oleh orang tua takut diare atau muntahnya bertambah berat.(2) Walaupun susu
3
diberikan tapi dengan pengenceran dan susu ini diberikan dengan waktu yang terlalu lama. (3) makanan yang diberikan tidak dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.1 e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat dari diare yang disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.1 6. Derajat Dehidrasi Derajat
dehidrasi
atau
kehilangan
cairan
tubuh
karena
tidak
seimbangannya antara pemasukan cairan dan pengeluaran cairan dalam tubuh pada anak balita dapat ditentukan berdasarkan : a. Kehilangan berat badan 1) Dehidrasi ringan
: bila terjadi penurunan BB 2 ½ - 5 %
2) Dehidrasi sedang
: bila terjadi penurunan BB 5 - 10 %
3) Dehidrasi berat
: bila terjadi penurunan BB > 10
%
b. Skor Maurice King Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik Pada Penderita Diare Bagian tubuh yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan 0
1
2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng, apatis, gantuk
Mengigau,koma atau syok.
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Kering & sianosis
Denyut nadi/menit
Kuat > 120
Sedang ( 120-140)
Lebih dari 140
4
Skor 0 - 2
: Dehidrasi ringan
Skor 3 - 6
: Dehidrasi sedang
Skor > 7
: Dehidrasi berat
3) Berdasarkan MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit )1 Tabel 2.2 Pengelompokkan Tingkat Dehidrasi Berdasarkan MTBS Tanda dan Gejala Tingkat Dehidrasi Letargis / tidak sadar Mata cekung Dehidrasi Berat Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat Gelisah, rewel / marah Mata cekung Dehidrasi Ringan / Sedang Haus, minum dengan lahap Cubitan kulit perut kembalinya lambat. Tidak cukup tanda-tanda untukdiklasifikasikan sebagai dehidrasi berat Tanpa Dehidrasi atau ringan / sedang
7. Pengobatan dan Perawatan di rawat inap dan di rumah Saat ini organisasi kesehatan dunia ( WHO ) menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam menangani anak-anak penderita diare akut, yaitu :
1
a. Penggantian cairan ( rehidrasi ) yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah terjadi b. Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada masa penyembuhan diteruskan c. Tidak memberikan obat anti diare d. Petunjuk untuk ibu / orang tua : 1) Bagaimana merawat anak di rumah dan cara pembuatan oralit di rumah 2) Tanda-tanda yang dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali berobat dan mendapatkan pengawasan medik yang lebih baik 3) Metode yang efektif untuk mencegah kejadian diare
5
Pengobatan dan perawatan untuk kasus diare yang dehidrasi adalah :
1
a. Penggantian cairan secara intravena b. Mengistirahatkan usus paling sedikit selama 24 jam c. Pemberian makanan secara bertahap dimulai dengan makanan cair yang encer atau susu diencerkan sampai 1/5, baru pada hari ke-3 dan ke-5 penderita mendapat makanan seperti biasanya. d. Resep antibiotic dan anti diare diberikan pada saat pengobatan dan perawatan. 7. Perawatan yang dilakukan orang tua / keluarga pada penderita diare pada saat sebelum ke rawat inap / RSU :
2
Tabel 2.3 Panduan Perawatan Penderita Diare Hari 1
2
3
Merawat bayi yang masih menyusui Jangan berikan susu kepada bayi anda selama 24 jam, berikan larutan rehydrating dengan interval teratur Berikan bayi Anda campuran 2 bagian larutan rehydrating dan 2 bagian formula susu tiap kali waktunya makan Pada hari ini kemungkinan besar bayi anda sudah sembuh total dan dapat kembali ke pola makan rutinnya
4
Merawat anak usia lebih tua Berikan anak Anda larutan rehydrating dan bukan susu, atau berikan sari buah tanpa pemanis Anda dapat menambahkan nasi, sayuran, dan kuah kental tanpa pemanis ke dalam diet anak anda Anda dapat menambahkan ayam dan atau sup ke diet anak anda anda juga boleh mulai memberi susu Anda juga boleh menambahkan roti biskuit, telur, daging, dan atau ikan ke diet anak anda
Tabel 2.4 : Panduan Perawatan Penderita Diare Umur <12 bulan 1-4 tahun >5 tahun Dewasa
Dosis oralit yang diberikan 50-100 ml 100-200 ml 200-300 ml 300-400 ml
Jumlah oralit persediaan 400ml/hari (2 bungkus) 600-800 ml/hari(3-4 bungkus) 800-1000ml/hari(4-5 bungkus) 1200-2800ml/hari
Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung 3,5 g/l natrium klorida 2,9 g/l natrium bikarbonat 1,5 g/l kalium klorida dan 20 g/l glukosa, elektrik yang dikandung meliputi natrium 90 mMol/l klorida 80 mMol/l kalium 20 mMol/l bikarbonat 30 mMol/l dan glukosa 111 mMol/l.
