BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang berlangsung satu arah (one way
communication), yang berarti pesan yang disampaikan dari komunikator tidak mendapat feed back dari komunikan. Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym (tidak dikenal) melalui media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) atau elektronik (radio, televisi), sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat10. 2.1.1 Karateristik Media Massa Komunikasi massa tentunya berbeda dengan komunikasi interpersonal, antarpersonal dan kelompok. Di dalam komunikasi massa kita mengenal adanya media yang digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak umum, berikut adalah karakteristik media massa11:
10 11
a.
Komunikator Terlembagakan
b.
Pesan Bersifat Umum
c.
Komunikannya Anonim dan Heterogen
d.
Media Massa Menimbulkan Keserempakkan
e.
Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
f.
Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
g.
Stimulasi Alat Indra Terbatas
h.
Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Jalaludin Rakhmat,Psikologi Komunikasi , Bandung, Remaj Rosda Karya, 1994, hal. 189 Ibid hal 7-12
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa bisa diartikan memiliki fungsi yang sentral di masyarakat. Disebut demikian karena perannya dalam masyarakat sangatlah penting. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari Surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan)12. 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. 2. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
12
Ibid hal 14-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya. 5. Entertainment (Hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. 2.2
Media Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikoogi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia, seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
pancaindera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan13. 2.2.1 Media Massa Media Massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanisme seperti surat kabar, film, radio, dan, televisi14. Media massa memiliki beberapa Karaterististik yaitu : a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Meskipun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama. d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televise, surat kabar, dan semacamnya e. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa15.
13
Hafied Cangara,Pengantar ilmu komunikasi,Depok:PT Rajagrafindo Persada,2012 hal.119 Ibid hal. 122 15 Ibid hal 122 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.3
Film Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia
ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya, di Amerika serikat dan kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya16. 2.3.1
Film Sebagai Media Komunikasi Massa Menurut kamus istilah pertelevisian, film diartikan sebagai media
untuk merekam gambar yang menggunakan seluloid sebagai bahan dasarnya; memiliki berbagai macam ukuran pita, seperti 16 mm dan 35 mm. Pada akhir abad ke-19 film muncul sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respon terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat17. Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika
(keindahan)
yang
sempurna.
Meskipun
pada
kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang 16
Ardiano, Elvianaro, dkk, KOMUNIKASi MASSA.bandung :simbiosa rekatama meda.2012 Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa McQuail (McQuail’s Mass Communication Theory) Buku 1 Edisi 6. Penerbit Salemba Humanika Jakarta. 2011 hal 35
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
memberikan keuntungan,
kadang-kadang menjadi mesin uang yang
seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri18. Film merupakan salah satu bentuk dari komunikasi massa. Bentukbentuk media massa itu sendiri terdiri dari dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang memenuhi kriteria media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet). 2.3.2
Karateristik Film Faktor – faktor yang dapat menunjukkan karateristik film yaitu : a. Layar yang luas/lebar Film dan televise sama–sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. b. Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambulan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. c. Konsentrasi Penuh Dari pengalaman kita masing–masing, di saat kira menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu–pintu ditutup, lampu dimatikan, tampak didepan kita layar luas dengan gambar–gambar cerita film tersebut.
18
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala & Siti karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media Bandung. 2007 hal 143
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
d. Identifikasi Psikologi Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop the membuat pikiran dan kita perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan pribadi kita dengan salah seorang pemeran film tersebut, sehingga seolah – olah kuta lah yang sedang perberan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebahai identifikasi psikologi19.
2.3.3
Jenis – Jenis Film Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film
dokumenter dan film kartun20. a. Film cerita (Story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya. b. Film Berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifat beritanya, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Jadi berita juga harus penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca 19 20
Ibid. hal 147 Ibid hal 148-149
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
berita yang membacakan narasinya. Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, perang, kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, film berita yang dihasilkan kurang baik. Dalam hal ini terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh. c. Film Dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interprestasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut. d. Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Dapat dipastikan, kita semua mengenal tokoh Donal Bebek (Donald Duck), Putri salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika Serikat, Walt Disney. e. Berbicara tentang film yang merupakan bagian dari komunikasi massa, tidak lengkap rasanya jika tidak mengetahui komunikasi massa itu sendiri. Sebenarnya, ada banyak pengertian mengenai komunikasi massa. Namun, definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitner (Rakmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar
orang
(mass
communication
is
messages
communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadari oleh ribuan, bahkan puluhan ribuan orang,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa21. 2.4
Kebudayaan 2.4.1 Definisi Kebudayaan Kebudayaan dalam bahasa inggris, culture. Kata culture berasal dari perkataan culture, dari bahasa latin colore, yang berarti memelihara, memajukan, dan memuja – muja. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitkan dengan budi dan akal manusia22. Beberapa definisi kebudayaan yang diungkapkan para pakar adalah sebagai berikut23. 1. Koentjaranigrat mendefinisikan kata kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia. 2. Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai segala hal yang berhubungan dengan budaya. 3. Sutan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa kebudayaan adalah pola kejiwaan yang di dalamnya terkadang dorongan–dorongan hidup yang mendasar, insting, perasaan, pikiran, kemauan, dan fantasi yang dinamakan budi. Budi adalah segala kehidupan kebudayaan manusia. Oleh karena itu perbedaan tingkah laku manusia dan hewan binatang ditentukan oleh akal budinya atau kehidupan budayanya. 4. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan,
tindakan
dan
hasil
karya
21
manusia
dalam
rangka
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala & Siti karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media Bandung. 2007 hal 3 22 Beni Ahmad Saebeni, 2012, Pengantar Antropologi, Bandung, Pustaka Setia, Hal 161 23 Ibid hal 161
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
kehidupannya masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar24. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang
berbeda
budaya,
dan
menyesuaikan
perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari25.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia26 2.4.2
Unsur – Unsur Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kebudayaan adalah
a. Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia sehari – hari,
misalnya pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata, dan sebagainya.. b. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, misalnya pertanian, pertenakan, dan system produksi. c. Sistem
kemasyarakatan,
misalnya
kekerabatan,
sistem
perkawinan, dan sistem warisan.
24
Koentjaraningrat, 1981,Pengantar Antropologi, Jakarta, Aksara Baru, Hal 180 Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss penerjemah Deddy Mulyana dan Gembirasari. Human communication : konteks-kontes komunikasi. 1996. Bandung : Remaja Rosdakarya 26 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
d. Bahasa sebagai media komunikasi, bahasa lisan dan tulisan, (e) ilmu pengetahuan. e. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak, dan sistem religi27. Bahasa sebagai simbol mempunyai signifikansi bagi umat manusia. Ia memuluskan Kebudayaan
bergantung
jalan bagi munculnya kebudayaan. pada
simbol,
baik
muncul
maupun
berkembangny. Kebudayaan sangat bergantung pada sebuah alat untuk menyimpan dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yang disampaikan dalam kehidupan sosialnya. Dengan demikian, fungsi krusial bahasa adalah menyimpan da mentransmisikan informasi dari satu pihak ke pihak lain, atau dari satu generasi ke generasi lain28. 2.5
Budaya Palembang Budaya Palembang merupakan hasil dari penggabungan dari berbagai budaya
atau silang budaya antara Melayu, Tionghoa, dan Jawa sejak zaman kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Namun, dominasi budaya Jawa sangat kental. Hal tersebut terjadi ketika adanya penaklukan Majapahit atas Sriwijaya dan gelombang migrasi pertama pembesar Jawa ke Palembang di bawah pimpinan Ki Gede Ing Suro Tuo serta gelombang migrasi kedua para pembesar Jawa yang dipimpin Ki Gede Ing Suro Mudo. Mereka dan para keturunannya inilah yang mendirikan keraton serta berkuasa di Kesultanan Palembang. Unsur-unsur Jawa mereka bawa juga antara lain arsitektur rumah joglo dalam arsitektur rumah bari Palembang, Baso (bahasa) Palembang yang
27 28
Saebeni , Beni Ahmad, 2012, Pengantar Antropologi,Bandung, Pustaka Setia, Hal 163 Ibid, Hal 166
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
banyak mengambil kosa kata Bahasa Jawa, bahkan ada wayang Palembang yang tema-tema ceritanya tidak jauh dengan wayang Jawa dan sebagainya29. Selain itu, asal usul suku Palembang banyak yang berpendapat merupakan hasil peleburan dari beberapa suku seperti Arab, China dan Melayu. Migrasi ketiga suku bangsa ini (Arab,China dan Melayu) dan telah berabad abad lamanya hidup berdampingan dengan warga lokal palembang, bahkan selama kurun waktu tersebut terjadi akulturasi perkawinan campur suku antara suku pendatang dan suku lokal tersebut. oleh sebab itu dari ketiga suku (Arab, China dan Melayu) inilah lahir sebuah etnik bernama suku Palembang yang mempunyai kebudayaan dan adat istiadat tersendiri. Beberapa kebudayaan yang berada dalam budaya Palembang antara lain yaitu:
Kesenian Dul Muluk , yaitu sebuag kesenian pentas drama tradisional khas dari kota Palembang
Tari tanggai , yaitu tarian adat suku Palembang yang sering di tampilkan dalam acara resepsi pernikahan dan Gending Sriwijaya , yaitu tarian adat yang di mainkan untuk menyambut tamu
Lagu lagu daerah
Rumah limas dan rumah rakit , yaitu rumah adat Palembang
Kain songket
Dan makanan khas kota Palembang
29
Hanafiah, Djohan, Melayu-Jawa: Citra Budaya dan Sejarah Palembang, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1995
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.6
Kontruksi Realitas Konsep
mengenai
Konstruksionisme
diperkenalkan
oleh
sosiolog
interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckmas, ia banyak menulis karya dan menghasilkan thesis mengenai kontruksi sosial atas realistis. Menurut Berger dalam Eriyanto, realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, dibentuk dan dikontruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda–beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalam, preferensi, pendidikan tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing - masing30. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ini merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasai (dan makna) tertentu. Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media elektronik mengggunakan bahasa, baik bahasa verbal (kata – kata tertulis atau lisan) maupun bahasa non- verbal ( gambar, foto, gerak – gerik, grafik, angka, dan table)31. Menurut Berger dalam Bungin, Realitas sosial terdiri dari realitas objektif, realitas simbolis, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar diri individu dan realitas dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbols merupakan ekspresi simbolis dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu melalu interealitas32. 30
Eriyanto,Analisis Framing Konstruksi, Ideology, dan Politik Media, LKid Pelangi Aksara, Yogyakarta,2002. Hal.15 31 Ibnu Hamad, kontruksi Realitas Polik dalam Media Massa.Jakarta: Granit,2004, hal.12 32 Burhan Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa, Raja Grafindo Persada, Jakarta hal.24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckman adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari–hari pada sebuah komunitas primer dan semisekunder. Pada kenyataannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu lama, bersifar spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal, dimana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan kepada bawahannya, pimpinan kepada massanya, kiai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anak – anaknya, anak – anak remaja kepada anak – anak yang lebih muda, dan sebagainya33. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikontruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai kontruksi yang berbeda- beda atas suatu realitas34. Media adalah Agen Kontruksi. Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dan pandangan positivis, media dlihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke khalayak. Media bukan sebagai agaen, melainkan hanya sebagai saluran. Media dilihat sebagai sarana yag netral. Sedangkan dalam pandagan konstruksionis, media dilihat sebaiknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subyek yang mengkonstruksikan reaalitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakkan. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosiaal yang mendefinisikn realitas. Apa yang tersaji dala media adalah produk dari pembentukan realias oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realita untuk disajikan kepada khalayak35.
33
Ibid, hal.193 Eriyanto,analisis Framing, kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,LKIS, hal.15 35 Bungin, Burhan, Kontruksi Sosial Media Massa, Raja Grafindo Persada, Jakarta 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.7
Analisis Wacana Analisis wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki
kesatuan dan konteks, bisa berupa naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, debat, ceramah atau dakwah agama dsb. yang tidak artifisial dan memang eksis dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan analisis kebahasan biasa, analisis wacana tidak bisa disempitkan sebagai analisis lapisan atau kulit luar penggunaan bahasa, sekalipun banyak peneliti yang terjebak dalam kajian yang dangkal. Analisis wacana seharusnya menelusuri lebih jauh (beyond) ke dalam unit bahasa tersebut guna mengungkap hal-hal yang tidak tertampak oleh analisis kebahasaan atau analisis gramatika biasa.
2.7.1
Analisis Wacana Kritis Model Teun Van Dijk Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”
karangan Eriyanto, di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembangkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto tersebut, di antaranya Roger Fowler dkk (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideology, Sara Mills (1992) yaitu menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminnisme, Theo Van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model Van Djik-lah yang paling sering dipakai dalam penelitian. Van Dijk menyatakan dalam buku karangannya, Critical Discourse Studies (CDS) bahwa ia lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discourse Studies (CDS) karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliput analisis kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun, dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis atau critical Discourse Analysys (CDA). Pengertian CDA dan wacana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
diatas hanya untuk menggambarkan apa itu wacana menurut tokoh van djik sendiri. Van Dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok–kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk–bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola piker sosial mikro dengan makro36. Menurut Van Djik, analisis wacana memiliki tujuan ganda: sebuah teoritis sistematis dan deskriptif yaitu struktur dan strategi di berbagai tingkatan dan wacana lisan tertulis, dilihat baik sebagai objek tekstual dan sebagai bentuk praktek sosial budaya, antar tindakan dan hubungan. Sifat teks ini berbicara dengan yang relevan pada struktur kognitif, sosial, budaya, dan sejarah konteks. Singkatnya, studi analisis teks dalam konteks. Momentum penting dari pendekatan tersebut terletak pada fokus khusus yang terkait pada isu sosial-politik, dan terutama membuat eksplisit cara penyalahgunaan kekuasaan kelompok dominan dan
mengakibatkan ketidaksetaraan,
legitimasi, atau ditantang dalam dan dengan wacana37. Model yang dipakai Van Djik ini kerap disebut sebagai “kognisi Sosial”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks38.
36
Teun Van Djik, Discourse and Society: Vol 4 (2).(London: Newbury Park and New Delhi:Sage, 1993), h.249 37 Teun Van Djik, Menganilisis Rasisme Melalui Analisis Wacana Melalui Beberapa Metodelogi Reflektif, Artikel diakses pada 9 april 2015 http://www.discourse.com 38 Alex Sobur,Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana< Semiotika dan Analisis Framin,h.73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis Van Djik adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktus teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisis sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan koginis individu penulis. Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah39. Dapat digambarkan seperti dibawah ini: Gambar 2.1 Diagram Model Analisis Van Djik40
teks Kognisi Sosial Konteks Sosial
Sedangkan skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah sebagai berikut41.
39
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, h.224 Ibid h. 225 41 Ibid, h.275 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Tabel 2.1 Skema Penelitian dan Metode Van Dijk STRUKTUR
METODE
TEKS Menganalisis bagaimana strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Critical Linguistic
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu Kognisi Sosial Menganalisis Bagaimana Kognisis penulis dalam memahami seseorang atau
Wawancara Mendalam
peristiwa tertentu yang akan ditulis Konteks Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses
Studi pustaka, penelusuran sejarah, dan
produksi dan reproduksi seseorang atau
wawancara
peristiwa digambarkan
2.7.1 A.
Kerangka Analisis Van Dijk Dimensi teks Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat digunakan, untuk
melihat suatu wacana yang dapat digunakan yang terdiri dari berbagai tingkatan atau struktur dari teks. Van Dijk membagikan kepada tiga tingkatan, yaitu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Tabel 2.2 Struktur Teks Van Dijk42 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat damati dari topic atau tema yang diangkat oleh suat teks Superstruktur Kerangka suatu teks: Bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun alam teks secara utus, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup , dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Sedangkan Struktur atau elemen yang dikemukana oleh Van dijk dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Elemen Wacana Teks Van Dijk Struktur
Hal yang diamati
Elemen
TEMATIK
Topik
Wacana Struktur Makro
Tema atau topic yang dikedepankan dalam teks berita utuh Skematik Superstruktur
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakana dalam teks berita utuh.
42
Ibid, h.227
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Skema atau Alur
32
Struktur Mikro
Semantik
Latar, Detil, Maksud,
Makna yang ingin ditekankan dalam
Pranggapan, Nominalisasi
teks berita. Sintaksis Struktur Mikro
Bagaimana kalimat (bentuk,susunan)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
yang dipilih Stiliistik Struktur Mikro
Bagaimana pilihan kata yang dipakai
Leksikon
dalam teks berita Retoris Struktur Mikro
Bagaimana dan dengan cara
Grafis, Metafora, eskpresi
penekana dilakukan
Berbagai elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Untuk memperoleh gambaran dari elemen – elemen yang harus diamati tersebut, berikut adalah penjelasan singkatnya, yaitu: a.
Tematik (Tema atau Topik) Elemen ini menunjuk kepada gambaran umum dari teks, disebut
juga
sebagai
gagasa
inti
atau
ringkasan.
Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep yang dominan, sentral, dan yang paling penting dalam sebuh berita. b. Skematik (Skema atay Alur) Teks umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur menunjukkan bagian–bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan hingga membentuk kesatuan arti.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Menurut Van Dijk, makna yang terpenting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan urutan tertentu. c.
Semantik (Latar, Detil, Maksud, Praanggapan, Nominalisasi) Sematik dalam skema Van Dijk dikategorikan sebagai makna local (Local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit43. Latar
teks
merupakan
elemen
yang
berguna
untuk
membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana makna teks itu dibawa. Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi dari yang ingin ditampilkan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana makna teks itu dibawa. Elemen detil berhubungan dengan control informasi dari yang ingin ditampilkan oleh wartawan. Detil ini adalah strategi dari wartawan untuk menampilkan bagian mana yang harus diungkapkan secara detil lengkap dan panjang, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil sedikti. Detil hampir mirip dengan elemen maksud, kalau detil itu mengekspresikan secara implicit sedangkan maksud yaitu secara eksplisit atau jelas atas maksud pengungkapan informasi dari wartawan. Kalau pranggapan merupkan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna dari suatu teks. Dengan cara menampilkan
43
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana: Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h. 78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
narasumber yang dapat dmemberikan premis yang dipercaya kebenarannya. d. Sintaksis (Bentuk Kalimat, Koherrensi, Kata Ganti) Ramlan (Pateda 1994:85) mengatakan,” Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausam, dan frase…”44. Dalam sintaksis terdapat koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Di mana, ketiga hal tersebut untuk memanipulasi politik dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif, dengan cara penggunaan sintaksis ( Kalimat ) e.
Stilistik (Leksikon) Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata atas berbagai kemungkinana kata yang tersedia. Seperti kata ‘meninggal’ yang memiliki kata lain seperti wafat, mati, dan lain - lain.
f.
Retoris (Grafis, Metafora, Ekspresi) Retoris ini mempunya daya pesuasif, dan berhubungan dengan bagaimana pesan ini ingin disampaikan kepada khalayak. Grafis, penggunaan kata – kata yang metafora, serta ekspresi dalam teks tertulis adalah untuk meyakingkan kepada pembaca atas peristiwa yang dikonstruksi oleh wartawan
44
Ibid, h.80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
B.
Dimensi Kognisi Sosial Dimensi berikutnya yang menjadi bahan analisis adalah kognisi sosial.
Dalam pandangannya, teks diasumsikan tidak mempunyai makna, karena makna terbentuk dari kognisi komunikator. Dalam kerangka analisis Van Dijk, perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial: kesadaran mental komunikator yang membentuk teks tersebut 45 . Dalam kerangka analisis van Dijk, pentingnya koginisi sosial yaitu kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Karena, setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Di sini, wartawan tidak dianggap sebagai individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nilai, pengalamn, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya. Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Ada beberapa skema/ model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi sosial penulis,
digambarkan sebagai
berikut46.
Tabel 2.4 Skema/Model Kognisi Sosial Van Dijk Skema Person (Person Schemas) Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain Skema Diri (Self Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh sesorang
45 46
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. hal. 225 Ibid h. 262
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Skema Peran (Role Schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang menggambarkan peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat Skema Peristiwa (Event Schemas) Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai dengan skema tertentu
C.
Dimensi Konteks Sosial Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk ini adalah konteks sosial, yaitu
bagaimana wacana komunikasi diproduksi dalam
masyarakat. Titik
pentingnya adalah untuk menunjukkan bagaimana makna dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat prakttik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, ada dua poin yang penting, yakni praktik kekuasaan (Power) dan akses (Access). Praktik Kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan oleh suatu kelompok atau anggota untuk mengontrol kelompok atau anggota lainnya. Hal ini disebut dengan dominasi, karena praktik seperti ini dapat mempengaruhi dimana letak atau konteks sosial dari pemberitaan tersebut. Kedua, akses dalam mempengaruhi wacana. Akses ini maksudnya adalah bagaimana kaum mayoritas lebih punya akse kepada media dalam memengaruhi wacana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/