BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Domba Lokal Klasifikasi Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat di pulau Jawa, karena pemeliharaan yang relatif mudah, cepat menghasilkan manfaat, dan dapat digunakan sebagai tabungan. Klasifikasi bangsa domba yang paling umum adalah berdasar pada jenis wool yang dihasilkan. Faktor-faktor lain yang menjadi dasar klasifikasi seperti jenis daging, warna dan ada tidaknya tanduk serta karakteristik kemampuan adaptasinya. Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum
: Chordata(hewan bertulang belakang)
Class
: Mammalia(hewan menyusui)
Ordo
: Artiodactyla(hewan berkuku genap)
Family
: Bovidae(memamah biak)
Genus
: Ovis
Species
: Ovis aries
Produktifitas Domba Lokal Sumantri et al. (2007) menyatakan bahwa domba lokal mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi sosial, ekonomi, dan budaya serta merupakan plasma nutfah digunakan dalam perbaikan bangsa domba di Indonesia melalui persilangan antar bangsa domba lokal dengan domba impor. Populasi domba lokal paling tinggi berada di pulau Jawa, yang tersebar di Jawa Barat (46%), Jawa Tengah (27%) dan Jawa Timur sekitar 18% (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Domba di daerah Jawa Tengah kebanyakan hasil persilangan antara Domba Ekor Gemuk (DEG) dan Domba Ekor Tipis (DET), dengan komposisi darah tidak diketahui pasti. Ciri - ciri domba lokal antara lain muka cembung, telinga pendek dan terletak di belakang tanduk, domba jantan bertanduk, sedangkan domba betina tidak bertanduk, sering terdapat timbunan
Universitas Sumatera Utara
lemak dipangkal ekor, warna bulu putih, pertumbuhan lambat namun dapat bertahan hidup di tempat yang kering. Murtidjo (2006) menambahkan bahwa karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, hasil daging relatif sedikit dan pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan umumnya hitam. Menurut Devendra dan McLeroy (1992), ekor pada domba lokal umumnya pendek. Pakan Ternak Domba Hijauan Hijauan merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi ruminansia. Hijauan mengandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak selain sebagai bulk atau pengenyang (Awabien, 2007). Menurut Mulyono (2009) pakan hijauan mengandung nutrisi yang dapat menentukan skor pertumbuhan, status reproduksi dan kondisi kesehatan ternak. Pakan hijauan segar dikatakan baik bila komposisi pemberiannya diatur antara yang mengandung protein rendah dan protein tinggi. Hijauan merupakan sumber serat kasar yang tinggi bagi ternak ruminansia. Hijauan yang dimaksud biasanya berupa rumput-rumputan. Tabel 1. Komposisi nilai nutrisi rumput lapangan Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein TDN Serat Kasar Lemak Kasar BETN Abu Energi
Persentase (%) 27,91* 10,62* 64,40** 23,25* 8,33* 47,56* 9,98* 4,32*
Sumber : *) Laboratorium IP2TP Sei Putih, Galang (1997). **) Hartadi et al. (1990).
Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah, pegunungan, tepi jalandan semak-semak. Wiradarya (1993) menyatakan bahwa rumput lapang
Universitas Sumatera Utara
murahdan pengelolaannya mudah. Pemberian rumput lapang segar sebagai pakan cukup baik dalam produksi maupun reproduksi selama pemeliharaan. Limbah Pertanian dan Perkebunan Bahan baku pakan yang dapat diberikan pada domba terdiri dari dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan bahan pakan yang terdiri dari rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa. Sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri atas bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein. Konsentrat untuk ternak domba biasanya disebut pakan penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1993). Tujuan suplementasi pakan penguat (konsentrat) dalam pakan domba adalah untuk meningkatkan daya guna pakan atau menambah nilai nutrisi pakan,menambah unsur pakan yang defisiensi serta meningkatkan konsumsi dan pencernaan pakan (Murtidjo, 1993). Dedak Padi Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya setelah proses penggilingan padi dengan metode pengayakan. Hasil ikutan dari pengilingan gabah menjadi beras terdiri atas bagian yang kasar dan bagian yang halus yang akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1985). Bila dilihat dari asal-usul pengolahan gabah menjadi beras wajar bila kandungan serat kasar itu tinggi. Tabel 2.Kandungan nutrisi dedak padi Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein TDN Serat Kasar Lemak Kasar
Persentase (%) 89,10a 13,80a 64,30b 8,00a 8,20a
Sumber : a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).
Universitas Sumatera Utara
Ampas Tahu Tahu terdapat hampir disetiap daerah, sehingga limbahnya yang disebut ampas tahu juga mudah diperoleh. Meskipun disebut limbah, ampas tahu masih dapat dimanfaatkansebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi ampas tahu sudah rendah karena telah diperas sedemikian rupa. Ampas tahu cepat basi dan baunya kurang sedap apabila tidak segera digunakan. Upaya yang dapat dilakukan agar dapat tahan lama disimpan, harus dijemur hingga kering (Katyanto, 1982). Tabel 3. Kandungan nutrisi ampas tahu Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Energi Metabolis (Mcal)
Persentase (%) 89,26a 19,03a 79,00b 20,44a 5,64a 5,08a
Sumber : a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).
Tepung Jagung Penggunaan tepung jagung biasanya sebagai sumber energi dengan kandungan energi metabolisnya 3370 kkal/kg. Kandungan serat kasar dan protein tepung jagung (8,9%) rendah, namun mempunyai keunggulan sebagai sumber xanthophyl dan lemak. Jika dilihat dari kandungan asam amino jelas tepung jagung tidak dapat diandalkan sebagai sumber protein (Parakkasi, 1995). Tabel 4. Kandungan nutrisitepung jagung Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar
Persentase (%) 90,00a 10,90a 85,20b 2,90a 2,85a
Sumber :a. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008). b. National Research Council (1995).
Universitas Sumatera Utara
Lumpur sawit Lumpur sawit merupakan limbah padat dari sisa pengolahan buah kelapa sawit. Lumpur sawit banyak dijumpai di pabrik pengolahan kelapa sawit. Dari peneliti-peneliti terdahulu Dalzell (1978)menunjukkan bahwa lumpur sawit yang selama ini terbuang begitu saja dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan penyusun ransum ternaksetelah melakukanpenelitian dengan menambahkan limbah kelapa sawit pada makanan sapi,akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yangpotensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilaitambah pada pabrik pengolahan kelapa sawit. Limbah ini diharapkan bila saat ini tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi nanti akan menjadi sumberdaya yang cukup potensial (Tobing dan Lubis, 1988). Tabel 5. Kandungan nutrisi lumpur sawit Kandungan nutrisi Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Sumber :
Persentase (%) 94,00 13,25 79,00 16,00 13,00
Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).
Molases Molases adalah hasil samping pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi sehingga dapat dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Kelebihan dari tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya, disamping harganya murah. Oleh karena itu apabila dicampur dalam pakan maka akan bisa memperbaiki aroma dan palatabilitas ransum. Selain sebagai pakan pendukung, tetes tebu ini bisa juga dijadikan media pembuatan protein sel tunggal yang juga pernah populer sebagai salah satu alternatif pakan ternak (Widayati dan Widalestari, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Kandungan nutrisi molases Kandungan Nutrisi
Persentase (%)
Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar Sumber :
67,50 3–4 81,00 0,38 0,08
Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).
Molases dapat dipergunakan sebagai pakan ternak.
Keuntungan
penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48–60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan rasanya disukai ternak. Molases juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti cobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng, sedangkan kelemahannya ialah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jikadikonsumsi terlalu banyak (Rangkutiet al, 1985). Garam Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl) dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997). Garam dapur ditambahkan sebanyak 0,5% untuk meningkatkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25 – 1,75 kg/ekor/hari. Semula pengaruhnya terlihat meningkatkan konsumsi kemudian menurunkan sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995). Garam
merangsang
sekresi
saliva,
terlalu
banyak
garam
akan
menyebabkan retensi air sehingga meninggalkan oedema. Defisiensi garam lebihsering terjadi pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Hal ini disebabkanhijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979). Garam dapur dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1979).
Universitas Sumatera Utara
Urea Urea merupakan salah satu sumber nitrogen bukan protein (NBP) yang berbentuk kristal putih, bersifat mudah larut dalam air dan mengandung 45% nitrogen (Parakkasi, 1995). Urea dalam proses fermentasi akan diuraikan kembali oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida dan selanjutnya amonia akan digunakan untuk menbentuk asam amino. Ada beberapa syarat dalam penggunaan urea yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan karbohidrat yang mudah dicerna, harus dicampur dengan baik dengan bahan pakan lain, diberikan pada waktu adaptasi dua sampai dengan tiga minggu, serta pemberiannya disarankan disertai dengan penambahan mineral (Parakkasi, 1995). Mineral Menurut Parakkasi (1999), kebutuhan Ca dan P untuk ternak ruminansia menjadi unsur yang sangat penting diperhatikan dalam pemberian pakan. Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan ternak, hanya garam (NaCl), kalsium (Ca) dan phospor (P) yang secara rutin ditambahkan ke ransum ternak. Garam merupakan salah satu bahan baku mikro yang dapat digunakan dalam ransum ternak. Garam paling umum ditambahkan dalam ransum karena kelebihannya yaitu: berasal dari satu sumber, tidak mahal dan relatif mudah diuji. Sifat fisik garam sebagai bahan uji adalah lebih padat, bentuk kubik dan lebih kecil dibanding partikel lain. Pengujian sampel yang mengandung garam dapat dilakukan dengan teknik pengujian Na+ atau Cl-. Garam dapur atau NaCl ini merupakan bahan yang di gunakan untuk melengkapi kekurangan mineral-mineral lainnya yang dibutuhkan oleh ternak. Dikalsium Fospat (Dicalsium Phospate/ DCP) merupakan bahan untuk melengkapi kebutuhan kalsium dan phosphate bagi ternak, dengan kisaran pemberian 1-2%. Kebutuhan Zat Makanan Domba Kebutuhan
zat
makanan
ternak
ruminansia
digunakan
untuk
memenuhikebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Zat makanan yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral, dan vitamin. Kebutuhan bahan kering dihitung berdasarkan bobot badan, tingkat produksi susu, bulan laktasi dan lingkungan (National
Universitas Sumatera Utara
Research Council, 2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas
ternak adalah bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrisi ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein, mineral, dan vitamin. Komponen-komponen utama tersebut diperoleh dari zat makanan yang masuk kedalam tubuh ternak.
Peningkatan
konsumsi energi dan protein berperan dalam peningkatan konsentrasi insulin dan insulin growth factor (IGF) dalam darah yang berpengaruh terhadap folikel yang hubungannya dengan hormone FSH dan LH (Pulina, 2004). Energi, protein, mineral, vitamin dan air dibutuhkan untuk proses reproduksi secara normal sama halnya dengan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme tubuh yang lain (hidup pokok, pertumbuhan dan produksi susu). Pada dasarnya ternak membutuhkan zat makanan atau energi untuk hidup pokok dan untuk energi cadangan yang akan disimpan dalam jaringan baru dan energi untuk proses-proses metabolisme. Secara langsung, nutrisi menyediakan glukosa, asam amino, vitamin, dan elemen kimia esensial. Secara tidak langsung, nutrisi dapat memodifikasi fungsi hormonal, dimana dapat meningkatan kematangan sel telur, ovulasi atau terjadinya birahi, perkembangan embrio, pertumbuhan fetus dan daya tahan anak yang lahir (Freer dan Dove, 2002). Kebutuhan untuk produksi dan reproduksi adalah energi di atas kebutuhan hidup pokok yang dimanfaatkan untuk proses-proses produksi dan reproduksi (National Research Council, 2006). Kebutuhan Energi Kebutuhan energi pada ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, kebuntingan, laktasi dan produksi. Banyak sedikitnya jumlah energi dalam pakan (kandungan bahan kering) berpengaruh pada organ reproduksi dan aktivitas ovarium. Bila terjadi ketidak seimbangan energi dalam pakan (intake) dengan energi untuk pertumbuhan akan menurunkan libido pada ternak muda yang sedang tumbuh. Estrus pertama akan tertunda bila pakan kekurangan
energi sebelum pubertas.
Bila kekurangan energi terjadi
setelah pada masa kebuntingan, maka akan mempengaruhi siklus estrus berikutnya dan akan memperpanjang selang beranak (calving interval). Kondisi
Universitas Sumatera Utara
lingkungan seperti temperatur, kelembapan dan cuaca juga berpengaruh terhadap kebutuhan energi (National Research Council, 2006). Kebutuhan Protein Protein merupakan unsur penting dalam tubuh dan diperlukan terusmenerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis (National Research Council, 2001). Pada saat pertumbuhan seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi untuk proses pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Kebutuhan protein untuk domba dipengaruhi antara lain oleh masa pertumbuhan, umur, fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi protein (National Research Council, 2006). Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien dan tidak seperti bahan makronutrien lain seperti lemak dan karbohidrat, protein dapat berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi. Protein dapat juga dipakai sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Herman (2003) menyatakan bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan ternak mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan energi, sehingga energi perlu diperhitungkan. Tabel 7. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
BB (kg)
BK Kg
%BB
5 10 15 20 25 30
0,14 0,25 0,36 0,51 0,62 0,81
2,8 2,5 2,4 2,6 2,5 2,7
Energi ME TDN (Mcal) (kg) 0,6 0,61 1,01 1,28 1,37 0,38 1,8 0,50 1,91 0,53 2,44 0,67
Protein Total DD (gram) 51 41 81 68 115 92 150 120 160 128 204 163
Ca (gram)
P (gram)
1,91 4,3 2,8 3,4 4,1 4,8
1,4 1,6 1,9 2,3 2,8 2,3
Sumber : National Research Council (1995).
Respon Fisiologis Domba Terhadap Lingkungan Lingkungan Lingkungan adalah semua keadaan, kondisi dan pengaruh-pengaruh sekitarnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi
Universitas Sumatera Utara
ternak (Ensminger et al., 1990).
Ternak harus selalu berada pada daerah
lingkungan optimal dan mereka harus terpelihara dalam daerah tersebut untuk tetap menjaga berjalannya fungsi pertumbuhan dan reproduksi optimal. Thermo Neutral Zone (TNZ) adalah daerah yang nyaman dengan suhu lingkungan yang sesuai untuk ternak. Daerah TNZ untuk domba dalam pemeliharaan berada pada suhu lingkungan antara 22 – 31°C. Seekor ternak akan berusaha meningkatkan produksi panas dalam tubuhnya jika suhu lingkungan semakin rendah, sebaliknya ternak akan melakukan evaporasi untuk melepaskan panas jika suhu lingkungan meningkat (Yousef, 1985). Lingkungan mempengaruhi domba melalui dua jalan yaitu: 1) melalui hijauan (pakan) dan selanjutnya mempengaruhi pasokan pakan dan air serta pola penyakit yang dikenal faktor tidak langsung; 2) melalui domba secara langsung yaitu pengaruh lingkungan utamanya seperti kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara (lingkungan fisik), namun dari semua pengaruh lingkungan pada domba tropis cekaman panas biasanya yang paling serius (Davendra dan Faylon, 1992). Pelepasan panas tubuh dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Panas tubuh ini dilepaskan secara konveksi, radiasi, konduksi dan evaporasi. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan langsung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998). Cekaman lingkungan pada ruminansia dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada pola konsumsi pakan dan pembagian zat makanan untuk kebutuhan pokok dan produksi. Secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan yang mengganggu fisiologis normal. Sebagai ilustrasi ternak
Universitas Sumatera Utara
akan mengalami cekaman panas jika jumlah rataan produksi panas tubuh dan penyerapan radiasi panasdari sekelilingnya lebih besar daripada rataan panas yang hilang dari tubuh (Davendra dan Faylon, 1992). Suhu dan Kelembapan Sistem pemeliharaan domba di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara tradisional oleh petani ternak. Ternak dilepas atau digembalakan di lapangan atau padang rumput lain pada siang hari. Konsekuensi sistem pemeliharaan demikian adalah terjadinya beban panas yang berlebih atau cekaman panas pada ternak, karena pengaruh langsung dari radiasi matahari dan suhu lingkungan yang tinggi. Kondisi ini memaksa ternak untuk mengaktifkan mekanisme termoregulasi, yaitu peningkatan suhu rektal, suhu kulit, frekuensi pernafasan dan denyut jantung, serta menurunkan konsumsi pakan (Purwanto et al., 1996). Rendahnya persentase bobot karkas pada suhu lingkungan rendah disebabkan oleh tingginya bobot alat pencernaan (jeroan), berhubung tingginya konsumsi pakan di daerah suhu lingkungan rendah. Terjadinya peningkatan konsumsi pakan, diikuti peningkatan bobot jeroan dan isi. Kaitan antara suhu lingkungan dengan konsumsi pakan, dijelaskan melalui pengaruhnya pada aktivitas metabolisme. Data faktor klimat, khususnya suhu lingkungan, baik pada kandang tanpa naungan maupun kandang dengan naungan menunjukkan tidak berada pada kondisi yang nyaman bagi ternak domba, seperti yang dikemukakan oleh Smith dan Mangkuwidjojo (1988) bahwa daerah nyaman bagi domba berkisar antara 18 – 31oC. Peningkatan suhu terjadi sejalan dengan peningkatan besarnya radiasi matahari yang diterima. Suhu rektal kambing dan domba pada kondisi normal adalah 38,5–40oC dengan rataan 39,4 oC (Smith dan Mangkuwidjojo, 1988) atau antara 38,5 dan 39,7oC dengan rataan 39,1 oC (Anderson, 1970). Frandson (1996) menyatakan bahwa ternak yang tidak dinaungi akan mengalami peningkatan suhu tubuh, suhu rektal, suhu kulit, frekuensi pernapasan dan frekuensi denyut jantung sebagai akibat adanya tambahan panas dari luar tubuh terutama yang berasal dari radiasi panas matahari secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya. Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja
produksi
maupun
reproduksi
dipakai
untuk
mempertahankan
keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Suhu optimal untuk domba di daerah tropis berkisar antara 24–260C (Kartasudjana, 2001), dengan kelembaban di bawah 75% (Yousef, 1985). Keadaan optimal tersebut tidak terjadi di Indonesia karena suhu rataan harian pada musim hujan wilayah Indonesia adalah 290C dan berkisar 30–320C pada musim kemarau. Pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi domba akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya melalui kulit maupun pernafasan (Yeates et al,.1975). Keadaan lingkungan yang kurang nyaman akibat suhu dan kelembaban tinggi juga menyebabkan domba mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum.