6
Tabel 2.5 Panduan Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama Umur Jumlah oralit persediaan <1 tahun 300 ml 1-5 tahun 600 ml >5 tahun 1200 ml Dewasa 2400 ml
Cairan intravena yang dianjurkan adalah Ringer Laktat. Bila tidak tersedia dapat digunakan cairan Nacl, dengan dosis satu jam pertama 30 ml/ kgBB, dua jam berikutnya 40 ml/kgBB.1 8. Pencegahan 1. Pemberian ASI Disamping mengandung berbagai macam zat anti yang melindungi bayi terhadap berbagai macam antigen dan mikroorganisme, ASI mengandung zat-zat gizi yang penting dalam pencegahan maupun penatalaksanaan diare, yaitu protein ASI lebih rendah dari protein susu sapi, lemak ASI lebih tinggi dari lemak susu sapi, karbohidrat terutama laktosa pada ASI lebih tinggi dari susu sapi, adanya vitamin dan mineral pada ASI.1 2. Memperbaiki makanan sapihan Makanan pada Balita sesuai umur anak Balita dengan tetap memperhatikan nilai gizi sehat.1 3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak Aktifitas perawatan Balita sakit atau sehat akan selalu menggunakan air , terutama yang diharapkan adalah air bersih untuk terhindar dari penyakit.1 4. Mencuci tangan Mencuci tangan sebelum melakukan perawatan pada Balita atau akan melakukan kegiatan untuk diri sendiri misalnya untuk makan adalah usaha untuk terhindar dari penyakit terutama diare.1 5. Menggunakan jamban keluarga Sarana kesehatan yang kurang memenuhi syarat pada masyarakat adalah banyaknya sebagian masyarakat tidak memiliki jamban
7
keluarga. Sarana jamban apabila dimiliki semua masyarakat, maka lingkungan akan bersih dan penyakit akan berkurang terutama diare.1 6. Cara membuang tinja yang baik dan benar Kotoran Balita sakit diare sebaiknya dibersihkan dengan tepat karena kotoran tersebut dapat menjadi faktor penular penyakit diare.1 7. Pemberian imunisasi campak Pada Balita 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.1 B. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Pada Anak Balita 1. Umur anak Umur anak adalah lama hidup anak yang dihitung berdasarkan sejak bulan kelahiran sampai bulan pada saat dilakukan penelitian. Penyakit diare merupakan masalah masyarakat Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta setiap tahunnya, sebagian besar (70-80 %) adalah umur < 5 tahun. Umur termasuk variabel yang penting dalam mempelajari suatu kesehatan manusia karena : 8 a) Ada kaitan dengan daya tahan tubuh. Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa jauh lebih kuat daripada daya tahan bayi atau anak-anak. b) Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan. Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih besar dari pada anak-anak. c) Ada kaitannya dengan anak-anak, maka orang dewasa lebih banyak yang merokok dan atau minum alkohol, sehingga kemungkinan terkena penyakit akibat merokok dan alkohol juga lebih besar. Sekalipun variabel umur adalah penting, namun untuk menentukan penyebaran suatu masalah kesehatan menurut umur secara tepat
8
tidaklah mudah. Masalah pokok yang dihadapi, yang terutama ditemukan dinegara-negara berkembang adalah kesulitan dalam menentukan umur seseorang. Penyebab utamanya adalah karena biasanya di negara berkembang tersebut pencatatan tentang kelahiran belum begitu sempurna. 2. Status gizi Status gizi pada balita berkaitan dengan jumlah dan susunan diet makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Jenis makanan masyarakat Indonesia sangat bervariasi tergantung dari tersedianya jenis dan jumlah bahan pangan yang tersedia. Selain itu juga tergantung pada kebiasaan dan tradisi setempat yang pada umumnya cenderung mengkonsumsi karbohidrat tinggi seperti nasi, jagung, ketela dan lain-lain,sementara itu untuk kandungan protein, lemak, mineral dan vitamin masih kurang. Hal ini juga berkaitan dengan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, sehingga daya beli masyarakat rendah. Semua itu bila berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya kekurangan nutrisi baik kualitas maupun kuantitas. Pada akhirnya akan terjadi gangguan nutrisi khususnya kekurangan gizi. Status gizi pada balita berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, karena beberapa zat gizi ada yang berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan. Semua kondisi tersebut, baik oleh karena defisiensi makanan, penyakit infeksi dan keterbelakangan serta berbagai perilaku lain yang tidak sehat pada akhirnya akan bermuara kepada gangguan kesehatan dan berbagai jenis 7
patologi, salah satunya infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit diare 3. Hygiene Perorangan (Personal Hygiene)
Hygiene perorangan (Personal Hygiene) adalah upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya. Usaha-usaha itu adalah
(1) memelihara kebersihan badan, pakaian, rumah dan
lingkungan; (2)memelihara makanan sehat, bersih bebas dari penyakit, cukup kualitas dan kuantitasnya; (3) cara hidup yang teratur, meliputi makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur,
rekreasi dan
9
menikmati liburan pada waktunya; (4) menghindari terjadinya penyakit, menghindari kontak dengan sumber penularan penyakit, menghindari pergaulan tidak baik, membiasakan diri untuk mematuhi aturan-aturan kesehatan; (5) melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup sehat, adanya sumber air yang baik, WC yang sehat, tempat buang sampah dan air limbah baik; (6) pemeriksaan kesehatan secara periodik pada waktu tertentu walaupun merasa sakit, segera memeriksakan diri bila merasa sakit. Personal hygiene atau kebersihan diri berhubungan dengan perilaku sehari-hari dalam hal menjaga kebersihan diri sendiri dari individu tersebut, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bagaimana seseorang menyajikan makanan untuk balitanya, bagaimana kondisi alat makan yang dipakai. Pada keadaan tertentu bakteri atau parasit penyebab penyakit diare dapat berada pada makanan yang kita makan dan tanpa sengaja ikut masuk dalam saluran pencernaan. 4. Pendapatan perkapita Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan masalah kesehatan yang diderita bukan merupakan pengetahuan yang baru. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan beberapa masalah kesehatan tertentu seperti misalnya penyakit infeksi dan kelainan gizi yang lebih banyak diderita oleh masyarakat dengan pendapatan keluarga rendah, dan sebaliknya beberapa penyakit kardiovaskuler yang lebih banyak ditemukan pada masyarakat dengan status ekonomi tinggi. Terdapat penyebaran masalah kesehatan yang berbeda ini, pada umumnya dipengaruhi oleh dua hal yakni : a) karena terdapat perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah dan atau mengobati penyakit. Bagi mereka yang keadaan sosial ekonominya baik, tentu tidak sulit melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit.
10
b) Karena terdapat perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki. Dibandingkan dengan perbedaan kemampuan ekonomi maka peranan perbedaan sikap hidup dan perilaku ternyata lebih besar dan karena itulah penyakit yang ditemukan tidak sama. Dalam membicarakan hubungan antara status sosial ekonomi dengan masalah kesehatan yang paling sulit adalah menentukan status sosial ekonomi yang dimiliki seseorang
8
5. Pengetahuan Pengetahuan secara umum didifinisikan sebagai hasil tahu dari seseorang setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan tentang diare biasanya didapat dari media massa baik elektronik maupun cetak, atau dapat juga diperoleh melalui seminar atau penyuluhan dari petugas kesehatan pada waktu kunjungan ke daerah.13) Seseorang dapat dikatakan mempunyai pengetahuan tentang diare bila dapat menyebutkan mulai dari pengertian, tanda dan gejala serta bagaimana cara penanganan diare tersebut. Pengetahuan tentang diare yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam tingkatan : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah diajarkan setelah seseorang mempelajari dari materi yang diberikan. Misalnya seseorang akan belajar tentang penyakit diare setelah mendapat materi tentang penyakit tersebut dengan mengikuti penyuluhan atau seminar, dari proses tersebut seseorang akan belajar. b. Memahami (Comprehension) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang pengertian diare, bagaimana tanda dan gejala diare, serta bagaimana cara menangani diare tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Setelah seseorang
11
tersebut mempunyai kemampuan comprehension, seseorang tersebut akan dapat menangani bila terjadi kasus diare di lingkungan sekitarnya. seseorang tersebut akan dapat mengenali bila ada kasus diare dan dapat menangani meski sebatas pertolongan pertama. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi materi diare dalam kehidupan nyata. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun atau menemukan hal-hal yang baru tentang diare melalui statu penelitian yang dilakukan. Misalnya dapat menemukan obat diare dengan tingkat kesembuhan yang lebih baik tanpa adanya efek samping. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi diare yang diberikan. Apakah adanya kesalahan dalam isi materi secara keseluruhan pada saat melakukan penyuluhan atau seminar.
12
C. Kerangka Teori Pengetahuan rendah
Cakupan jamban kurang Cakupan imunisasi kurang Cakupan air bersih kurang
Personal hygiene rendah: - Tidak mencuci tangan - BAB tidak dijamban - Alat makan dan minum
Virus Bakteri Parasit
Status gizi :
Daya beli menurun
- Asupan makanan kurang KKP
Imunitas tubuh menurun
Pendapatan perkapita rendah
Peristaltik meningkat, absorpsi kurang
DIARE Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : 1,6)
13
D. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
Status gizi anak Balita
Hygiene Perorangan
Kejadian diare pada anak Balita 12-59 bulan
Pendapatan perkapita keluarga Tingkat Pengetahuan ibu balita tentang diare
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sumber
: 1,16
E. Hipotesis 1. Ada hubungan status gizi anak balita dengan kejadian diare pada anak balita 12-59 bulan di ruang rawat inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes 2. Ada hubungan hygiene perorangan dengan kejadian diare pada anak balita 12-59 bulan di ruang rawat inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes 3. Ada hubungan pendapatan perkapita dengan kejadian diare pada anak balita 12-59 bulan di ruang rawat inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. 4. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu balita dengan kejadian diare pada anak balita 12-59 bulan di ruang rawat inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. BAB 2
14