BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat vital. Manusia dikodratkan sebagai mahluk sosial. Dimana seorang individu tidak dapat hidup hanya tergantung pada dirinya sendiri melainkan harus hidup saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Hal ini, tidak hanya dibahas pada bidang ilmu pengetahuan. Namun, ajaran agama pun mengajarkan tentang hal yang sama,yaitu manusia harus saling mengasihi antara sesamanya. Sebagai manusia kita perlu berkomunikasi untuk membina suatu hubungan antar sesama manusia. Kata komunikasi berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama” communico, communicare yang berati “membuat sama”. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama1 Definisi komunikasi secara umum yaitu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Berikut ini adalah beberapa definisi dari komunikasi : Menurut Poedjawijatna dan Hatta (1983;1987) komunikasi adalah ” Ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia2 ”. Dari penjelasan di atas, peneliti mengamati bahwa yang di maksud dengan komunikasi adalah suatu usaha yang di lakukan seseorang dalam proses penyampaian pesan menjadi sebuah informasi kepada orang lain dengan berdasarkan proses
1
Mulyana, Deddy,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Rosda, Bandung, 2007, hlm 4 Dani Vardiansyah, Drs., M. Si, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hlm 8
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
komunikasi secara primer. Sedangakan komunikasi secara primer adalah ”proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media3. Sedangkan tujuan dari komunikasi adalah : to change opinion (tukar pendapat), to change attitude (merubah sikap seperti ; senang, benci, rindu, emosi, sedih dan lain – lain), to change behaviour (merubah perilaku), self Dennis Murphy dalam bukunya Better Business Communication, sebagaimana dikutip oleh Wursanto dalam bukunya Etika Komunikasi Kantor, mengatakan, ”Communication is the whole process used to reach other minds”(komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain).4 Dengan pengertian komunikasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika proses Komunikasinya berjalan secara komunikatif, berjalan secara seimbang/dua arah, karena apa yang disampaikan oleh komunikan dapat diterima oleh komunikan dan komunikan memberikan feedback kepada komunikator dan seterusnya. Dan komunikator dikatakan berhasil jika dapat mempengaruhi komunikan. Dalam perkembangannya komunikasi memiliki model tersendiri antara lain:5 a) Model Komunikasi Linear atau satu arah, tokoh – tokoh dari model komunikasi ini antara lain Aristoteles, Laswell dan Shannon – Weaver. Model komunikasi ini didasari oleh paradigma Stimulus – Respons. Bahwa komunikan akan memberikan respons terhadap
3
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung 2002, hlm 29-30 Nurjaman,Kadar dan Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relation,Pustaka Setia, Bandung 2012, hlm 46 5 Vardiansyah, Dani, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia, Depok, 2004 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
stimulus yang diterimanya, dan titik berat dari model ini adalah pengaruh media massa terhadap khalayak. b) Model Komunikasi Sirkuler atau dua arah, model komunikasi ini umumnya berawal dari paradigma antarpribadi dimana kedudukan komunikator dengan komunikan relatif setara. Model komunikasi ini diperkenalkan antara lain oleh Schramm, DeFleur, Newcomb. c) Model Komunikasi Spiral atau Helical, model ini diutarakan oleh Dance, Tubbs, dan Noelle–Newman. Model komunikasi Spiral mengarahkan pandangan bahwa proses komunikasi berlangsung secara terus menerus bergerak maju, bahwa apayang dikomunikasikan sekarang adalah dipengaruhi oleh komunikasi sebelumnya dan apa yang dikomunikasikan saat ini akan berpengaruh pada komunikasi selanjutnya. Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun menjadi banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri.
2.1.1. Fungsi Komunikasi William I. Gorden dalam Deddy Mulyana, mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:6 a.
6
Sebagai komunikasi sosial
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda,Bandung,2000, hlm.5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. b.
Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
c.
Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. negara, ideologi, atau agama mereka.
d.
Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi
instrumental
mempunyai
beberapa
tujuan
umum,
yaitu,
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis.
2.2 Komunikasi Antar Pribadi Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi7. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka8. Karakteristik komunikasi antarpribadi9 diantaranya adalah: 1.
Komunikasi Antarpribadi dimulai dengan diri pribadi yang dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana permasalahan kita.
2.
Komunikasi Antarpribadi bersifat transaksional mengacu kepada tindakan
pihak-pihak
yang
berkomunikasi
dan
secara
menyampaikan dan menerima pesan. 3.
Komunikasi Antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang diperlukan, tetapi juga melibatkan siapa perantara komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut.
4.
Komunikasi Antarpribadi mengisyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
5.
Komunikasi Antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya dalam proses komunikasi.
7
Komala, 2009
8
Canggara (2007:32)
9
Komala, 2009
http://digilib.mercubuana.ac.id/
serentak
6.
Komunikasi Antarpribadi tidak bisa diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunitas kita, mungkin kita dapat meminta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah diucapkan.
Komunikasi Antarpribadi diuraikan oleh Wayne Pace dalam canggara
10
menurut
jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, antara lain: 1. Komunikasi Diadik Proses yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakapan, dialog dan wawancara. Komunikasi diadik juga berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal sedangkan wawancara dilakukan dalam bentuk yang lebih serius, yakni ada yang lebih dominan pada posisi bertanya dan menjawab. 2. Komunikasi Kelompok kecil Komunikasi dalam kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Seperti penjelasan sebelumnya, komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Terdapat beberapa macam efektifitas komunikasi Antarpribadi11 antara lain: 10
Wayne Pace dalam canggara (2007:32-33)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan Antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. 2. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan. 3. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi agar berlangsung efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. 4. Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan dan sikap positif terhadap dirinya, mendorong orang lain agar lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
11
Devito, Joseph A 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi 5. Jakarta:Profesional
Books ,Hlm259-263
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam interaksi komunikasi antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk menjelaskan hubungan Antarpribadi. Hubungan Antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan12. Kelima tahap ini adalah: 1. Kontak (Contact) Pada tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam persepsi alat indera. Anda melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal ini menentukan seseorang
untuk
memutuskan
tetap
melanjutkan
ketahap
berikutnya
atau
menghentikan langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicaranya. 2. Keterlibatan (Invorment) Tahap ini merupakan tahap pengenalan lebih jauh yaitu ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. 3. Keakraban (Intimacy) Pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda lebih jauh pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer. 4. Perusakan Pada tahap perusakan Anda mulai merasa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang Anda pikirkan sebelumnya dan hubungan semakin menjauh. Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama dan apabila Anda berdua bertemu, hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang. Apabila tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir pemutusan.
12
Devito, Joseph A 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi 5.Jakarta:Profesional Books
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Pemutusan (Solution/Disolution) Tahap pemutusan adalah tahap pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif.
2.3 Tinjauan tentang Pengungkapan Diri Pengertian dari pengungkapan diri itu sendiri dijelaskan sebagai satu bentuk terpenting dari komunikasi antarpribadi di mana kita dapat melibatkan pembicaraan tentang diri kita sendiri, atau membuka diri. Pengungkapan diri mengacu kepada mengkomunikasikan informasi kita tentang diri kita kepada orang lain 13. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi yang dilakukan secara sadar. Dimana segala sesuatu baik itu pikiran, perasaan dan perilaku yang diceritakan secara sadar dan terbuka kepada orang lain. Banyak hal yang diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Proses pengungkapan diri pada lambang verbal dan non verbal terjadi ketika partisipan komunikasi menggunakan kata-kata, baik itu melalui bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah ketika partisipan komunikasi menggunakan simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya14. Penyingkapan diri tidak hanya merupakan bagian internal dari komunikasi dua orang. Penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua orang dari 13
Devito, Joseph A 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi 5.Jakarta:Profesional Books,Hlm 77
14
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,Hlm 103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pada dalam konteks jenis komunikasi lainnya. Pengungkapan diri merupakan suatu usaha yang disengaja untuk membiarkan keotentikan memasuki sosial seseorang, dan seseorang mengetahui bahwa hal tersebut berkaitan dengan kesehatan mental 15.
2.4 Tinjauan Teori Interaksi Simbolik Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto, 2007)16. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993)17 dalam West-Turner (2008: 96)18, interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136)19, Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
15
Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. 1996. Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya,Hlm12-13 16
Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Jakarta
17
Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes,1993
18
West-Turner,2008: 96
19
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik 20, antara lain: 1. Pikiran (Mind) kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyaimakna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. 2. Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain.
3. Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: 1.
Pentingnya makna bagi perilaku manusia Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.
2.
Pentingnya konsep mengenai diri
20
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. 3.
Hubungan antara individu dengan masyarakat Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa normanorma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individulah yang menentukan pilihan yang ada dalam social kemasyarakatannya.
Herbert Blumer mengemukakan tiga premis utama
yang mendasari teori
interaksionisme simbolis 21, yaitu: a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain. c. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Sebagaimana diterangkan Veeger
22
bahwa teori interaksi simbolik Blumer
sebenarnya melanjutkan gagasan-gagasan Mead yang bertumpu pada lima hal, yaitu: 1. Konsep Diri
21
Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Jakarta,Hlm120-121
22
Veeger ,1993: 224-228
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Manusia merupakan organisme yang dilengkapi dengan kesadaran akan dirinya (an organism having a self). Ia memiliki kemampuan untuk mempelajari, berinteraksi dan sibuk dengan dirinya sendiri.
2. Konsep Perbuatan Konsep ini memperlihatkan bahwa perbuatan manusia itu dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri. Perbuatan demikian menjadi khas atau unik. 3. Konsep Objek Manusia hidup di tengah berbagai hal yang menjadi perhatian aktif dirinya. Disini, hakikat objek tidak ditentukan oleh ciri-ciri instrinsik objek itu, melainkan ditentukan oleh pencitraan diri orang itu atas objek-objek tersebut. 4. Konsep Interaksi Sosial Manusia itu berusaha menempatkan dirinya dalam posisi orang lain. Mereka mencari, memahami dan menafsirkan arti dari suatu aksi yang diberikan orang lain untuk kemudian bertindak sesuai dengan arti tersebut. Dari sini muncul transaksi yang nilainya melebihi jumlah total unsur-unsur maksud, tujuan dan sikap masing-masing pihak. 6. Konsep Joint Action Konsep ini menunjukkan aksi kolektif yang lahir karena tindakan saling menyerasikan antara satu (seseorang) dengan lainnya. Menurut Blumer joint action mempunyai karir yakni mengalami perkembangan dan memerlukan waktu, sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
organisasi bisa menghadapi kebimbangan, ketidakpastian, ketergantungan dan perubahan23. 2.5 Konsep Diri 2.5.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan. Secara umum disepakati konsep diri belum ada sejak lahir, konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Konsep diri merupakan konsep dasar dan aspek kritikal dari individu. Tingkah laku tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamman masa lalu dan saat ini tetapi oleh makna-makna pribadi yang masing-masing individu pada persepsinya mengenai pengalaman tersebut. Dunia individu yang sangat berarti ini yang dengan kuatnya mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku seseorang merupakan hasil bagaimana dia mengamati situasi dan dirinya sendiri. Konsep diri merupakan sebuah organisasi yang yang stabil dan berkarakter yang disusun dari persepsi-persepsi yang tampaknya bagi individu yang bersangkutan. William D. Brooks di dalam buku Drs. Jalaludin Rakhmat yang berjudul “Psikologi Komunikasi” mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychologicalperceptions of ourselve that we have derived from experiences and our
23
Veeger, 1993: 227
http://digilib.mercubuana.ac.id/
interaction with other”24. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis.
2.5.2 Komponen Konsep Diri Konsep diri memiliki lima komponen yaitu: 1.
Gambaran diri (body image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
2.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi 25.
3.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku mengetahui ideal diri.26
4.
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5.
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep dirisebagai suatu kesatuan utuh.27
24
Rakhmat, 2009: 99
25
Stuart & Sundeen, 375,376,378: 1991
26 27
Stuard & Sundeen, 376: 1991 Stuard & Sundeen, 378 : 1991
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.5.3 Konsep Diri Berdasarkan Kebutuhan Menurut Abraham Masllow masing-masing individu memiliki lima kebutuhan dasar manusia, yang disusun sesuai dengan hirarkinya dari yang potensial sampai yang paling tidak potensial, yaitu: 1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, seperti lapar dan haus; 2. Kebutuhan-kebutuhan terhadap rasa aman; 3. Kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang; 4. Kebutuhan penghargaan terhadap diri; 5. Kebutuhan aktualisasi diri.
2.5.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri a)
Orang Lain Gabriel Marcell, filsuf eksistensialis dari dalam buku Drs. Jalaludin Rakhmat yang Berjudul psikologi komunikasi menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita, “The fact is that the we can understand ourselve by starting from the other, or from others, and only by starting from them” kita mengenal diri kita dengan mengenal diri orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai saya akan membentuk konsep diri saya.28
b)
Kelompok Rujukan Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri seseorang, ini disebut dengan kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini,
Rakhmat, 2009: 101
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal yaitu: 1.
Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
2.
Ia merasa setara dengan orang lain;
3.
Ia menerima pujian tanpa rasa malu;
4.
Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan Danperilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
5.
Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek Aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha sebaliknya.29
Dan ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu: 1. Ia peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak terima dengan kritikan
yang
diterimanya. 2. Responsitif sekali terhadap pujian. Berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan atusiasmenya pada waktu menerima pujian 3. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. 4. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi 2.6 Tinjauan Tentang Homoseksual Homoseksual adalah ketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional( ketertarikan yang bersifat romantis) terhadap orang yang berjenis sama
29
Rakhmat, 2009: 105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari seorang manusia30. Isitlah umum untuk kaum homoseksual adalah gay .Sebutan ini seringkali digunakan untuk menyebut pria yang memiliki kecenderungan mencintai sesama jenis .Definisi gay yakni lelaki yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama laki 31. Homoseksual juga dapat didefinisikan sebagai orientasi atau sebagai orientasi atau pemilihan seks yang diarahkan pada orang atau ketertarikan dari jenis kelamin yang sama32. Dalam pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia homoseksualitas dimasukan dalam kategori gangguan psikoseksual, dan disebut sebagai orientasi seksual egodistonik, yaitu “identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu berharap yang lain disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku serta mencari cara untuk mengubahnya “, artinya homoseksual dianggap sebagai suatu kelainan hanya bila individu merasa tidak tenang dengan orientasi seksual dan bermaksud mengubahnya .33 Kaum homoseksual termasuk ke dalam kaum deviant atau disebut juga kelompok yang menyimpang. Dimana dengan perilaku yang menyimpang membuat sebagian besar komunitas bahkan individu homoseksual sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Bahkan sedikit berinteraksipun dengan sesama komunitasnya sendiri mengalami sedikit kesulitan. Banyak diantara kaum homoseksual tidak terang-terangan menyatakan diri mereka adalah sebagai homoseksual. Dengan alasan jati diri yang terbuka akan merubah pandangan orang dan mempengaruhi posisi serta kehidupan bermasyarakat.
30 31 32
Neale davidson & haga,1996 Duffy & water, 2005
Oetomo ,2001:6 33 Departemen kesehatan Republik Indonesia,1998:115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sebagai masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa homoseksual ,biseksual serta perilaku seks lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya sebagai perilaku yang menyimpang. Homoseksual sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang karena perilaku seksual seperti ini belum berlaku secara umum dan dapat diterima oleh masyarakat.34 Homoseksual secara umum. Ketika seseorang menyebutkan homoseksual, kata-kata homoseksual ini dapat mengacu pada tiga aspek: 1. Orientasi Seksual / Sexual Orientation Orientasi seksual - homoseksual yang dimaksud disini adalahketertarikan / dorongan / hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional terhadap orang yang berjenis kelamin sama. American Psychiatric Association menyatakan bahwa orientasi seksual berkembang sepanjang hidup seseorang. Sebagai informasi tambahan, dalam taraf tertentu, pada umumnya setiap orang cenderung memiliki rasa ketertarikan terhadap sesama jenis. Seperti misalnya saja: pria yang mengidolakan aktor / musisi / tokoh pria tertentu dan juga sebaliknya wanita yang mengidolakan aktris / musisi / tokoh wanita tertentu. 2. Perilaku Seksual / Sexual Behavior Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertianperilaku seksual yang dilakukan antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Perilaku seksual manusia melingkupi aktivitas yang luas seperti strategi untuk menemukan dan menarik perhatian pasangan, interaksi antar individu, kedekatan fisik atau emosional, dan hubungan seksual. 3. Identitas Seksual / Sexual Identity 34
Puspitosari & pujileksono , 2005:44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sementara homoseksual jika dilihat dari aspek ini mengarah pada identitas seksual sebagai gay atau lesbian.
Sebutan gay digunakan
pada
homoseksual
pria,
dan
sebutan lesbian digunakan pada homoseksual wanita. Tidak semua homoseksual secara terbuka berani menyatakan bahwa dirinya adalah gay ataupun lesbian terutama kaum homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat / negara yang melarang keras, mengucilkan, dan menghukum para homoseksual.
2.7 Fenomenologi 2.7.1 Pengertian Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata pahainomenon yang berarti fenomena atau sesuatu yang tampak dan terlihat. Dalam bahasa Indonesia, biasa dipakai istilah gejala. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrick Lambert, sedangkan tokoh pelopor fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938). Kaum fenomenologi memandang perilaku manusia yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan orang sebagai produk dari cara orang tersebut menafsirkan dunianya.35 Alfred Schutz merupakan orang pertama yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomenologi dapat diterapkan untuk mengembangkan wawasan ke dalam dunia sosial. Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain, akan tetapi ia hidup dalam aliran kesadaran diri sendiri. Perspektif yang digunakan oleh schutz untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif.
35
Robert Bogdan & Steven J. Taylor. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya:Usaha Nasional. 1992 Hal 35-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Yang dimaksud dengan dunia intersubyektif ini adalah kehidupan-dunia (life-world) atau dunia kehidupan sehari-hari.36 Schutz meletakkan manusia dalam pengalaman subjektif dalam bertindak dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dunia tersebut adalah kegiatan praktis. Manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan akan melakukan apapun yang berkaitan dengan dirinya atau orang lain. Apabila kita ingin menganalisis unsurunsur kesadaran yang terarah menuju serentetan tujuan yang berkaitan dengan proyeksi dirinya. Jadi kehidupan sehari-hari manusia bisa dikatan seperti proyek yang dikerjakan oleh dirinya sendiri. Karena setiap manusia memiliki keinginan-keinginan tertentu yang itu mereka berusaha mengejar demi tercapainya orientasi yang telah diputuskan37 Lebih lanjut, Schutz menyebutnya dengan konsep motif. Yang oleh Schutz dibedakan menjadi dua pemaknaan dalam konsep motif. Pertama, motif in order to, kedua, motif because. Motif in order to ini motif yang dijadikan pijakan oleh sesorang untuk melakukan sesuatu yang bertujuan mencapai hasil, sedangkan motif because merupakan motif yang melihat kebelakang. Secara sederhana bisa dikatakan pengidentifikasian
masa
lalu
sekaligus
menganalisisnya,
sampai
seberapa
memberikan kontribusi dalam tindakan selanjutnya.38
36
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern, terj Alimandan. Jakarta: Kencana. 2007. Hal 94
37
Tom Campbell. Tujuh Teori Sosial,Sketsa, Penilaian, dan Perbandingan. Yogyakarta: Kanisius.1994. Hal 235-237 38 Ibid. 270
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.7.2 Ciri-Ciri Metode Fenomenologi Fenomenologi berkecenderungan untuk menentang atau meragukan hal-hal yang
1.
diterima tanpa melalui penelaahan atau pengamatan terlebih dahulu, serta menentang sistem besar yang dibangun dari pemikiran yang spekulatif. 2.
Fenomenologi berkecenderungan untuk menentang naturalisme (juga disebut sebagai objektivisme atau positivisme), yang tumbuh meluas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan telah menyebar di daratan Eropa bagian utara semenjak zaman Renaissance. Secara positif, fenomenologi berkecenderungan untuk membenarkan pandangan atau
3.
persepsi (dalam beberapa hal, juga evaluasi dan tindakan) yang mengacu pada apa yang dikatakan Husserl sebagai evidenz, yakni terdapatnya kesadaran tentang kebenaran itu sendiri sebagaimana yang telah terbuka secara sangat jelas, tergas perbedaannya dan menandai sesuatu yang disebut sebagai `apa adanya seperti itu`. 4.
Fenomenologi cenderung mempercayai perihal adanya, bukan hanya dalam arti dunia kultural dan natural tetapi juga adanya objek yang ideal seperti jumlah dan bahkan juga berkenaan dengan kehidupan tentang kesadaran itu sendiri yang dijadikan sebagai bukti dan oleh karenanya harus diketahui. 5. Fenomenologi memegang teguh prinsip bahwa periset harus memfokuskan diri pada sesuatu yang disebut `menemukan permasalahan` sebagaimana yang diarahkan kepada objek dan pembetulannya terhadap objek sebegaimana ditemukan permasalahannya. Terminologi ini memang tidak secara luas digunakan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
utamanya digunakan untuk menekankan permasalahan ganda dan pendekatan reflektif yang diperlukan. 6. Fenomenologi berkecenderungan untuk mengetahui peranan deskripsi secara universal, pengertian a-priori atau `eiditic` untuk menjelaskan tentang sebab-akibat, maksud atau latar belakang. 7. Fenomenologi berkecenderungan untuk mempersoalkan tentang kebenaran atau ketidakbenaran mengenai apa yang dikatakan oleh Husserl sebagai transcendental phenomenological epoche, dan penyederhanaan pengertiannya menjadi sangat berguna dan bahkan sangat mungkin untuk dilakukan.39
39
Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana. Hal 167-168
http://digilib.mercubuana.ac.id/