Pelepasan panas tubuh dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara, dan tingkat cekaman yang terjadi dipengaruhi oleh insulasi wol, kecepatan angin, kelembaban udara, umur ternak dan makanan. Pemotongan Bulu Domba Domba merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang memiliki karakteristik berbulu kasar atau wool kasar, bukan rambut (hair) seperti pada kambing atau sapi. Bulu domba menutupi tubuh domba untuk melindungi tubuh domba dari cekaman lingkungan. Bulu domba juga mempunyai sifat sebagai insulator yang sangat baik dan tidak mudah terbakar. Dalam manajemen rutin budidaya domba, sebenarnya pencukuran domba direkomendasikan untuk tujuan sanitasi dan kemungkinan infasi berbagai ektoparasit. Bulu yang diperoleh dari hasil pencukuran masih dianggap sebagai limbah dan belum banyak dimanfaatkan. Bulu domba sebagai hasil ikutan sebenarnya sangat berpotensi untuk dimanfaatkan karena dari setiap domba lokal dapat menghasilkan bulu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 0,8 kg/tahun (Yamin et al., 1994). Bulu domba hasil persilangan di Indonesia sejauh ini hanya dimanfaatkan sebagai kerajinan, sedangkan bulu domba lokal masih dianggap sebagai limbah karena kualitas bulu yang dihasilkan kasar sehingga sulit untuk ditenun (Yamin et al., 1994). Minimnya
informasi
mengenai
pemanfaatan
bulu
domba
dapat
menyebabkan pencukuran masih jarang dilakukan. Selain itu efek yang diperoleh dari pencukuran terhadap produktivitas, kesejahteraan ternak dan sanitasi juga belum banyak diteliti. Produktivitas ternak dapat dilihat dari pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan, sedangkan untuk sanitasi dapat dilihat dari tingkat kebersihan tubuh domba dan jumlah ektoparasit yang terdapat di tubuh domba tersebut. Pemotongan bulu domba yang lebih dikenal dengan pencukuran bulu domba merupakan pekerjaan musiman, meskipun pencukuran dapat dilakukan setiap saat. Pencukuran akan kurang baik apabila dilakukan pada musim dingin, kecuali di daerah-daerah yang beriklim lebih panas.Wol pada domba tidak berganti tetapi terus tumbuh secara berkelanjutan. Jumlah zat yang berbeda pada tiap wol tergantung jenis dan kondisi sekelilingnya, seperti iklim dan pakan. Wol yang terdapat pada domba, merupakan rambut yang bergelombang dengan sedikit medulla dan bagian jaringan ikat dari folikelnya tidak padat atau jarang (Frandson, 1992). Tubuh dapat memperoleh panas secara langsung dari sinar matahari. Tingkat penyerapan panas tergantung pada tipe kulit hewan bersangkutan dan bulu yang terdapat pada kulit (insulasi). Pergerakan udara dapat mengubah pengaruh tipe kulit dan insulasi bulu terhadap cahaya tersebut (Parakkasi, 1999). Wol bersifat tidak menghantarkan panas (Johnston, 1983). Pencukuran bulu sebaiknya dilakukan setelah domba berumur lebih darienam bulan. Sebelum dicukur, sebaiknya domba dimandikan agar bulunya bersih.Bulu sebagai penutup tubuh alami pada ternak yang berfungsi sebagai perlindungan dari sengatan radiasi matahari di daerah tropis. Bulu yang halus dan pendek akan menyebabkan ternak lebih toleran terhadap cuaca yang panas (Williamson dan Payne, 1993). Mencukur bulu dapat menurunkan insulasi, meningkatkan pelepasan panas (heat loss), meningkatkan konsumsi pakan, pertumbuhan dan kualitas semen pejantan.
Universitas Sumatera Utara
Respon Fisiologis Respon fisiologis domba merupakan respon domba terhadap berbagai macam faktor, baik fisik, kimia maupun lingkungan sekitarnya (Yousef, 1985). Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien, 2007). Pertumbuhan fisiologis domba adalah perubahan fungsi kerja biologi domba yang mengalami cekaman panas lingkungan dan peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan: (1) penurunan konsumsi dan kecernaan pakan; (2) gangguan metabolisme pada air tubuh, energi dan keseimbangan mineral; (3) reaksi enzimatis, sekresi hormon dan metabolit darah (Marai et al. 2007).
Tingkat
cekaman yang terjadi dipengaruhi oleh insulasi wol, kecepatan angin, kelembaban udara, umur ternak dan makanan. Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan evaporasi lambat sehingga pelepasan panas tubuh terhambat.Akan tetapi sudah tentu kemampuan tersebut ada batasnya, apabila suhu lingkungan mencapai keadaan diluar batas kemampuannya maka akan timbul gejala-gejala merugikan. Respon fisiologis pada domba dapat diketahui diantaranya dengan melihat suhu tubuh, laju respirasi dan denyut jantung. Suhu Tubuh Suhu rektal adalah suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Suhu rektal harian, rendah pada pagi hari dan tinggi pada siang hari (Edey, 1983). Suhu rektal, suhu permukaan kulit dan suhu tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan (Purwanto et al., 1994). Suhu tubuh atau suhu inti (core temperature) dapat dihitung pada beberapa lokasi. Lokasi yang biasa digunakan adalah rektum, karena cukup mewakili dan kondisinya stabil. Suhu inti mendominasi penentuan suhu tubuh. Temperatur rektum dan kulit saat siang hari meningkat akibat dehidrasi dan frekuensi respirasi dan temperatur tubuh berfluktuasi lebih besar saat dehidrasi. Suhu rektum sering digunakan sebagai ukuran representatif suhu tubuh (Marai et al. 2007). Suhu rektum domba pada zona nyaman adalah 38.3–39.9°C
Universitas Sumatera Utara
(Marai et al. 2007). Zona nyaman (thermoneutral zone) pada domba adalah 22– 31°C untuk beraktivitas dan reproduksi (Yousef , 1985). Suhu lingkungan yang rendah, dibawah tingkat kritis minimum dapat mengakibatkan suhu tubuh (suhu rektal) menurun tajam diikuti pembekuan jaringan dan kadang diiringi kematian akibat kegagalan mekanisme homeothermis (Ensminger et al., 1990). Suhu rektal domba di daerah tropis berada pada kisaran 38,2 – 40 0C (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Suhu tubuh hewan homeotermis merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Suhu tubuh dapat diamati melalui suhu rektal, karena suhu rektal merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Kelembaban dapat pula mempengaruhi mekanisme temperatur tubuh, pengeluaran panas dengan cara berkeringat ataupun melalui respirasi akan lebih cepat (Parakkasi, 1999). Laju Respirasi Laju respirasi digunakan sebagai indikator stres panas karena berhubungan dengan pengurangan gas CO2 pada jaringan tubuh dan masuknya O2 sebagai pembakaran pakan yang akan menghasilkan panas (Marai et al. 2007). Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh (Isnaeni, 2006). Fungsi-fungsi yang bersifat sekunder membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air dan fonasi atau pembentukan suara (Frandson, 1992). Respirasi sangat mempengaruhi kebutuhan tubuh dalam keadaan tertentu, sehingga kebutuhan akan zat-zat makanan, O2 dan panas dapat terpenuhi serta zat-zat yang tidak diperlukan dibuang (Awabien, 2007). Pernafasan pada hewan terdiri dari tiga fase yaitu respirasi external, pertukaran gas, dan respirasi internal. Respirasi external yaitu mekanisme saat hewan mengambil oksigen dari lingkungan dan melepaskan karbondioksida ke lingkungan. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Pada sapi, kerbau, kambing dan domba peningkatan frekuensi respirasi merupakan salah satu mekanisme
Universitas Sumatera Utara
pengaturan suhu tubuh. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Mekanisme respirasi dikontrol di medula yang sensitif terhadap CO2 dan tekanan darah. Rata-rata frekuensi atau kecepatan respirasi domba adalah 19 kali tiap menit dalam keadaan istirahat (Frandson, 1992). Domba tropis mempunyai frekuensi laju respirasi berkisar 15–25 hembusan per menit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bersamaan dengan peningkatan suhu lingkungan, ternak bereaksi pertama-tama dengan panting (terengah-engah) dan sweating atau berkeringat berlebihan (Edey, 1983). Panting merupakan mekanisme evaporasi melalui pernapasan, sedangkan sweating melalui permukaan kulit. Evaporasi adalah cara efektif untuk menghilangkan beban panas tubuh, setiap gram uap air evaporasi dapat menghilangkan 0,582 kalori panas tubuh pada suhu lebih dari 250C (Yousef, 1985). Laju Denyut Jantung Laju denyut jantung merupakan refleksi utama dari proses homeostatis sirkulasi darah sepanjang status metabolisme yang umum (Marai et al. 2007). AlHaidary (2004) menyatakan bahwa tantangan stres panas mengurangi denyut jantung pada ternak yang diamdan pengurangan tanda denyut jantung menurun karena upaya umum binatang untuk penurunan produksi panas. Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut. Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan jaringan selalu disuplai darah (Soeharsono, 2010). Denyut jantung dapat diukur dengan menggunakan stetoskop dan stopwatch untuk menghitung waktu. Jantung memiliki suatu mekanisme khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruh otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama. Ritme atau kecepatan denyut jantung dikendalikan oleh saraf. Akan tetapi dapat diubah juga oleh berbagai faktor selain saraf, antara lain rangsangan kimiawi seperti hormon dan perubahan kadar O2 dan CO2 ataupun rangsangan panas (Isnaeni, 2006). Secara umum kecepatan denyut jantung yang normal cenderung lebih besar pada hewan yang kecil dan kemudian semakin lambat dengan semakin bertambah besarnya ukuran hewan (Awabien, 2007). Kisaran denyut jantung domba normal yang dikemukakan oleh Smith dan Mangkoewidjojo (1988) adalah
Universitas Sumatera Utara
antara 70–80 kali tiap menit. Isnaeni (2006) mengatakan bahwa denyut jantung dapat meningkat hingga lebih dari dua kalinya pada saat aktif melakukan kegiatan. Konsumsi dan Waktu Pemberian Pakan Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan menurut Parakkasi (1999) adalah faktor hewan itu sendiri yaitu permintaan fisiologis dari hewan tersebut untuk hidup pokok dan produksi. Faktor pakan yang diberikan berkaitan dengan nilai nutrisi yang terkait pada pakan tersebut. Faktor
lingkungan
seperti
suhu
dan
kelembaban
udara
dapat
mempengaruhi tingkat konsumsi. Pada suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan pada umumnya menurun, konsumsi air minum meningkat (Parakkasi, 1999). Pakan konsentrat diberikan sebelum pakan hijauan. Hal tersebut dilakukan agar semua zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi dapat terpenuhi (Ridwan, 2010). Kebutuhan bahan kering untuk domba fase pertumbuhan atau dengan bobot badan sekitar 15-25 kg adalah 3% dari bobot badannya atau sekitar 400500g/ekor/hari (National Research Council, 2006). Pemberian rumput dan konsentrat secara terpisah dengan rasio 40:60 menghasilkan konsumsi bahan kering rumput berkisar 207,57-216,81 g/e/h dan konsumsi bahan kering konsentrat berkisar 311,36-325,21 g/e/h. Pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan cara digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang penggembalaan selama 6– 8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan sesudah hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara menyediakan rumput secara ad libitum. Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan, pakan penguat dan garam atau feed supplement. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-
Universitas Sumatera Utara
rata 10% dari berat badan atau 4,5–5 kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2–3 kali sehari(Sitepu, 2011). Konsumsi Air Minum Air minum sangat penting untuk menjamin berlangsungnya proses metabolisme didalam tubuh, mengatur suhu tubuh dan untuk memproduksi susu. Kebutuhan air minum seekor domba kurang lebih 1,5 – 2,5 liter per hari. Ternak mendapat asupan air dari makanan, terutama hijauan yang dikonsumsi, namun jumlah ini tidak mencukupi kebutuhan, terutama didaerah panas atau jika ternak digembalakan setiap hari. Oleh karena itu, air minum harus tersedia didalam kandang setiap saat. Meskipun sebagian besar air didapat dari hijauan rumput atau daun-daunan, domba tetap harus diberi minum.
Air diperlukan untuk
membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diperlukan tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. Bila bobot hidup ternak 40 kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan air minum untuk domba berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008). Volume kebutuhan air pada domba sangat bervariasi dipengaruhi oleh jenis, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan. Air minum harus selalu bersih dan hindari terkontaminasi oleh air kencing/urin ataupun kotoran, karena air minum yang telah terkontaminasi biasanya tidak dikonsumsi ternak. Ganti air minum setiap hari atau bila terlihat sudah keruh. Domba membutuhkan air minum setiap saat dalam jumlah yang cukup dan harus tersedia didalam kandang.Krogh (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah suhu lingkungan. Suhu ruangan di bawah thermoneutral menyebabkan kosumsi pakan meningkat, sedangkan suhu ruangan di atas kisaran tersebut menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Penurunan konsumsi pakan, antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang bertambah panas.Keadaan lingkungan yang
Universitas Sumatera Utara
kurang nyaman akibat suhu dan kelembaban tinggi juga menyebabkan domba mengurangi konsumsi makan dan meningkatkan konsumsi air minum. Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang terkonsumsi bila bahanpakan tersebut diberikan ad libitum. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatkonsumsi pakan menurut Parakkasi (1999) adalah faktor hewan itu sendiri yaitupermintaan fisiologis dari hewan tersebut untuk hidup pokok dan produksi. Faktorpakan yang diberikan berkaitan dengan nilai nutrisi yang terkait pada pakan tersebut. Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. Feed Convertion Ratio(FCR) Feed Convertion Ratio merupakan suatu angka yang dapat dijadikan patokan atau ukuran untuk menilai efektivitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan atau produksi ternak (Arifien, 2002). Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan makin tinggi. Wahju (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimal, tetapi pertumbuhan yang baik disertai biaya ransum yang minimum akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu suhu lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan,kandungan energi dan penyakit (Parakkasi, 1999). Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, musim dan suhu dalam kandang. Konversi pakan antara lain dipengaruhi oleh bahan pakan dan formulasi ransum (Prawoto et al, 2001). Pertumbuhan Ternak Domba Pertumbuhan pada ternak dikategorikan menjadi dua proses yang saling berkesinambungan, yaitu pertumbuhan sebelum kelahiran (pre-natal) dan pertumbuhan setelah kelahiran (post-natal). Pertumbuhan post-natal terdiri atas periode pertumbuhan sebelum penyapihan dan setelah penyapihan (Aberle et al. 2001). Proses pertumbuhan pada ternak 75% terjadi hingga umur satu tahun dan
Universitas Sumatera Utara
25% pada saat ternak mencapai dewasa. Pertumbuhan setelah periode sapih (postweaning) memiliki hubungan kuat dengan bobot sapih dan efisiensi pakan. Pertumbuhan murni mencakup perubahan-perubahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan
murni dilihat dari sudut kimiawinya merupakan pertambahan
protein dan zat-zat mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni (Anggorodi, 1994).Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Tingkat pertumbuhan domba berkisar antara 20-200 g per hari. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain tingkat pakan, genetik, jenis kelamin, kesehatan dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan kambing dan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dicapai. Faktor lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa. Kebanyakan domba jenis tropik tidak menunjukkan kemampuannya untuk bertahan pada saat kekeringan dan setengah kelaparan. Dibandingkan dengan daerah dingin domba ini tidak menunjukkan reaksi baik terhadap pemberian pakan yang baik dan pada penggembalaan yang normal, pertumbuhan lambat dan jarang menjadi sangat gemuk (Williamson dan Payne, 1993). Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan pengukuran bobot badan. Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan pakan ternak.
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Tillman et al., 1998). Analisis Usaha Analisis usaha merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik awal untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha.
Gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki
prospek cerah dapat dilihat dari anlisis usahanya (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Analisis juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Biaya Produksi Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan nilaiuang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatandanpenyusutanbarang modal. Menurut Mulyadi (1993) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi ataukemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu.Menurut Hansen dan Mowen (2004), biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang
Universitas Sumatera Utara
bagiorganisasi. Sedangkan menurut Supriyono (2000), biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003) adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang. Biaya produksi adalah semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi untuk dijual. Selanjutnya ada pengertian lain adalah biaya- biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Menurut Nuraini (2003) bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen. Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap antara lain terdiri dari lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, pajak usaha dan iuran (Siregar, 2007). Penerimaan Ada dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam memproduksi suatu barang untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum, yaitu ongkos (cost) dan penerimaan (revenue). Penerimaan adalah jumlah uang
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya.Proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Penerimaan dalam ilmu ekonomi diistilahkan dengan revenue.Menurut Budiono (1990) penerimaan adalah hasil penjualan output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Penerimaan
dapat
dikategorikan
penerimaan yang diperhitungkan.
menjadi
penerimaan
nyata
dan
Penerimaan nyata adalah penerimaan yang
diterima dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan adalah nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan. Penerimaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan dan hasil olahannya (Kadarsan, 1995). Analisis Laba-Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005). Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat laporan dan menjual produk dengan apa yang
Universitas Sumatera Utara
diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manajemen. Jika laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001). Hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatanuntuk memperoleh angka
yang
pasti
mengenai
tingkat
keuntungan
atau
kerugian
suatu
usaha.Pencatatan meliputi pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat. Dalam usaha peternakan yang berorientasi bisnis, pencatatan mutlak diperlukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga potensi-potensi kejadian yang tidak diinginkan seperti terjadinya kerugian besar, bisa terhindarkan sejak dini. Selain itu analisis mengenai efisiensi bisa terus dilakukan, sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu, yang secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan. Pencatatan perlu dilakukan untuk dua pos besar, yaitu pos pengeluaran atau biaya dan pos pendapatan.
Menurut
SodiqdanAbidin (2002) pengeluaran atau biaya dibagi menjadi dua bagian, yaitubiaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Income Over Feed Cost(IOFC) Income Over Feed Cost(IOFC) adalah salah satu cara dalam menentukan indikator keuntungan. IOFC biasa digunakan untukmengukur performa pada program pemberian pakan. Analisis pendapatan dengan cara ini didasarkan pada harga beli bakalan, harga jual domba dan biaya pakan selama pemeliharaan. Menurut Kasim (2002) IOFC dapat dihitung melalui pendekatan penerimaan dari nilai pertambatan bobot badan ternak dengan biaya ransum yang dikeluarkan selama penelitian. Faktor yang berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan, konsurnsi pakan dan harga pakan. Pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal (Wahju, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Tujuan akhirdari pemeliharaan
temak adalah
untuk memperoleh
keuntungan secara ekonomis. Kentungan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Faktor yang berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan selain pemeliharaan, konsumsi pakan dan harga pakan (Mulyaningsih, 2006). Pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara