BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2007: 5), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah menjalin hubungan, orang yang dengan suatu cara “terhubung”. Komunikasi ini juga terjadi di antara kelompok kecil orang, dibedakan dari publik atau komunikasi massa; komunikasi sifat pribadi, dibedakan dari komunikasi yang bersifat umum; komunikasi di antara atau di antara orang-orang terhubung atau mereka yang terlibat dalam hubungan yang erat (DeVito, 2007: 334). Dengan demikian, komunikasi interpersonal akan mencakup seperti komunikasi antara anak dengan ayahnya, majikan dengan karyawan, kakak-beradik, guru dengan murid, orang berpacaran, dua teman, dan sebagainya. Tipe-tipe interaksi ini yang terlintas dalam pikiran ketika kita berpikir tentang percakapan. Dengan kemajuan teknologi, banyak percakapan sekarang terjadi secara online (DeVito, 2007: 6), yaitu melalui Internet. Komunikasi online sekarang adalah bagian utama dari pengalaman orang-orang di seluruh dunia. Demikian komunikasi menjadi penting secara personal, sosial, dan profesional. Lebih lanjut, Jhon December1 (1999) sudah melakukan pendekatan dalam penelaahan unit-unit analisis penelitian media Internet, dengan menelusuri istilahistilah
dasar
dari
komunikasi
bermedia
komputer
(Computer-Mediated
Communications) untuk mengatasi hambatan-hambatan teoritikal tentang teori komunikasi klasik yang terurai sebagai berikut : a. Internet – based Komunikasi dasar dalam media Internet adalah tahapan data yang dikonfirmasikan/disesuaikan dengan setting data communicatons protocols. Artinya secara mekanistis jaringan komputer membutuhkan protocols untuk
1
Berdasarkan sumber dari http://www.december.com diakses 12 November 2011
10
dapat tersambung pada jaringan guna pengiriman dan penerimaan pesan, yaitu TCP/IP (Transfer Control Protocol/Internet Protocols). b. Computer Istilah komputer dalam konteks Internet CMC didefinisikan sebagai penyedia platform (bentuk dasar) dalam pengoperasian sistem dan aplikasi software untuk membantu jaringan data dan pemakaian pengguna (user). c. Mediated Media perantara komunikasi dalam Internet, meliputi pengambilan pesan (message) kedalam media atau encoding pesan ke dalam elektromagnetik, atau bentuk optikal untuk penyimpanan dan pengiriman pesan. Pesan dalam Internet di-code, disimpan, dikirimkan menyesuaikan aturan penerapan client – server dan TCP/IP protocols. d. Communications Pada hakekatnya komunikasi melalui Internet adalah komunikasi antar manusia/insani melalui jaringan komputer Internet, sehingga bermacam komunikasi Internet juga memerlukan batasan-batasan yang digunakan dalam komunikasi manusia/insani itu sendiri. e. Integrated Penawaran-penawaran dalam media Internet mampu mengakses berbagai aplikasi komunikasi seperti penggunaan program window yang terintegrasi untuk digunakan sebagai sarana e-mail, web-client dan sebagainya. Pengguna Internet dapat membuat akses yang memungkinkannya berkomunikasi dengan partner atau mencari informasi yang luas tak terbatas. Pengguna Internet juga akan berhadapan dengan berbagai konteks kultur dalam komunikasinya. 2.2. Elemen-Elemen Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2007: 10-21) merumuskan elemen-elemen komunikasi interpersonal: a. Sumber-Penerima Komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang. Istilah sumber-penerima menekankan bahwa kedua fungsi dilakukan oleh setiap 11
individu dalam komunikasi tersebut. Setiap orang melakukan fungsi sumber (merumuskan dan mengirimkan pesan) dan juga melakukan fungsi penerima (mempersepsikan dan memahami pesan). b. Encoding-Decoding Istilah encoding (berbicara atau menulis) dan decoding (mendengar atau membaca) untuk menekankan bahwa kedua aktivitas dilakukan dalam kombinasi oleh setiap partisipan. c. Pesan Pesan adalah sinyal yang disajikan sebagai stimuli untuk penerima, mungkin bisa didengar, dilihat, disentuh, berbau, dirasakan, atau kombinasi apapun. Cara kita berbicara, berjabat tangan, menyisir rambut, duduk, tersenyum, adalah sinyal dari pesan komunikasi interpersonal tentang diri kita. Komunikasi interpersonal dapat terjadi melalui telepon, tatap muka, dan bahkan melalui komputer (DeVito, 2007: 12). d. Media Media adalah sarana di mana pesan bisa lewat. Ini adalah jembatan yang menghubungkan sumber dan penerima. Komunikasi jarang terjadi hanya di satu media. Dua, tiga, atau empat media sering digunakan serentak. Contohnya, interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengar, tetapi kita juga bergerak dan menerima sinyal secara visual, dan kita mengeluarkan bau serta mencium bau orang lain. Media lainnya adalah kontak tatap muka, telepon, e-mail, surat biasa yang lambat, grup chat, pesan instant, postingan berita, film, televisi, radio, sinyal asap, atau fax. Perlu diingat bahwa media membebankan pembatasan yang berbeda dalam penafsiran pesan kita. Contohnya, dalam CMC (Computer Mediated Communication), kita dapat berhenti untuk memikirkan kata atau kalimat selama yang kita mau tanpa interupsi dan kita dapat memperbaiki pesan kita dengan mudah (DeVito, 2007: 15). e. Gangguan Gangguan adalah sesuatu yang mengubah pesan, sesuatu yang mencegah penerima menerima pesan (DeVito, 2007: 15). f. Konteks 12
Konteks adalah secara fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan sementara di mana komunikasi terjadi (DeVito, 2007: 331). g. Etika Etika dalam komunikasi adalah moralitas dari tingkah laku pesan (DeVito, 2007: 332). h. Kompetensi Dalam
komunikasi
interpersonal,
artinya
pengetahuan
tentang
komunikasi dan kemampuan untuk melibatkan dalam komunikasi secara efektif (DeVito, 2007: 330). 2.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal Tujuan komunikasi interpersonal menurut DeVito (2009: 9-10): • Untuk mempelajari Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi diri seseorang sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah dipelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Komunikasi juga membantu seseorang menemukan dunia luar, dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain. • Untuk berhubungan Seseorang menghabiskan banyak waktu dan energi berkomunikasi untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Seseorang berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan di telepon, dan Internet. Seseorang berinteraksi pula dengan rekan kerjanya. • Untuk membantu Membantu seseorang mengkritik, menyatakan sebuah empati, bekerja dengan suatu kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau mendengarkan dan mendukung orang lain pada saat berbicara. • Untuk mempengaruhi
13
Dalam perjumpaan sehari-hari seseorang berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Seseorang akan berusaha mengajak orang lain melakukan sesuatu, mencoba cara diet yang baru, membeli produk tertentu, menonton film, mengunjungi website tertentu, meyakini, bahwa sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. • Untuk bermain Komunikasi
seperti
bermain,
memasukkan
motif
kesenangan,
melepaskan diri, dan relaksasi. Kita menceritakan humor, sesuatu yang cerdas, dan berhubungan dengan cerita menarik sebagian besar untuk kesenangan yang diberikan kepada kita dan pendengar. Demikian pula, kita mungkin berkomunikasi karena hal tersebut membuat relaks, mengijinkan kita untuk melepaskan diri dari tekanan dan tanggungjawab. 2.4. Tipe Hubungan Interpersonal a. Pertemanan (Friendship) Pertemanan adalah hubungan interpersonal di antara dua orang yang saling produktif, tergantung, dan dipertahankan melalui kesan saling membebaskan pilihan, serta ditandai dengan anggapan saling positif (DeVito, 2007: 333). Ada 3 tipe utama pertemanan, yaitu timbal balik, kesediaan menerima, dan asosiasi (DeVito, 2007: 261). • Pertemanan timbal balik (the friendship of reciprocity) Tipe ini adalah tipe ideal. Dicirikan dengan loyalitas, pengorbanan diri, saling menyayangi, dan kemurahan hati. Pertemanan tipe ini berdasarkan persamaan; setiap individu membagi secara sama dalam memberi dan menerima keuntungan dan hadiah dalam hubungan. • Pertemanan dengan kesediaan menerima (the friendship of receptivity) Ada ketidakseimbangan antara memberi dan menerima; seseorang adalah pemberi utama dan yang lain adalah penerima utama. Hal ini adalah ketidakseimbangan positif, bagaimanapun juga, setiap individu memperoleh sesuatu dalam hubungan. Perbedaan kebutuhan dari kedua individu yang menerima dan yang memberi kasih sayang adalah merasa puas. Hal ini 14
memungkinkan pertemanan berkembang di antara guru dan muridnya atau antara dokter dan pasien. Sesungguhnya, perbedaan status adalah hal penting untuk perkembangan pertemanan dengan kesediaan menerima. • Pertemanan asosiasi (the friendship of asosiation) Pertemanan ini bersifat sementara. Pertemanan ini mungkin dideskripsikan sebagai hubungan yang ramah daripada pertemanan sesungguhnya. Pertemanan asosiasi adalah jenis yang kita sering miliki dengan teman sekelas, tetangga, dan teman sekerja. Tidak ada kesetiaan yang besar, tidak ada kepercayaan yang besar, tidak ada pemberian atau penerimaan yang besar. Asosiasi adalah hal yang menggembirakan namun tidak kuat. b. Cinta (Love) Cinta adalah hubungan interpersonal di mana anda merasakan kedekatan, kepedulian, kehangatan, dan kegembiraan dalam hubungan dengan orang lain (DeVito, 2007: 334). c. Keluarga (Family) Keluarga adalah kelompok orang-orang yang memandang diri mereka berhubungan dan terhubunga satu dengan yang lain dan di antara tindakan salah satu anggota memiliki konsekuensi bagi orang lain (DeVito, 2007: 332). d. Hubungan tempat kerja (Workplace relationship) Tempat kerja adalah konteks di mana semua bentuk hubungan terjadi dan tidak mengherankan semua jenis hubungan mungkin terlihat. Ada hubungan cinta (romantic relationship), hubungan mentoring (mentoring relationship), dan hubungan jaringan (networking relationship) (DeVito, 2007: 279-281). 2.5. Teori Perkembangan Hubungan a. Teori daya tarik (attraction theory) Teori daya tarik berdasarikan 3 faktor utama yaitu ketertarikan (attractiveness), kedekatan (proximity), dan kesamaan (similarity) (DeVito, 2007: 234-235). • Ketertarikan (attractiveness) 15
Ketertarikan didasarkan pada penampilan dan kepribadian. Apabila kita mengklasifikasikan seseorang itu menarik atau tidak, berdasarkan fisik, kepribadian atau tingkah laku yang menarik. • Kedekatan (proximity) Jika kita melihat sekeliling pada siapa kita tertarik, kita mungkin akan melihat bahwa mereka hidup atau berkerja dekat dengan kita. Contohnya pertemanan kuliah. Orang-orang yang menjadi teman adalah mereka yang mempunyai peluang lebih besar untuk berinteraksi. 1 alasan kedekatan mempengaruhi daya tarik adalah hal tersebut mengijinkan kita untuk mengenal orang lain. Kita datang kepada orang yang kita sukai dan kenal karena kita dapat memprediksi lebih baik tingkah lakunya; mungkin karena ini mereka kelihatan kurang menakutkan daripada orang asing. • Kesamaan (similarity) Faktor kesamaan berarti mungkin bahwa kita akan tertarik kepada gambaran cermin diri kita; pada orang-orang yang sama dengan kita dalam kebangsaan, ras, kemampuan, karakteristik fisik, kecerdasan, tingkah laku, dan seterusnya. b. Teori pertukaran sosial Teori oleh Thibaut & Kelley ini berdasarkan model ekonomi dari keuntungan dan kerugian, mengklaim bahwa kita mengembangkan hubungan sosial dan profesional yang memungkinkan kita untuk memaksimalkan profit (DeVito, 2007: 238). Keuntungan = hadiah – biaya. Hadiah adalah segala sesuatu yang kita inginkan, yang kita nikmati, dan yang kita bersedia untuk dikenakan biaya untuk mendapatkannya. Contohnya, untuk memperoleh hadiah keuntungan finansial, kita mungkin harus bekerja daripada bermain. Untuk menghasilkan nilai A dalam matakuliah komunikasi interpersonal, kita harus menulis paper yang sesuai dan belajar lebih. Untuk mendapatkan promosi, kita mungkin harus melakukan tugas tidak menyenangkan atau bekerja lembur. Cinta, kasih sayang, status, uang, kado, keamanan, penerimaan sosial, persahabatan, pertemanan, dan keintiman adalah beberapa contoh hadiah. 16
Biaya adalah segala sesuatu yang kita coba hindari, sesuatu yang kita pikir tidak menyenangkan atau sulit. Kerja lembur, mencuci piring, dan menyetrika pakaian, menonton acara televisi yang teman kita menikmatinya tetapi kita bosan, berpakaian yang secara fisik tidak nyaman, dan memberikan bantuan kepada orang yang tidak kita sukai mungkin semua dianggap biaya. Dengan menggunakan teori dasar ekonomi model ini, teori pertukaran sosial mengklaim bahwa kita mencari hubungan
yang berkembang
(pertemanan dan cinta) yang hadiahnya lebih besar daripada biayanya. Hubungan yang disukai, menurut teori ini, adalah yang paling menguntungkan, yang memberikan kita hadiah paling besar dengan biaya yang paling sedikit. c. Teori keadilan (equity theory) Teori keadilan ini menggunakan konsep pertukaran sosial tetapi melangkah lebih jauh. Teori tersebut mengklaim bahwa kita berkembang dan memelihara hubungan di mana perbandingan hadiah kepada biaya kita adalah kira-kira setara pada pertemanan kita. 2.6. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Pengertian efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai (Hidayat, 1986: 41). Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti efektivitas komunikasi interpersonal dosen dan mahasiswa dengan menggunakan 14 kualitas yang dipertimbangkan dalam komunikasi interpersonal untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal terjalin menurut Joseph A. DeVito (2007: 23-319): 2.6.1. Kesadaran (mindfulness) Kesadaran menyatakan kesadaran mental; dalam kesadaran kita menyadari alasan untuk berpikir dan berperilaku dengan cara tertentu (DeVito, 2007: 23). Untuk mempunyai kesadaran, seseorang harus memiliki kriteria: • Membuat dan membuat kembali kategori Misalnya, kita mengkategorikan seseorang berdasarkan perannya, ada yang berperan sebagai anak, orangtua, karyawan, dosen, mahasiswa, tetangga, teman, dan lain sebagainya. Hindari menyimpan ingatan tentang 17
gambaran seseorang dengan 1 label. Jika ya, maka kita akan kesulitan untuk mengkategorikan kembali seseorang. • Terbuka terhadap informasi dan pandangan yang baru Bahkan ketika kita memegang teguh suatu stereotip. Informasi baru memaksa kita mempertimbangkan kembali apa mungkin cara berpikir kita sudah ketinggalan jaman. Informasi baru membantu kita menantang yang sudah lama dipegang tetapi keyakinan dan sikap sekarang menjadi tidak tepat. Kemauan untuk melihat tingkah laku kita dan orang lain dari beragam sudut pandang, terutama perspektif orang yang sangat berbeda dengan diri kita. • Berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat Anggaplah kesan pertama kita itu sementara, sebagai hipotesis yang membutuhkan investigasi lebih jauh. Bersiaplah untuk merevisi, menolak, atau menerima kesan awal ini. • Berpikir sebelum bertindak Terutama dalam situasi yang peka (seperti mengekpresikan kemarahan atau menyampaikan pesan komitmen). Adalah bijaksana untuk berhenti dan memikirkan baik-baik situasi secara sadar. Dengan cara ini, kita akan memiliki kesempatan bertindak dan bereaksi lebih baik secara tepat. 2.6.2. Sensitivitas budaya (cultural sensitivity) Sensitivitas budaya adalah sikap dan cara untuk berperilaku di mana kita sadar dan mengakui perbedaan budaya (DeVito, 2007: 49). Ini sangat penting seperti untuk beberapa tujuan dunia seperti perdamaian dan pertumbuhan ekonomi seperti untuk komunikasi interpersonal yang efektif (Franklin & Mizell, 1995). Tanpa sensitivitas budaya, tidak ada komunikasi interpersonal yang efektif di antara orang-orang yang berbeda gender atau ras atau kebangsaan atau orientasi kasih sayang. Maka, sadarlah akan perbedaan budaya antara diri kita dan orang lain. Teknik komunikasi interpersonal yang bekerja dengan baik dengan orang Eropa-Amerika, mungkin tidak bekerja dengan baik dengan orang Asia-Amerika. Apa yang terbukti efektif di Jepang 18
mungkin tidak di Meksiko. Jarak fisik yang dekat yang normal di Arab mungkin terlihat sangat familiar atau sangat membosankan di banyak negara Amerika Serikat dan Eropa Utara. Empati yang sebagian besar orang Amerika menyambutnya mungkin menjadi tidak nyaman untuk sebagian orang Korea, Jepang, dan Cina. Untuk mempunyai sensitivitas budaya, seseorang harus: • Menyiapkan diri, membaca dan mendengarkan dengan cermat tingkah laku yang mempengaruhi secara budaya • Menyadari dan menghadapi ketakutan kita akan tindakan yang tidak tepat terhadap orang-orang yang berbeda budaya • Menyadari perbedaan antara diri kita dan orang lain yang berbeda secara budaya • Menyadari bahwa sering ada kendala utama perbedaan dalam grup budaya • Menyadari perbedaan arti, kata-kata jarang berarti sesuatu yang sama kepada orang-orang yang berbeda budaya • Menyadari peraturan dan adat budaya lain 2.6.3. Fleksibilitas (flexibility) Fleksibilitas berarti kualitas berpikir dan berperilaku di mana kita membedakan pesan berdasarkan situasi yang unik (DeVito, 2007: 58). Satu ukuran fleksibilitas menyuruh kita mempertimbangkan kembali seberapa benar kita mempercayai pernyataan tertentu seperti “Orang harus jujur dan spontan dalam percakapan” atau “Ketika marah, seseorang sebaiknya tidak berkata apapun daripada mengucapkan sesuatu, dia akan menyesal nantinya.” Jawaban yang lebih disukai untuk semua pertanyaan tersebut adalah “Kadang-kadang benar,” menggarisbawahi kepentingan fleksibilitas dalam semua situasi interpersonal (Hart, Carlson, & Eadie, 1980). Untuk mempunyai fleksibilitas, seseorang harus: • Menyadari bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis Tanya diri kita apa yang berbeda dari situasi ini atau orang dan ambil perbedaan ini ke dalam pertimbangan seperti kita membangun pesan kita • Menyadari bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks 19
Tanya diri kita apa yang unik tentang konteks spesifik ini dan bagaimana keunikan ini sebaiknya mempengaruhi pesan-pesan kita • Menyadari bahwa semua hal mengalir Meskipun cara kita mengkomunikasikan bulan sebelumnya efektif, itu tidak berarti akan efektif sekarang atau besok. Sadari juga bahwa perubahan tiba-tiba
(kematian
orang
yang
dicintai
atau
sakit
parah)
akan
mempengaruhi pesan yang tepat dan tidak tepat • Menyadari bahwa setiap situasi menawarkan kita pilihan berbeda untuk berkomunikasi Pertimbangkan pilihan ini dan coba untuk memprediksi yang setiap efek pilihan miliki 2.6.4. Berorientasi kepada pihak lain (other orientation) Berorientasi kepada pihak lain adalah kualitas dari keefektivan yang termasuk kemampuan untuk mengadaptasikan pesan kita untuk orang lain (DeVito, 2007: 96). Hal tersebut melibatkan komunikasi penuh perhatian dan ketertarikan kepada orang lain dan sungguh-sungguh tertarik pada apa yang orang lain katakan. Untuk mempunyai berorientasi kepada pihak lain, seseorang harus: • Memperlihatkan pertimbangan dan sikap menghargai Tanyakan pada orang lain apa segala sesuatu baik-baik saja untuk menceritakan kesulitan kita kepada orang tersebut sebelum melakukannya atau tanyakan apa telepon kita datang di waktu yang tepat • Mengakui perasaan orang lain sebagai legitimasi Ekspresi seperti: “Anda benar.” atau “Saya dapat mengerti kenapa anda sangat marah.” membantu memfokuskan pada interaksi orang lain dan mengkonfirmasi yang kita dengar. • Mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain Tanyakan orang lain untuk saran, opini, dan klarifikasi dengan tepat. Ini akan meyakinkan bahwa kita mengerti apa yang orang lain katakan dari pandangan orang lain 20
• Memfokuskan pesan kita pada orang lain • Menggunakan pertanyaan terbuka untuk melibatkan orang lain pada interaksi (seperti melawan pertanyaan yang hanya menanyakan jawaban ya atau tidak) dan buat pernyataan yang secara langsung bertujuan ke orang tersebut. Gunakan kontak mata yang fokus dan ekspresi wajah yang tepat, senyum, mengangguk, dan condong terhadap orang lain • Memberikan ijin kepada orang lain untuk mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan) perasaan mereka. Pernyataan sederhana seperti “Saya tahu betapa sulitnya untuk membicarakan tentang perasaan” membuka topik perasaan dan memberi ijin orang lain untuk mengejar orang lain untuk diskusi atau tidak berkata apapun 2.6.5. Keterbukaan (openness) Keterbukaan adalah kemauan orang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya yang mungkin secara normal disembunyikan, asalkan saja beberapa pengungkapan tepat (DeVito, 2007: 112). Keterbukaan juga termasuk kemauan untuk mendengarkan secara terbuka dan bereaksi secara jujur terhadap pesan orang lain. Untuk mempunyai keterbukaan, seseorang harus: • Mengungkapan diri ketika waktu tepat Sadar tentang pengungkapan diri kita, mengingat ada keuntungan dan bahaya dari bentuk komunikasi • Merespon mereka yang berinteraksi dengan kita secara spontan dan dengan kejujuran tepat, tetapi juga dengan kesadaran apa yang kita katakan dan apa yang mungkin berakibat dari pesan kita • Memiliki pikiran dan perasaan kita. Bertanggung jawab atas apa yang kita katakan. Gunakan I-Messages (pesan yang berorientasi pada “Saya/Aku”) daripada You-Messages (pesan yang berorientasi pada “Kamu/Anda”). Gantikan “Kamu membuatku merasa bodoh ketika kamu tidak meminta pendapatku” dengan “Aku merasa bodoh ketika kamu bertanya pada orang lain tentang apa yang mereka pikirkan tetapi tidak padaku”. Dengan menggunakan I-Messages, membuat fakta menjadi jelas yang perasaan kita 21
hasilkan dari interaksi antara apa yang di luar kita (contohnya, apa yang orang lain katakan) dan di dalam kita (konsepsi, tingkah laku, prasangka). 2.6.6. Metakomunikasi (metacommunication) Metakomunikasi adalah komunikasi yang merujuk kepada komunikasi lainnya; komunikasi tentang komunikasi (DeVito, 2007: 122). Baik pesan verbal dan nonverbal dapat metakomunikasional. Secara verbal, kita dapat berkata, “Apakah anda mengerti apa yang coba saya katakan?”. Secara nonverbal, kita dapat memeluk yang menghibur kita Keefektivan
interpersonal
sering
bergantung
pada
kemampuan
metakomunikasi. Contohnya, dalam situasi konflik, sering terbantu dengan mengatakan cara kita berjuang. Dalam hubungan cinta, sering terbantu dengan mengatakan setiap maksud kita, misalnya “pacar” atau “sangat peduli”. Dalam pekerjaan, sering dibutuhkan untuk berbicara tentang cara memerintah yang didelegasikan atau cara mengkritik harus diekspresikan.. Untuk mempunyai metakomunikasi, seseorang dapat melakukan: • Menjelaskan perasaan yang sejalan dengan pikiran kita • Memberikan feedforward yang jelas untuk membantu orang lain mendapatkan gambaran umum dari pesan yang akan mengikuti • Menguraikan pesan kompleks kita sehingga membuat maksud kita lebih jelas. Dengan cara yang sama, cek pengertian kita tentang pesan orang lain dengan menguraikan apa yang kita pikirkan maksud tentang orang lain • Meminta klarifikasi jika kita memiliki keraguan tentang maksud orang lain • Menggunakan metakomunikasi ketika kita ingin mengklarifikasikan pola komunikasi di antara diri kita dan orang lain: “Saya lebih suka berbicara tentang cara anda membicarakan saya di depan teman-teman kita” 2.6.7. Percaya diri (confidence) Percaya diri adalah kepercayaan seseorang yang ada padanya komunikator efektif dan kompeten dan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan ketika berinteraksi dengan orang lain (DeVito, 2007: 146). Ketegangan, kekakuan, dan ketidaknyamanan, pada lain pihak, sinyal 22
kekurangan indera kontrol, di mana mensinyalkan ketidakmampuan untuk mengontrol lingkungan atau mungkin untuk mengatur atau memimpin orang lain. Untuk mempunyai percaya diri, seseorang harus: • Mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk orang lain dan memperkenalkan topik percakapan • Mendemonstrasikan tingkah laku percaya diri nonverbal, di mana santai (tidak kaku), fleksibel (tidak terkunci pada satu atau dua rentang vokal atau gerakan tubuh), dan terkontrol (tidak gemetar dan kikuk) • Mengontrol emosi kita. Sekali emosi kita meledak, kita akan tampak kehilangan percaya diri. Kepercayaan diri seseorang mendekatkan situasi dan membuat keputusan pada dasar logika dan bukti bukan berdasar emosi • Mengakui kesalahan kita. Hanya orang yang percaya diri akan mengakui kesalahan kita secara terbuka dan tidak khawatir apa yang orang lain akan pikirkan • Menghindari berpindah kalimat deklaratif secara normal pada pertanyaan dengan menaikkan intonasi (contohnya, “saya akan sampai jam 9?”. Bertanya persetujuan sering mengkomunikasikan kurangnya percaya diri 2.6.8. Kesegeraan (immediacy) Kesegeraan adalah menciptakan kebersamaan, kesatuan, di antara pembicara dan pendengar (DeVito, 2007: 170). Ketika kita berkomunikasi dengan segera, kita menyampaikan rasa ketertarikan dan perhatian, kesukaan atau atraksi kepada orang lain. Orang-orang merespon komunikasi segera lebih menguntungkan daripada komunikasi yang tidak segera. Ada banyak bukti yang mendemonstrasikan keefektivan kesegeraan dalam variasi situasi komunikasi. Untuk mempunyai kesegeraan, seseorang harus: • Mengekspresikan kedekatan dan keterbukaan secara fisik, contohnya memelihara kedekatan fisik dan mengatur tubuh kita untuk mengeluarkan pada pihak ketiga. Pelihara dengan tepat kontak mata batasi melihat sekeliling pada orang lain • Senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain 23
• Menggunakan nama orang lain, contohnya “Joe, apa pendapatmu?” daripada “Apa pendapatmu?” • Memfokuskan diri pada ucapan orang lain. Buat pembicara tahu apa yang kita dengar dan mengerti apa yang sudah dikatakan, dan berikan pembicara feedback verbal dan nonverbal yang tepat • Mengekspresikan kesegeraan dengan sensitivitas budaya. Di Amerika Serikat, tingkah laku kesegeraan secara general terlihat ramah dan tepat, di budaya lain, rupanya, tingkah laku kesegeraan yang sama mungkin dilihat terlalu familiar, ketika mengira bahwa hubungan menjadi dekat ketika hanya perkenalan yang masih eksis 2.6.9. Daya ekspresi (expressiveness) Daya ekspresi adalah kemampuan mengkomunikasikan keterlibatan dengan sungguh-sungguh, terlibat, contohnya, bertanggungjawab atas pikiran dan perasaan kita, mendorong daya ekspresi atau keterbukaan dengan lainnya dan menyediakan feedback yang tepat (DeVito, 2007: 201). Untuk mempunyai daya ekpresi, seseorang harus: • Mengubah-ubah kecepatan vokal, nada, volume, dan ritme untuk menyampaikan keterlibatan dan ketertarikan. Ubah-ubah bahasa kita, hindari kata-kata klise dan ekspresi biasa, yang mensinyalkan kurangnya keaslian dan kurang terlibat secara personal • Menggunakan gerak tubuh dengan tepat, terutama gerak tubuh yang fokus pada orang lain daripada diri kita. Jaga kontak mata dan kecondongan terhadap seseorang; pada saat yang sama, hindari gerak tubuh yang menyentuh diri sendiri atau mengarahkan mata kita di dalam ruangan • Memberikan feedback verbal dan nonverbal untuk menunjukkan bahwa kita mendengarkan. Demikian, feedback mengembangkan kepuasan hubungan • Mengkomunikasikan daya ekspresi dalam beberapa budaya merupakan hal yang sensitif. Beberapa budaya (Itali misalnya) mendorong daya ekpresi dan mengajarkan kepada anak untuk ekspresif. Budaya lain (Jepang dan Thailand misalnya) mendorong gaya tanggapan untuk lebih diam. Beberapa 24
budaya (Arab dan banyak budaya Asia) daya ekspresi wanita dalam bisnis menjadi tidak sesuai 2.6.10. Sikap positif (positiveness) Sikap positif dalam komunikasi interpersonal harus dilakukan dengan penggunaan pesan positif daripada negatif (DeVito, 2007: 224). Contohnya, gantikan pesan negatif “Saya berharap anda tidak mengabaikan pendapat saya,” dengan mempertimbangkan alternatif positif, “Saya merasa baik ketika anda menanyakan pendapat saya.” Gantikan
“Kamu terlihat mengerikan
dengan rambut panjang,” dengan mempertimbangkan pesan positif, “Kamu terlihat menawan dengan rambut pendek.” Seperti kita dapat mengharapkan, pesan positif penting untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan hubungan dan digunakan lebih sering oleh wanita, baik komunikasi tatap muka maupun CMC, daripada pria (Gattis, Berns, Simpson, & Christensen, 2004). Untuk mempunyai sikap positif, seseorang harus: • Melihat sisi positif seseorang atau dalam pekerjaan dan berikan pujian. Pujian yang spesifik; pujian yang terlalu umum (“Proyek anda menarik”) jarang seefektif yang spesifik dan kongkrit tersebut (“Proposal anda akan meningkatkan efisiensi dan menghasilkan penghematan keuangan”) • Mengungkapkan kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain. Contohnya, gunakan ekspresi wajah yang ramah, pertahankan kelayakan tetapi dengan jarak dekat yang tepat, dan fokuskan kontak mata dan hindari lirikan menjauh dari orang lain dalam waktu yang lama. Pada saat yang sama, hindari sindiran negatif, yang ditunjukkan untuk kepuasan yang rendah di antara pasangan (Horvath, 2004) • Mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan budaya (Dresser, 1996, Chen, 1992). Di Amerika Serikat, hal tersebut dianggap tepat untuk supervisor untuk memuji karyawan yang mengerjakan pekerjaan luar biasa. Namun dalam banyak budaya kolektivis, hal tersebut menjadi tidak tepat, karena individu tunggal dan terpisah dari grup
25
2.6.11. Empati (empathy) Empati adalah merasakan apa yang orang lain rasakan dari sudut pandang seseorang tanpa kehilangan identitas kita (DeVito, 2007: 248). Empati memampukan kita untuk mengerti seperti apa orang lain secara emosional (untuk bersimpati; berbeda, untuk merasakan kepada seseorang, untuk merasa menyesal dan bahagia untuk sesesorang). Untuk mempunyai empati, seseorang harus: • Membuat jelas ketika mencoba mengerti, tidak menilai, menghakimi, atau mengkritik • Memfokuskan konsentrasi kita: pertahankan kontak mata, postur penuh perhatian, kedekatan fisik. Ekspresikan keterlibatan melalui ekpresi wajah dan gerak tubuh • Menggambarkan kembali perasaan pembicara yang kita akan ekspresikan, dalam rangka mengecek akurasi persepsi kita dan untuk menunjukkan komitmen kita untuk mengerti pembicara. Tawarkan pernyataan sementara tentang perasaan orang tersebut bagaimana, “Kamu kelihaan sangat marah dengan ayahmu” atau “Saya mendengar beberapa kekhawatiran dalam suaramu” • Ketika tepat, menggunakan pengungkapan diri kita sendiri untuk mengkomunikasikan pengertian kita, tetapi hati-hati jangan memfokuskan diskusi pada diri kita • Menujukan pesan yang dicampur sehingga dapat mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan jujur. Contohnya, jika teman kita secara verbal mengekspresikan kepuasan tetapi menunjukkan tanda nonverbal depresi, itu mungkin bijaksana untuk menanyai kemungkinan perbedaan 4 macam tingkat respon dalam skala empati oleh Gazda dkk (dalam Budiningsih, 2004: 49) dengan penjelasan mengapa setiap respon dinilai pada tingkatan yaitu : • Tingkat I (irrelevant, hurful), yang menyatakan bahwa respon yang tidak relevan atau menyakitkan, tidak mengarah pada perasaan pembicara
26
• Tingkat II (Subtactive), bahwa respon hanya berhubungan sedikit dengan apa yang dikatakan oleh pembicara • Tingkat III (surface feeling reflected), respon menunjukan bahwa perasaan pembicara dipahami secara pribadi oleh responden • Tingkat IV (underlying feeling; additiveI) yaitu respon dapat meningkatkan kesadaran pembicara dan dapat mengidentifikasikan perasaannya yang mendasar 2.6.12. Sikap mendukung (supportiveness) Sikap mendukung dalam komunikasi adalah perilaku yang lebih mendeskripsikan daripada mengevaluasi dan sementara daripada pasti (DeVito, 2007: 266). Pesan deskriptif menyatakan kondisi objek secara relatif apa yang kita lihat atau apa yang kita rasa, seperti melawan untuk menilai pesan, yang mengekspresikan pendapat kita dan penilaian kita. Pesan deskriptif mungkin membuat orang lain merasa didukung, di sisi lain menghakimi atau menilai pesan, mungkin membela diri. Ini tentu saja tidak berarti semua komunikasi evaluatif bertemu dengan tanggapan membela diri. Contohnya, seseorang akan menjadi aktor jika mau meningkatkan teknik, sering menyambut evaluasi positif maupun negatif. Untuk mempunyai sikap mendukung, seseorang harus: • Menghindari tuduhan atau menyalahkan (“Saya sebaiknya tetap pada pekerjaan lama saya dan tidak mendengarkan saran kakakmu”) • Menghindari kondisi mengevaluasi secara negatif (“Apakah kakak perempuanmu tidak kelihatan mengerikan dengan gaun merah?”) • Mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran terbuka dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali perubahan cara kita berpikir dan melakukan sesuatu • Menanyakan pendapat orang lain, dan tunjukkan ini sangat penting untuk kita. Tolak godaan untuk terlalu fokus pada cara kita memandang sesuatu 2.6.13. Kesetaraan (equality) Istilah kesetaraan merujuk kepada tingkah laku atau pendekatan yang mengajarkan setiap orang sebagai kontributor yang penting dan sangat penting 27
kepada interaksi dalam berbagai situasi, tentu saja akan ada ketidaksetaraan; 1 orang akan lebih tinggi dalam hirarki organisasional; lebih berpengalaman atau lebih efektif secara interpersonal (DeVito, 2007: 291). Tetapi meskipun ini kenyataan, tingkah laku superioritas dihindari komunikasi interpersonal yang secara umum lebih efektif ketika itu terjadi pada atmosfer kesetaraan. Untuk mempunyai kesetaraan, seseorang harus: • Menghindari
pernyataan
“seharusnya”
(contoh:
“Kamu
seharusnya
menelepon ibumu lebih sering” atau “Kamu seharusnya belajar berbicara”). Kalimat-kalimat tersebut meletakkan pendengar di posisi bawah • Membuat permintaan (terutama yang sopan) dan menghindari tuntutan (terutama yang tidak sopan) • Menghindari menginterupsi; ini adalah sinyal ketidaksetaraan dan menyiratkan bahwa apa yang ingin kita katakan lebih penting daripada yang orang lain katakan • Mengakui kontribusi orang lain sebelum mengekspresikan pesan kita. Katakan “Saya mengerti,” “Oke,”. Biarkan orang lain tahu apa yang kita dengar dan pahami • Mengakui bahwa perbedaan budaya mengajarkan kesetaraan yang sangat berbeda. Dalam budaya low-power-distance, ada kesetaraan yang lebih besar daripada budaya high-power-distance, status besar perbedaan mempengaruhi interaksi interpersonal 2.6.14. Manajemen Interaksi (interaction management) Manajemen interaksi merujuk pada teknik dan strategi oleh yang kita atur dan bawa pada interaksi interpersonal (DeVito, 2007: 319). Manajemen interaksi yang efektif mengakibatkan interaksi yang memuaskan kedua pihak, juga tidak ada orang merasakan diabaikan; setiap pihak berkontribusi; bermanfaat dari, dan menikmati perubahan interpersonal. Untuk mempunyai manajemen interaksi, seseorang harus:
28
• Mempertahankan peran kita sebagai pembicara atau pendengar dan melewatkan peluang berbicara kembali dan sebagainya, melalui gerakan mata yang tepat, ekspresi vokal, dan gerak tubuh dan wajah • Menjaga percakapan fasih, hindari berhenti lama, dan aneh. Contohnya, ditemukan pada pasien kurang puas dengan interaksi mereka dengan dokter mereka, ketika kesunyian di antara komen mereka dan respon dokter panjang berlebihan • Mengkomunikasikan pesan dengan verbal dan nonverbal yang konsisten dan menguatkan satu sama lain. Hindari mengirimkan pesan campuran dengan sinyal kontradiksi. Contohnya, pesan nonverbal yang kontradiksi pesan verbal 2.7. Dimensi Diri 3 aspek mendasar dari dimensi diri yang mempengaruhi diri kita saat berkomunikasi (DeVito, 2007: 56): a. Konsep diri (cara melihat diri sendiri) Konsep diri terdiri dari perasaan dan pikiran kita tentang kekuatan dan kelemahan kita, tentang kemampuan dan keterbatasan kita, serta aspirasi dan pandangan dunia kita (Black, 1999). Konsep diri kita berkembang setidaknya dari 4 sumber, gambaran orang lain tentang diri kita, perbandingan sosial, pengajaran budaya, serta interpretasi dan evaluasi diri milik kita. • Gambaran orang lain tentang diri kita Jika kita ingin melihat bagaimana rambut kita, maka kita akan membutuhkan cermin. Tetapi, jika kita ingin melihat seberapa ramah diri kita, maka kita akan melihat gambaran diri kita yang orang lain nyatakan kepada kita melalui cara mereka memperlakukan kita dan bereaksi terhadap kita (Hensley, 1996). Kita akan melihat gambaran positif tentang diri kita yang direfleksikan pada tingkah laku mereka. Tetapi, jika mereka sedikit berpikir tentang kita, maka kita akan melihat gambaran negatif. Refleksi yang kita lihat pada orang lain ini membantu kita menjelaskan konsep diri kita. 29
• Perbandingan sosial Cara lain kita mengembangkan konsep diri kita adalah dengan membandingkan diri kita dengan orang lain. Ketika kita ingin untuk memperoleh wawasan siapa kita dan seberapa efektif atau kemampuan kita, kita mungkin melihat kepada sesama. Contohnya, setelah ujian kita mungkin ingin tahu bagaimana relatif yang kita lakukan terhadap mahasiswa lain di kelas. • Pengajaran budaya Melalui orang tua kita, guru, dan media, budaya kita yang ditanamkan pada kita meliputi beragam kepercayaan, nilai, dan tingkah laku; tentang kesuksesan (bagaimana kita menjelaskan dan bagaimana kita harus menerimanya); tentang agama kita, ras, atau kebangsaan; tentang prinsip etis yang harus kita ikuti dalam bisnis dan kehidupan pribadi. Pengajaranpengajaran ini menyediakan patokan terhadap yang kita dapat ukur dari diri kita. Kesuksesan, contohnya, penerimaan apa yang budaya kita jelaskan sebagai kesuksesan akan menyumbangkan konsep diri yang positif. Kegagalan yang dirasakan apa yang budaya kita promosikan (contohnya, tidak menikah ketika umur kita 30) mungkin menyumbangkan konsep diri yang negatif. • Interpretasi dan evaluasi diri kita Banyak cara orang lain membentuk gambaran tentang kita berdasarkan apa yang kita lakukan, kita juga bereaksi kepada tingkah laku kita; kita menginterpretasikan dan mengevaluasinya. Interpretasi dan evaluasi ini membantu untuk membentuk konsep diri kita. Contohnya, mari kita katakan kita percaya bahwa berbohong adalah salah. Jika kita bohong, kita akan mengevaluasi tingkah laku ini ke dalam batas-batas internalisasi kepercayaan tentang berbohong. Kita akan bereaksi secara demikian negatif kepada tingkah laku kita. Kita mungkin merasa salah jika tingkah laku kita bertentangan dengan kepercayaan kita. Dalam kontras, mari katakan kita mengajar mahasiswa lain dan membantunya lulus mata kuliah. Kita
30
mungkin akan mengevaluasi tingkah laku ini secara positif; kita akan merasa baik tentang tingkah laku, sebagai hasilnya tentang diri kita. b. Kesadaran diri (wawasan dan pengetahuan diri sendiri) Kesadaran diri mewakili luasnya yang kita tahu tentang diri kita. Mengerti bagaimana konsep diri kita berkembang adalah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri: Kita mengerti lebih tentang mengapa kita melihat diri kita seperti yang kita lakukan, maka kita akan lebih mengerti siapa kita. Tambahan pemahaman diperoleh dengan melihat pada kesadaran diri melalui Johari Window. Johari Window mempunyai 4 kuadran, setiap kuadran mewakili diri yang berbeda. Johari Window menekankan bahwa beberapa aspek diri bukan bagian terpisah tetapi bagian yang interaktif secara keseluruhan. Setiap bagian tergantung setiap bagian yang lain. Seperti itulah komunikasi interpersonal, model diri ini bersifat transaksional. Tabel 2.1. Johari Window Saya tahu
Orang lain tahu
Orang lain tidak tahu
I Terbuka (Open) II Tersembunyi (Hidden)
Saya tidak tahu III Buta (Blind) IV Tidak diketahui (Unknown)
• Diri yang terbuka Diri yang terbuka mewakili semua informasi, tingkah laku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang kita dan orang lain tahu. Tipe informasi yang termasuk di sini mungkin berkisar dari nama kita, warna kulit, dan jenis kelamin, sampai umur, keanggotaan politik dan agama, serta situasi finansial. Diri kita yang terbuka akan bermacam-macam dalam ukuran, berdasarkan situasi kita berada dan orang yang kita ajak berinteraksi. Beberapa orang, contohnya, membuat kita merasa nyaman dan
31
mendukung kita; kepada mereka, kita membuka diri kita secara luas, tetapi kepada lainnya kita mungkin lebih membiarkan sebagian diri kita tertutup. Komunikasi tergantung pada derajat diri kita membuka diri kita kepada yang lain dan kepada diri kita sendiri. Jika kita tidak mengijinkan orang lain untuk mengetahui diri kita (hingga menjaga agar kecil membuka diri kita), komunikasi antara kita dan yang lain menjadi sulit, jika tidak mustahil. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya seluas yang kita tahu orang lain dan diri kita. Untuk meningkatkan komunikasi, pertama lakukan pada memperluas diri kita yang terbuka. • Diri yang buta Diri yang buta mewakili semua hal tentang diri kita yang orang lain tahu tetapi diri kita tidak menyadarinya. Hal ini mungkin bermacam-macam, dari bau badan misalnya. Beberapa orang mempunyai daerah diri yang buta yang besar. Mereka kelihatan benar-benar menyadari kesalahan mereka dan kadang-kadang (meskipun tidak sering) untuk kebaikan mereka. Orang lain kelihatan terlalu bersemangat untuk mempunyai daerah diri yang buta yang kecil. Mereka mencari terapi pada setiap kesempatan dan bergabung pada setiap grup yang menolong diri mereka sendiri. Beberapa percaya, mereka tahu segala sesuatunya adalah untuk mengetahui tentang diri mereka, yang mereka sudah kurangi daerah diri yang buta ke nol. Banyak dari kita berbohong di antara ekstrem ini. Komunikasi dan relasi interpersonal secara umum mempertinggi daerah butanya menjadi lebih kecil. Tetapi, hati-hatilah untuk mencoba membantu seseorang yang lain “menemukan” diri buta mereka. Hal ini dapat menyebabkan masalah serius. Seperti pemberitahuan mungkin memicu gangguan dalam pertahanan; hal tersebut mungkin memaksa orang untuk mengakui kecemburuan atau prasangka mereka ketika mereka secara psikologis tidak siap untuk berurusan informasi tersebut. Pemberitahuan tersebut adalah yang terbaik untuk berurusan dengan hati-hati atau di bawah bimbingan pelatih profesional. • Diri yang tersembunyi 32
Diri yang tersembunyi berisi semua yang kita tahu dari diri kita dan menjadi rahasia untuk orang lain. Dalam beberapa interaksi, area ini termasuk segalanya yang kita tidak ingin ungkapkan, apakah itu relevan atau tidak pada percakapan. Pada kondisi ekstrim, kita punya pengungkap diri yang berlebihan dan kurang mengungkapkan diri. Mengungkapkan diri secara berlebihan memberitahukan semuanya. Mereka memberitahukan kita kesulitan perkawinan, masalah anak-anak mereka, status keuangan mereka, dan benar-benar tentang segala sesuatu yang lain. Yang kurang mengungkapkan diri tidak memberitahukan apapun. Mereka berbicara tentang diri kita namun tidak tentang diri mereka. Masalahnya dengan kondisi ekstrim ini adalah individual-individual tadi tidak membedakan di antara yang seharusnya dan tidak seharusnya rahasia pada informasi tersebut. Mereka juga tidak membedakan di antara tipe informasi yang mereka harus atau tidak harus ungkapkan. Mayoritas orang-orang secara luas, rupanya, menjaga hal-hal tertentu tersembunyi dan mengungkapkan kepada orang lain; mereka membuat pengungkapan kepada beberapa orang dan tidak kepada yang lain. Mereka adalah pengungkap yang selektif. • Diri yang tidak diketahui Diri yang tidak diketahui mewakili kebenaran tentang diri kita baik kita maupun orang lain tidak tahu. Eksistensi diri ini disimpulkam dari sebuah nomer sumber. Kadang-kadang, hal itu diungkapkan melalui perubahan sementara membawa tentang kondisi eksperimental spesial seperti hipnosis atau kekurangan sensorik. Kadang-kadang area ini diungkapakan dengan tes projektif tertentu atau mimpi. Sebagian besar, rupanya, diungkapkan dengan fakta bahwa kita secara konstan belajar banyak hal tentang diri kita yang kita tidak tahu sebelumnya (hal-hal yang sebelumnya pada diri yang tidak diketahui). Contohnya, kita menjadi defensif ketika seseorang menanyakan kita pertanyaan atau menyuarakan ketidaksetujuan, atau yang kita puji lainnya dengan harapan dipuji balik.
33
Untuk meningkatkan kesadaran diri, kita dapat: menanyai diri kita tentang diri kita, mendengarkan orang lain, secara aktif mencari informasi tentang diri kita, melihat perbedaan diri kita, dan meningkatkan keterbukaan diri. c. Penghargaan diri (nilai yang kita tempatkan pada diri sendiri) Orang-orang yang mempunyai penghargaan diri yang tinggi, contohnya, akan berkomunikasi di seluruh pesan verbal dan nonverbal. Cara mereka memfrasekan ide mereka dan pertanyaan atau cara mereka menguasai kepala dan mengatur kontak mata seperti berbeda secara besar dari cara orang dengan penghargaan diri yang rendah berkomunikasi. Demikian pula orang-orang dengan pandangan berbeda dari diri mereka akan berkembang dan mengatur hubungan dengan teman, pacar, dan keluarga dengan berbeda. Penghargaan diri itu penting, itu dipikirkan, karena kesuksesan mengembangbiakkan kesuksesan. Ketika kita merasa diri kita bagus, tentang siapa diri kita dan kemampuan kita melakukan sesuatu, kita akan menampilkan sesuatu lebih baik. Ketika kita berpikir seperti kesuksesan, kita akan lebih bertindak seperti orang yang sukses. Ketika kita berpikir kita gagal, kita lebih bertindak seperti orang yang gagal. Menambah kemauan penghargaan diri, membantu kita untuk berfungsi lebih efektif dalam sekolah, dalam hubungan interpersonal, dan dalam karir. 2.8. Persepsi Persepsi adalah proses di mana kita menjadi sadar akan obyek, kejadian, dan terutama orang-orang yang melalui indra: penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan pendengaran (DeVito, 2007: 81). Persepsi adalah proses aktif bukan pasif. Persepsi kita menghasilkan dari apa yang ada di dunia luar dan dari pengalaman pribadi kita, kemauan, kebutuhan dan keinginan, cinta, serta kebencian. Di antara alasan persepsi itu penting dalam komunikasi interpersonal karena hal tersebut mempengaruhi pilihan komunikasi kita. Pesan yang kita kirim dan dengar akan tergantung pada bagaimana kita melihat dunia, bagaimana kita beranggapan tentang situasi tertentu, dan apa yang kita pikirkan tentang orang-orang yang kita 34
ajak berinteraksi. Untuk meningkatkan keakuratan dalam persepsi interpersonal, maka: a. Menganalisis persepsi • Mengenali peran kita dalam persepsi: emosi dan kondisi psikologis turut mempengaruhi arti yang kita berikan pada persepsi kita • Menghindari kesimpulan dini: pertama-tama kita membuat hipotesis dan mencari validasi dari orang lain. Jika pendapat orang lain berbeda dengan persepsi kita, maka kita harus memeriksa kembali persepsi kita b. Memeriksa persepsi Memeriksa persepsi adalah cara lain untuk mengurangi ketidakpastian dan membuat persepsi kita lebih akurat. Poin-poinnya: • Mendeskripsikan apa yang kita lihat atau dengar, mengenali bahwa deskripsi tersebut tidak sungguh-sungguh objektif tetapi sangat berat dipengaruhi oleh siapa kita serta pernyataan emosi kita • Carilah informasi, tanyakan pada orang lain apakah deskripsi kita akurat. Hindari membaca pikiran. Jangan coba untuk membaca pikiran dan perasaan orang lain hanya dari mengobservasi tingkah laku mereka. Tanpa memperhatikan seberapa banyak tingkah laku yang kita observasi dan seberapa hati-hatinya kita memeriksa mereka, kita dapat hanya menebak apa yang terjadi di pikiran seseorang. Motif seseorang tidak terbuka untuk inspeksi luar. Kita hanya dapat membuat asumsi berdasarkan tingkah laku yang jelas. Jadi, berhati-hatilah bahwa apa yang kita minta sebagai konfirmasi tidak terdengar seolah-olah kita sudah tahu jawabannya. 2.9. Konsep dan Batasan Penelitian a. Elemen-Elemen Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2007: 10) merumuskan elemen-elemen komunikasi interpersonal, yaitu sumber-penerima, encoding-decoding, pesan, media, gangguan, konteks, etika, dan kompetensi.
35
b. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kesadaran, sensitivitas budaya, fleksibilitas, berorientasi kepada pihak lain, keterbukaan, metakomunikasi, percaya diri, kesegeraan, daya ekspresi, sikap positif, empat, sikap mendukung, kesetaraan, dan manajemen interaksi. c. Facebook Facebook mempunyai bermacam-macam fitur yang digunakan untuk berkomunikasi. Ada wall (dalam timeline), comment, chat, dan message. Peneliti hanya membatasi menggunakan chat untuk meneliti karena survei yang telah penulis lakukan kepada dosen mahasiswa. Peneliti menemukan mereka berkomunikasi hanya lewat chat. Sekarang fitur chat dan message sudah terintegrasi. Kata-kata dalam chat akan masuk ke menu message setelah komunikator dan komunikan sama-sama log out dari Facebook. d. Kondisi-Kondisi yang Berpengaruh Kondisi-kondisi berpengaruh pada individu yang berinteraksi adalah konsep diri, kesadaran diri, penghargaan diri, persepsi, etika, kompetensi, jenis kelamin, ketertarikan, kedekatan, dan kesamaan.
36
37