BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Corporate Governance Menurut Sutedi (2011: 1), Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Komite Nasional Kebijakan Governance (Bayu, 2010 : 31) mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Di kalangan pebisnis, secara umum, corporate governance diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate Governance (CG) diartikan pula sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks, 2003 : 46).
Universitas Sumatera Utara
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini: 1) Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. 2) Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Sam’ani, 2008 : 72). Dalam praktiknya corporate governance berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate governance, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan (Arifin, 2005). Corporate governance
menurut
OECD mengacu
kepada
pembagian kewenangan antara semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah pemegang saham, manajemen dan board of directors. IICG (Sayidah, 2007 : 33) mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Suranta (2005 : 52) menyatakan bahwa corporate governance merupakan
sebuah
sistem
guna
mengontrol
dan
mengarahkan
perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa esensi dari Corporate Governance (tata kelola perusahaan) antara lain berupa peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam hal ini manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaran-sasaran manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran pencapaian kinerja manajemen.
2.1.2 Prinsip Corporate Governance Corporate Governance memiliki beberapa prinsip. Prinsipprinsip Corporate Governance ini dipastikan dapat diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Prinsip-prinsip Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan memperhatikan kepentingan pihak yang berkepentingan. 1. Transparansi (Trasnparancy) Untuk menjaga objektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus mengungkapkan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders.
Perusahaan
harus
mengambil
inisiatif
untuk
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan kepentingan pihak lainnya. 2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan independen. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pemegang saham dengan tetap mempertimbangkan kepentingan stakeholders lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan mempunyai tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan serta harus mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat terpelihara kesinambungan usahanya dalam jangka panjang. 4. Independensi (Idependency) Untuk
memungkinakan
dilaksanakannya
prinsip-prinsip
Corporate Governance lainnya yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan, perusahaan harus dikelola
secara
independen
sehingga
masing-masing
organ
perusahaan dapat berfungsi tanpa saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Kewajaran (Fairness) Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakehonders berdasarkan asas perlakuan yang setara (equal treatment) dan asas manfaat yang wajar.
2.1.3 Mekanisme Corporate Governance Mekanisme adalah suatu aturan, prosedur dan cara kerja yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi tertentu. Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu mekanisme berdasarkan pada aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak-pihak yang ada dalam suatu perusahaan untuk menjalankan peran dan tugasnya. Mekanisme Corporate Governance, terdiri dari tiga elemen penting, yaitu struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organorgan dalam suatu perusahaan untuk
mengarahkan dan
mengendalikan operasional
perusahaan agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Struktur memiliki peran yang sangat fundamental dalam implementasi mekanisme Corporate Governance. Struktur merupakan kerangka dasar tempat diletakkannya sistem dalam penyusunan mekanisme Corporate Governance perusahaan. Struktur Corporate Governance berperan sebagai kerangka dasar manajemen perusahaan yang menjadi dasar pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab diantara organ-organ perusahaan (dewan komisaris, direksi, dan RUPS / pemegang saham). Dan stakeholder lainnya, serta aturan-aturan maupun prosedur pengambilan keputusan dalam hubungan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Struktur Corporate Governance dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur pengendalian Internal dan struktur pengendalian eksternal. Struktur pengendalian eksternal terdiri dari pihak-pihak berkepentingan yang berasal dari luar perusahaan seperti pasar modal, pasar uang, regulator dan profesi lainnya (paralegal, auditor dan lain sebagainya). Penelitian ini berfokus pada struktur pengendalian internal perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi.
2.1.3.1 Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2006). Hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasihat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat diberikan oleh pasar. Penelitian mereka menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris.Fungsi service dan kontrol dewan komisaris dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (Kusumawati, 2005 : 37). Indonesia mengadopsi sistem dual board, yang terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris. Wardhani (2006 : 83) menyebutkan bahwa dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang dan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari kebijakan direksi. Berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring sangat krusial dalam melimitasi tindakan oportunis agen dan mereduksi biaya keagenan. Menurut Undangundang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007, dewan komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Melalui sebuah studi di China, Chen (2005) mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif antara ukuran dari dewan komisaris dengan level tata kelola perusahaan karena semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka fungsi pengawasan dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
secara lebih efektif. Semakin sedikit anggota dewan komisaris akan mencerminkan mekanisme Corporate Governance yang semakin lemah
sehingga
akan
memungkinkan
adanya
pengambilan
keuntungan yang semakin besar oleh pemegang saham pengendali dan kemungkinan untuk memilih auditor berkualitas pun akan semakin
kecil
karena
pemegang
saham
tersebut
ingin
mempertahankan keuntungannya. Penambahan anggota dalam dewan komisaris juga dapat diartikan sebagai penambahan keahlian (expertise) dalam dewan tersebut. Anggota dewan komisaris yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu mampu memberikan nasihat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan. Menurut
Wallace
(2005:39),
perusahaan
harus
mempertimbangkan ukuran dewan dengan tujuan menentukan efektifitas jumlah dewan yang dimiliki perusahaan. Ukuran dewan yang efektif adalah yang dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif. Ukuran dewan komisaris akan berdampak pada kualitas keputusan
dan
kebijakan
yang
telah
dibuat
dalam
rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi (Syakhroza, 2005 : 94).
2.1.3.2 Frekuensi Rapat Menurut Sari (2008) mengatakan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris merupakan sumber yang penting untuk menciptakan efektivitas dari dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai puncak
Universitas Sumatera Utara
sebagai pengelolaan sistem internal perusahaan yang memiliki peran serta fungsi pengawasan, harus secara kontinu mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Dengan frekuensi rapat dewan komisaris yang jarang, maka Dewan Komisaris sangat perlu membentuk suatu badan yang memonitoring dan memberikan pelaporan pengawasan kontiniu dan terperinci mengenai munculnya potensi risiko pada perusahaan. Kompleksitas yang besar dalam suatu kegiatan usaha menciptakan potensi masalah keagenan yang besar. Perusahaan
memerlukan
monitoring
lebih
luas,
monitoring
pengawasan internal yang lebih kuat (Raghunan, 2007 : 55) oleh karena itu cenderung memerlukan pengawasan melalui rapat komite atau dewan komisaris yang lebih besar.
2.1.3.3 Ukuran Komite Audit Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Hal ini dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Setiap perusahaan harus memiliki komite audit karena peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan belum memadai. Pemilihan dewan komisaris yang berdasarkan kedududkan dan
Universitas Sumatera Utara
kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Terbentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan di banyak negara merupakan ciri dari Corporate Governance yang mulai dijalankan dengan baik. Tugas utama dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian memastikan kualitas laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor (Balafif, 2010 : 104). Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota komite audit. Jumlah anggota komite audit memiliki kaitan yang erat dengan seberapa banyak sumber daya yang dialokasikan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah memiliki jumlah yang memadai untuk mengemban tanggung jawab pengendalian dan pengawasan aktivitas manajemen puncak. Ukuran komite
yang
lebih
besar
menyebabkan
adanya
pertukaran
pengetahuan dan informasi (Sayidah, 2007:39). Jumlah anggota
Universitas Sumatera Utara
komite audit disesuaikan besar-kecilnya dengan perusahaan dan tanggung jawab. Komite audit yang dibuat dengan tujuan mengawasi jalannya operasional perusahaan memegang peranan yang cukup penting
dalam
mewujudkan
Corporate
Governance.
Melalui
karakteristik-karakteristiknya, komite audit diharapkan dapat menjadi lebih efektif dalam mengawasi jalannya perusahaan. Karakteristik-karakteristik yang dimaksud contohnya adalah ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan independensi komite audit. Dalam karakteristik-karakteristik tersebut dibutuhkan
kriteria-kriteria
khusus
agar
komite
audit
dapat
menciptakan Corporate Governance.
2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Corporate Governance Penerapan Corporate Governance memiliki dua faktor yang memegang peranan yang menentukan keberhasilannya sebagai berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009:113) : 1. Faktor Internal Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek
Corporate
Governance
yang
berasal
dari
dalam
perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain: a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan
Corporate
Governance
dalam
mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai Corporate Governance. c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar Corporate Governance. d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
perusahaan
yang
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
penerapan Corporate Governance. Di antaranya: a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif. b. Dukungan pelaksanaan Corporate Governance dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Governance dan Clean Government menuju Government Governance yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Corporate Governance yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standard pelaksanaan Corporate Governance yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan). d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Corporate Governance di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi Corporate Governance secara sukarela. e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi Corporate Governance terutama di Indonesia adalah
adanya
semangat
anti
korupsi
yang
berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan
skor
perusahaan
dalam
implementasi
Corporate
Governance. Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan Corporate Governance secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting Corporate Governance dilanggar suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi pertumbuhan bisnisnya.
2.1.4 Kinerja Perusahaan Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan saham. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan beberapa rasio keuangan. Najib (2010) menyatakan ada dua kelompok yang menganggap penting rasio keuangan. Kelompok pertama adalah para manajer yang menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan melacak kinerja keuangan sepanjang waktu. Kelompok kedua adalah pihak analis perusahaan yang membutuhkan ukuran yang pasti agar mampu memberikan saran maupun penilaian terhadap klien. Terkait dengan pengertian kinerja, terdapat beberapa pendapat dari para tokoh, antara lain yaitu pendapat yang diungkapkan oleh Mulyadi (2007: 337) yang menyatakan bahwa “kinerja adalah keberhasilan personel, tim atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan”. Pendapat yang lain mengenai definisi kinerja juga diungkapkan oleh Bastian (2006: 274) yang menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
Universitas Sumatera Utara
organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan penskemaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Menurut Yudha (2007:58) kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan
yang
dibuat
dan
mempertimbangkannya
dengan
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mecapai tujuannya. Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan.
2.1.4.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan Dalam
kaitannya
dengan
pengukuran
kinerja
sebuah
perusahaan, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan, antara lain yaitu pengukuran kinerja (performance measurement), ukuran kinerja (performance measure), metrik kinerja (performance metric). Istilahistilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian, namun demikian untuk menghindarkan kerancuan pemahaman diantara istilah-istilah tersebut, maka perlu diberikan penjelasan mengenai masing-masing perbedaannya. Pengukuran
kinerja
dapat
didefinisikan
sebagai
proses
pengkuantifikasian efisiensi dan efektivitas dari tindakan yang lalu. Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah parameter yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau efektivitas dari tindakan yang lalu. Metrik kinerja adalah definisi dari cakupan, isi dan bagian-bagian komponen dari sebuah ukuran kinerja yang berbasis luas. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Moeheriyono, 2012: 23):
Universitas Sumatera Utara
1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya
telah
dimanfaatkan
secara
optimal,
dengan
cara
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. 3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik itu yang berhubungan dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri. 4. Rasio Solvabilitas (leverage) Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunana utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage, berarti menggunakan modal sendiri 100% dalam usahanya. 5. Rasio Pasar (Market Ratio) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang digunakan adalah rasio profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE).
Universitas Sumatera Utara
Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE). ROE digunakan untuk mengukur
tingkat
pengembalian
dari
total
ekuitas.
ROE
menggambarkan kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, karena dalam ROE yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal yang digunakan perusahaan. Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai ROE adalah sebagai berikut (Sundjaja, et.al 2007): ROE =
Net Income x100% Equity
2.1.5 Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sajauh mana keseriusannya menerapkan Corporate Governance. Dalam majalah SWA (2001) menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 25 perusahaan peringkat teratas yang menerapkan Corporate Governance dengan baik secara tidak langsung menaikkan nilai sahamnya. Secara teoritis praktik Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan
yang
menguntungkan
sendiri,
umumnya
Corporate
Universitas Sumatera Utara
Governace
dapat
meningkatkan
kepercayaan
investor
untuk
menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya. Menurut Xiaonian, et.al. (2000) pemegang saham saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap bahwa Corporate Governance yang lebih baik akan memberikan imbalan hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Penerapan Corporate Governance yang baik berfokus pada proses manajemen risiko dan pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kinerja dan daya saing serta kreatifitas nilai perusahaan yang pada nantinya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara peneliti lain, Budiman, 2004 mengungkapkan bahwa penerapan EVA sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan sangat sesuai dan mendukung prinsip-prinsip yang terdapat dalam Corporate Governance. EVA sebagai indikator kinerja perusahaan, dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam mewujudkan terlaksananya CG di Indonesia. Menurut Brown and Caylor (2004) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di New York Stock Exchange dan menerapkan Corporate Governance berdasarkan penilaian Gov-Score yang diterbitkan oleh Institutional Shareholders Services. Dalam penilaian penerapan Corporate Governance ini, terdapat delapan hal utama yang menjadi indikator utama, yaitu : audit, dewan direksi, hukum, pendidikan direksi, kompensasi kepada dewan direksi dan eksekutif, progressive practices, dan state of incorporation.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Jandik dan Rennie (2005) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan yang telah go public di pasar modal yang sedang berkembang (emerging market), secara khusus, penelitian ini menguraikan tentang evolusi dari corporate governance dan kinerja perusahaan dalam pasar yang sedang berkembang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Sementara peneliti lain Gruszczynski (2006) melakukan penelitian terhadap perusahaanperusahaan go public di Polandia. Adapun tingkat penerapan Corporate Governance dalam penelitian ini merupakan hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Polish Corporate Governance Forum, dimana terdapat sedikitnya sembilan indikator yang digunakan sebagai pengukur, yaitu : komposisi dan kompetensi dewan pengawas dan anggota dewan independen, pengawasan yang mencakup beberapa bagian, akses rapat umum pemegang saham, fungsi dari manajemen, auditor independen, regulasi dalam aktivitas jual beli saham, tujuan, visi, misi perusahaan, dan transparansi dalam penyampaian informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya
pengaruh
antara
penerapan
Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Purwani (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan” menyimpulkan
bahwa Corporate
Governance
tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat ukur EVA Momentum. Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah : a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah : a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan
variabel faktor Good Corporate Governance dan
kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan. b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Puspitasari (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh kualitas corporate governance terhadap kinerja perusahaan dan kinerja Saham”. Menyimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
corporate governance berpengaruh terhadap return on asset sebagai ukuran kinerja operasional perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah : a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan kinerja saham. b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah : a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor kualitas Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan. b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Nuswandari (2009) di dalam penelitiannya
yang
berjudul
“Pengaruh
Corporate
Governance
Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Menyimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah : a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan
variabel
faktor.
Sedangkan
penulis
hanya
menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan. b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani Suhadak dan R. Rustam Hidayat (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh penerapan good corporate governance dan kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di bei tahun 2009-2011)”. Menyimpulkan bahwa Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE. Hal ini memberikan bukti bahwa apabila suatu perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh institusional yang besar, dapat mampu memberikan suatu pengawasan yang kemudian hak dari para stakeholder ini dapat dipenuhi, sehingga juga akan memberikan keuntungan kepada para pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah : a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan kinerja keuangan. b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah : a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan. b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia. Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu: Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Tri Purwani
Eni Puspitasari
Judul penelitian
Variabel
Pengaruh Good Dependen = kinerja perusahaan yang Corporate diproksikan dalam Governance Terhadap Kinerja nilai EVA Momentum (EVAM). Perusahaan Independen = penerapan good corporate governance (GCG)
Hasil penelitian Penerapan good corporate governance tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat ukur EVA Momentum. Hal ini berarti tidak konsisten dengan teori yang menyatakan
bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
Pengaruh kualitas Dependen = Kinerja Corporate governance Perusahaan (ROA, berpengaruh terhadap return corporate governance terhadap ROE, PER) dan on asset sebagai ukuran kinerja
Universitas Sumatera Utara
kinerja perusahaan Kinerja dan kinerja Saham (CAR) Independen Saham Corporate Governance Perception (CGPI)
Cahyani Nuswandari
Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Nurcahyani, Suhadak dan R. Rustam Hidayat
Pengaruh penerapan good corporate governance dan kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)
operasional perusahaan. Hasil analisis menunjukkan = β1 = 0.627 Corporate governance berpengaruh terhadap Price Earning Ratio sebagai ukuran Index nilai pasar perusahaan. Hasil analisis menunjukkan = β1 1.432 Corporate governance berpengaruh terhadap kinerja saham yang diukur dengan abnormal return (Cumulative Abnormal Return). Hasil analisis menunjukkan = β1 0.208 Dependen = Kinerja Hasil pengujian untuk model Perusahaan regresi dengan return on equity Independen = sebagai variabel dependen-nya menunjukkan variabel Corporate Governance Corporate Governance Perception Index (CGPI) Perception Index (CGPI) secara positif signifikan mempengaruhi kinerja operasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang pertama didukung yaitu bahwa corporate governance mempengaruhi kinerja operasi perusahaan. Variabel Independen Kepemilikan saham oleh yang terdiri dari institusional pada penelitian ini penerapan Good menunjukan hubungan positif dan berpengaruh terhadap Corporate Governance, dan ROE. Hal ini memberikan kepemilikan saham bukti bahwa apabila suatu institusional Variabel perusahaan memiliki kedua adalah variabel kepemilikan saham oleh dependen yaitu pada institusional yang besar, dapat penelitian ini adalah mampu memberikan suatu kinerja keuangan. pengawasan yang kemudian Variabel kinerja hak dari para stakeholder ini keuangan ini dapat dipenuhi, sehingga juga diproksikan dengan akan memberikan keuntungan ROE kepada para pemegang saham
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan pada kajian teori dari hasil penelitian terdahulu mengenai Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Kerangka konseptual ini menunjukkan pengaruh ukuran dewan komisaris (X1), frekuensi rapat (X2), ukuran komite audit (X3) terhadap ROE (Y), maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut: Variabel Independen: Mekanisme Corporate Governance Ukuran Dewan Komisaris (X1)
H1
Variabel Dependen: Kinerja perusahaan - ROE (Y)
H2
Frekuensi rapat (X2)
Ukuran Komite Audit (X3)
H3 H4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota komisaris berasal dari internal dan eksternal perusahaan yang melakukan pengawasan terhadap direksi dalam menjalankan perusahaan. Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan memiliki akses pada informasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi
bertanggung
jawab
menyampaikan
informasi
terkait
dengan
perusahaan kepada dewan komisaris. Dalam hubungan dengan kinerja, alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah rasio profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio ROE atau rasio keuntungan berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Frekuensi rapat perusahaan pulp & kertas merupakan intensitas dari kegiatan dewan komisaris, direksi dan komite audit dapat diukur dari frekuensi diadakannya pertemuan rapat dan kinerja perusahaan. Seringkali dalam rapat dewan komisaris, direksi dan komite audit hadir dalam rapat tersebut, hal ini akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh dewan komisaris, direksi dan komite audit. Apalagi bila manajer senior tersebut hadir dalam setiap rapat, mempunyai suara dan ikut andil dalam diskusi rapat. Hal ini akan mempengaruhi keputusan mengenai strategi-strategi yang diambil dalam rapat komisaris. Semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, maka akses informasi juga akan semakin merata di antara sesama komisaris, sehingga keputusannya semakin baik yang berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih baik. Rapat dewan komisaris merupakan salah satu sumber informasi yang nantinya digunakan untuk meningkatkan efektifitas
Universitas Sumatera Utara
dewan komisaris. Informasi yang diungkapkan melalui rapat tersebut meliputi tidak hanya pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, pengendalian internal tetapi juga pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan. Ukuran komite audit merupakan salah satu karakteristik yang mendukung efektifitas kinerja komite audit dalam suatu perusahaan. Destika (2011) menyatakan bahwa karakteristik komite audit yang mendukung fungsi pengawasan terhadap manajemen (agen) agar tidak merugikan pemilik perusahaan (prinsipal) adalah ukuran komite audit. Karena dengan semakin besarnya ukuran komite audit akan meningkatkan fungsi monitoring pada komite audit terhadap pihak manajemen. Hal ini memperlihatkan bahwa corporate governance atau tata kelola perusahaan belum dapat memberikan pengaruh terhadap keuntungan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE) dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah dinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung maupun dengan laba yang ditahan).
2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hipotesis dari permasalahan di atas adalah ” H1
: Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
H2
: Frekuensi rapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
H3
: Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
H4
: Ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara