BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal 2.1.1.1. Pengertian pasar modal Bursa Efek Indonesia mendefinisakan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik surat hutang (obligasi) ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan lainnya. Undang-undang Pasar Modal No. 8 yahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek.
Pasar
modal
menurut
Tandelilin
(2010)
merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan
8
9
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena menurut Bursa Efek Indonesia pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu pertama sarana bagi masayrakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan instrumen lainnya, kedua sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana perusahaan
untuk
mendapatkan
dana
dari
masyarakat
pemodal (investor). 2.1.1.2. Jenis-Jenis Pasar Modal Pasar modal dikategorikan menjadi 4 tipe: 2.1.1.2.1. Pasar perdana sarana bagi perusahaan menawarkan saham atau obligasi untuk pertama kalinya ke masyarakat umum. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan
emiten
sebelumnya
informasi mengenai perusahaan
akan secara
mengeluarkan detail
yang
berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada
calon
investor,
sehingga
dapat
memperkirakan perkembangan perusahaan pada masa yang akan datang. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik atau tambahan surat berharga baru apabila perusahaan sudan going public. 2.1.1.2.2. Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas
10
emiten dijual di pasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapat keuntungan. Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar yaitu pasar lelang dan pasar nogoisasi. 2.1.1.2.3. Pasar
ketiga
merupakan
pasar
perdagangan
surat
berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saaat pasar kedua tutup. Dalam pasar ketiga ini
tidak
memiliki
pusat
lokasi
perdagangan
yang
dinamakan floor trading (lantai bursa). 2.1.1.2.4. Pasar keempat pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umunya dilaksanakan oleh investor besar karena menghemat biaya transaksi daripada jika dilakukan di pasar sekunder, yaitu dengan menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. 2.1.1.3. Sejarah Pasar Modal Indonesia Penulisan perkembangan pasar modal Indonesia yang ditulis disini mengacu sepenuhnya pada uraian Bursa Efek Indonesia. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
11
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak
berjalan
beberapa
seperti
periode
yang
kegiatan
diharapkan, pasar
bahkan
modal
pada
mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar
modal
mengalami
pertumbuhan
seiring
dengan
berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 1914 – 1918
: Bursa Efek di Batavia ditutup selama
Perang Dunia I. 1925 – 1942
: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali
bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Awal th 1939
: Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
12
1942 – 1952
: Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali
selama Perang Dunia II. 1956
:
Program
nasionalisasi
perusahaan
Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 1956 – 1977
: Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 1977 – 1987
: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.
Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. 1987
:
Ditandai
dengan
hadirnya
Paket
Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 1988 – 1990
: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan
Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 2 Juni 1988
: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai
beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang
13
dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988 :
Pemerintah
mengeluarkan
Paket
Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 16 Juni 1989
:
Bursa
Efek
Surabaya
(BES)
mulai
beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 13 Juli 1992 menjadi
: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah
Badan
Pengawas
Pasar
Modal.
Tanggal
ini
diperingati sebagai HUT BEJ. 22 Mei 1995 dilaksanakan
: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dengan
sistem
computer
JATS
(Jakarta
Automated Trading Systems). 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. UndangUndang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995
: Bursa Paralel Indonesia merger dengan
Bursa Efek Surabaya. 2000 (scripless Indonesia.
:
Sistem
Perdagangan
trading) mulai diaplikasikan
Tanpa
Warkat
di pasar modal
14
2002
:BEJ
mulai
mengaplikasikan
sistem
perdagangan jarak jauh (remote trading). 2007
: Penggabungan Bursa Efek Surabaya
(BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 02 Maret 2009
: Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan
Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG. 2.1.2. Efisiensi Pasar Pada efisiensi pasar ini membahas mengenai bagaimana pasar merespon infromasi yang mempengaruhi harga sekuritas menuju ke arah keseimbangan baru. Istilah efisiensi mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan konteks penggunaan istilahnya. Misalnya dari sudut pandang pengelolaan aset, efisiensi dapat diartikan sebagai kondisi dimana aset-aset yang telah ada dapat dialokasikan dengan optimal. Dalam kontekas aplikasi teknologi, efisiensi dapat diartikan sebagai pengaplikasian teknologi yang memerlukan biaya operasi paling murah. Sedangkan efisiensi pada sudut pandang investasi menurut Tandelilin (2010) berarti harga pasar yang telah terbentuk telah mencerminkan informasi yang tersedia. Jadi dapat dikatan bahwa tidak ada seorang investor yang bisa mengambil keuntungan dari pasar. Artinya jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses secara mudah dengan biaya yang murah oleh semua pihak pasar, maka harga yang terbentuk merupakan harga keseimbangan, sehingga tidak ada seorang investorpun yang dapat memperoleh
15
keuntungan tidak normal dengan memanfaatkan infromasi yang dimilikinya. Konsep pasar efisien menggambarkan adanya suatu proses peyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan baru sebagai respon atas informasi baru yang masuk ke pasar. Proses penyesuaian harga memang tidak harus berjalan dengan sempurna melainkan yang tepenting adalah harga yang telah terbentuk tidak bias dengan etimasi harga keseimbangan. Harga keseimbangan akan terbentuk setelah investor sudah sepenuhnya menilai dampak dari informasi tersebut. Ada beberapa kondisi menurut Tandelilin (2010) yang harus terpenuhi untuk mencapai pasar yang efisien: 2.1.2.1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit dan mereka juga merupakan price taker, sehingga tindakan dari satu investor saja tidak akan mampu mempengaruhi harga dari sekuritas. 2.1.2.2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang mudah dan murah. 2.1.2.3. Informasi yang terjadi bersifat random. 2.1.2.4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan
berubah sesuai dengan
perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, Fama (1970) dalam Tandelilin (2010) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga tipe yaitu:
16
2.1.2.1. Efisien dalam bentuk lemah (weak form) yang berarti semua infromasi di masa lalu akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Informasi masa lalu seperti harga dan volume perdagangan tidak bisa digunakan untuk memprediksi perubuahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. 2.1.2.2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong) berarti harga pasar saha, yang telah terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi masa lalu ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan
seperti
dividen,
penerbitan
saham
baru,
pengumuman stock split, dan peristiwa publikasi lainnya yang mempengaruhi aliran kas di masa yang akan datang. Pada bentuk pasar ini pengembalian tidak normal hanya terjadi di sekitar pengumuman suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat bila informasi terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar. 2.1.2.3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form) berarti harga pasar saham yang tebentuk saat ini telah mencerminkan informasi masa lalu, informasi yang dupublikasikan ditambah infromasi yang tidak dipublikasikan 2.1.3. Obligasi 2.1.3.1. Pengertian Obligasi Pengertian obligasi menurut Bursa Efek Indonesia yaitu, obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang
17
yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan
Zalmi
(2012)
mendefinisikan obligasi sebagai surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana. Pihak penerbit akan membayarkan sejumlah bunga (coupon), misalnya setiap enam bulan, kemudian pada saat jatuh tempo (maturity) utang pemegang
pokoknya
obligasi.
akan
Berdasarkan
dikembalikan definisi
kepada
diatas
dapat
disimpulkan bahwa obligasi merupakan surat hutang yang mempunyai masa jatuh tempo lebih dari satu tahun, dimana pihak yang menerbitkan obligasi akan memberikan imbalan berupa bunga obligasi (coupon) kepada pemegang obligasi sesuai dengan waktu perjanjian yang di tentukan sebelumnya. Obligasi merupakan salah satu alternatif pendanaan yang digunakan
perusahaan
untuk
menjalankan
kegiatan
operasionalnya. Pemegang obligasi merupakan kreditur bagi pihak yang menerbitkan obligasi tersebut dan tidak memiliki hak kemepilikan
atas perusahaan, tetapi pemegang obligasi
mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran terlebih dahulu
dibandingkan
pegang
saham,
termasuk
perusahaan dilikuidasi (Zalmi, 2012). 2.1.3.2. Karakteristik Obligasi Obligasi memiliki beberapa karakteristik yaitu:
apabila
18
2.1.3.2.1. Nilai nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. 2.1.3.2.2. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. 2.1.3.2.3. atuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunganya. 2.1.3.2.4. Penerbit/emiten
(issuer)
mengetahui
dan
mengenal
penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan
investasi
obligasi
ritel.
Mengukur
resiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dana atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating)
obligasi
yang
dikeluarkan
oleh
lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
19
2.1.3.3. Jenis-Jenis Obligasi Ada beberapa jenis obligasi dengan berbagai macam karakteristik, yaitu: 2.1.3.3.1. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds) merupakan obligasi
yang
diterbitkan
oleh
perusahaan
dengan
menggunakan jaminan aset real, sehingga jika perusahaan gagal memenuhi kewajibanya maka pemegang obligasi berhak mengambil alih aset tersebut. 2.1.3.3.2. Obligasi tanpa jaminan adalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aset real tertentu. 2.1.3.3.3. Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada harga yang sudah ditetapkan sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan mendapkan capital gain. Emiten juga memperoleh keutungan karena tingkat kupon yang diberikan
kepada
pemegang
obligasi
lebih
rendah
dibanding obligasi biasa. 2.1.3.3.4. Obligasi yang disertai warrant, dengan adanya warrant pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang ditentukan. Umumnya obligasi ini juga memberikan keuntungan untuk pemegang saham karena mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain dari selisih kenaikan harga saham, dan untuk emiten karena kupon yang diberikan lebih rendah.
20
2.1.3.3.5. Obligasi
tanpa
kupon
adalah
obligasi
yang
tidak
memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini biasanya ditawarkan pada harga dibawah nilai parnya sehingga investor memperoleh keuntungan dari perbedaan harga pasar dan nilai parnya pada saat obligasi tersebut dibeli. 2.1.3.3.6. Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah obligasi yang bunganya disesuaikan dengan tingkat bunga pasar yang berlaku. Umunya obligasi ditawarkan pada dengan menggunakan kupon sebesar presentase suku bunga deposito atau bisa juga dikombinasikan dengan besarnya tingkat suku bunga tetap. 2.1.3.3.7. Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh tempo. 2.1.3.3.8. Junk bond obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang sangat tinggi tetepai juga mengandung resiko yang tinggi. Biasanya diterbitkan oleh perusaaan yang beresiko tinggi atau oleh perusahaan yang ingin membiayai suatu rencana merger atau akuisisi. 2.1.3.3.9. Sovereign bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam mata uangnya sendiri, tetapi dijual di negara lain dalam mata uang negara tersebut.
21
2.1.4. Obligasi Syariah (Sukuk) 2.1.4.1. Pengertian Sukuk Berdasarkan peraturan Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, definisi Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas: 2.1.4.1.1. Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat); 2.1.4.1.2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a’yan) tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada; 2.1.4.1.3. Asa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada; 2.1.4.1.4. Aset
proyek
tertentu
(maujudat
masyru’
mu’ayyan);
dan/atau 2.1.4.1.5. Kegiatan
investasi
yang
telah
ditentukan
(nasyath
ististmarin khashah). Pada dasarnya sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak „Sakk’ yang mempunyai arti dokumen atau sertifikat, yang pada pertengahan abad ke 20 sering digunakan oleh perdangan muslim sebagai dokumen yang menunjukkan
kewajiban
finansial
yang
berasal
dari
perdagangan atau aktivitas komersial lainnya. Sementara pengertian sukuk berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions
22
(AAOIFI) yaitu sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang mewakilkan atas bagian kepemilikan yang tidak terbagi pasa aset berwujud, hak manfaat, dan jasa atau kepemilikan pada suatu aset proyek atau kegiatan investasi tertentu. Dewan syarian Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pengertian
obligasi
syariah
Dalam
fatwa
No.
32/DSN-
MUI/IX/2002 yaitu suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jetuh tempo. Sukuk merupakan aset yang didasari lebih dari sekuiritas dengan underlying asset sebagai jaminan yang berdasarkan pada prinsip syariah dalam sifat dan penggunaanya
(Godlewski,
et
al.,
2013).
Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian sukuk adalah surat berhagarga jangka panjang yang dalam aturan dan penguananya didasarkan pada prinsip syariah dengan imbalan
yang
diberikan
oleh
pemegang
sukuk
adalah
merupakan bagi hasil dan pelunasan kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 2.1.4.2. Karakteristik Sukuk Sukuk dapat menunjukkan kepemilikan parsial dari hutang, aset, proyek, bisnis atau investasi. Beberapa struktur sukuk antara lain :
23
2.1.4.2.1. Murabaha (cost-plus selling) 2.1.4.2.2. Salam (pre-payment of an asset for future delivery) 2.1.4.2.3. Ijara ( rental / lease agreement) 2.1.4.2.4. Istisna ( build to-own property) 2.1.4.2.5. Mudaraba (patership forms) 2.1.4.2.6. Musharaka (patership forms) Banyaknya jenis akad yang ada pada obligasi syariah, tetapi hanya beberapa yang sering digunakan dalam obligasi syariah di pasar modal Indonesia. Menurut peraturan OJK No IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal Indonesia, yaitu : 2.1.4.2.1. Akad Mudharabah (Qiradh) adalah perjanjian dimana pihak yang menyediakan dana (Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut. 2.1.4.2.2. Akad ijarah adalah perjanjian (Akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan
atas
suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau upah (ujrah), tanpa diikuti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek ijarah.
24
Beberapa karakteristik dari sukuk menurut Christope J pada artikel yang berjudul Sukuk Vs Conventional Bonds : A Stock Market Perspective yaitu : 2.1.4.2.1. Surat berharga harus mewakili kepemilikan pada aset berwujud (tengible assets), hasil dari hak pakai atau pendapatan perusahaan; 2.1.4.2.2. Pembayaran kepada investor merupakan hasil yang dihitung setelah pajak; 2.1.4.2.3. Nilai yang dilunasi saat jatuh tempo mencerminkan harga pasar saat ini berdasarkan dari underlying assets bukan dari nilai investasi asli. Maka dapat dilihat kelebihan obligasi syariah yaitu strukturnya terjamin oleh aset yang nyata. Maka pemegang obligasi ini memperoleh hak penjualan atas aset dan juga berhak memperoleh pendapata dari aset. Selain itu obligasi syariah ini juga mempunyai ciri khas
yang mencerminkan
kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat tersebut tidak dapat diperjualbelikan pada pasar sekunder, sehingga menjadi instrumen jangka panjang hingga jatuh tempo atau dijual pada nilai nominal. 2.1.5. Signalling Theory Informasi yang dikeluarkan perusahaan merupakan unsur penting untuk investor dan pelaku bisnis dalam mengambil keputusan investasi di luar perusahaan. Pada hakekatnya informasi menyajikan
25
keterangan, catatan atau gambaran untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun untuk keadaan pada masa yang akan datang. Adanya infromasi yang relevan, akurat, lengkap dan tepat waktu merupakan alat analisis bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Menurut Ross (1997) signalling theory menyatakan bahwa pihak eksekutif
perusahaan
memiliki
informasi
lebih
baik
mengenai
perusahaan akan terdorong untuk menyampaikan infromasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaanya meningkat. Signalling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaa (Brigham dan Houston, 2006).
Hartono
(2008)
menyatakan
bahwa
informasi
yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk ke pasar, maka investor akan menganalisis dan mengintreprestasikan informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Sinyal tersebut dapat dilihat melalui rekasi pasar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pada harga saham dan volume perdagangan. Adanya pengumuman penerbitan obligasi mengandung informasi bagi para investor yang nantinya investor akan melakukan penilaian dari
informasi
tersebut
sehingga
mempengaruhi
keputusan
investasinya. Penerbitan obligasi memberikuan suatu pertanda (signal) dalam pengambilan keputusan investasi, sehingga signalling theory
26
berlaku dalam penelitian ini. Dengan demikian signalling theory dapat dartikan sebagai sebuah pertanda dari pihak perusahaan yang ditujukan
untuk
investor
dalam
bentuk
informasi
khususnya
pengumuman penerbitan obligasi dalam penelitian ini, yang kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 2.1.6. Return dan Resiko 2.1.6.1. Pengertian Return Return menurut Tandelilin (2010) yaitu merupakan salah satu faktor
yang
merupakan
memotivasi imbalan
investor
atas
berinteraksi
keberanian
dan
investor
juga dalam
menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh investor atas investasi yang dilakukan dan juga merupakan salah satu motivasi untuk para investor dalam berinvestasi. Return menurut Hartono (2008) dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu: 2.1.6.1.1. Return Realisasi Merupakan return yang telah terjadi dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan yang dihitung berdasarkan data historis. Return ini juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa yang akan datang. 2.1.6.1.2. Return Ekspektasi Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Return ini digunakan untuk
27
pengambilan keputuasan investasi dan untuk mengukur resiko di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang difatnya telah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. 2.1.6.2. Pengertian Resiko Pengertian resiko menurut Brigham dan Houston (2006) yaitu resiko merupakan kemungkinan adanya perbedaan return yang diterimalebih
kecil
dibandingkan
dengan
return
yang
diharapkan, semakin besar perbedaan maka semakin besar resiko investasinya. Menurut Hartono (2008) resiko dibagi menjadi dua, yaitu: 2.1.6.2.1. Systematic Risk Bagian dari resiko sekuritas yang tidak dapat dihindari atau dihilangkan dengan membentuk portofolio seperti resiko inflasi, resiko tingkat suku bunga, resiko pasar, dan resiko nilai tukar. 2.1.6.2.2. Unsystematic Risk Bagian dari resiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio seperti resiko bisnis, resiko likuiditas dan resiko finansial. 2.1.7. Saham 2.1.7.1. Pengertian saham Saham merupakan salah satu bentuk investasi yang ada di pasar modal dan merupakan instrumen yang populer. Saham juga
merupakan
instrumen
investasi
pendanan
untuk
28
perusahaan. Definisi saham menurut Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut : “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).” 2.1.7.2. Return Saham Surat saham adalah dokumen bukti kepemilikan suatu perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang saham berhak atas bagian laba yang dibagikan
atau
deviden
sesuai
dengan
proporsi
kepemilikannya. Saham juga dapat diperjual belikan, adanya perbedaan dari harga jual dan harga beli sehingga memberikan keuntungan atau kerugian dari transaksi jual beli saham tersebut. Menurut Zubir (2011) menyebutkan bahwa return saham terdiri dari capital gain dan dividend yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan dividend yield adalah dividen per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar. 2.1.8. Abnormal Return Abnormal
return
merupakan
kelebihan
dari
return
sesungguhnya terjadi terhadap return yang tidak normal.
yang
Dengan
29
demikian return tidak normal dapat dicari dari selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sebagai berikut: ARit = Rit – E (Rit) Keterangan : ARit = abnormal return saham Rit
= return saham i pada periode t
E (Rit) = expected return saham i pada periode t Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya yang kemudian dibagi dengan harga sebelumnya atau dengan rumus (Pit – Pit-1) / Pit-1. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diestimasi, model yang digunakan untuk menghitung return eskpektasi adalah sebagai berikut: 2.1.8.1. Market adjusted model Model ini beranggapan bahwa penduga untuk mengetimasi return adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Maka tidak diperlukan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return yang diestimas sama dengan return indeks pasar. 2.1.8.2. Mean adjusted model Model ini berangapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan
yang
sama
dengan
rata-rata
sebelumnya selama periode estimasi. 2.1.8.3. Market model
return
realisasi
30
Perhitungan dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu (1) membetuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi, dan (2) menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi pada windows event. 2.2. Hipotesis Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai perbedaan reaksi pasar yang terjadi pada penerbitan obligasi konvensional dengan obligasi syariah. Reaksi pasar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dapat dilihat melalui abnormal return pada setiap perusahaan selama persitiwa. Penerbitkan obligasi memiliki informasi yang memengaruhi perilaku pasar dan harga sekuritas, maka penelitian ini menggunakan Cummulativ Abnormal Return saham sebagai ukuran untuk meilhat reaksi pasar. Oleh karena itu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1 :Pengumuman penerbitan obligasi syariah berpengaruhpositif pada reaksi pasar modal Indonesia. H2 :Pengumuman penerbitan obligasi konvensional berpengaruh positif pada reaksi pasar modal Indonesia H3 :Pengumuman penerbitan kedua jenis obligasi berpengaruh positif pada rekasi pasar modal Indonesia. 2.3. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk melihat rekasi pasar modal terhadap penerbitan obligasi antara lain: 2.3.1. Ashhari (2009) dengan penelitian berjudul Conventional vs Islamic Bond Announcements: the effects on Shareholders‟ wealth yang
31
dilakukan di bursa efek Malaysia menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil dati penelitian ini adalah bahwa obligasi konvensional tidak berpengaruh terhadap return saham sedangkan obligasi syariah berpengaruh terhadap return saham. 2.3.2. Chirstope et al., (2013) yang meneliti reaksi pasar modal di Malaysia terhadap penerbitan obligasi syariah (sukuk) dan obligasi konvensional dengan
menggunakan
model
penelitian
event
study
yang
menghasilkan bahwa pasar saham tidak bereaksi signifikan terhadap penerbitan obligasi konvensional, tetapi mempunyai reaksi yang negatif terhadap penerbitan obligasi syariah (sukuk). 2.3.3. Rizky (2013) meneliti mengenai pengaruh penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar modal Indonesia dengan model penelitain event study yang menunjukkan bahwa penerbitan sukuk mempunyai pengaruh sebesar 11,8 % terhadap reaksi di pasar modal Indonesia. 2.3.4. Dwi (2015) meneliti mengenai analisis dampak penerbitan obligasi syariah (sukuk) dan obligasi konvensional terhadap return saham di Indonesia dengan menggunakan model event study dan metode analisis regresi data panel dengan hasil tes keseluruhan bahwa nilai obligasi, debt ratio dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. 2.4. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini diawali dengan adanya pengumuman penerbitan obligasi baik konvensional atau syariah sebagai sebuah peristiwa karena memiliki kandungan informasi yang mempengaruhi perilaku pasar dan harga
32
sekuritas.
Penerbitan
obligasi
menunjukkan
bahwa
perusahaan
membutuhkan dana yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga akan meningkatkan kegiatan investasi dan opersional perusahaan. Meningkatnya kegiatan operasional yang berarti meningkat pula kegiatan produksi barang dan jasa. Tersedianya penawaran mendorong adanya pergerakan permintaan yang mempengaruhi roda perekonomian. Adanya pergerakan permintaan jelas berpengaruh terhadap income perusahaan yang menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam menjalankan aktivasnya. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja yang bagus dari sebuah perusahaan yang berdampak pada return saham. Pra Event
Event
Post Event
Abnormal Retrurn
Penerbitan Obligasi
Abnormal Retrurn