BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karateristik Sapi Bali Menurut Romans et al. (1994 : 6)
sapi Bali mempunyai klasifikasi
taksonomi sebagai berikut : Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Sub class
: Theria
Infra class
: Eutheria
Ordo
: Artiodactyla
Sub ordo
: Ruminantia
Infra ordo
: Pecora
Famili
: Bovidae
Genus
: Bos (cattle)
Group
: Taurinae
Spesies
: Bos sondaicus
Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sapi Bali merupakan sapi lokal dengan produktifitas pertambahan bobot badan yang cukup tinggi. Keunggulan lainnya adalah kemampuan menyesuaikan diri pada lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak perintis. Hingga saat ini, kemurnian dan kualitas genetis sapi Bali masih terjaga karena adanya undang-undang yang mengatur pembatasan masuknya jenis sapi lain ke Bali dan adanya perbaikan manajemen pemeliharaan. Populasi sapi Bali pada tahun 1999 mencapai 27 persen dari seluruh sapi potong yang ada di Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Pulau Bali. Sapi Bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak
perintis. Sapi ini paling banyak diminati oleh peternak Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu : efisien dalam memanfaatkan sumber
pakan,
persentase karkas tinggi, dagingnya rendah lemak, tingkat kesuburan cukup tinggi (bisa beranak setiap tahun), tipe pekerja yang baik, dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan (Rianto, E 2009: 47) Ciri-ciri Sapi Bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki paling bawah hingga belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas di bagian atas punggung. Kenaikan bobot badan Sapi Bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan harian Sapi Bali bisa lebih besar dari 0,7 Kg/hari. Adapun persentase karkas berkisar 56 – 57%. Perbandingan daging dengan tulangnya adalah 4.44 : 1 Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 375 – 400 Kg,
sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 –
300 kg (Wibisono, 2010: 3) Pemeliharaan penggemukan sapi dewasa untuk tujuan meningkatkan bobot bobot badannya dan mengasilkan daging dalam waktu singkat yaitu 3-5 bulan (Saleh, 2009:1). Penggemukan sapi Bali dengan bibit yang baik dan pakan berkualitas dapat mencapai berat potong 400 kg, dengan lama penggemukan sesuai dengan umur atau berat mulai digemukan. Sapi bali yang digemukkan mulai umur 1,5 tahun dengan berat 110-150 kg memelukan waktu selama 18 bulan, yang berumur 2 tahun dengan berat 200-250 kg memerlukan waktru 12 bulan, yang berumur 2,5 tahun dengan berat 275-300 kg memerlukan waktu 6-8
bulan dan yang berumur 3 tahun dengan berat 300-350 kg memerlukan waktu 5-6 bulan Pemberian pakan tambahan berupa konsentrat akan dapat mempercepat pertumbuhan, namun respon pertumbuhan tertinggi saat penggemukan antara umur 2,5-3,5 tahun. Selama penggemukan sapi harus dikandangkan secara terus menerus dan tidak boleh dipekerjakan karena banyak kehilangan kalori sehingga menghambat pertumbuhan (saleh, 2004:1 )
2.2 Sumber Daya Manusia Potensi Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari karakter peternak atau responden dalam penelitian dapat kita lihat dari tingkat umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pekerjaan utama, jumlah ternak yang dipelihara, jumlah anggota keluarga karena faktor-faktor ini sangat berpengaruh untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat pendapatan petani/peternak dalam suatu usaha semakin tersedia sumber daya manusia maka semakin baik perkembangan peternakan dimasa depan. 2.2.1
Umur Di bidang pertanian, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan
produktifitas kerja seseorang. Menurut Nasir (2008:5) produktifitas kerja mula-mula meningkat seiring dengan pertambahan umur, kemudian akan menurun menjelang usia tua. Petani yang berumur muda akan relatif dinamis karena mempunyai fisik yang kuat, lebih cepat dalam pengambilan keputusan, lebih berani menanggung resiko dan lebih cepat menerima hal baru dibandingkan petani berumur tua.
2.2.2
Tingkat pendidikan
Menurut Yoga, (2007:26) bahwa pendidikan secara individual adalah penting untuk menerapkan perkembangan baru, rendahnya tingkat pendidikan
juga
dikarenakan tidak adanya biaya untuk pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan seseorang rendah maka akan berpengaruh kepada tingkat kematangan berfikir, dalam mengambil keputusan secara cepat. 2.2.3
Pengalaman beternak
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Seiring dengan pertambahan umur seseorang akan menumpuk berbagai pengalaman sebagai sumber daya yang sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut (Armin 2011:10) 2.2.4
Jumlah anggota keluarga
Anggota keluarga yang diharapakan dapat memberikan kontribusi ekonomi pada keluarga, apalagi jika dihubungkan dengan usah ternak sapi dimana anggota keluarga yang ada diharapkan ikut membantu dalam kegiatan usaha ternak sapi yang dilakukan. Tohir (1993:3), bahwa dalam usaha tani ternak didaerah pedesaan, banyaknya tenaga kerja berasal dari anggota keluarga merupakan faktor penentu dalam usaha tani ternak keluarga. 2.2.5
Jumlah ternak
Jumlah ternak yang semakin banyak akan menyebabkan seseorang peternak menyediakan waktu lebih banyak untuk mengelola usahanya, sehingga lebih banyak
kesempatan baginya untuk memperhatikan perkembangan atau
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usahanya (Ihsan, 2011:38)
2.2.6
Pekerjaan utama
Dapat dipahami bahwa umumnya peternak responden memiliki pekerjaan utama sebagai
petani.
Profesi
sebagai
petani
akan
sangat
mendukung
bagi
pengembangan usaha sapi potong bila terintegrasi dengan usaha tani lain (Kasim,2008:13) 2.3 Biaya produksi Tohir, (1991:19) menyatakan bahwa faktor produksi peternakan terdiri dari pakan, tenaga kerja, dan modal. Oleh karena itu, perkembangan ternak yang baik tergantung dari sarana produksi yang dan modal yang digunakan. Dikatakan pula bahwa untuk mencapai produksi yang sesuai dengan yang diinginkan dalam usahatani maka berperan.
faktor manusia
sebagai
petani
sangat
Menurut Suherman (2009:4) Biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang dinilai dengan uang atau dengan pengertian lain biaya produksi adalah besarnya
nilai
pengeluaran, Biaya produksi dibagi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). 2.3.1 Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk beberapa kali proses produksi bahkan harus dikeluarkan walaupun tidak berlangsung proses produksi. Biaya tetap terdiri dari : - Biaya penyusutan
Biaya penyusutan terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode straight line, yaitu dengan rumus harga awal dikurangi harga akhir kemudian dibagi daya tahan. - Pajak Pajak yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha, pajak ini biasanya di bayar dalam jangka satu tahun, besarnya biaya pajak tergantung dari besar dan luasan tanah yang dimiliki semakin besar dan luas tanah usaha makan semakin beasar pajak yang akan di keluarkan begitupun sebaliknya, adapaun pajak dalam peternakan di masudkan yaitu pajak seperti tanah, bangunan usaha, kendaraan tranportasi dan lain sebagainya. (Marta, 2007:9) 2.3.2. Biaya Tidak Tetap (variable cost) Biaya tidak tetap adalah biaya operasional artinya biaya yang berubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tidak tetap meliputi biaya variabel yang teratur setiap hari seperti bibit, pakan dan biaya variabel yang tidak teratur setiap hari seperti obat-obatan, listrik, tenaga kerja, IB, perbaikan, transportasi dan lain-lain (Yunias, 2005: 8) - Bibit Bibit sapi potong, lebih dikenal dengan nama “Bakalan”, merupakan sapisapi jantan muda (berumur 2 – 3 tahun) dari bangsa sapi tertentu, baik lokal maupun impor, dengan bobot badan antara 250 – 400 kg. Jenis kelamin sangat mempengaruhi
waktu
dalam
proses
penggemukan.
Laju
pertumbuhan
penimbunan daging sapi-sapi jantan (sapi Bali) lebih cepat dari pada sapi kebiri dan sapi kebiri lebih cepat dari pada sapi betina. Oleh karena itu para pengusaha
sapi-sapi penggemukan pada umumnya selalu memilih jenis kelamin jantan atau yang dikebiri. Jenis sapi bakalan yang umum digunakan untuk usaha penggemukan sapi potong di daerah Sulawesi adalah sapi Bali. Bakalan sapi potong saat ini dapat berasal dari lokal atau dalam negeri. Bakalan yang diperoleh dari dari masyarakat atau dibeli dari pedagang-pedagang lokal, baik secara langsung ke peternak maupun di pasar-pasar ternak pada waktu-waktu tertentu (Ratih, 2010:10) Pada umumnya bibit ternak atau sapi bakalan yang digunakan dalarn usaha tenak sapi potong di Kecamatana Randangan pada umumnya adalah sapi potong (Bali)
berjenis kelamin jantan atau betina dengan umur berkisar
1,5-2 tahun. Setiap
peternak
mendapatkan
bibit biasanya di peroleh dari
pembelian, bantuan sosial terkait atau warisan keluarga, harga rata-rata sapi bakalan
untuk Kecarnatan Randangan berkisar antara Rp. 3.500.000 –
Rp. 4.000.000 dengan bobot hidup 130-150 kg. (Febrina,2008:14) - Pakan Pakan merupakan salah satu faktor penting mendukung keberhasilan usaha peternakan sapi potong. Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang tahun. Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup sangat dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi ternak.
Pemeliharaan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat pemeliharaan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan
dan konsentrat. Pakan konsentrat yang digunakan adalah bekatul, atau ampas tahu, pada umumnya konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5 % berat badannya. (Kamiludin, 2009:34) Menurut Soeharsono dan Nazaruddin (1994:1), sebagai perkiraan kebutuhan pakan sapi adalah 15 – 20 persen bobot tubuhnya. Pakan yang diberikan setiap hari dalam penggemukan sapi berupa hijauan sebanyak 10 % dari bobot badan dan konsentrat sebanyak 1 % dari bobot badann ternak. - Modal Modal merupakan sejumlah barang, jasa dan uang yang dimiliki untuk memulai sebuah langka usaha di bidang peternakan. Modal memegang peranan penting dan merupakan tulang punggung usaha peternakan (Rahardi, 2003:12). Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian termasuk peternakan tergantung pada berbagai hal antara lain : Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal yang digunakan. Modal untuk pemeliharaan sapi potong tergolong modal jangka panjang. Dalam operasional peternakan modal ini merupakan perwujudan dari rancangan dalam perencanaan makro. Semua barangbarang baru akan bermanfaat bila digunakan pada porsi yang benar. Masa pengembalian modal akan lebih cepat apabila disertai penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan porsi yang benar (Rasyaf, 1994:8).
- Tenaga kerja Tenaga kerja dalam usahatani merupakan faktor penting khususnya tenaga ketja petani dan anggota keluarganya, dimana tenaga kerja menjadi unsur penentu terutama dalam usahatani komersial, menurut Romans, dkk (1994:10) menyatakan bahwa
“Dalam usaha sapi
rakyat faktor produksi tenaga kerja
keluarga peternak merupakan sumbangan keluarga pada produksi peternakan dan tidak pernah dinilai dengan uang” secara ekonomis, tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi dan bagian dari biaya dalam suatu usaha. Usaha peternakan yang demikian selalu berskala kecil, bersifat sederhana dan tradisional, walaupun demikian pengalaman beternak yang cukup lama akan memberikan informasi pada tujuan beternak yaitu memberikan nilai tambah bagi kehidupannya. 2.4 Pendapatan Pendapatan merupakan hasil selisih
antara penerimaan dan biaya atau
pengeluaran. Pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain skala usaha, pemilikan cabang usaha, efesiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi yang dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan peternakan dalam menangani usaha peternakan (Siregar dkk, 2009:20). Menurut Soeharsono (2002:9), menyatakan bahwa pendapatan usaha ternak penggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga petani, bunga modal sendiri dan
pinjaman. Analisis pendapatan dapat memberikan
bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha tani dalam satu tahun.
2.5 Return Cost Ratio (R/C) Keberhasilan suatu usaha dapat diukur dengan Return Cost Ratio (R/C Ratio). Nilai R/C Ratio merupakan imbangan antara penerimaan dengan biaya yang digunakan untuk usaha. Suatu usaha dinyatakan layak atau masih dalam tingkat efisiensi bila nilai R/C ratio sama dengan satu, semakin besar nilai R/C Ratio semakin besar tingkat efisiensinya Marta, (2007:14). Ditambahkan oleh Evandari.(2007:6) bahwa untuk mengetahui apakah usaha tani yang dijalankan untung R/C
atau
rugi
dapat
diketahui
dengan
menggunakan
analisis
perbandingan antara penerimaan dan biaya, return dihitung sebagai
penerimaan sedangkan cost dihitung sebagai total biaya atau biaya produksi. 2.6 Regresi Linier Berganda Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu: Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan variabel Y. Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel
independen yaitu variabel yang bebas (tidak
dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan X Sedangkan analisis regresi
berganda merupakan hubungan antara tiga
variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas. Tujuan utama regresi adalah untuk membuat perkiraan nilai
suatu variabel (variabel dependen) jika nilai variabel yang lain yang berhubungan dengannya (variabel lainnya) sudah ditentukan (Sulianto, 2011:192) Menurut Sulaiman (2004:79) Regresi linier berganda merupakan Analisis Regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Misalnya variabel dependen: Tingkat pendapatan petani, hasil penjualan produk, di pengaruhi oleh variabel independen, modal, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur dan lain-lain. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X
Secara umum model
regresi linier berganda untuk populasi adalah sebagai berikut:
Y= α + X1 + X2 + … Xn + e Dimana : Y adalah Pendapatan (Rp) variabel dependen α = Konstata X1, X2, ….Xn = Variabel Independen
e
= Error (Variabel Yang Tidak Di Teliti)
2.7 Kerangka pikir Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang dilakukan oleh peternak di
Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato dengan mengelola sarana
produksi
yang tersedia dengan segala
pengetahuan dan kemampuan untuk
memperoleh hasil (produksi). Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk di Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara ternak sebagai
usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang ditangani para petani secara keseluruhan. Karakteristik peternak dapat dilihat jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas usaha, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi pendapatan dan memberikan keuntungan bagi usaha ternaknya. Biaya-biaya produksi
atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya
usaha ternak sapi potong seperti biaya bibit, kandang, peralatan, pakan, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi/hasil yang diterima. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan peternak, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh produktivitas usaha ternak. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produk, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong merupakan jumlah penerimaan dari usaha ternak sapi potong yang dikurangi oleh total biaya produksi. Usaha ternak sapi potong dikatakan layak diusahakan bila dari analisis ekonomi memberikan hasil layak.
Dari penjelasan di atas kerangka pemikiran dapat dilihat dalam gambar grafik berikut : Usaha Ternak Sapi
Karakteristik peternak : Umur Peternak Tingkat Pendidikan Jumlah Tenaga Kerja Pengalaman Beternak Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Ternak
Biaya produksi dan modal Penyusutan Tenaga kerja Bibit Pakan Obat dan Vaksin
Pendapatan
Kelayakan
Skema kerangka pemikiran