BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah mengandung arti yang luas, tapi pada prinsipnya merupakan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup disuatu wilayah tertentu. Tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan. Disisi sosial ekonomis pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik. Disisi lain, secara ekologis pengembangan wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat dari campur tangan manusia terhadap lingkungan. Alasan diperlukan upaya pengembangan wilayah pada suatu daerah tertentu biasanya terkait dengan ketidakseimbangan demografi, tingginya biaya atau ongkos produksi menurut taraf hidup masyarakat, ketertinggalan pembangunan, atau adanya kebutuhan yang sangat mendesak (Triutomo, 2001). Menurut Sukirno (2001) bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain : a. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus. b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan c. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang.
15
Universitas Sumatera Utara
16
Target pengembangan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan target itu, dirancanglah skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat diupayakan melalui pemanfaatan resources, masalah ketika berbicara dalam konteks pengembangan wilayah di Indonesia munculah, persoalan berupa kekurangan-kekurangan teknologi untuk pengolahan resources yang berlimpah. Sementara itu penduduk sebagai sumber daya manusia lebih mengarah social dimention. Dimensi sosial ini penting sekali. Setiap masyarakat mempunyai pola tertentu untuk menanggapi hasil teknologi (Sasmojo, 2001). Menurut Zen (1980) perkembangan Indonesia dalam dua tiga dasawarsa mendatang akan sangat bergantung pada kemampuannya mengarahkan tiga unsur pokok, yaitu (1) ketersediaan SDA, (2) kemampuan SDM, dan (3) pemanfaatan Teknologi. Yang kesemuanya harus ditujukan terutama untuk kesejahteraan masyarakat. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3. Teknologi
Pengembangan Wilayah
Sumber Daya Alam
Sumber Daya Manusia
Gambar 2.1. Tiga Pilar Penopang Ilmu Pengembangan Wilayah.
Universitas Sumatera Utara
17
Pengembangan wilayah sangat tergantung pada kemampuan tiga unsur pokok seperti pada Gambar 2.1, yaitu 1. ketersediaan sumber daya alam, 2. Kemampuan sumber daya manusia dan 3. pemanfaatan teknologi. 2.2. Teori Pengembangan Wilayah Bertolak dari pemikiran tentang konsep tata ruang, kemudian muncul pemikiran mengenai pengembangan wilayah. Pada esensinya konsep pengembangan wilayah adalah sesuatu upaya sistematis dan terencana untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan terhadap kondisi tata ruang wilayah serta kondisi sosial budaya dan aktivitas ekonomi masyarakat setempat. Teori-teori yang berkenaan dengan pengembangan wilayah sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya adalah teori resource endowment, teori export base, teori pertumbuhan wilayah neo klasik, teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah, teori pengembangan sumber daya manusia dan teori lokasi. Keterangan secara ringkas mengenai teori ini dapat diutarakan sebagai berikut : a. Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk komoditi unggulan maka makin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C. North (1955). Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah tersebut.
Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan
modal dan teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan teknologi, dimana persyarat untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian keahlian khusus. c. Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969), pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan pentingnya faktor permintaan. d. Teori ketidak seimbangan, dikembangkan oleh Kaldor, Dixon dan Thornwell, teori ini berangkat dari suatu realitas bahwa setiap wilayah memiliki potensi alam yang berbeda-beda, yang berakibat pada perbedaan produksi dan tingkat ekonomi masyarakat. Menurut Kaldor, wilayah dengan kegiatan utama pada sektor industri pengolahan akan mendapatkan keuntungan produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah yang bergantung pada sektor primer. Dalam kondisi demikian, kekuatan pasar sendiri-sendiri tidak akan dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan antar wilayah dalam suatu negara. Pada
Universitas Sumatera Utara
19
konteks inilah diperlukan kerjasama yang erat dan saling menguntungkan antar wilayah, agar pertumbuhan ekonomi dapat didistribusikan secara merata. e. Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah. Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan skala pengembalian dalam jangka panjang. f. Teori lokasi, perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor-faktor yang menentukan lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input Dari teori-teori tersebut dapat dikemukakan beberapa kesimpulan mengenai konsep pengembangan wilayah. Pertama, pada dasarnya konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dalam suatu wilayah yang disesuaikan dengan potensi alam dan sumber daya manusia yang dimiliki penduduk setempat. Kedua, konsep pengembangan wilayah tidak semata mata persoalan penataan dan pemanfaatan tata ruang, melainkan juga persoalan pemberdayaan masyarakat, baik sebagai individu maupun komunikasi. Ketiga, konsep pengembangan wilayah tidak dimaksudkan sebagai upaya parsial untuk satu wilayah, melainkan suatu upaya komprehensif yang dapat mensinergikan antar wilayah.
Universitas Sumatera Utara
20
2.3. Tujuan Pengembangan Wilayah Sasaran pengembangan wilayah harus diterjemahkan dari
tujuan
pembangunan nasional. Dimana tujuan pembangunan daerah harus konsisten dengan tujuan pembangunan nasional yang umumnya terdiri atas : a) Pemerataan pendapatan. b) Mengurangi
perbedaan
antara
tingkat
pendapatan,
kemakmuran,
pembangunan serta kemampuan antar daerah. c) Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah d) Mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat (Hadjisaroso, 1994). Tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah. Sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan (Riyadi, 2002). Dengan demikian tujuan pengembangan wilayah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya yang terbesar di wilayah Indonesia guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu arah dan kebijaksanaan pengembangan wilayah adalah : a. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperkokoh kesatuan dan ketahanan nasional serta mewujudkan wawasan nusantara.
Universitas Sumatera Utara
21
b. Pembangunan
sektoral
dilakukan
secara
saling
memperkuat
untuk
meningkatkan pertumbuhan, pemerataan dan kesatuan wilayah nasional serta pembangunan yang berkelanjutan. c. Pengembangan wilayah diupayakan saling terkait dan menguatkan sesuai dengan potensi wilayah. Jadi arah kebijaksanaan pengembang wilayah pada prinsipnya mendukung dan memperkuat pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Dalam pembangunan nasional pertumbuhan ekonomi
diusahakan tinggi, dimana industri pengolahan menjadi tulang punggung yang didukung oleh pertanian yang mantap. Hal ini juga berlaku pada proses pembangunan daerah (Ary, 2001). Sejalan dengan semangat Undang Undang Otonomi Daerah, pada intinya tugas pemerintah pusat tidak lagi menyusun rencana-rencana pengembangan di daerah, melainkan lebih berperan pada penciptaan wilayah-wilayah/unit-unit otonom dalam suatu sistem jaringan (network) yang kuat, dimana setiap unit otonom diarahkan untuk mampu bersaing menjadi pusat dari jaringan tersebut pada aspek yang spesifik sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah masingmasing. Konsekuensinya adalah bahwa setiap daerah otonom dimotivasi pemerintah pusat untuk mampu menciptakan keunggulan yang spesifik. Pengembangan wilayah lebih berperan pada upaya merencanakan peningkatan kinerja wilayah melalui aktivitas/kegiatan masyarakat yang sudah ada melalui pemberdayaan tadi. Dan pada akhirnya baik perencanaan maupun pengembangan wilayah berujung pada sebuah tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan.
Universitas Sumatera Utara
22
Dengan demikian pengembangan wilayah sesungguhnya bahagian integral dari perencanaan wilayah yang tidak saja menyangkut pada perencanaan spasial dari suatu wilayah, tetapi lebih diutamakan pada perencanaan bagaimana potensi wilayah dapat dimanfaatkan secara optimal oleh stakeholders demi peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Sejalan dengan itu, pengembangan wilayah juga lebih menekankan pada partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam dan sumber daya buatan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Hal ini dapat diartikan dibandingkan dengan perencanaan wilayah yang lebih menekankan pada pembangunan spasial dengan sedikit memperhatikan pembangunan a-spasial yang sebelumnya tidak ada pada suatu wilayah menjadi ada, maka pengembangan wilayah lebih berperan pada upaya merencanakan peningkatan kinerja wilayah melalui aktivitas/kegiatan masyarakat yang sudah ada melalui pemberdayaan tadi. Dan pada akhirnya, baik perencanaan maupun pengembangan wilayah berujung pada sebuah tujuan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.4. Perencanaan Wilayah Menurut George R. Terry, perencanaan adalah upaya untuk memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai massa yang akan datang. Dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi dan Bratakusumah, 2003). Sedangkan menurut Glasson (1974)
perencanaan adalah suatu cara
berfikir mengenai persoalan sosial dan ekonomi terutama berorientasi kepada
Universitas Sumatera Utara
23
masa akan datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan keputusan kolektif dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang menyeluruh. Bilamana cara berfikir ini diterapkan, maka dikatakan bahwa perencanaan sedang dilaksanakan. Bersamaan dengan itu Conyers & Hills (1994) menyatakan
bahwa
perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut Widodo (2006), adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik di negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah. Wilayah sebagai suatu unit geografis yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal (Budiharsono, 2005). Menurut Wibowo (2004) definisi wilayah adalah suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Unit geografi adalah ruang yang meliputi aspek fisik tanah, biologis, ekonomi, sosial dan budaya. Sejalan dengan itu wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan aspek fungsional (Tim Redaksi Fokusmedia, 2007). Perencanaan wilayah, menurut Miraza (2004) adalah suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap, dan tersistematik dengan suatu tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha, maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada
Universitas Sumatera Utara
24
bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumberdaya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan eficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Disamping itu juga kita perlu memikirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi melangsungkan pemerintahan yang baik. Glasson (1974) menambahkan bahwa perencanaan wilayah berada antara perencanaan fisik dan perencanaan ekonomi.
Perencanaan fisik adalah
perencanaan struktur fisik sesuatu daerah, tata guna lahan, komonikasi, utilitas dan sebagainya. Dalam hal ini kemampuan perencanaan fisik adalah lebih unggul dari pada mekanisme pasar.
Perencanaan ekonomi lebih berkenaan dengan
struktur ekonomi sesuatu daerah dan tingkat kemakmurannya secara keseluruhan. Perencanaan ekonomi lebih bertumpu pada mekanisme pasar dari pada perencanaan fisik yang sangat bertumpu pada pengendalian yang bersifat langsung. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perencanaan wilayah merupakan suatu upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. Sirojuzilam (2008) mengemukakan perencanaan wilayah merupakan upaya terorganisir untuk
menetapkan
sasaran pembangunan
ekonomi wilayah,
mengumpulkan, menganalisis informasi, membangkitkan dan mengevaluasi berbagai aktivitas dalam kerangka pembangunan wilayah yang strategis.
Universitas Sumatera Utara
25
2.5. Perencanaan Tata Ruang Tata ruang Indonesia saat ini dalam kondisi krisis. Krisis tata ruang terjadi karena pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa mengikuti rencana tata ruang, tidak mempertimbangkan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan, serta tidak memperhatikan kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana alam.
Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi
jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperbesar resiko timbulnya korban akibat bencana alam. Selain itu sering terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor, contohnya konflik antar kehutanan dan pertambangan. Beberapa penyebab utama terjadinya permasalahan tersebut adalah : a. Belum tepatnya kompetensi sumber daya manusia dalam bidang pengelolaan penataan ruang b. Rendahnya kualitas dari rencana tata ruang c. Belum diacunya perundangan penataan ruang sebagai payung kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua sektor d. Lemahnya penerapan hukum berkenaan dengan pemanfaatan ruang dan penegakan hukum terhadap pelanggaran berkenaan dengan pemanfaatan ruang. Pengaturan tata ruang sesuai peruntukan merupakan tantangan pada masa yang akan datang yang harus dihadapi untuk mengatasi krisis tata ruang yang telah terjadi. Untuk itu diperlukan penataan ruang yang baik dan berada dalam satu sistem yang menjamin konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang. Penataan ruang yang baik diperlukan bagi
Universitas Sumatera Utara
26
a. Arahan lokasi kegiatan b. Batasan kemampuan lahan, termasuk di dalamnya adalah daya dukung lingkungan dan kerentanan terhadap bencana alam c. Efisiensi dan sinkronisasi pemanfaatan ruang dalam rangka penyelenggaraan berbagai kegiatan. Penataan ruang yang baik juga harus didukung dengan regulasi tata ruang yang searah, dalam arti tidak saling bertabrakan antar sektor, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan, serta kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana (Tim Redaksi Fokusmedia, 2007). Pemanfaatan ruang perlu ditata agar tidak terjadi pemborosan dan penurunan kualitas ruang. Sementara tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) tentang penataan ruang dan (3) UU No 26 tahun 2007, menyebutkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Sasaran yang diharapkan tersedianya rencana tata ruang yang konsisten dan efektif sesuai dengan kaidah penataan ruang di antaranya mengindahkan kenyamanan lingkungan, keamanan serta budaya dan adat masyarakat setempat 2.6. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dalam Pengembangan Wilayah 2.6.1. Umur Menurut Hasyim (2006) umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja di mana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
27
besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal. Untuk mengetahui hubungan antara umur petani dengan pendapatan, ternyata tidak ada hubungan. Petani yang berumur sekitar 50 tahun keatas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang mengubah cara kerja, cara berfikir, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994). Menurut Soekartawi (1999) rata-rata umur petani Indonesia yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia.
Petani berusia tua biasanya
cenderung sangat konservatif
(memelihara) menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi, berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. 2.6.2. Pendidikan Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian yang moderen (Soekartawi, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Hasyim (2006) tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Hal ini dapat dilihat kemauan petani untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan melalui penyuluhan selalu sungguh-sungguh.
Universitas Sumatera Utara
28
Banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga (Soekartawi, 1999). Tingkat pendidikan petani cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif, makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung makin meningkat.
Hal ini didukung oleh keinginan petani muda untuk
melanjutkan sekolah terutama dengan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga tidak meninggalkan usahatani, tidak mengganggu waktu kerja dapat mengatur jadwal sendiri, lebih terjangkau dan dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sambil sekolah (Azhari, 2002). 2.6.3. Lamanya Berusahatani Lamanya berusahatani, petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Soekartawi, dkk, 1986). Selanjutnya dengan pengertian yang sama Lubis (2000) menyatakan petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Dikarenakan lamanya berusahatani mengakibatkan pengalamannya menjadi banyak, sehingga mudah membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Menurut Hasyim (2006) menyatakan lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktu-waktu berikutnya. Petani yang sudah
Universitas Sumatera Utara
29
lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Ginting, 2002). 2.6.4. Lamanya Berorganisasi P3A Organisasi merupakan unit operatif dalam orde sosial yang mampu menggerakkan manusia untuk menjalankan berbagai fungsi. Organisasi menjadi kerangka institusional bagi segala interaksi sosial yang mencakup aktivitas produktif, mempunyai kekuasaan dan melembagakan. Dengan organisasi dapatlah diperoleh keuntungan melalui bersama. Aktivitas kolektif menjamin peningkatan “kemampuan” hidup, maka berbagai jenis organisasi bersifat efisien dan instrumental dalam mengusahakan berbagai hasil (Mubyarto dan Kartodirdjo, 1988). Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan organisasi mandiri yang tidak di bawah pemerintah desa. Organisasi ini boleh berkembang menjadi organisasi yang tidak hanya mengurusi masalah air, tetapi dapat juga berkembang menjadi usaha ekonomi jika dikehendaki oleh para anggotanya (Dinas PU Pengairan Sumatera Utara, 1999).
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
merupakan organisasi sosial dari petani, yang tidak berinduk
pada
golongan/partai politik, merupakan organisasi yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengolahan air pengairan sehubung kepentingan melangsungkan usahatani bersama (Kartasapoetra dan Mul Mulyani, 1991). Tujuan organisasi pengairan P3A adalah : 1. Menampung masalah dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok tanam. Selain itu organisasi ini sebagai wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, tukar pendapat dan
Universitas Sumatera Utara
30
membuat keputusan guna memecahkan permasalahan yang dihadapi petani, baik yang dapat dipecahkan sendiri oleh petani maupun yang memerlukan bantuan dari luar. 2.
Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi kebutuhan air irigasi untuk usahataninya. Dalam perkembangannya P3A diharapkan dapat menjadi suatu unit usaha mandiri yang mampu menyediakan sarana produksi pertanian maupun dalam pemasarannya.
3. Menjadi wakil petani dalam melakukan tawar menawar dengan pihak luar (pemerintah, LSM, atau lembaga lainnya) yang berhubungan dengan kepentingan petani (Dinas PU Pengairan Sumatera Utara, 1999). Pada umumnya organisasi ini sudah ada sejak air irigasi mulai menjadi bagian dari kehidupan pertanian. Dulu organisasi seperti ini terkait dengan pemerintahan desa sebagai pusat pengaturan kemasyarakatan di desa, meskipun ada yang berdiri sendiri seperti Subak di Bali. Dalam perkembangannya organisasi ini sudah sejak lama ada secara tradisional dan mengakar dalam masyarakat, karena dibentuk sendiri oleh petani berdasarkan kebutuhannya. Pada zaman orde baru, pemerintah menganjurkan di bentuk organisasi P3A secara formal yang memuat AD dan ART yang dibuat oleh pemerintah sabagai penjalan kegiatannya (Dinas PU Pengairan Sumatera Utara, 1999). Atas dasar ini setiap desa yang mempunyai areal irigasi dianjurkan dibentuk P3A dengan proses pembentukan agak dengan paksaan berorientasi target jumlah dan belum tentu menjadi kebutuhan masyarakat. Karena proses pembentukan yang demikian maka banyak P3A yang kurang dapat berkembang
Universitas Sumatera Utara
31
atau bahkan tinggal papan nama, belajar dari pengalaman tersebut maka cara-cara tersebut harus ditinggalkan (Dinas PU Pengairan Sumatera Utara, 1999). 2.6.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktivitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga (Ginting, 2002). Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi.
Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja
jumlahnya semakin sempit dengan
bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002). Ada hubungan yang searah antara koefisien keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga.
Keadaan demikian sangat beralasan
karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa beresiko tinggi, kegagalan petani dalam berusahatani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusahatani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru
sehingga akan meningkatkan
pendapatan petani (Soekartawi, 1993).
Universitas Sumatera Utara
32
2.6.6. Total Luas Lahan Usahatani Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian (Soekartawi, 1989). Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit.
Hal ini
dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi. Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002). Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. pertanian maka lahan semakin tidak
Makin luas lahan
efisien, karena pemikiran untuk
mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih efisien.
Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil
cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien (Soekartawi, 1989). Menurut Salmiah (2004), faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani yang ada di dalam kawasan HPH adalah usia petani, luas lahan dimiliki yang dikelola, dan jumlah tanggungan keluarga.
Sedangkan faktor
Universitas Sumatera Utara
33
pendidikan, tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin tinggi produksi dan pendapatan yang di terima (Tim Universitas Udayana, 2008). 2.7. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah 2.7.1. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Untuk Turun Hujan Doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan yang mayoritas pekerjaan utamanya sebagai petani. Menurut kepercayaan masyarakat tersebut, permintaan datangnya hujan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa masih percaya, melalui ritual doa turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Bagi masyarakat Jawa, aktivitas tanam padi tidak hanya sebatas sebagai aktivitas fisik belaka. Namun dibalik itu menanam padi mengandung harapan agar tanaman padi bisa bertambah subur, tidak diserang hama/penyakit dan
Universitas Sumatera Utara
34
menghasilkan panen melimpah. Harapan ini diwujudkan dalam sebuah tradisi wiwit tandur, yakni mempersembahkan sesaji pada saat penanaman padi di sawah. Menanam padi secara tradisional adalah suatu cara untuk bersyukur kepada Tuhan dalam bentuk ritual (Zulkani, 2013). Ratusan warga di Desa Karang Melati Kecamatan Kota Demak menggelar sedekah bumi sekaligus berdoa meminta hujan. Warga berkumpul dikediaman kepala desa, sembari membawa bekal nasi tumpeng dari rumah masing-masing. Bekal nasi dan lauk pauk dimakan bersama-sama setelah berdoa bersama dengan masyarakat dan sesepuh warga. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun, warga berdoa khusuk dipimpin ulama dan sesepuh masyarakat dalam untaian tahlil dan shalawat diselipkan permintaan kesejahteraan untuk warga, tak lupa juga diminta doa turun hujan supaya petani mudah bercocok tanam. Sejumlah sesepuh warga bersama kapala desa menjalani tradisi berjalan mengelilingi rumah sebanyak tiga kali diakhiri shalawat Nabi. Mereka membawa serta alat pertanian semacam cangkul dan pecut sebagai perlambang penolak bala (Apitan, 2012). Menghilangnya hujan dalam beberapa bulan ini, atau kemarau panjang dan terjadinya perubahan iklim menyebabkan pertumbuhan tanaman pertanian terhambat sehingga gagal panen. Ribuan hektar tanaman padi layu karena tidak terairi. Untuk itu warga petani meminta supaya pemerintah Kabupaten Samosir membangun irigasi di desa dan kepada pihak yang menebang pohon di hutan untuk menghentikan aktivitasnya karena sangat berdampak terhadap tanaman yang memicu kekeringan. Untuk itu warga Aek Nauli, Desa Sabulan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir menggelar ritual doa bersama sekaligus melaksanakan kebaktian untuk memohon agar segera diturunkan hujan, jika
Universitas Sumatera Utara
35
tidak hujan modal bercocok tanam yang digelontarkannya untuk sawahnya akan sia-sia, sebagian besar petani di daerah ini sudah mengeluarkan uang cukup banyak untuk biaya bercocok tanam padi (Admini, 2011). 2.7.2. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Kesuburan Tanah Upacara Tron U Blang, dalam upacara ini dilaksanakan ritual berupa penyembelihan hewan seperti kerbau dan kambing pada babah lhueng atau mulut parit pengairan menuju lahan, sehingga darah yang mengalir keparit mengalir bersama air ke lahan-lahan persawahan milik petani. Pada awal sebelum masa tanam tidak ada pupuk tertentu yang diberikan untuk pengolahan media tanah, saat itulah darah hewan tadi bekerja memperkaya unsur-unsur hara di dalam tanah. Namun bila dipandang dari sisi lain darah kerbau atau darah kambing juga memiliki fungsi lain pada tahap sebelum penanaman. Darah hewan sebenarnya dapat juga menyuburkan sawah, dapat diperhatikan saat kaum ibu yang suka menanam bunga di halaman rumah sering menyiram bunganya dengan air basuhan ikan yang mengandung darah, air tersebut dipercaya dapat menyuburkan tanaman sehingga tanaman mereka lebih hijau dan cepat berbunga. Demikian pula dengan darah kerbau yang mengalir kelahan persawahan mereka tentu dapat membantu menyuburkan tanah yang sebentar lagi akan ditanamai padi (Hermaliza, 2011). “Mendarahi kapalo banda ini adalah tradisi Desa Jorong Simancuang setiap turun ke sawah,” tradisi itu intinya adalah zikir dan doa bersama untuk meminta ridha Allah atas rezeki yang dilimpahkan kepada mereka. Harapannya setelah dilakukan doa bersama pintu rezeki dibuka dan dijauhkan dari bala dan musibah. Tradisi itu katanya, dilaksanakan dengan memotong kerbau atau hewan
Universitas Sumatera Utara
36
ternak lainnya untuk disantap bersama warga kampung. “Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1982, sejak warga mulai menetap di daerah ini,”. Warga lainnya membeli kerbau dan bahan masak. Sementara beras dikumpulkan dari rumah ke rumah. Daging kerbau dimasak bersama di masjid, kemudian disantap, ditutup dengan zikir dan doa bersama. Pada kesempatan itu pula, kesepakatan, turun kesawah disepakati semua penduduk. “Artinya, ritual ini selain bentuk wujud syukur kepada Allah, juga momen kesepakatan semua warga untuk turun ke sawah menanam padi secara bersama. Karena jika tidak serentak turun ke sawah, musuhnya akan banyak. Jadi petani pertahankan kesepakatan bersama semacam itu” (Faisal, 2012). 2.7.3. Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Untuk Pengendalian Hama Penyakit Ritual mappalili adalah salah satu media kebersamaan turun sawah. Di beberapa tempat, musim tanam ditandai dengan ritual-ritual dan doa. Hal itu diyakini sebagai upaya untuk melindungi tanaman agar tidak rusak, dan agar panen lebih baik atau sama baiknya dengan musim-musim sebelumnya. Di Kabupaten Pangkep misalnya, musim tanam ditandai dengan ritual mappalili. Ritual yang dilakukan sebagai bagian dari doa, agar tanaman terjaga dan panen bisa lebih produktif. Ritual ini sudah dilakukan turun temurun sejak zaman kerajaan. Bahkan diyakini pula, apabila petani mengabaikan ritual mappalili dengan membajak sawah atau menanam tanpa menunggu ritual mappalili maka tanaman akan rusak dan panen kurang memuaskan. Di Kabupaten Pangkep, khususnya Kecamatan Segeri dan sekitarnya, Petani tidak menanam dan membajak sawah-sawah mereka sebelum dilakukannya ritual mappalili. Karena
Universitas Sumatera Utara
37
keyakinan akan datangnya “bala” dan kurangnya hasil panen yang bisa saja terjadi apabila mendahului ritual ini. Mappalili biasanya dilaksanakan di bulan November, karena di bulan itulah biasanya musim hujan kembali turun dengan durasi yang cukup banyak. Namun, ritual ini dilaksanakan bukan hanya karena persoalan sudah bulan November, yaitu karena penanggalan yang diyakini oleh komunitas Bissu dan masyarakat suku Bugis pada umumnya sudah menunjukkan waktu 9 oppo dan 9 tematte, yaitu seimbang antara yang lewat dan yang datang sehingga sudah waktunya dilakukan ritual mappalili. Secara harfiah, mappalili berarti menjauhkan diri dari hal-hal negatif, mappalili mengajarkan pada kita tentang kehidupan yang positip, kebersamaan dan juga musyawarah. Keyakinan terhadap mappalili sebagai sebuah proses yang wajib dilalui sebelum menanam padi menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat suku bugis.
Secara umum hal itu sangat dimungkinkan, karena
dengan adanya mappalili, petani membajak dan menanami sawah mereka secara bersamaan. Tanaman yang ditanam serentak dapat meminimalisir hama yang akan menyerang tanaman (Mujib, 2012). Langkah petani yang mulai melakukan penanaman secara serempak dapat menghindari dari ancaman serangan hama maupun penyakit lainnya. Apalagi hampir sebagian besar lahan garapan pertanian di lebak mengandalkan sitem tadah hujan. Dengan masih tingginya curah hujan yang turun di wilayah Lebak, sangat tepat apabila para petani mulai menebar benih padinya dilahan garapannya dan melakukan penanaman secara serempak (Dika, 2012).
Universitas Sumatera Utara
38
2.8. Agribisnis Padi Sawah Agribisnis adalah meliputi seluruh kegiatan produksi dan distribusi sarana produksi pertanian ditambah dengan kegiatan kegiatan produksi, pengolahan, penyimpanan, distribusi transportasi dan pemasaran komoditi pertanian, mulai dari katagori bahan mentah, barang setengah jadi sampai kepada barang jadi (Davis dan Goldberg, 1975). Menurut Arsyad dkk dalam Soekartawi (1991) agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Hal ini ada hubungannya dengan pertanian dalam arti yang luas yaitu kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan diluar usahatani. Untuk memperoleh tigkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya.
Melakukan
perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya (Fedoli, 1998). Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian di mana pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang
diperhitungkan
dari
nilai-nilai
produksi
setelah
dikurangi
atau
memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan (Hernanto, 1993). Agar usahatani padi sawah dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk meningkatkan produksi padi sawah maka diperlukan beberapa faktor produksi. Seperti ketersediaan bibit, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian, mesin pertanian, saluran irigasi, tenaga kerja dan lain-lain (Kementerian Pertanian, 2010).
Universitas Sumatera Utara
39
2.9. Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah 2.9.1. Biaya Produksi Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak tetap biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya sarana produksi. Jika menginginkan produksi yang
tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, sehingga biaya ini
sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan produksi (Soekartawi, 1996). Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan diperlukannya input (faktor produksi) ataupun korbanan korbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut seperti bibit, pupuk, pestisida alat-alat, mesin pertanian dan tenaga kerja manusia (Kartasapoetra, 1988). Secara umum hubungan antara produksi dan faktor produksi dapat digambarkan dalam bentuk fungsi produksi. Semakin efisien penggunaan faktor produksi maka semakin efektif proses produksi tersebut. Bila proses produksi efektif dikaitkan dengan harga faktor produksi dan harga produk maka syarat efisien dapat dipenuhi. Secara matematis hubungan faktor produksi dan produksi yang digambarkan dengan fungsi produksi berikut ini : Y = f (X1, X2, ……..Xn), dan
Universitas Sumatera Utara
40
Maksimum L = Hy – H x (Y-f (Xn) Dimana : Y
: adalah produksi dan
X1 , X2 ……Xn : adalah faktor produksi Hy dan H x
: adalah harga produk dan harga faktor produksi
Syarat keefektifan produksi adalah penggunaan input X1, X2 sampai input Xn telah efesien. Untuk mencapai keefektifan produksi pengadaan semua faktor produksi harus memenuhi syarat efisien.
Kenyataan dilapangan dalam
mengadakan faktor produksi ini petani sangat sulit mencapai efisien. Karena faktor skala usaha, dan lokasi usahatani yang menyebar dengan kendala sarana transportasi dan kelembagaan pemasaran input pertanian. Bila seluruh elemen agribisnis berdiri sendiri, dan masing masing subsistem melaksanakan fungsi produksi secara terpisah maka nilai tambah produk akhir akan sangat besar. Suatu kecenderungan akan terjadi bahwa subsistem yang satu akan mengeksploitasi subsistem lainnya (Hayami, dan Keijiro, 1993). 2.9.2. Luas Panen Luas panen adalah jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi padi. Areal panen memadai merupakan salah satu syarat untuk terjaminnya produksi beras yang mencukupi. Peningkatan luas areal panen padi secara tidak langsung akan meningkatkan produksi padi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang terjadi pada suatu musim tanam. Apabila kondisi alam bersahabat dalam artian tidak kekeringan maupun kebanjiran maka, diharapkan terjadi peningkatan dalam luas areal panen padi, sehingga berpengaruh terhadap produksi beras.
Universitas Sumatera Utara
41
Secara berurutan kontribusi terbesar dari pertumbuhan produksi padi berasal dari perluasan areal panen, disusul oleh peningkatan produktivitas, penekanan kehilangan hasil, dan peningkatan indeks pertanaman. Meskipun demikian faktor iklim akan sangat menentukan realisasi luas areal panen, produktivitas, dan pada gilirannya volume produksi padi/beras (Erwidodo dan Ning, 2003). Luas penanaman padi naik 0,7% per tahun. Peningkatan areal tanam padi antara lain disebabkan peningkatan intensitas tanam dengan adanya perbaikan fasilitas irigasi. Total panen tanaman pangan Jawa Timur sudah memperlihatkan kecenderungan menurun dengan demikian panen palawija selain jagung menurun karena digeser oleh penanaman padi dimana indeks intensitas tanaman padi naik dari 128 %
menjadi 141 %,
kedelai menurun 3,4 % dan palawija lainnya
menurun 0,6 %/tahun (Kasryno, dkk, 2003). Peningkatan luas panen berfluktuasi dari tahun ketahun dan yang cukup menonjol terjadi pada tahun 1998 yaitu 3,28 % atau seluas 26 204 ha. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh : a. Terjadinya pergeseran bulan tanam. b. Rangsangan harga gabah. c. Pemberdayaan lahan tidur (Sembiring dan Moehar, 2003). 2.9.3. Harga Gabah Harga adalah sinyal dari pasar yang menunjukkan tingkat kelangkaan produk secara relatif, harga tinggi cenderung mengurangi konsumsi dan mendorong produksi. Elastisitas harga dari penawaran mengukur kepekaan produsen terhadap perubahan harga.
Elastisitas harga dari penawaran sama
Universitas Sumatera Utara
42
dengan persentase perubahan jumlah ditawarkan dibagi dengan persentase perubahan harga (Eachern, 2001). Dalam inpres no 9/2002 istilah “harga dasar” disandingkan dan “dikaburkan” dengan istilah harga dasar pembelian pemerintah (hdpp) yang tentu saja
tidak
terlalu
memiliki
konsekuensi
kewajiban
pemerintah
untuk
mengamankannya ”harga dasar“ akhirnya sama sekali hilang dalam inpres no 2/2005 karena telah berganti dengan istilah “harga pembelian pemerintah“ (hpp). Kebijakan terbaru inpres no 15/2005 hanya menyebut secara implisit sebagai berikut “menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras pemerintah“ (Arifin, 2006). Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2009 tentang kebijakan perberasan.
Melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam
negeri dengan ketentuan harga pembelian pemerintah sebagai berikut : 1. Harga pembelian gabah kering panen dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25 % dan kadar hampa/kotoran maksimum 10 % adalah Rp 2 640,00 (dua ribu enam ratus empat puluh rupiah) per kilogram di petani atau Rp 2 685,00 (dua ribu enam ratus delapan puluh lima rupiah) per kilogram di penggilingan; 2. Harga pembelian gabah kering giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 % dan kadar hampa/kotoran maksimum 3 % adalah Rp 3 300,00 (tiga ribu tiga ratus rupiah) per kilogram di penggilingan, atau Rp 3 345,00 (tiga ribu tiga ratus empat puluh lima rupiah) per kilogram di gudang Bulog;
Universitas Sumatera Utara
43
3. Harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14 %, butir patah maksimum 20 % , kadar menir maksimum 2 % dan derajat sosoh minimum 95 % adalah Rp 5 060,00 (lima ribu enam puluh rupiah) per kilogram di gudang Bulog; 4. Harga pembelian gabah dan beras diluar kualitas sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 3, ditetapkan dengan peraturan Menteri Pertanian (Presiden Republik Indonesia, 2010). Harga dasar minimum dijamin pemerintah untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga yang tidak terkendali terutama pada musim paceklik. Ini semuanya diusahakan dengan pengadaan beras dikala panen dan penyaluran di kala paceklik (Tim Pengkajian Kebijakan Perberasan Nasional, 2001). Berdasarkan hasil penelitian Hasyim (2009) faktor harga beras tanda positif dari koefisen regresi bernilai 0, 041. Hal ini menunjukkan berpengaruh nyata antara harga beras dengan menunjukkan signifikan.
ketersediaan
beras artinya harga beras
Dengan kata lain faktor harga beras mempunyai
pengaruh nyata terhadap ketersediaan beras. Apabila harga beras naik sebesar 1 % maka akan diimbangi dengan naiknya ketersediaan beras sebesar 0, 041 ton ceteris paribus. Berarti terdapat pengaruh yang positif antara harga beras dengan ketersediaan beras, makin tinggi harga beras maka makin tinggi ketersediaan beras yang ditawarkan. Terjadinya peningkatan harga beras akan membawa keuntungan atau surplus bagi produsen (petani). Untuk mencari besarnya surplus produsen harus menggunakan garis penawaran (Supply). Teori surplus produsen adalah ukuran keuntungan yang diperoleh produsen karena mereka beroperasi pada suatu pasar
Universitas Sumatera Utara
44
komoditi. Keuntungan akan diperoleh produsen karena harga yang terbentuk di pasar melebihi harga yang ditawarkan pada tingkat penjualan tertentu. Surplus produsen ditinjau dari kondisi dimana jumlah yang ditawarkan masih sedikit, mereka bersedia menawarkan sejumlah barang dengan harga yang lebih rendah dari pada harga keseimbangan pasar. Kondisi ini akan berakhir ketika keseimbangan muncul (Sugiarto, dkk, 2000). Penetapan harga yang dilakukan oleh banyak produsen menggunakan berbagai metode yang berbeda dalam bentuk menetapkan harga dasar bagi barang dan jasa yang dihasilkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rencangan dan variasi dalam penetapan harga yang terdiri :
Harga yang didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan.
Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar dengan suplay (biaya produksi dan pemasaran).
Harga didasarkan pada kondisi kondisi pasar yang bersaing. Penetapan harga yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar adalah suatu
penetapan metode penetapan harga yang berorientasi pada kekuatan pasar dimana harga jual dapat ditetapkan sama dengan harga jual pesaing, di atas harga pesaing atau di bawah harga pesaing (Angipora, 1999). Harga beras atau padi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan ekonomi. Jika harga beras terlalu rendah, maka pendapatan para petani juga rendah, dan mereka menjadi korban, sedangkan kalau harga terlalu tinggi, maka konsumen yang menjadi korban (Kadariah, 1994). Pengaruh perubahan harga terhadap konsumsi beras terlihat memiliki pola yang sama dengan pengaruh perubahan pendapatan. Semakin besar tingkat
Universitas Sumatera Utara
45
pendapatan, semakin berkurang pengaruh perubahan harga maupun pendapatan terhadap konsumsi beras. Hal ini ditunjukkan oleh besaran elastisitas pendapatan dan elastisitas harga (Harianto, 2001). Pengaruh perubahan harga terhadapa jumlah barang yang diminta, dapat dijelaskan melalui dua efek, yaitu efek subsitusi dan efek pendapatan. Efek subsitusi adalah perubahan kuantitas suatu barang yang diminta jika ada perubahan harga, sedangkan pendapatan diasumsikan tetap. Efek pendapatan adalah perubahan kuantitas suatu barang yang dikonsumsi jika terjadi perubahan pendapatan riil, dengan asumsi harga tetap (Arsyad, 1999). 2.10. Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah 2.10.1. Bantuan Input Produksi Pertanian Memberikan bantuan-bantuan langsung untuk petani padi sawah seperti bantuan pengadaan bibit unggul, bantuan pengadaan pupuk, bantuan pengadaan pestisida dan alsintan.
Hal ini untuk memotivasi petani menanam padi
di lahannya, biasanya bantuan tersebut diterima melalui kelompok tani dan kelompok tani diterima dari gapoktan. Bantuan langsung input produksi pertanian antara lain bibit, pupuk, pestisida dan alsintan. Prioritas Kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2011 adalah tersedianya prasarana dan sarana pertanian secara berkelanjutan untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Adapun prioritas kegiatan prasarana dan sarana pertanian antara lain:
Universitas Sumatera Utara
46
2.10.1.1. Bibit Bantuan-bantuan petani biasanya berasal dari pemerintah pusat, melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia, bisa juga bantuan tersebut berasal dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan bisa juga bantuan berasal dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan bantuan tersebut biasanya agar petani mau mmakai bibit yang bersertifikat yang dijamin keunggulannya sambil memperkenalkan varietas unggul padi baru. Jadi varietas-varietas yang diterima oleh petani tahun anggaran 2011 adalah :
varietas inpari, ciherang, cibogo,
sunggal, mekongga agar nantinya mereka terbiasa menggunakannya dan menanam serentak untuk menghindari serangan hama. 2.10.1.2. Pupuk Penyempurnaan
Kebijakan
dan
Peraturan
dibidang pupuk
untuk
peningkatan pengawalan ketersediaan dan pemanfaatan bantuan langsung pupuk (BLP), bagi petani penerima bantuan langsung pupuk (BLP) harus ada penyempurnaan data RDKK.
Pengembangan pemupukan berimbang spesifik
lokasi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk majemuk. Jenis bantuan pupuk yang diberikan yaitu : NPK dan POG. 2.10.1.3. Pestisida Pengawalan penyaluran dan penggunaan pestisida yang aman bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan. Pemberdayaan kelembagaan pengawasan pestisida, evaluasi peredaran dan penggunaan pestisida. Peningkatan pelayanan teknis pendaftaran pestisida. Jenis pestisida yang disalurkan yaitu : Appalaud, TSM, Petrokum, Tiran, Fujiwan, NORDOX, Poryza, Spontan, Manuver, Tillo, Actara dan Furadan.
Universitas Sumatera Utara
47
2.10.1.4. Alat Dan Mesin Pertanian (Alsintan) Alat dan mesin pertanian terutama
traktor roda 2 juga memiliki peranan
penting dalam mempercepat proses pengolahan tanah dengan mutu hasil pengolahan yang lebih baik sehingga dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan intensitas pertanaman di berbagai ekologi lahan. Selain itu melalui pemanfaatan alsintan akan mendukung upaya pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah. Salah satu faktor pendukung dalam upaya peningkatan IP, produksi dan produktivitas tanaman adalah ketersediaan alsintan prapanen untuk pengolah tanah diantaranya traktor roda dua.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di
perdesaan yang berbeda-beda serta mahalnya harga alsintan, menimbulkan beragamnya proses kepemilikan alsintan oleh petani baik secara pribadi maupun kelompok (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (b), 2011). Pada tahun anggaran 2011, pemerintah akan melakukan penyediaan dana bantuan untuk pengadaan alsintan khususnya traktor roda dua. Melalui pemberian bantuan uang muka alsintan (buma), kepada kelompok tani/UPJA, sasarannya kelompok
tani/UPJA
yang
mempunyai
potensi
untuk
mengoptimalkan
pemanfaatan alat dan mesin pertanian (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (b), 2011). 2.10.2. Penyaluran Kredit Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa uang.
Universitas Sumatera Utara
48
Fungsi kredit : a. Kredit dapat meningkatkan utility dari modal/uang. b. Kredit meningkatkan utility sesuatu barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. e. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi. f. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. g. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Schickele (1954) dalam Salmiah (2004)
berpendapat bahwa petani
mengalami kekurangan modal, sehingga kebijaksanaan kredit produksi dapat memperbaiki alokasi sumber daya yang dimiliki petani. Perbaikan alokasi ini akan dapat meningkatkan pendapatan dan meratakan penggunaan tenaga kerja sepanjang tahun. Jika petani mengalami kekurangan modal maka petani akan mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan besar modal yang tersedia. Hal ini mengakibatkan petani tidak akan menggunakan semua sumberdaya terutama tenaga kerja, karena petani mempunyai kemampuan yang terbatas untuk menyediakan sarana produksi, petani akan memperoleh pendapatan optimal sesuai dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang tersedia. Mellor (1975) berpendapat bahwa kendala yang dihadapi oleh petani berupa kekurangan modal, resiko dan ketidakpastian. Kendala tersebut dapat dihindari dengan beberapa cara yaitu : 1. Membantu mengurangi resiko. 2. Stabilitas tingkat pendapatan. 3. Pengadaan kredit.
Universitas Sumatera Utara
49
4. Pengadaan pupuk secara lokal. Pendapat Jolly tersebut di dukung oleh Barry dan Cline (1979) yang mengatakan bahwa seharusnya penyaluran kredit dan teknologi baru, ditingkatkan pada petani kecil. Dari sudut pandang penduduk desa, maka pengelolaan usahatani dapat disebut “makro” karena mempunyai dimensi lain yaitu diasosiasikan dengan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, kesempatan mendapat/ menambah pendapatan yang bisa di peroleh melalui peran serta dalam mengelolaan usahatani. Kesulitan permodalan yang dialami petani akan mempengaruhi ruang gerak aktifitas produksi usahatani dari petani. Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan pertanian pada khususnya adalah melalui kredit. Kredit sebagai salah satu syarat pelancar dalam membangun pertanian berfungsi untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan pertanian, karena tanpa adanya kredit, pertumbuhan ekonomi dalam bidang pertanian akan berjalan lambat. Untuk produksi yang lebih baik, petani harus lebih banyak mengeluarkan uang, untuk memperoleh sarana produksi. Petani dengan uang banyak akan mampu membeli sarana produksi yang produktif sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (Soekartawi, 1989). Dalam pemberian kredit usaha padi, pemerintah memiliki kepentingan untuk menciptakan ketahanan pangan, swasembada pangan dan meningkatkan taraf hidup petani, untuk mencapai hal tersebut cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan produksi dan produktivitas petani akan meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Kredit usahatani memberi kesempatan pada
Universitas Sumatera Utara
50
petani untuk mendapatkan fasilitas yang berasal dari pemerintah dengan biaya murah (Semeru, 2002). 2.10.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Menurut UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN 2008, subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Subsidi bertujuan untuk menambah output, permintaan dan produktivitas serta menjaga stabilitas perekonomian, khususnya stabilitas harga. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian. Jenis pupuk bersubsidi yaitu pupuk anorganik (pupuk urea, SP-36, Superphos, ZA, NPK) dan pupuk organik. Pupuk bersubsidi ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 77 tahun 2005. Lingkup pengawasan mencakup pengadaan dan penyaluran, termasuk jenis, jumlah, mutu, wilayah, tanggung jawab, harga eceran tertinggi dan waktu pengadaan dan penyaluran (Dinas Pertanian Kab Jombang, 2009). Dalam upaya peningkatan produksi, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi antara lain pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian subsidi adalah untuk meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk untuk kegiatan usahataninya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional (Amang, 1990).
Universitas Sumatera Utara
51
Pada tahun 2010, pemerintah menyediakan pupuk bersubsidi yang disalurkan PT. Pupuk Sriwidjaya (Holding), meliputi pupuk urea, SP-36, ZA, NPK. Efektifitas penggunaan pupuk diarahkan pada penerapan pemupukan berimbang dan standar teknis penggunaan pupuk yang dianjurkan. Dalam penerapan pemupukan berimbang sangat dibutuhkan modal yang cukup, sedangkan kemampuan permodalan petani sangat terbatas dalam membiayai kebutuhan usahataninya. Untuk itu pemerintah memfasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian, agar petani dapat menerapkan pemupukan berimbang guna meningkatkan produksi (Kementerian Pertanian, 2010). Kedudukan pupuk yang amat penting dalam produksi pertanian mendorong campur tangan pemerintah untuk mengatur tataniaga pupuk. Kebijakan pemerintah terkait masalah ini melalui subsidi. Pupuk bersubsidi yang diberlakukan sejak tahun 1971 bertujuan menekan biaya yang akan ditanggung petani dalam pengadaan pupuk sehingga petani tidak kesulitan untuk memperoleh pupuk karena masalah biaya (Kementerian Pertanian, 2010). Pemberian pupuk bersubsidi dalam jangka panjang meningkatkan jumlah konsumsi pupuk. Peningkatan tersebut di satu sisi memberikan efek positif berupa peningkatan produksi pertanian, di sisi lain dapat meningkatkan anggaran subsidi yang harus di keluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya. Penggunaan pupuk yang berlebihan juga berdampak negatif terhadap lingkungan (Kementerian Pertanian, 2010).
Universitas Sumatera Utara
52
2.11. Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pengembangan Wilayah Sektor pertanian yang memanfaatkan sumber daya alam selain sebagai penyedia bahan pangan juga diharapkan mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan masyarakat banyak dan pertumbuhan perekonomian nasional. Bahkan dimasa mendatang sektor pertanian diharapkan menjadi sektor andalan atau primadona bagi pembangunan perekonomian Indonesia, hal ini karena sektor pertanian merupakan tumpuan hidup dan hasil pertanian merupakan kebutuhan pokok rakyat banyak maupun kebutuhan industri. Oleh karena itu wajar bila pemerintah memperhatikan sektor pertanian dengan meningkatkan kinerja sektor tersebut untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas serta kemampuannya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat banyak termasuk petani miskin diperdesaan (Sutrisno, 2009). 2.11.1. Tinggi Volume Air sawah/Ha Ketersediaan air di Indonesia cenderung turun dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup penduduk. Alokasi air yang sebagian besar digunakan untuk irigasi akan semakin berkompetisi dengan penggunaan air untuk sektor non pertanian yang berkembang pesat dan merupakan potensi konflik pada masa mendatang (Sayaka dan Efendi, 1996). Air yang digunakan untuk mengairi sawah berasal dari sumber yang telah ditentukan oleh yang berwenang (Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian) dengan aliran air yang tidak deras. Genangan air pada ketinggian yang diinginkan dapat membantu pertumbuhan tanaman padi yang merata pada petak sawah (Aksi Agraris Kanisius, 1990).
Universitas Sumatera Utara
53
Menurut Sumaryanto (2006) air irigasi merupakan sumber daya pertanian yang sangat strategis. Berbeda dengan input lain seperti pupuk ataupun pestisida yang dimensi peranannya relatif terbatas pada proses produksi yang telah dipilih, peranan air irigasi mempunyai dimensi yang lebih luas. Sumber daya ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga mempengaruhi spektrum pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena itu kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian tetapi juga berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti luas. Potensi air yang ada di negara kita berasal dari curah hujan dan yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 15-35 persen. Efektifitas pemanfaatan air tersebut bisa ditingkatkan melalui pembuatan waduk-waduk besar. Kebutuhan air irigasi juga bisa dipenuhi dengan memanfaatkan air tanah. Walaupun demikian irigasi yang berasal dari air tanah baru sekitar 2-3 persen dari total irigasi. Pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara hati-hati yaitu melibatkan semua pihak yang berkepentingan, air harus dipandang sebagai komoditi ekonomi, serta mempertimbangkan dimensi sosial, lingkungan dan politik (Sayaka dan Efendi, 1996). Dimasa yang akan datang upaya peningkatan produksi pangan akan semakin terkendala oleh meningkatkannya kelangkaan air irigasi. Selain disebabkan
oleh
meningkatnya
kompetisi
penggunaan air antar
sektor
perekonomian, meningkatnya kelangkaan itu juga berkaitan dengan degradasi fungsi jaringan irigasi (Sumaryanto, 2006). Pengelolaan sumber air merupakan salah satu komponen penting dalam usahatani, sehingga berbagai program kegiatan pengelolaan air telah dilaksanakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan usahatani (Dinas
Universitas Sumatera Utara
54
Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2011). Menurut Kalo, hasil analisa menunjukkan bahwa produksi padi per hektar untuk usahatani pada petak tersier yang terjamin irigasinya (KR4 tukdana) baik pada Musim Hujan (MH) maupun pada Musim kemarau (MK) lebih besar dibanding dengan produksi yang diperoleh pada petak tersier yang tidak terjamin irigasinya (P2Ka sukasari). Pertumbuhan produksi pangan sangat ditentukan oleh ketergantungan air irigasi (Postel, 1994). Peranan irigasi untuk mendukung sektor pertanian terutama diarahkan guna mempertahankan swasembada pangan pokok. Untuk keperluan tersebut pemerintah melakukan rehabilitasi jaringan irigasi. Kegiatan ini bisa meningkatkan luas lahan beririgasi teknis, semi teknis, dan sederhana yang pada gilirannya meningkatkan luas panen dan produksi padi (Sayaka dan Efendi, 1996). 2.11.2. Luas Lahan Usahatani Yang Beririgasi Potensi pengembangan luas lahan sawah di Sumatera Utara cukup luas, sehingga dukungan perluasan areal luas sawah yang dilakukan selama 4 tahun mampu mencetak luas lahan sawah seluas 4.302,5 Ha dengan rincian pada tahun 2008 seluas 365 Ha, tahun 2009 seluas 287,5 Ha, tahun 2010 seluas 450 Ha, dan tahun 2011 seluas 3.200 Ha. Mulai dari pada tahun 2008 sampai dengan pada tahun 2011 telah dilaksanakan perluasan areal sawah sehingga terwujud sawahsawah baru seluas 4.302,5 Ha dengan produktivitas 3 ton/Ha sehingga manfaat kegiatan perluasan areal luas sawah berupa peningkatan produksi padi (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2011). Luas lahan garapan sangat kuat hubungannya dengan pendapatan petani padi sawah dan juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan petani.
Maka perlu pengelolaan lahan sawah yang baik dengan sentuhan
Universitas Sumatera Utara
55
teknologi
budidaya
pertanian
yang
memperhatikan
ramah
lingkungan
(penggunaan pupuk organik) agar potensi kesuburan tanah tetap terjaga dan seimbang, sehingga efisiensi pengelolaan luas lahan garapan untuk tanaman padi dalam meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai dan berkelanjutan (Sutrisno, 2009). Secara statistik, korelasi antara pendapatan pertanian dengan luas lahan padi sawah pemilik dan juga dengan luas lahan garapan terdapat tidak nyata dan korelasi antar dua variabel tersebut relatif masih kecil. Di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat dan Kabupaten Landak Kalimantan Barat terjadi pola hubungan yang searah dari dua variabel tersebut antara pendapatan sektor pertanian dan luas lahan padi sawah pemilik serta luas lahan padi sawah garapan, namun di Klaten Jawa Tengah terjadi pola hubungan terbalik antara dua variabel tersebut. Pada fenomena yang pertama antara lain disebabkan oleh rata-rata dan keragaan luas pemilikan lahan relatif besar dan kegiatan usaha di luar sektor pertanian relatif belum berkembang. Untuk fenomena kedua disebabkan oleh rata rata dan keragaman luas pemilikan dan garapan serta kegiatan usaha di luar sektor pertanian sudah sangat berkembang terutama di desa contoh yang dekat dengan pusat industri (Supriyati, dkk, 2007). Struktur pendapatan rumah tangga petani berlahan sempit mempunyai karakteristik yang berbeda menurut elevasi. Pendapatan dari sektor pertanian di wilayah dataran tinggi lebih dominan yang berasal dari kegiatan-kegiatan usahatani, peternakan dan buruh tani. Walaupun jenis-jenis kegiatan disektor luar pertanian lebih beragam, sumbangannya terhadap pendapatan sangat sedikit. Sebaliknya di wilayah dataran rendah sektor diluar pertanian dengan keragaan
Universitas Sumatera Utara
56
jenis kegiatan yang sedikit, tapi ternyata lebih berperanan terhadap pendapatan rumah tangga pertanian berlahan sempit. Sumber-sumber pendapatan dari sektor ini meliputi kegiatan perdagangan, buruh non pertanian. Sehingga tingkat pendapatan di wilayah dataran rendah lebih tinggi dari pada di wilayah dataran tinggi (Nurmanaf, 2007). Menurut Cahyono, dkk, (2002) luas penguasaan lahan mempengaruhi pendapatan petani terutama petani berlahan sempit sedangkan petani berlahan luas sudah mulai tidak tergantung pada lahan.
Petani lahan sempit berusaha
menghindari resiko dengan mendiversifikasikan usahataninya dan ini berbeda dengan yang dilakukan oleh petani berlahan luas yang cenderung menggunakan lahannya pada lahan kering. Agribisnis padi sawah kaitannya dengan pengembangan wilayah sumber daya alam (sda) yaitu luas lahan yang beririgasi, dimana usahatani padi sawah, lahan sebagai media tumbuh tentu harus mempunyai luas lahan yang beririgasi dengan satuan hektar, makin luas lahan yang beririgasi ditanami padi sawah maka makin tinggi produksi yang dipanen.
Sehingga ada pengaruhnya terhadap
peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah, serta berapa besar pengaruh variabel tersebut. 2.11.3. Panjang Jalan Usahatani Jalan usahatani adalah prasarana transportasi pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju ketempat pengumpulan sementara (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (a), 2011). Jalan sebagai ruang yang
Universitas Sumatera Utara
57
dapat diakses oleh setiap orang, ruang ini harus memberikan kebebasan bagi penggunanya. Penggunaan sumber daya bersama ini merupakan bagian integral dari tata tertib sosial, sehingga orang tidak bisa memanifestasikan kebebasannya secara maksimal, mengenai pemahaman atas kebebasan sekaligus pengendalian dalam penggunaan ruang publik yang disebut spatial rights (Natalivan, 2007). Jalan usahatani dalam Pedoman Teknis Pembangunan Jalan Usahatani adalah suatu prasarana transportasi di dalam kawasan pertanian guna memperlancar pengangkutan sarana produksi, hasil produksi dan mobilitas alat mesin pertanian. Tujuan pembuatan jalan usahatani adalah mempercepat transportasi sarana produksi dan alat mesin pertanian dari kawasan pemukiman ke lahan usahatani dan mempercepat pengangkutan produk pertanian dari lahan usaha menuju sentra pengolahan dan pemasaran (Ruauw, dkk, 2010). Pada tahun 2011 kegiatan pengembangan jalan usahatani dilakukan sepanjang 710 Km. Yang terdapat pada kawasan tanaman pangan 624 Km, hortikultura 53 Km, perkebunan 21 Km dan peternakan 12 Km, tersebar di 31 Provinsi, 167 Kabupaten/Kota (Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana
Pertanian Kementerian Pertanian (a), 2011). Terlaksananya pembangunan jalan usahatani di propinsi Sumatera Utara mulai dari tahun 2008 s/d 2011 sepanjang 213 Km sehingga meningkatnya kapasitas jalan usahatani berdampak pada lancarnya pengangkutan sarana produksi, alat-alat, mesin pertanian dan alat transportasi menuju lahan pertanian yang diusahakan agar transportasi usahataninya lancar demikian juga dengan pengangkutan hasil pertanian. Di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008 pembangunan jalan usahatani sepanjang 2 Km, tahun 2009 sepanjang 5 Km, tahun
Universitas Sumatera Utara
58
2010 tetap sepanjang jalan yang ada, sebab tidak ada pembangunan dan tahun 2011 pembangunan jalan usahatani sepanjang 10 Km jadi jumlah total pembangunan jalan usahatani di Kabupaten Serdang Bedagai sepanjang 17 Km (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2007). Tujuan pengembangan jalan usahatani adalah memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil produksi pertanian dari lahan usahatani (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (a), 2011). Tujuan utama tersedianya sistem transportasi adalah menyediakan aksesibilitas (kemudahan) bagi setiap pengguna, manusia, barang dan jasa secara adil, seimbang, biaya rendah dan mempunyai dampak yang kecil. Kebijakan transportasi tidak harus selalu melihat faktor mobilitas sebagai tujuan akhir dengan selalu mengusahakan semakin banyak kendaraan yang bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi. Perencanaan aksesibilitas bertujuan untuk menjamin bahwa setiap tempat tujuan tetap mudah dicapai dengan segala jenis moda transportasi yang tersedia terutama kenderaan tidak bermotor, angkutan umum dan para transit (Tamin, 2007). Distribusi geografis antara tata ruang serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi digabung bersama untuk mendapatkan volume dan pola arus lalu lintas. Pada jaringan transportasi akan mempunyai efek feedback atau timbal balik terhadap tata ruang yang baru dan perlunya peningkatan sarana prasarana transportasi (Tamin, 2007). Kondisi jalan yang rusak memiliki implikasi langsung pada menurunnya intensitas kegiatan ekonomi wilayah dan berakibat pada biaya transportasi tinggi. Kerusakan jalan yang terjadi tidak hanya pada jalan nasional, tetapi juga terjadi
Universitas Sumatera Utara
59
pada jalan propinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan kecamatan bahkan dengan persentase kerusakan yang lebih tinggi tidak dibangun begitu lama (Ichwan dan Prasetya, 2007). Konstruksi jalan usahatani berupa timbunan tanah yang dipadatkan dengan ukuran tertentu yang sudah ditetapkan dalam perencanaan (desain). Untuk memperkokoh konstruksi, dapat juga di kedua sisi jalan usahatani dibuat konstruksi siring (dinding penahan) dari kayu atau dari bambu. Sebagai bangunan pelengkap jalan usahatani adalah jembatan yang dapat berupa konstruksi kayu atau pasangan batu/beton yang permanen (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (a), 2011). 2.12. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Pengembangan Wilayah Pengembangan sumber daya manusia di satu pihak dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan kerja manusia dalam melakukan berbagai macam kegiatan dalam masyarakat. Dipihak lain pembinaan sumber daya manusia berhubungan erat dengan usaha peningkatan taraf hidup, yang sering ditekankan adalah aspek pertama yaitu peningkatan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan asumsi bahwa aspek kedua akan terpenuhi dengan sendirinya. Pembinaan sumber daya manusia dimulai dalam kalangan keluarga, ditingkatkan melalui pendidikan, latihan formal dan dikembangkan dalam masyarakat terutama dilingkungan pekerjaan (Simanjuntak, 1982). 2.12.1. Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan usaha. Usaha itu adalah ikhtiar yang dijalankan untuk memproduksikan benda-benda. Untuk mempertinggi produksi pertanian dengan menggunakan faktor tenaga kerja dapat
Universitas Sumatera Utara
60
dilakukan dengan jalan mempertinggi produktivitas
tenaga kerja.
Dalam
usahatani adalah hal yang biasa bila terjadi penambahan tenaga kerja, penambahan tenaga kerja biasanya dilakukan petani dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarganya, namun dari setiap penambahan ini haruslah dibarengi dengan penambahan hasil (Simanjuntak, 1985). Tenaga kerja biasanya merupakan unsur yang paling banyak tersedia dalam usahatani. Jelas kiranya bahwa tenaga kerja mempunyai hubungan dengan pendapatan, karena unsur ini merupakan penggerak semua kegiatan dalam usahatani. Efisien tenaga kerja secara umum diartikan sebagai hasil pekerjaan produktiv yang dapat diselesaikan persatuan waktu tenaga kerja pria. Semakin tinggi efisien penggunaan tenaga kerja semakin tinggi pula pendapatan yang diterima dari usahatani yang bersangkutan. Efisiensi penggunaan tenaga kerja yang dicapai suatu usahatani dapat dipakai keberhasilan usahatani itu. Tercapainya Kemungkinan
efisiensi menekan
itu
akan
biaya
mengurangi produksi
akan
penggunaan
tenaga
meningkatkan
kerja.
pendapatan
(Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja, 1983). Pembagian atau penyebaran tenaga kerja sepanjang tahun adalah sangat penting bagi seorang petani. Pembagian pekerjaan merupakan jaminan baginya untuk memperoleh hasil yang tinggi bagi tenaga kerja keluarga. Dengan jalan pembagian tenaga kerja yang merata sesuai dengan potensi tenaga kerja yang tersedia akan dapat dikurangi penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga (Soekartawi, 1995). Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani.
Universitas Sumatera Utara
61
Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat menjadi tenaga kerja produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Memang usahatani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahap penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung (Mubyarto, 1989). Dalam usahatani penggunaan tenaga kerja luar keluarga masih sulit dipecahkan oleh karena tenaga kerja luar keluarga tampaknya masih diperlukan karena kekurangan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarga, dalam usahatani, keluarga merupakan faktor tenaga kerja salah satu unsur yang sangat penting (Tohir, 1983). Curahan tenaga kerja, terdiri dari curahan tenaga kerja dalam keluarga dan curahan tenaga kerja luar keluarga. Sistem agribisnis dalam usahatani padi sawah kaitannya dengan kemampuan sumber daya manusia pada pengembangan wilayah. Dimana dalam usahatani padi sawah sangat tergantung pada curahan tenaga kerja yang dicurahkan karena pekerjaan yang dilakukan dalam pencurahan tenaga kerja adalah persemaian, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalaian gulma, hama penyakit, panen, dan pasca panen, dalam hal ini satuannya hkp dihitung dalam per musim tanam. Sehingga ada pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah, serta berapa besar pengaruh variabel tersebut. Tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas tenaga kerja pria 1 hari kerja, 8 jam hari kerja pria (hkp), tenaga kerja wanita 1 hari kerja, 0,8 jam hari kerja
Universitas Sumatera Utara
62
pria (hkp), dan tenaga kerja anak-anak 1 hari kerja, 0,5 jam hari kerja pria (hkp), tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja manusia dalam usahatani dipengaruhi
oleh
umur,
pendidikan,
keterampilan,
pengalaman,
tingkat
kecakapan, tingkat kesejahteraan dan faktor alam (Hernanto, 1993). 2.12.2. Penyuluhan/Pelatihan Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2006 Penyuluhan pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya,
serta
meningkatkan kesadaran
dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup (Badan Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian Deptan, 2007). Sejalan dengan itu menurut Mosher (1997), penyuluhan adalah upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Membangun kemampuan untuk meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha berskala bisnis serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan partisipatif. Penyuluhan bukanlah faktor produksi, berjalan secara tidak langsung melalui perubahan sikap individu yang didampinginya. Penyuluh menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi sikap manusia sedemikian rupa sehingga dengan sadar atau tidak, individu yang dipengaruhi akan berubah sikapnya terhadap teknologi. Apresiasi petani terhadap teknologi mendorong penerapan teknologi
Universitas Sumatera Utara
63
sesuai anjuran, dengan demikian akan berpengaruh meningkatkan produksi (Mardikanto, 1996). Berdasarkan hasil penelitian Hasyim (2003), terdapat hubungan positif antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan keberhasilan penyuluhan pertanian. Semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan kepadanya semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya. Agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut (Soekartawi, 1999).
Melalui penyuluhan pertanian,
masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya.
Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku
masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian (Kartasapoetra, 1994). P4S adalah singkatan dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya yaitu lembaga pendidikan atau pelatihan dibidang pertaniaan dan perdesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani baik secara perorangan maupun kelompok dimana lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya. Tujuan dari pelatihan adalah setelah mengikuti
Universitas Sumatera Utara
64
pelatihan peserta mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen kewirausahaan agribisnis dalam kegiatan P4S yang dikelolanya (Pusat Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis BPSDM Pertanian Jakarta, 2002). Untuk meningkatkan sumber daya manusia (sdm) dibidang perbenihan padi maka UPT. Balai benih induk murni Tanjung Morawa, dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan pelatihan bagi petani penangkar kabupaten/kota se-Sumatera Utara. Pelatihan yang dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk Murni Tanjung Morawa, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah Sebagai berikut : 1. Peningkatan SDM petugas UPT. BBI Tanjung Morawa. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam pengelolaan tanaman padi sawah guna meningkatkan produksi benih padi sawah bagi petugas UPT. BBI Murni Tanjung Morawa. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 5 (lima) orang. Adapun tempat pembelajaran di Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Provinsi Jawa Barat. 2. Pelatihan peningkatan SDM kelompok tani/penangkar padi di BBI Murni Tanjung Morawa. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk menyatukan persepsi dan peningkatan SDM petani penangkar dalam pengelolaan penangkar padi sawah guna menghasilkan produksi padi sawah yang berkualitas dan bersertifikat dalam mempertahankan alur benih yang beku. Pelaksanaan ini diikuti petani penangkar/kelompok tani penangkar dari kabupaten/kota se-Sumatera Utara dengan 16 angkatan yang berjumlah ± 500 orang. 3. Sekolah lapang benih padi terpadu (SLBPT)
Universitas Sumatera Utara
65
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan secara langsung petani dalam pengelolaan tanaman padi dengan teknologi yang baru dan sebagai tempat pembelajaran dan menghasilkan benih padi yang berkualitas, bersertifikat sekaligus pengendalian hama/penyakit tanaman serta pencatatan oleh petani mulai pengolahan tanah sampai panen dan penjualan benih dalam buku analisis usahatani. Pelaksanaan diikuti petani/kelompok tani di 5 (lima) Kabupaten (Langkat, Deli serdang, Serdang Bedagai, Batubara dan Asahan) yang jumlah pesertanya 25 orang /Kabupaten. 4. Pelatihan pertemuan kemitraan petani penangkar. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani penangkar agar dapat bermitra dalam agribisnis benih padi dengan badan usaha perbenihan (PT, SHS, PT. Pertani, dan lain-lain). 5. Pelatihan ketua kelompok tani. Pelatihan ketua kelompok tani pada pelatihan kewirausahaan, agribisnis dan manajemen bagi pengembangan SDM pertanian tahun 2009 sebanyak 150 orang dari 15 Kabupaten/Kota. 6. Pelatihan kontak bengkel. Pelatihan kontak bengkel diikuti oleh 56 orang peserta dari 27 Kabupaten/ Kota yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kontak bengkel dalam pembuatan alat pencacah pupuk oraganik yang dihasilkan memenuhi standar. 7. Pelatihan Refreshing Metodologi pengumpulan data statistik pertanian. Pelatihan Refreshing Metodologi pengumpulan data statistik pertanian diikuti oleh mantri tani dan petugas pengolah data statistik pertanian diseluruh Kabupaten/Kota sebanyak 200 orang (4 angkatan). Pelatihan ini bertujuan
Universitas Sumatera Utara
66
untuk lebih memahami tentang metodologi pengumpulan data statistik pertanian sehingga memenuhi akurasi data. 8. Pelatihan peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Petugas (Ases Men) dan oprasional Pengujian BPMA Depok. Pelatihan ini diikuti oleh 5 orang petugas laboraturium UPT perbengkelan dan pelatihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan petugas laboratorium pengujian mutu alsintan dalam pengujian alat mesin pertanian sehingga memenuhi standar yang ditetapkan (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2011). Agribisnis padi sawah kaitannya dengan pengembangan wilayah sumber daya manusia (sdm) yaitu penyuluhan/pelatihan. Dalam hal ini usahatani padi sawah sangat membutuhkan sumber daya manusia yang terampil, cerdas dan berwawasan luas, agar dapat mengadopsi teknologi yang diajarkan, justru karena itu para petani sebenarnya wajib mengikuti penyuluhan /pelatihan, berapa kali mengikuti penyuluhan pertanian tentang padi sawah berapa kali ikut pelatihan pada sekolah lapang atau pelatihan-pelatihan yang lain baik ditingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun tingkat Nasional.
Variabel-variabel tersebut
dihitung permusim tanam dengan satuan frekuensi jumlah yang pernah diikutinya baik mengikuti penyuluhan maupun ikut pelatihan. Sehingga ada pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah, serta berapa besar pengaruh variabel tersebut. 2.12.3. Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah produksi per ha dengan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha (Suratiyah, 2009). Menurut Ravianto (1985) perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran
Universitas Sumatera Utara
67
serta tenaga kerja persatuan waktu merupakan pengertian dari produktivitas tenaga kerja. Untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan dapat ditempuh dengan upaya meningkatkan hasil per satuan luas, per satuan waktu serta distribusikan tenaga kerja secara optimal. Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun secara teori dapat dilakukan, akan tetapi dalam praktek sukar dilaksanakan, terutama karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya terdiri dari banyak macam dan dalam proporsional yang berbeda. Pengertian ketiga mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu : a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama. d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah dan sumber daya menusia sendiri. Produktivitas masing-masing faktor produksi tersebut dapat dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara berdiri sendiri. Dalam hal ini peningkatan
Universitas Sumatera Utara
68
produktivitas
manusia
merupakan
sasaran
strategis
karena
peningkatan
produktivitas faktor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya (Simanjuntak, 1985). Meningkatkan produktivitas dan pendapatan diperdesaan memerlukan program terpadu, yang mengarah pada perkembangan teknologi tepat guna serta pengembangan sumber daya manusia yang terarah. Dalam hubungan ini sasaran perubahan dalam rumah tangga perdesaan terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang sudah cukup untuk memberikan sumbangan input tenaga kerja dalam proses produksi dan dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang menghasilkan pendapatan (Sajogyo, et all, 1980). 2.13. Teknologi Dalam Pengembangan Wilayah Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk,
2001).
Menurut Singh (1986) untuk meningkatkan pendapatan dan produksi pertanian, agar petani dapat menjual kelebihan hasil pertanian, maka diperlukan pengenalan teknologi baru dalam pengelolaan usahatani, selain faktor tenaga kerja yang tersedia. Menurut Husodo, dkk (2004) salah satu faktor yang menentukan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi adalah tingkat pendapatan rumah tangga, selain karakteristik individu seperti keterdedahan (terbuka)
terhadap
media, kosmopolitan dan pengalaman. Besarnya pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi
pertimbangan
petani
dalam
menerapkan
teknologi
yang
diintroduksikan.
Universitas Sumatera Utara
69
Menurut Nugraha dan Sayaka (2003) salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian adalah varietas unggul yang dirakit sesuai untuk tujuan tersebut. Kontribusi varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984. Padi hibrida R- 1 adalah hasil persilangan dari dua indukan padi asal India. Indukan mempunyai sifat-sifat unggul, karena itu padi ini tahan musim kemarau dan musim hujan.
Kelebihan varietas
hibrido R– 1 mampu meningkatkan
produksi hingga 25 – 30 % per ha, yaitu menghasilkan 11,4 ton/ha, memiliki toleransi terhadap hama penyakit yang sangat tinggi dan mempunyai kualitas nasi yang enak, pulen dan wangi (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2007). Pilar teknologi terdiri dari : 2.13.1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar 2.13.1.1. Varietas Unggul Varietas
merupakan
salah
satu
teknologi
utama
yang
mampu
meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Tersedianya beberapa varietas padi, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Oleh karena itu uji adaptasi varietas di suatu tempat perlu terus dilakukan oleh instansi terkait dalam upaya mendapatkan varietas yang sesuai di suatu tempat. Saat ini sudah banyak berkembang beberapa varietas unggul di tingkat lapang, tiga tahun terakhir varietas yang masih dominan untuk lahan irigasi adalah Ciherang, Mekongga, dan dibeberapa tempat sudah mulai berkembang varietas Inpari 1 serta masih juga ada yang menggunakan varietas IR 64 dan Angke.
Universitas Sumatera Utara
70
Sedangkan di lahan pasang surut disamping varietas Ciherang varietas Indragiri sudah mulai berkembang dan diminati oleh petani. 2.13.1.2. Bibit Bermutu dan Sehat (Perlakuan Benih) Penggunaan benih bermutu dan berlabel dengan vigor tinggi dan bersertifikat sangat dianjurkan, karena 1. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. 2. Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang Seragam. 3. Ketika ditanam, bibit akan tumbuh lebih cepat dan tegar. 4. Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi. Gabah padi dapat dikelompokkan dalam dua grup, yaitu gabah yang memiliki densitas tinggi (DT) dan gabah dengan densitas rendah (DR). Di lapangan, bibit yang berasal dari gabah dengan densitas tinggi akan lebih baik dibanding yang berasal dari gabah dengan densitas rendah. Untuk mendapatkan bibit dengan kualitas baik yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, diperlukan proses perlakuan benih sebelum disemai. 2.13.1.3. Pemupukan Spesifik Lokasi 1. Pemupukan P dan K Berdasarkan Status Hara Tanah Menggunakan Alat PUTS Alat ini merupakan perangkat untuk mengukur status hara P, K, dan pH tanah yang dapat dikerjakan secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah dan cukup akurat. PUTS terdiri dari pelarut atau pereaksi N, P, K, dan pH tanah serta peralatan pendukungnya. Contoh tanah sawah komposit yang telah diekstrak dengan pereaksi akan memberikan perubahan warna dan selanjutnya kadar warna diukur secara kualitatif dengan bagan warna P, K, dan pH.
Universitas Sumatera Utara
71
2. Pemberian Urea Susulan berdasarkan BWD Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk urea disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan tanaman akan unsur N dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Cara penggunaannya yaitu dengan membandingkan warna daun padi dengan warna pada panel, dan pada skala berapa (2, 3, 4, 5) warna daun padi tersebut paling sesuai dengan warna pada panel. 2.13.1.4. PHT Sesuai OPT Konsep PHT, adalah pendekatan pengelolaan secara ekologik yang multi disiplin terhadap populasi hama yang memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan. PHT dalam konsep sangat sulit dibawa ke lahan petani, sebab PHT dalam konsep hanya ada pada tingkat Policy Maker atau para pembuat kebijakan yang berada di tingkat pusat sampai kabupaten (OTDA). Implementasi PHT, teknologi atau cara melaksanakan PHT yang langsung dapat dipraktekkan di lahan petani sehingga PHT implementasinya ini berada di tingkat kecamatan dan desa. Ambang ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau persentase kerusakan akibat hama yang segera membutuhkan tindakan pengendalian dengan tujuan untuk mencegahnya populasi yang akan merugikan dari segi ekonomi.
Ambang ekonomi tunggal adalah batas bawah besaran
populasi atau angka kerusakan hama yang disebabkan oleh satu hama yang membutuhkan tindakan pengendalian (Yusuf dan Didik, 2010).
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 2.1. Ambang Ekonomi Tunggal Hama Stadia Tumbuh
Ambang Ekonomi Tunggal
Wereng Cokelat
< 40 HST > 40 HST
9 ekor Wc/Rumpun 18 ekor Wc/Rumpun
W.P. Putih
< 40 HST > 40 HST
14 ekor Wpp/Rumpun 21 ekor Wpp/Rumpun
Walang Sangit
Matang susu
10 ekor/ 20 rumpun
Kepinding Tanah
Semua Stadia
5 ekor/ rumpun
Penggerek Batang
Vegetatif/generatif Vegetatif Reproduktif
4 hari setelah penerbangan 6% Sundep 9% Beluk
Pelipat Daun
Vegetatif
13% daun rusak
Penggulung Daun
< 40 HST > 40 HST
25% daun rusak 15% daun rusak
Ulat Grayak
Vegetatif Reproduktif
25% daun rusak 15% daun rusak
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2011.
2.13.2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan 2.13.2.1. Pengelolaan Tanaman Yang Meliputi Populasi Dan Cara Tanam (Tegel, Legowo, Larikan, Sebar Langsung, Dll) Gunakan jarak tanaman beraturan seperti pada sistem tandur jajar tegel yang lazim digunakan seperti 20x20 cm (25 rumpun/m2 ), 25x25 cm (16 rumpun/m2). Apabila jarak tanam yang digunakan system tandur jajar legowo 4:1 dengan jarak tanam (20x10 cm) x 40 cm (36 rumpun/ m2) dan bila legowo 2:1 (40x20x10 cm) (25 rumpun/m2), dengan cara tanam berselang seling dua baris dan satu baris kosong. Dianjurkan jumlah bibit yang ditanam sedikit mungkin, tidak lebih dari tiga bibit per rumpun. Malahan dengan teknik semai jarang, menanam satu bibit
Universitas Sumatera Utara
73
per rumpun sangat memungkinkan karena bibit umur 15 hari sudah mengeluarkan tunas dan tumbuh dengan kokoh. Bila menanam dengan lebih banyak jumlah bibit per rumpun, lebih tinggi kompetisi antar bibit dalam satu rumpun sehingga tumbuh kembangnya sangat lambat.
Untuk memudahkan pelaksanaan tanam
secara teratur sebaiknya menggunakan alat bantu yang disebut dengan Caplak.
2.13.2.2. Bibit Muda (Umur 15 Hari Setelah Sebar HSS Atau 21 HSS) Menanam bibit muda akan menghasilkan anakan lebih tinggi dibanding menggunakan bibit lebih tua. Namun pada daerah endemik keong mas dianjurkan menggunakan bibit yang lebih tua. Agar penanaman bibit umur muda (15 HSS) dan dengan jumlah bibit 1-3 bibit/rumpun bisa dan mudah dilakukan diperlukan bibit yang sehat, tegap dan kokoh.
Untuk mendapatkan bibit dengan kriteria
tersebut perlu diawali dengan tata cara pembuatan pesemaian dan teknik menyemai yang sesuai dengan anjuran. 2.13.2.3. Penggunaan Bahan Organik Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman, sampah rumah tangga, kotoran ternak, arang sekam dan abu dapur. Namun secara umum kandungan nutrisi hara dalam bentuk pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, dalam jumlah cukup banyak. a. Kegunaan Bahan Organik. Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik tanah. Memberikan tambahan hara. Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba tanah).
Universitas Sumatera Utara
74
Memperbaiki sifat fisik tanah. Mempertahankan perputaran unsur hara dalam tanah dan tanaman. b. Saran Penggunaan Bahan Organik. Bahan organik disebarkan merata dihamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Jerami dibiarkan melapuk selama satu musim. Kombinasikan penggunaannya dengan pupuk an-organik. Memanfaatkan yang tersedia di tempat dan harga paling murah. c. Cara Pembuatan Kompos c1. Anaerob Masukkan bahan baku secara berlapis seperti sisa tanaman, pupuk kandang, abu sekam/abu dapur ke dalam lubang. Ukuran lubang 2x1x1 m, cukup untuk memproses 0,5-0,8 ton kompos dan setara untuk 0,2-0,3 Ha sawah. Tutup bagian atas permukaan dengan tanah setebal 5-10 cm, berikan air sekitar 30 liter setiap 10 hari sekali. Pengadukan seluruh bahan kompos dalam lubang dilakukan setelah satu bulan pengomposan. Proses pengomposan dibiarkan sampai kira-kira dua bulan, dan untuk mempercepat proses pengomposan biasa diberikan mikroba yang berperan sebagai decomposer seprti Biodec, Stardec, atau EM-4. c2. Aerob Bahan baku kompos disusun berlapis kemudian disiram dengan larutan mikroba hingga mencapai kebasahan 30-40%.
Universitas Sumatera Utara
75
Bahan baku digunakan sampai ketinggian 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni atau plastik. Suhu kompos diperiksa setiap hari, dan pertahankan suhu pada kisaran 4050 derajat Celsius, dan jika suhunya lebih tinggi, kompos perlu diaduk sampai suhunya turun dan segera tutup kembali. Setelah lima hari bahan baku sudah jadi kompos (bokashi) dan siap untuk digunakan. 2.13.2.4. Irigasi Berselang Menghemat air irigasi, areal lebih luas bisa ditanam. Akar berkembang lebih baik. Mencegah keracunan besi, asam organik dan gas H2 S. Jasad renik bertambah aktif. Mengurangi jumlah anakan tidak produktif. Gabah masak seragam dan mempercepat waktu panen. Cara Pengairan Berselang : Tanam bibit pada kondisi macak dan berangsur diairi 2-5 cm, sampai 10 hari. Biarkan sawah mengering sendiri. Setelah tanah retak selama satu hari, diairi lagi setinggi 5 cm. Biarkan sawah mengering sendiri. Ulangi hal diatas sampai stadia berbunga. Airi setinggi 5-10 cm, mulai keluar bunga sampai 10 hari menjelang panen.
Universitas Sumatera Utara
76
Cara lain, gunakan teknik menghemat air secara mandiri menggunakan bahan silinder yang dilubangi dan dipasang pada petakan sawah. 2.13.2.5. Pupuk Mikro Belum optimalnya hasil tanaman padi di beberapa tempat diduga karena adanya kekurangan unsur hara mikro seperti belerang (S), seng (Zn), dan tembaga (Cu). Untuk mengantisipasi adanya kendala tersebut maka perlu diukur tingkat kemasaman tanah (pH) dan analisa tanah sebagai indikator kebutuhan tanaman akan hara mikro. Bila unsur belerang dalam tanah < 10 ppm, maka pada pH tanah > 6,5 perlu diberi 10 kg serbuk belerang atau 50 kg ZA/Ha sebagai pupuk dasar pengganti pupuk dasar urea. Sedangkan bila pada pH 6,0- 6,5 cukup diberi 5 kg serbuk belerang atau 20 kg ZA/Ha sebagai pupuk dasar melengkapi pupuk urea dan bila pada pH < 6,0 cukup diberi 20 kg ZA/ha sebagai pupuk dasar pengganti pupuk urea. Sedangkan kebutuhan unsur mikro Zn dan Cu bagi tanaman padi sawah dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Kebutuhan Pupuk Zn Tanaman Padi Sawah Nilai uji Zn Tanah ( ekstrak 1N HCL) pH Tanah < 1 ppm Zn > 1 ppm Zn 5 kg ZnSO4 diberikan sebagai pupuk Pemberian
Zn
melalui
dasar, caranya dilarutkan dalam 250 daun, yaitu 2,5 kg ZnSO4 liter air/Ha disemprotkan ke tanah dilarutkan dalam 250 liter >6,5
sewaktu perataan tanah atau dicampur air/Ha,
kemudian
rata dengan pupuk SP-36 atau KCl disemprotkan ke tanaman yang juga diberikan sebagai pupuk padi pada saat vegetatif dasar.
akhir (30-35 HST).
Universitas Sumatera Utara
77
Lanjutan Tabel 2.2. Kebutuhan Pupuk Zn Tanaman Padi Sawah Bibit padi dicelupkan 2,5 kg ZnSO4 diberikan sebagai pupuk sebelum ditanam pada dasar, caranya dilarutkan dalam 250 larutan 1% ZnSO4 selama air/Ha disemprotkan ke tanah sewaktu 6,0-6,5 dua menit. perataan tanah atau dicampur rata dengan pupuk SP-36 atau KCl yang juga diberikan sebagai pupuk dasar. Bibit padi dicelupkan sebelum ditanam Tidak perlu diberi Zn. <6,0
pada larutan 1% ZnSO4 selama dua menit.
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2011
Table 2.3. Kebutuhan Pupuk Cu Tanaman Padi Sawah Nilai uji Zn Tanah ( ekstrak 1N HCL) pH Tanah < 1 ppm Zn > 1 ppm Zn 2 kg CuSO4 diberikan sebagai pupuk Pemberian
Cu
melalui
dasar, caranya dilarutkan dalam 250 daun, yaitu 2 kg CuSO4 liter air/Ha disemprotkan ke tanah dilarutkan dalam 250 liter > 6,5
sewaktu perataan tanah atau dicampur air/Ha,
kemudian
rata dengan pupuk SP-36 atau KCl disemprotkan ke tanaman yang juga diberikan sebagai pupuk padi pada saat vegetatif dasar.
akhir (30-35 HST).
1 kg CuSO4 diberikan sebagai pupuk Bibit
padi
dasar, caranya dilarutkan dalam 250 sebelum 6,0-6,5
dicelupkan
ditanam
pada
air/Ha disemprotkan ke tanah sewaktu larutan 5% CuSO4 selama perataan
tanah atau dicampur rata dua menit.
dengan pupuk SP-36 atau KCl yang juga diberikan sebagai pupuk dasar. Bibit padi dicelupkan sebelum ditanam Tidak perlu diberi Cu. <6,0
pada larutan 5 % CuSO4 selama dua menit.
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2011.
Universitas Sumatera Utara
78
Pencelupan akar bibit dianjurkan pada sebelum tanam dalam larutan 1 % ZnSO4 dan 5% CuSO4 di diami selama dua menit disebut dengan Dipping, cara ini sangat dilakukan pada ekosistem lahan sawah terutama lahan sawah pasang surut. 2.13.2.6. Penanganan Panen Dan Pasca Panen
Kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen dapat mencapai 20%.
Kualitas gabah atau benih menjadi rendah.
a. Panen pada Waktu yang Tepat Perhatikan umur tanaman. Hitung sejak padi mulai berbunga biasanya 30-35 hari dapat dipanen setelah padi berbunga. Setelah 95% mulai menguning dan beberapa butir padi (4-5) pada pangkal mulai hijau tua. b. Panen dan Perontokan Gunakan sabit bergerigi Potong tengah atau atas bila menggunakan mesin perontok Potong bagian bawah rumpun bila dengan pedal thresher. Usahakan memakai alas dan tirai penutup. c. Pengeringan, Giling dan Penyimpanan Jemur gabah di atas lantai jemur. Ketebalan gabah cukup 5-7 cm. Lakukan pembalikan setiap dua jam sekali. Simpan gabah, k.a 14% untuk konsumsi dan < 13% untuk benih.
Universitas Sumatera Utara
79
Kadar air gabah 12-14%, beras yang dihasilkan berkualitas. Diambil dari gudang, dijemur dan dianginkan baru digiling, agar butir gabah tidak pecah. 2.13.2. 7. Pengendalian Gulma
Manual (tangan, landak/gasrok), herbisida atau kombinasi.
Mengurangi persaingan terhadap hara, sinar matahari dan air.
Mencegah perkembangan hama, penyakit dan tikus.
Akar gulma dapat mengeluarkan racun bagi akar tanaman padi. Dalam pelaksanaan PTT padi sawah pengendalian gulma sangat
dianjurkan dengan cara manual tangan dan alat bantu gasrok atau landak. a. Keuntungan Menggunakan Gasrok (landak) Lebih ekonomi dibanding dengan manual tangan. Volume udara didalam tanah meningkat. Merangsang pertumbuhan akar. Pemberian pupuk akan lebih efektif. Ramah lingkungan (dibanding penggunaan herbisida) Bisa dilakukan oleh pria atau anak-anak. b. Cara Penggunaan Gasrok atau Landak Lakukan segera, tanaman umur 15-20 hari. Penyiangan selanjutnya berdasarkan kepadatan gulma . Keadaan tanah macak-macak (air 2-3 cm). Gulma yang masih ada dekat rumpun padi segera dicabut dengan tangan. Sebaiknya dilakukan secara dua arah. c. Kelemahan Penggunaan Gasrok atau Landak
Universitas Sumatera Utara
80
Pola dan cara tanam harus teratur. Sangat sulit dilakukan pada tanah berat dan kondisi kering. Hanya akan efektif bila gulma masih muda. 2.13.2.8. Pengolahan Tanah Pengolahan
tanah
dapat
dilakukan
dengan
traktor
atau
ternak,
menggunakan singkal dengan kedalaman > 20 cm. Kenyataan di lapangan saat ini pengolahan tanah umumnya menggunakan traktor sedangkan dengan ternak jarang malahan dapat dikatakan tidak ada lagi. Pengolahan tanah dengan traktor menggunakan jasa alsintan dengan membayar sistem borongan. Pola jasa borongan memberikan peluang hasilnya kurang baik, seperti kurang dalam, kurang rata, dan lumpur banyak terbuang karena saat perataan airnya terlalu banyak. Oleh karena itu pemilik tanah (petani), tetap perlu melakukan pengawasan terutama pada saat perataan tanah agar airnya jangan terlalu banyak. Pekerjaan lain yang perlu dilakukan petani dengan baik adalah perbaikan pematang, perataan tanah, dan sangat dianjurkan pembuatan saluran kemalir keliling dengan dalam dan lebar 20 cm (Yusuf dan Didik, 2010). 2.14. Produksi Produksi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menambah nilai guna usahatani padi sawah sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan petani padi sawah. Produksi yang rendah umumnya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi misalnya tingkat pendidikan, umur, luas garapan, modal yang dimiliki dalam mengelola usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan dukungan dari keluarga dalam berusahatani (Soekartawi, dkk, 1986).
Universitas Sumatera Utara
81
Menurut Soekartawi (1998) produksi padi sawah merupakan proses kombinasi dan kondisi material dan kekuatan input, faktor sumber daya atau jasa produksi dalam pembuatan satu barang atau jasa. Produksi merupakan sejumlah hasil dalam satuan lokasi dan waktu tertentu. Hasil merupakan output yang diperoleh dari hasil pengelolaan input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani. Bersamaan dengan itu Daniel (2002) menyatakan proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi.
Faktor produksi
terdiri dari empat komponen, yaitu: tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Faktor produksi adalah faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi, yaitu : keberadaan dan fungsi masing-masing faktor produksi tersebut. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling terikat satu sama lain, apabila salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama 3 faktor utama seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi materialmaterial dan kekuatan-kekuatan input, sumber daya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). 2.15. Produktivitas Lahan Dalam
mendukung
peningkatan
produksi
pertanian,
pemerintah
melakukan berbagai program yang dapat mendorong peningkatan produksi dan hasil usahatani dengan menyediakan sarana dan prasarana sub sektor tanaman pangan sebagai bahan dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, sosial, politik dan keamanan serta ketahanan nasional. Produksi padi berdasarkan angka tetap tahun 2009 mencapai 3 527 899
Universitas Sumatera Utara
82
ton atau naik 5,60 % dibanding tahun 2008, sehingga pada tahun 2009 Sumatera Utara dapat berswasembada 222 533 ton (setara beras). Peningkatan produksi padi menunjukkan lebih banyak disebabkan oleh peningkatan produktivitas. (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2011). Optimasi produktivitas padi dilahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional.
Hal ini sangat
dimungkinkan bila
dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal.
Rata-rata hasil 4,7 ton/Ha sedangkan potensinya dapat
mencapai 6-7 ton/Ha, belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh : a) rendahnya efisiensi pemupukan, b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit, c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif, d) kadar hara K dan unsur mikro, e) sifat fisik tanah tidak optimal, f) pengendalian gulma kurang optimal (Makarim, dkk, 2000). 2.16. Pendapatan Usahatani dalam operasinya bertujuan
memperoleh pendapatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektifitas usahatani menjadi rendah (Hernanto, 1993). Menurut Maryatmo dan Susilo (1996) menyatakan pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
83
bahwa pendapatan masyarakat adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat pada satu tahun tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil produksi industri dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya. Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak (Hernanto, 1993). Sejalan dengan itu Soekartawi (1995) menyatakan pendapatan usahatani adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan dalam usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dijual oleh petani sehingga semakin banyak jumlah produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. 2.17. Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat (originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan pada satu tabel yang menggambarkan nomor, nama peneliti, judul, perumusan masalah, variabel pengamatan, metode analisis dan kesimpulan. Hasil riset terdahulu yang relevan dengan riset, dilakukan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat rancangan penelitian, baik pada aspek metode, rancangan model analisis yang dapat memperkaya metode yang ada maupun model analisis yang ada.
Berdasarkan tabulasi penelitian terdahulu akan
memberikan gambaran keunikan riset yang dilakukan dan menyebabkan keaslian riset yang dilakukan.
Gambaran tabulasi penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.4 Tabulasi Penelitian Terdahulu.
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu No.
1.
Nama Peneliti Adi Prayoga (2010).
Judul Penelitian Produktivitas Dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah Sumber : Jurnal Agro Ekonomi Volume 28, No 1. Hlm 1-19.
2.
Agus Ruswandi, dkk (2007).
Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani dan Perkembangan Wilayah Studi Kasus Di Daerah Bandung Utara
3.
Andi Ishak, Bunai-
Pengaruh Perbaikan Penerapan
Perumusan Masalah
Variabel Pengamatan
Metode Analisis
Kesimpulan
-Pertanian organik “absolute” (POA) sebagai sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia sintetis (anorganik). Pertanian organik “rasional” atau pertanian semiorganik sebagai sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk kimia sintetis (anorganik). -Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian . -Bagaimana menerangkan pengaruh konversi lahan pertanian terhadap perubahan kesejahteraan petani.
Variabel yang Mempengaruhi :
Pengukuran produktivitas dilakukan dengan pendekatan produktivitas Faktor total menggunakan angka indeks TFP. Efisiensi teknis diukur dengan menggunaka fungsi produksi frontier yang diestimasi dengan metode MLE, dengan mengasumsikan Cobb-Douglas. Estimasi sumber inefisiensi teknis menggunakan model regresi linier yang diestimasi secara simultan dengan fungsi produksi frontier.
1.Petani padi organik tahun ke 8 dan ke 5 lebih efisien dibandingkan petani padi konvensional.
-Apasaja pengaruh perbaikan
-Harga output/input Jumlah output/input. -Usahatani padi konvensional. -Usahatani padi organik.
Seluruh desa lokasi penelitian dibagi menjadi dua cluster yaitu desa yang jauh dan desa yang dekat jaraknya dengan kota kecamatan. Jumlah desa sampel ditentukan secara purposif yaitu 6 desa dari ha-sil perhitungan cluster sampling diperoleh 3 desa contoh berjarak jauh dan 3 desa contoh berjarak dekat dari kota kecamatan. Variabel yang mempengaruhi : 1.Tenaga
2.Tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani sampel bervariasi antara 0,47-0,96 dengan rata-rata 0,70, sehingga ada peluang bagi petani untuk meningkatkan produksinya sekitar 30 % dengan penerapan pengelolaan yang terbaik menggu-nakan teknologi yang ada. 3.Tingkat efisiensi teknis petani padi organik tahun ke 8 dan ke 5 lebih tinggi secara signifikan dibanding petani padi konvensional.
-Analisis deskriptif Secara umum konversi kualitatif. lahan pertanian dalam jangka panjang akan -Analisis regresi meningkatkan peluang linier berganda terjadinya penurunan tingkat kesejahteraan petani, -Analisis regresi yang dapat diidentifikasi logistik binari. dari penurunan luas lahan milik dan luas lahan garapan, pe-nurunan pendapatan pertanian serta tidak signifi-kannya peningkatan pendapatan non pertanian.
-Analisis usahatani 1. Penerapan teknologi eksisting dan dalam usahatani pada petani usahatani dengan kooperator masih tergolong
Universitas Sumatera Utara
85
yah Honorita dan Yesmawati (2013)
4.
Azwir dan Ridwan (2009)
Teknologi Budidaya Padi Terhadap Pendapatan Petani Di Kelurahan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Dengan Perbaikan Teknologi Budidaya. Sumber : Jurnal Akta Agrosia Vol 12, No2. Hlm 212218 ISSN 14103354.
5.
penerapan teknologi terhadap pendapatan petani.
Kerja. 2.Pupuk. 3.Pestisida. 4.Panen. 5.Harga jual. 6.Keuntungan. 7.R/C ratio. 8.B/C ratio.
penerapan teknologi PTT padi sawah di Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012.
sederhana. 2. Usahatani padi sawah di tingkat petani menghasilkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani eksisting. Pendapatan petani meningkat 137,29 % dari sebelum penerapan komponen teknologi PTT.
1.Bagaimana perbandingan penggunaan teknologi paket A dengan kombinasi perlakuan sistem tanam terhadap cara petani ? 2.Bagaimana hasil penggunaan metode pengelolaan tanaman terpadu (PTT) disbandingkan dengan teknologi petani
Para meter yang diamati terdiri atas sifat-sifat agronomi tanaman yaitu tinggii tanaman, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah/malai, persentase gabah hampa, berat 1000 biji dan GKP ton/Ha.
Dua percobaan dilaksanakan. Percobaan pertama dengan 4 perlakuan paket teknologi pada padi varietas Junjung. Percobaan kedua dengan perlakuan (paket teknologi introduksi dan paket teknologi yang biasa digunakan petani).
Hasil tertinggi di capai oleh varietas Junjung dengan menggunakan paket teknologi A, dengan kombinasi perlakuan sistem tanam jajar legowo 6:1 Varietas padi batang Piaman dengan metode Pengelolaan Ta-naman Terpadu (PTT) memberikan hasil 6,86 GKP/Ha sementara teknologi petani hanya memberikan hasil 4,20 ton GKP/Ha atau terjadi peningkatan hasil 63,33 %
Bagio Produkti1.Bagaimana Variabel yang MudakirTabel vitas2.4. Lahan strategi petani Terdahulu Mempenga-ruhi Lanjutan Tabulasi Penelitian (2011). Dan penggarap untuk : Distribusi menutupi 1.Benih. Pendapatan kelemahan 2.Urea. Berdasarkan dalam posisi 3.TSP. Status ekonomi ? 4.Pupuk Penguasaan Bagaimana lainnya. Lahan Pada tingkat 5.Pestisida. Usahatani ketimpangan 6.Tenaga Padi (Kasus pendapatan kerja. Di petani tanpa 7.Luas lahan. Kabupaten pendapatan 8.Pengeluaran Kendal diluar pertanian lain. Provinsi terhadap ketim- 9.Dumy Jawa pangan pendapemilik. Tengah) patan petani 10.Dumy yang telah mepenyewa. Sumber : masukkan penJurnal dapatan diluar
1.Analisis fungsi produksi. 2.Analisis fungsi keuntungan.
. 1.Tingkat ketimpangan pendapatan petani tanpa pendapatan diluar pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ketimpangan pendapatan petani yang telah memasukkan pendapatan dari luar pertanian, pendapatan petani diluar hasil pertanian mempunyai ketimpangan pendapatan. 2.Produktivitas usahatani dapat dinaikkan dengan menambah pemakaian beberapa sarana produksi, khususnya menambah pemakaian beberapa sarana produksi dan tingkat keuntungan usahatani padi
Universitas Sumatera Utara
86
6.
Daniel, Abdul Hamid dan Adi Suyatno (2014).
Dinamika Ekonomi Pembangunan Vol 1, No 1. Pengaruh Curahan Tenaga Kerja Petani Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Tekalong Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu. Sumber : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
7.
Deli Sgopian 2008)
Analisis Harga Gabah Dan Tingkat Pendapatan Petani Di Lokasi Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (Luep) (Kasus Kecamatan Pameungpeuk Dan Bale Endah, Kabupaten Bandung) Sumber : Program Studi Ekonomi Pertanian Dan
pertanian ? 2.Bagaimana menaikkan produktivitas usahatani ? 1.Bagaimana besarnya curahan tenaga kerja petani ? 2.Bagaimana pengaruh curahan tenaga kerja petani terhadap pendapatan keluarga. 3.Bagaimana produktivitas tenaga kerja petani di Desa Tekalong Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu. 1. Bagaimana pelaksanaan DPM-LUEP selama ini di Kabupaten Bandung? 2. Apa saja yang mempengaruhi keputusan petani menjual gabahnya ke LUEP? 3. Apakah Program DPM-LUEP dapat menjaga harga gabah petani agar tidak jatuh dan dapat meningkatkan pendapatan petani?
Variabel yang mempengaruhi : 1.Usahatani karet. 2.Usahatani padi. 3.Usahatani sampingan.
X1=Tingkat Pendidikan (thn) X2= Biaya tenaga kerja (Rp) X3= Biaya Sarana produksi (Rp) X4=Produksi (kw) X5= Harga gabah yang diterima (Rp) D1=Variabel dummy, bernilai “1” untuk petani dengan lahan milik sendiri dan bernilai “0” untuk petani penggarap D2= Variabel dummy,berni-lai “1” untuk petani anggota
1.Analisis Hari Orang Kerja (HOK). 2.Aanalisis regresi linier sederhana. 3.Pengukuran Produktivitas pendekatan ratio input/output.
Analisis deskriptif, uji t padadua sampel berbeda Analisis usahatani. Model regresi linier berganda.
dapat dinaikkan dengan menurunkan beberapa harga sarana produksi seperti benih, urea, pestisida, serta luas lahan. 1. Untuk usahatani padi tenaga kerja yang dicurahkan dalam satu tahun sebanyak 50 HK (18,65%). 2. Pengaruh curahan tenaga kerja petani terhadap pendapatan keluarga curahan tenaga kerja petani pada usahatani padi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga. Curahan tenaga kerja petani pada usaha sampingan berpeng-aruh nyata terhadap penda-patan keluarga. 3.Produktivitas tenaga kerja petani di Desa Tekalong, Rp. 92.293/HOK, dan usaha sampingan Rp 82.026/HOK. 1.Harga gabah petani yang menjual ke LUEP lebih tinggi lima persen dari pada harga gabah petani yang tidak menjual ke LUEP. 2.Pendapatan petani yang menjual gabahnya ke LUEP lebih tinggi empat persen dari pada pendapatan petani yang tidak menjual gabahnya ke LUEP.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel Tabel 2.4. 2.4. Tabulasi Tabulasi Penelitian Penelitian Terdahulu Terdahulu Lanjutan 87
Sumberdaya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
8.
9.
Devega, Lidya (2009).
Erna M. Lokollo dan Supena Friyatno (2007).
Penggunaan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Dan Keuntungan Usahatani Padi Sawah
1. Apakah sistem penyaluran kredit oleh PT. BPR Gunung Talang Berjalan dengan baik ?
Sumber : Fakultas Pertanian Universitas Andalas
2. apakah kredit yang disalurkan efektif untuk petani ? Apakah program dari PT.BPR Gunung Talang dapat meningkatkan pendapatan petani ?
Peran Sektor Pertanian Dalam Pendapatan Rumah Tangga
-Bagaimana struktur dan dinamika pendapatan rumah tangga pertanian -Bagaimana
kelompok tani dan bernilai “0” untuk petani bukan anggota kelompok tani D3= Variabel dummy,berni-lai “1” untuk petani yang menjual gabahnya ke LUEP dan bernilai “0” untuk petani yang menjual ke non LUEP 1. Penyaluran kredit kepada petani. 2.Pengembalian kredit kepada petani.
1. Analisis Deskriptif kualitatif. 2 .Uji t.
Berbagai Sensus pertanian publikasi dan yang dilakukan hasil penelitian setiap 10 tahun oleh PSE-KP yang BPS digunakan bersumber dari sebagai data dasar. data BPS -BPS Jakarta, 1) maupun data Series I Sensus lainnya. Pertanian 1983
1.Kredit yang diperoleh oleh petani responden ini berpe-ngaruh terhadap tingkat pen-dapatan usahatani padi sawah responden. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan rata-rata/Ha responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp. 6.196.656 menjadi sebesar Rp. 7.112.257 setelah menggunakan kredit atau meningkat sebesar 7,62%. Hal ini juga terlihat dari adanya peningkatan keuntungan rata-rata/Ha responden sebelum menerima kredit sebesar Rp. 1.399.082 meningkat sebesar Rp. 3.888.777 setelah menerima kredit atau meningkat sebesar 177,9 %. 2.Dari hasil uji t pada taraf nyata 5% dan 1% yang telah dilakukan dapat diketahui pendapatan dan keuntungan usahatani padi sawah responden setelah menerima kredit lebih tinggi dari pendapatan dan keuntungan usahatani sebelum menerima kredit. -Selama kurun waktu 3 dekade terlihat adanya penurunan peran atau pangsa sektor pertanian dalam pendapatan rumahtangga. Hal ini terutama disebabkan menurunnya peran dari sub
Universitas Sumatera Utara
88
sumber pendapatan dan status pekerjaan rumah tangga pertanian di Indonesia
2). Series D Sensus Per-tanian 1993 3). Series C Sensus Per-tanian 2003
sektor tanaman pangan terhadap total pendapatan rumahtangga. -Namun demikian sektor pertanian tetap bertahan menjadi sumber utama pendapatan rumahtangga di perdesaan baik di Jawa maupun diluar Jawa. -Secara nominal pendapatan rumah tangga pertanian meningkat lebih dari 50% sela-ma priode 1993-2003, kebanyakan pendapatan rumah tangga berasal dari kegiatan yang dikategorikan bekerja sendiri. -Rata-rata pendapatan rumahtangga pertanian Indonesia 2003 adalah sebesar Rp 8-13 juta/tahun, sumber terbesar berasal dari sektor pertanian sekitar 40-72% baik itu sebagian kegiatan bekerja sendiri maupun sebagai upah usahatani.
Analisis deskriptif.
Manfaat jalan usahatani terhadap petani sekitar dapat dilihat dari pendapatan petani sebelum dan sesudah ada jalan usahatani yang mengalami peningkatan, dimana sebelum ada jalan usaha-tani pendapatan petani/Ha dari cabang usaha-tani kubis dan wortel sebesar Rp11.155.566 dan pendapatan petani/Ha sesu-dah ada jalan usahatani dari kedua cabang usahatani tersebut sebesar Rp12.062.334 atau terjadi ke-naikan sebesar 8,13%. Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya pengurangan biaya angkutan sesudah ada jalan usahatani.
-Analisis
-Ada
-Bagaimana peran sektor pertanian dalam perekonomian perdesaan Indonesia
10.Lanjutan Eyver- Tabel Dampak Variabel yang 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Sejauh mana son Program mempengaruhi : dampak Ruauw Agropolitan 1. Luas lahan, program Rine Terhadap 2. Biaya agropolitan Kaunang Pendapatan produksi, terhadap Jelly A. Petani 3. Jumlah pendapatan Ch. Di produksi dari petani di Mendur Kelurahan usahatani Kelurahan (2010). Kumelemkubis dan Kumelembuay buay Kota wortel (kg) Tomohon
4. Harga jual dari hasil usahatani dibeli langsung oleh pedagang 5. Penerimaan dari usahatani kubis dan wortel. 6. Pendapatan usahatani 7. Karakteristik petani.
Sumber: ASE– Volume 6 Nomor 2, Mei 2010: 35 - 47
11.
Frans
Analisis
-Bagaimana
Variabel
yang
tabulasi
perbedaan
Universitas Sumatera Utara
dalam
Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu 89
Hanaekan Rajagukguk (2011).
Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, Dan Ekonomi Pada Masyarakat Kecamatan Medan Deras Kabupaten Batubara
dampak pembangunan irigasi terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Medan Deras ?
mempengaruhi : 1.Aspek sosial. 2.Aspek ekonomi.
-Bagaimana dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan sosial masyarakat Kecamatan Medan Deras ?
silang dan menggunakan metode perbandingan tetap (Constan Comperative Method) sebagai pendukung.
lingkungan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan inten-sitas kegiatan gotong-royong yang dilakukan oleh masyarakat. -Ada perbedaan yang nyata antara produktivitas dan pendapatan petani sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi, produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi.
-Elastisitas Output dan Elastisitas Keuntungan Terhadap Perubahan Harga Output dan Input usahatani padi.
-Penambahan te-naga kerja akan menurunkan produksi padi. -Respon jumlah produksi padi yang dihasilkan dan keuntungan petani adalah positif terhadap perubahan harga padi, tingkat upah wanita dan peru-bahan teknologi. -Perubahan harga pupuk kimia dan tingkat upah pria memiliki respon negatif. -Penggunaan tenaga kerja tidak efisien sebab angka elastisitas produksi bertanda negatif.
- Metode Ordinary Least Square (OLS) - Alat bantu dalam mengolah data sekunder adalah Program Eviews
Variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan variasi keterse-diaan beras sebesar 99,3%. Dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya secara serempak memberikan
-Bagaimana dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Medan Deras ?
Sumber : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2011 12. Harianto Miskin -Apakah ada Variabel yang dan Tetapi faktor-faktor mempengaruhi : Astuti Efisien ? yang Bertha Suatu Telaah mempengaruhi 1.Luas lahan Susila Terhadap produksi padi ?. petani yang Lanjutan 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu (2008)Tabel Fungsi ditanami padi Produksi -Apakah petani (hektar). Padi. menggunakan 2.Jumlah tenaga faktor produksi kerja laki-laki Sumber : secara efisien ?. yang digunakan Jurnal (jam). Agribisnis -Bagaiman 3.Jumlah tenaga dan respon petani kerja perempuan Ekonomi terhadap adanya yang digunakan Pertanian perubahan harga (jam). (Vol.2 No.1) harga produk 4.Jumlah pupuk dan faktor kimia yang produksi ?. digunakan (Kilogram). 13. Hasman Analisis Berapa besar - ketersediaan Hasyim Faktor pengaruh luas beras (Y) (2009). Faktor Yang panen, harga - luas panen Mempeberas, harga (X1) ngaruhi jagung, dan - Harga Beras Ketersediaan ketersediaan (X2) Beras di beras tahun -Harga Jagung Sumatera sebelumnya (X3) Utara. terhadap ketersediaan Sumber : beras di Jurnal Sumatera Utara? Penelitian Sosial
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu
90
Humaniora Volume 2 nomor 1
14.
Hasman Hasyim (2009).
Dampak Metode Penyuluhan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Padi Sawah.
- Apakah ada - nilai variabelI dampak metoda (x1) penyuluhan - nilai variabel terhadap II (x2) produktivitas - standar deviasi dan pendapatan variabel I (S1) usahatani padi -standar deviasi sawah petani variabel II (S2) yang aktif Sampel mengikuti variabel I (n1) Sumber : penyuluhan Sampel Lanjutan TabelJurnal 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu pertanian variabel II (n2) Penelitian dengan petani Sosial yang tidak aktif Humaniora mengikuti Volume 2 penyuluhan nomor 2 pertanian? 15. I. Ketut Efektifitas 1.Bagaimanakah Variabel yang Trisna Dan Tingkat efek- mempengaruhi : Wibawa Dampak tifitas pro1.Sosialisasi dan I Program gram Sistem program. Nyoman Simantri Pertanian 2.Kecepatan MahenTerhadap Terintegrasi waktu dra Yasa Pendapatan (SIMANTRI) pemberian (2013). Dan di Desa bantuan. Kesempatan Kelating 3.Ketepatan Kerja Kecamatan bantuan dengan Rumah Kerambitan kebutuhan. Tangga Kabupaten 4.Kecepatan Petani Tabanan ? respon petugas Didesa terhadap Kelating 2.Bagaimnakah keluhan. Kecamatan dampak 5.Pemantauan. Kerambitan program 6.Peningkatan Kabupaten sistem pendapatan. Tabanan pertanian 7.Peningkatan terintegrasi kesempatan Sumber : E(SIMANTRI) kerja. Jurnal EP terhadap Unud, 2 (6) : pendapatan 314-324 rumah tang(ISSN) : ga petani di 2303-0178 Desa Kelating
1.Metode Perseorangan, metode ini ditujukan bagi petani secara perseorangan 2.Metode Kelompok, metode ini sasaran kegiatannya petani secara berkelompok 3. Metode Massa, metode ini mengarahkan sasaran kegiatannya kepada masyarakat tani pada umumnya 1.Analisis efektifitas. 2.Uji normalitas.
pengaruh yang sangat signifikan. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel luas panen dan harga beras memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap keter-sediaan beras. -Metode Penyuluhan memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi dan produktivitas usahatani padi sawah petani anggota kelompok tani. -Metode Penyuluhan memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan usahatani padi sawah petani anggota kelompok tani.
1.Tingkat efektifitas SIMANTRI di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan sangat efektif. 2.Program SIMANTRI berdampak positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. 3.Program SIMANTRI berdampak positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan.
Universitas Sumatera Utara
91
Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan ?
16.
I Wayan Rusastra dan M. Suryadi (2004).
Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian Dan Implikasinya Dalam Peningkatan Produksi Dan Kesejahteraan Buruh Tani. Sumber : Jurnal Litbang Pertanian 23(3).
17.
Joko Pramono, Seno Basuki, dan Widarto (2005).
3.Bagaimanakah dampak program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) terhadap kesempatan kerja rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan ? 1.Bagaimana Pengaruh tingkat upah terhadap keuntungan dan penawaran pada usahatani padi ? 2.Bagaimana tingkat elastisitas faktor produksi padi? 3.Bagaimana Proporsi Pendapatan buruh tani dari total pendapatan berburuh ?
Upaya -Bagaimana Peningkatan hubungan Produktipendekatan vitas Padi model PTT pada Sawah padi sawah Melalui dengan Pendekatan produktivitas Pengelolaan usaha tani ? Tanaman dan -Bagaimana
Variabel yang Mempengaruhi : 1.Sektor utama. 2.Status pekerjaan. 3.Perkembangan tingkat upah absolut dan riil. 4.Struktur pendapatan rumah tangga buruh tani pada desa padi sawah. 5.Pendapatan berburuh rumah tangga buruh tani pada desa padi sawah. Indeks harga yang diterima, indeks harga yang dibayar, dan nilai tukar petani (NTP). Variabel yang Mempengaruhi -Varietas padi (X1) -Umur bibit (X2) -Harga Pupuk Urea (X3) -Harga Pupuk SP-36 (X4)
Analisis data agregat dan data panel petani nasional (Patanas).
1. Tingkat upah berdampak negatif inelastis terhadap keuntungan dan penawaran pada usaha tani padi. 2. Elastisitas tenaga kerja terhadap produksi padi adalah yang tertinggi (0,13) dibandingkan faktor produksi lainnya (<0,04). 3. Proporsi pendapatan buruh tani adalah 78,60% dari total pendapatan berburuh.
1. pendekatan On Farm Adaptive Research: Untuk menerapkan model pendekatan PTT pada hamparan usahatani padi sawah.
1.Pendekatan model PTT pada padi sawah dengan menerapkan komponenkomponen teknologi budidaya sinergis mampu meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen GKG yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola
Universitas Sumatera Utara
92
Sumberdaya Terpadu Sumber : Jurnal Agrosains 7(1) : 18.
Julie V Stanton (2000).
pengaruh pendekatan model PTT dengan hasil gabah dan keuntungan petani ?
-Harga pupuk ponska (X5) -Harga Pestisida (X6) -Upah Tenaga Kerja (X7)
Basic The Role of international infrastructure, Agribusiness pricing and transparent in Developpotentially policies, and the ment: greater quality continued Replacing and availability emphasis on the of most availability of Diminished agricultural capital and Role of the inputs; technology. Government P less support in Raising for and greater Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Rural international Incomes competition in basic grains; Sumber : P lowered Journal of barriers to Agribusiness exports to other 18,2(Spring countries, most 2000):173S1 importantly for 87 crops in © 2000 which domestic Agricultural producers have Economics a comparative Association advantage; the of Georgia potential for greater participation by foreign companies in domestic production, and therefore additional opportunities for contract farming, brokerage, and foreign direct investment (FDI); P unsubsidized irrigation costs but greater local control over management of districts; and P the relative freedom to use land as desired, e.g., whether to
petani. 2.Pendekatan model PTT disamping meningkatkan hasil gabah, juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan usahatani berkisar antara 25-58% Analytic descriptive, primer and secunder data using.
Agribusiness enterprises at the local level offer the possibility of capturing value added and thereby increasing local incomes. Since many smallholders have relied on government buyers for their marketing options, the retraction of those services is unlikely to be immediately replaced by private enterprise.
Universitas Sumatera Utara
93
19.
K.K. Datta, Laxmi Tewari, P.K. Joshi (2004).
20.
KMK Rejang Lebong (2001).
sow crops or rent out. 1. A substantial increase in farm income
Impact of - The nature Subsurface of the Drainage on technology Improve- Lukewarm ment of 2. Cropping Collective Crop Intensification action by Production And the and Farm diversification beneficiaries Income in toward high - Conflicting North-West value crops Objectives India Among Source : 3. Generation Beneficiaries Journal : Employment. -Growing Irrigation A high internal numbers of and rate of return free riders. Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Drainage justified Systems, investment in Volume 18, subsurface Issue 1, drainage. pp 43-56
Pembangunan Jalan Usahatani Membelah Sawah di Desa Babakan Baru Kec. Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong.
1. Bagaimana cara meningkatkan pendapatan petani dengan melakukan pembangunan jalan usahatani?
- Ongkos angkut sebelum pembangunan jalan - Ongkos angkut sesudah pembangunan jalan
1.Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi Sawah ?.
a. Variabel produksi yang mempengaruhi : 1. Luas Lahan. 2.Penggunaan benih. 3.Penggunaan pupuk urea. 4. Pupuk phonska. 3. Pestisida. 5.Total tenaga kerja. 6. Usia petani. 7.Frekuensi
The important Methods used for assessing the efficiency benefits of drainage investment were, To determine the impact of subsurface drainage in terms of net present value, internal rate of returns, consumers surplus and producers surplus, to assess the social welfare in terms of social equality and substaina bility of thedrainage system, and to examine the factors affectting the substainbility of the technology. Selisih ongkos sebelum dan sesudah pembangunan jalan usahatani.
Without appropriate institutional arrangements, subsurface drainage may not yield the desired results, and in the long run may result in neglect of operation and maintenance needs and ultimately the abandonment of the technology.
Dengan adanya pembangunan jalan tersebut ongkos angkut hasil pertanian semakin berkurang.
Sumber: www.pnpmpisew.org. 21.
Lien Damayanti (2013).
FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Produksi, Pendapatan, Dan Kesempatan Kerja Pada Usaha Tani Padi Sawah Di Daerah Irigasi Parigi Moutong
2.Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani padi Sawah ?
1. Analisis regresi fungsi produksi usaha padi sawah. 2.Analisis Regresi Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga 3. Analisis Regresi Fungsi Pendapatan Usaha Tani Rumah Tangga Tani Padi Sawah
1.Produksi usaha tani padi sawah dipengaruhi oleh luas lahan, penggunaan benih, penggunaan pupuk urea, pupuk phonska, pestisida, total tenaga kerja, usia petani, frekuensi bimbingan petani dan irigasi. Dimana irigasi dapat meningkatkan produksi usaha tani padi sawah sebesar 3,98%. 2.Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
94
Sumber : Jurnal SEPA Vol. 9 No 2 (ISSN : 1829-9946)
3. Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sawah ?
bimbingan petani. 8. Irigasi.
Analisis Pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan dan Peningkatan Lapangan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan
-Apa pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat
PDRB berdasrkan harga konstan dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sektor pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan
oleh produksi, upah tenaga kerja, pendidikan petani, dan irigasi. Dimana irigasi dapat menurunkan penggunaan tenaga kerja sebesar -8,14%/ 3.Pendapatan usaha tani dipengaruhi oleh luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk phonska, harga pestisida, pendidikan petani, upah tenaga kerja, dan irigasi. Dimana irigasi dapat meningkatkan pendapatan usaha tani sebesar 1,44%.
b. Variabel pendapatan yang mempengaruhi : 1. Produksi. 2.Upah tenaga kerja. 3.Pendidikan petani. Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu 4. Irigasi.
22.
23.
M. Yamin (2009).
Mariyah (2009).
Pengaruh Bantuan Pinjaman
-Bagaimana pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan
-Peran dan BPLM terhadap permodalan
Variabel yang Mempengaruhi -Luas Lahan
Indikator yang digunakan untuk melihat pemerataan atau distribusi pendapatan adalah nilai Gini Ratio. GN= α+β PDRB sub sektor + €i Kesempatan kerja dari sektor pertanian diregresikan terhadap PDRB masing masing subsektor pertanian, dengan model persamaan KK sub sektor pertanian = α+β PDRBsub sektor –i + €i Dimana : KK = kesempatan kerja (orang) PDRB=Produk Domestik Regional Bruto (Rp) α = intersep β = Koefisen regresi penduga € =kesalahan pengganggu i = subsektor (tanaman pangan perkebunan, peternakan, kehutanan,perikanan). 1.Deskriptif kualitatif: -Untuk mengetahui
-Distribusi pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera Selatan relatif baik dengan indeks gini yang jauh lebih rendah dari satu -Pengaruh PDRB masing masing sub sektor dalam sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata -PDRB sub sektor tanaman pang-an, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memi-liki pengaruh yang signifikan ter-hadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan
1. BPLM berperan sebagai dana tambahan dengan jumlah yang relative kecil
Universitas Sumatera Utara
95
Langsung petani padi usahatani padi Masyarakat sawah penerima sawah (X1) Terhadap BPLM di -Jumlah benih Pendapatan Kabupaten PPU. padi (X2) Dan -Pupuk (X3) Efisiensi -Faktor-faktor -Jumlah Total Usahatani Pelaksanaan Produksi (Y) Padi Sawah BPLM yang Di harus diperbaiki. Kabupaten Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Penajam -Pengaruh Paser. program BPLM terhadap tingkat Sumber : produksi pendaJurnal EPP, patan petani Vol 6 No 1. padi penerima 9-16 BPLM di Kabupaten PPU.
peran BPLM terhadap permodalan 2. Uji t: -Untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara petani contoh BPLM dan bukan penerima BPLM.
terhadap permodalan usahatani padi sawah di kabupaten PPU. 2. faktor-faktor program BPLM yang masih harus diperbaiki tingkat kinerjanya adalah variabel sosialisasi BPLM. 3. program BPLM berpenharuh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi dan peningkatan penda-patan padi sawah di kabupaten PPU.
-Tingkat efisiensi usahatani padi sawah di Kabupaten PPU dan faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi. 24.
Muhamad Maulana (2004).
Peranan Luas Lahan, Intensitas Pertanaman Dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah Di Indonesia
Bagaimana pertumbuhan luas panen, produktivitas, dan produksi padi sawah di Indonesia dan sumber pertumbuhannya selama periode 1980-2001.
Variabel yang Mempengaruhi : 1.Luas Lahan. 2.Intensitas Penanaman. 3.Produktivitas.
1.Perhitungan pertumbuhan. 2. Perhitungan total faktor produktifitas.
1. Penurunan produksi cukup tajam disebabkan oleh stagnansi atau menurunnya luas panen dan produktivitas. 2.Dari tiga pertumbuhan produksi padi sawah, yaitu pertumbuhan luas lahan, intensitas pertana-man, dan produktivitas, hanya intensitas pertana-man yang menjadi sumber pertumbuhan.
-Menganalisis harga jual padi terhadap pendapatan petani padi sawah dijorong padang sawah Kecamatan Tigo Nagari
Variabel yang Mempengaruhi -Harga jual (X1) -Luas lahan (X2) -Biaya usaha (X3) -Jumlah Total Produksi (Y)
1. uji R2: -Untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel tidak bebas
1. variabel harga jual X1 memiliki koefisien sebesar 0,351 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah. 2. variabel luas lahan X2 memiliki koefisien sebesar
1980-2001.
Sumber : Jurnal Agro Ekonomi Volu-me 22 No 1.
25.
Natra liarman Antoni, Firdaus Sy (2014).
Pengaruh Harga Jual Padi, Luas Lahan dan Biaya Usaha Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di
Universitas Sumatera Utara
96
Jorong Padang Sawah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.
Kabupaten Pasaman.
-Menganalisis pengaruh luas lahan pertanian terhadap Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasipendapatan Penelitian Terdahulu Sumber : petani padi Jurusan sawah dijoEkonomi rong padang Pembangsawah kecaunan matan Tigo Fakultas Nagari KabuEkonomi paten Pasaman. Universitas Bung Hatta. -Menganalisis pengaruh biaya usaha pertanian terhadap pendapatan petani padi sawah dijorong padang sawah kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. 26. Nyayu Analisis Apa saja faktor- Variabel yang Neti Produksi dan faktor produksi Mempenga-ruhi Arianti, Pendapatan usahatani padi : Reswita Usahatani pada daerah 1.Benih. Dan Padi Pada sentra ? 2 TK dalam Fristado Daerah keluarga. (2010). Sentra Dan 3.TK luar Non Sentra Keluarga Di 4 Pupuk urea. Kabupaten 5.Pupuk Lebong phonska. 6.Pestisida Sumber : Lindomin. Jurnal 7.Pestisida Agribisnis Nexone. No 2, Vol 2. 8.Pestisida Decis. 27. Rina Analisis -Mengetahui Variabel yang WahFaktor yang pendapatan Mempengaruhi yuniMempengausahatani padi -Luas Lahan ngsih, ruhi pada Petani (X1) Suwarto, Produktivita pemilik peng-Harga Benih dan s Lahan dan garap,penyewa (X2) AgustoPendapatan dan penyakap -Harga Pupuk no Usahatani di Dukuh Urea (X3) (2013) Padi Sribit Lor -Harga Pupuk Berdasarkan SP-36 (X4) Kelembagaa -Mengetahui -Harga pupuk n Lahan di pengaruh ponska (X5) Dukuh Sribit kelembagaan -Harga Pestisida Lor Desa lahan dan (X6)
2. uji F: -Untuk menguji ada tidaknya pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 3. uji t: -Untuk melihat pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
0,332 dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani padi sawah. 3. variabel biaya usaha X3 memiliki koefisien sebesar 0,309 dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani padi sawah.
1. Analisis fungsi produksi usahatani padi pada daerah sentra di kabupaten lebong. 2. Analisis fungsi produksi usahatani padi pada daerah non-sentra di kabupaten lebong.
Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi pada daerah sentra yaitu jumlah tenaga kerja luar keluarga, sedangkan pada daerah non-sentra adalah jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
1. uji R2: -Untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel tidak bebas
-Pendapatan usahatani padi untuk pemilik penggarap sebesar Rp 11.404.178/ha/mt -Faktor yang berpenga-ruh nyata positif terhadap produktivitas lahan yaitu luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk SP-36, jumlah tenaga kerja, Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata yaitu jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan
2. uji F: -Untuk menguji ada tidaknya pengaruh seluruh variabel
Universitas Sumatera Utara
97
Sribit faktor lainnya -Upah Tenaga Kecamatan terhadap Kerja (X7) Delanggu produktivitas Kabupaten lahan di Dukuh Klaten. Lor Lanjutan Tabel 2.4. TabulasiSribit Penelitian Terdahulu
28.
29.
Saadah, Anwar Sulili, Dan,R. Binindra Deserama (2011).
Salmiah (2004).
Sumber : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peranan Penyuluhan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo Sumber : Jurnal Agrisistem Vol 7 No. 2 ISSN 20890036. Pendapatan Dan Curahan Tenaga Kerja Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Hutan Di Kabupaten Deli Serdang Dan Tapanuli Tengah, Propvinsi Sumatera Utara. Sumber : Disertasi: Program Pasca sarjana Universitas Padjadjaran Bandung.
-Mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap pendapatan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor. -Bagaimana hubungan antara peranan penyuluhan pertanian terhadap peningkatan pendapatan petani ?
Variabel yang Mempengaruhi -Jumlah Produksi (X1) -Biaya tenaga kerja (X2) -Pendapatan Petani (Y)
bebas variabel
terhadap terikat.
3. uji t: -Untuk melihat pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
1. uji Chi-kuadrat : Untuk mengetahui adanya hubungan antara peranan penyuluhan pertanian terhadap peningkatan pendapatan petani. 2. uji independen: -Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan tersebut.
-Bagaimana tingkat pencurahan tenaga kerja keluarga dalam pemanfaatan hasil hutan, serta sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap totalpendapatan -Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan usia jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan usahatani yang dimiliki dengan tingkat pendapatan masyarakat petani yang
jumlah pestisida.
-Masyarakat -Analisis regresi petani desa linier hutan -Uji beda dua rata -Luas lahan rata usahatani yang -Analisis regresi dimiliki dan linier berganda dike-lola oleh -Statistik uji tpetani dalam student usahatani padi -Proses hirarkii sebagai mata analitik pencaharian utama dan dinyatakan dalam hektar -Hasil hutan yang dimanfaatkan untuk menambah pendapatan -Curahan tenaga kerja -Produksi hasil usahatani -Biaya produksi
-Adanya penyuluhan pertanian tentang sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan pendapatan petani. -Berdasarkan hasil Chikuadrat (X2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas peranan penyuluhan pertanian dan variabel terikat pendapatan petani.
-Tingkat kehidupan masyarakat petani di kawasan hutan HPH maupun diluar hutan HPH, tergolong miskin dengan pendapatan yang rendah, Yaitu Rp. 4 664 589 per tahun dan Rp. 7 143 461 per tahun. Ini disebabkan karena tidak adanya penyuluhan pertanian, tidak adanya bantuan modal berupa kredit usahatani dari pemerintah. -Faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani yang ada di dalam kawasan HPH adalah usia petani, luas lahan yang dimiliki dan dikelola, serta jumlah tanggungan keluarga sedangkan faktor
Universitas Sumatera Utara
98
ada di dalam -Total dan disekitar pendapatan Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu hutan hph ?. petani -Dari aspek -Umur petani partisipatif dan -Pendidikan kelembagaan, petani bagaimana -Jumlah keputusan yang tanggungan akan diambil keluarga oleh petani dan lembaga yang terkait dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan ?.
30.
31.
S.Andy Cahyono., Sunaryo., Purwanto .,dan Syahrul Donie (2002).
Komposisi Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Sub DAS Temon.
-Seberapa besar pendapatan petani baik yang berasal dari usahatani maupun non usahatani ?.
Sumber : Prosiding Ekspose BP2TP DAS –IBB Surakarta
-Apakah komposisi pendapatan keluarga petani dan apakah luas penguasaan lahan mempengaruhi pendapatan dan komposisi rumah tangga petani
S.Andy Cahyono., Nur Ainun Jariyah,. Dan Nunung
Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Sub DAS Keduang.
-Berapa besar pendapatan petani di Sub DAS Keduang ? -Apakah
Penguasaan lahan sempit kurang dari 4 900 m2, lahan sedang 5 000 m2 – 9 900 m2, dan luas > 10 000 m2..
-Perhitungan pendapatan keluarga petani dipe-roleh dengan rumu: n Pb=
-Petani berlahan sempit < 4 900m2 -Petani berlahan sedang 5 000-9 900 m2
-Perhitungan pendapatan keluarga petani dipe-roleh dengan rumus
i=1 Dimana : Pb= Jumlah pendapatan bersih (Rp) Pi = Pendapatan kotor ke i (Rp) Ci= Biaya ke i (Rp) -Pendapatan total rumah tangga petani merupakan penjumlahan pendapatan yang berasal dari usahatani dengan pendapatan yang berasal dari non usahatani
n
pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan. -petani yang di luar kawasan HPH faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan yang dimiliki dan jumlah tanggungan keluarga sedangkan faktor tingkat pendidikan dan usia petani tidak berpengaruh. -Total pendapatan petani yang ada diluar kawasan HPH adalah lebih tinggi dari petani yang ada di dalam kawasan HPH. -Pendapatan petani di Sub DAS Temon sebesar Rp 4 045 900. dan didominasi oleh pendapatan dari pertanian kecuali petani berlahan luas yang mulai mendiversivikasikan pendapatan dari luar pertanian -Kontribusi pendapatan usaha non pertanian terhadap pendapatan rumahtangga petani masih relatif kecil 22,93 % dari pendapatan total, tetapi bagi petani berlahan luas mencapai 81,51 % -Luas penguasaan lahan mempengaruhi pendapatan petani terutama petani berlahan sempit, sedangkan petani berlahan luas sudah mulai tidak tergantung pada lahan. Petani lahan sempit berusaha meng-hindari resiko dengan mendiversivikasi usahataninya dan ini berbeda dengan yang dilakukan oleh petani berlahan luas yang cenderung menggunakan lahannya pada tegal (lahan kering). -Pendapatan rumah tangga petani di Sub DAS Keduang rata rata mencapai Rp. 3 759 200 /tahun dan pendapatan dari pertanian masih mendominasi. -Kontribusi pendapatan
Universitas Sumatera Utara
99
Puji Nugroho (2002).
ketergantungan petani terhadap lahan ?.
-Petani berlahan luas > 10 000 m2
-Bagaimana Distribusi pendapatan petani di Sub DAS Keduang ?.
32.
Shenggen Fan (2000).
Technologic al Change. Technical and Allocative Efficiency In Chinese Agriculture: The Case Of Rice Production In Jiangsu. Source: Journal of International Development
- The study Empirically estimates a stochastic frontier shadow cost function for Chinese agriculture using a flexible functional form. -Technological change and technical and allocative efficiency improvement are estimated simultaneousl from the same cost function. - the study covers a longer period (198093), making it possible to identify the
- Price ratio of labour - Machinery - Pesticide
Pb= i=1 Dimana : Pb= Jumlah pendapatan bersih (Rp) Pi = Pendapatan kotor ke i (Rp) Ci= Biaya ke i (Rp) -Pendapatan total rumah tangga petani merupakan penjumlahan pendapatan yang berasal dari usahatani dengan pendapatan yang berasal dari non usahatani -Indeks Gini, untuk menghitung ketimpangan distribusi pendapatan dan penguasaan lahan Stochastic frontier
yang berasal dari pertanian masih dominan -Mencapai 59,11% dari pendapatan total, kontribusi pertanian semakin besar pada petani berlahan luas yang mencapai 84,09%. -Ketimpangan distribusi penguasaan lahan tergolong rendah (0,2371) dan ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga tergolong tinggi (0,4966). Kegiatan di luar pertanian dan non lahan merupakan usaha yang memiliki ketimpangan distribusi pendapatan tinggi. -Pertanian tanaman pa-ngan merupakan pilihan utama dalam kegiatan pertanian sedangkan per-dagangan telah berkem-bang dan mendominasi pendapatan di luar perta-nian selain kiriman uang dari luar desa.
China still has great potential to promote production growth by reducing regional differences in allocative efficiency. the stagnation in technical efficiency after 1984 may be a result of deterioration of the extention service after the reforms. Therefore, the extention system also needs to be strengthened in order to gain further efficiency in production.
Universitas Sumatera Utara
100
Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu
33.
34.
effects of different phases of the reforms on efficiency improvement. -Bagaimana dampak pola pemasaran gabah dan beras di tingkat petani saat ini ?
Sudi Mardianto, Yana Supriatna dan Nur Khoiriyah Agustin (2005).
Dinamika Pola Pemasaran Gabah dan Beras Di Indonesia Sumber : Forum Penelitian Agroekonom i Vol.23 No.2
-Bagaimana kebijakan perberasan di Indonesia yang berkaitan dengan bulog dan KUD ?
Sugiarto (2008).
Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Menurut Pola Pendapatan Dan Pengeluaran di Perdesaan
-Berapa besarnya tingkat pendapatan dari berbagai sumber mata pencaharian dan pengeluaran serta kesejahteraan bagi rumah tangga petani di desa penelitian ?.
-Konsumen berpendapatan menengah keatas. -Konsumen berpendapatan menengah kebawah.
Data sekunder yang dianalisis secara deskriptif.
-3 desa yang berbasis agroekosistem lahan sawah dominasi tanaman padi -3 desa berbasis agro-ekosistem lahan ke-ring, dominasi tanaman ubikayu, jagung dan bawang putih
-Tigkat Kesejahteraan petani dengan konsep nilai tukar pendapatan rumahtangga petani (NTPRP). -NTPRP = Y/E Y= YP+YNP E= EP+EK Dimana: Y = Pendapatan E = Pengeluaran Yp = Total pendapatan dari usaha pertanian YNP = Total pendapatan dari usaha non pertanian -EP = Total pengeluaran untuk usaha pertanian -EK = Total pengeluaran Untuk usaha non pertanian. -Tigkat kesejahteraan petani dengan konsep nilai tukar pendapatan rumahtangga petani (NTPRP). -NTPRP = Y/E Y= YP+YNP E= EP+EK Dimana:
-Bagaimana pendapatan, pengeluaran dan kesejahteraan petani perdesaan ?.
35.
Sugiarto (2008).
Analisis Pendapatan, Pola Konsumsi dan Kesejahteraan Petani Padi Pada Basis AgroEkosistem Lahan
-Apakah Pendapatan rumah tangga yang diterima dari berbagai sumber matapencaharian mampu dibelanjakan hanya untuk
-Kelompok penguasaan lahan sempit -Kelompok penguasaan lahan sedang -Kelompok penguasaan lahan luas
Adanya keterpisahan petani dari pasar, segala insentif pasar dan usaha-usaha mensejahterakan petani yang dilakukan melalui kebijakan harga tidak akan secara efektif dirasakan petani karena akan lebih banyak dinikmati oleh para pelaku tata niaga. Untuk menigkat-kan kesejahteraan petani, sebaiknya dilakukan melalui mekanisme kebijakan yang dapat langsung dinikmati kepada petani dan keluar-ganya tanpa mengitervensi mekanisme pasar. -Di perdesaan berbasis lahan sawah dan kering diperoleh nilai tukar pendapatan rumahtangga petani (NTPRP) < 1, (=0,60,9) artinya bahwa kesejahteraan sebagian besar di perdesaan kedua agroekosistem belum tercapai. -Rendahnya NTPRP sangat dipengaruhi oleh rendahnya pendapatan yang diperoleh dibanding dengan total pengeluaran yang terdiri dari total pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan dan energi dan biaya produksi usaha pertanian dan non pertanian.
-Dari aspek pendapatan rumah tangga petani padi masih didominasi oleh pendapatan dari sektor pertanian dibanding sektor non pertanian -Dari aspek pengeluaran jenis ko-moditas bahan makanan lebih besar dalam anggaran penge-luaran
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu 101
Sawah Irigasi di Perdesaan. .
36.
Supriady, Rusli (2010).
Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Wilayah Bosowasipil u Sulawesi Selatan Sumber : Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.8 No.2
37.
Supriyati ,Saptana dan Yana Suprayatna (2007).
memenuhi kebutuhan pangan atau kebutuhan non pangan ?.
-Bagaimana dampak kebijakan perberasan nasional dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi diwilayah Bosowasipilu Sulawesi Selatan.
-Variabel yang mempengaruhi : 1.Produksi (Kg/MT). 2.Harga GKG (Rp-/Kg). 3.Nilai Produksi (Rp/MT). 4.Biaya Input Pro-duksi (Rp/MT). 5.Pengolahan dan lain-lain total biaya (TC/MT)pendap atan Petani (Rp/MT).
Hubungan -Bagaimana Penguasaan Penguasaan struktur dan tanah ke Lahan dan dinamika dalam 2 Pendapatan penguasaan kelompok besar Rumah lahan di yaitu: (1) Milik, Tangga di pedesaan ?. dan (2) Bukan Perdesaan milik, yang Sumber : -Bagaimana terdiri dari Pusat struktur dan di- sewa, bagi hasil, Penelitian namika pendagadai dan dan patan rumahlainnya. Pengembatangga di perde- Meskipun ngan Sosial saan ?. pendekatan Ekonomi tersebut belum Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Pertanian, -Bagaimana dapat meneBogor keterkaitan rangkan dengan antara struktur baik eksistensi penguasaan dan implikasi lahan dan pen- ekonomi dari dapatan rumah sistem tangga ? kelembagaan tanah adat, namun cukup baik untuk menjelaskan
Y = Pendapatan E = Pengeluaran Yp = Total pendapatan dari usaha pertanian YNP = Total pendapatan dari usaha non pertanian EP = Total pengeluaran untuk usaha pertanian EK = Total pengeluaran untuk usaha non pertanian. -Secara kuantitatif dianalisis secara tabulasi dengan pendekatan analisis dan analisis Domestic Resource Cost (DRC). pendapatan usaha tani. -Secara kualitatif dianalisis secara deskriptif dengan penekanan pada kendala dan prospek pengem-bangan usahatani padi sebagai konsekuensi dari kebijakan pemerintah. -Analisis deskriptif kualitatif. -Untuk penghitungan ketimpangan distribusi penguasaan lahan dan pendapatan digunakan Indek
rumahtangga dibanding bahan bukan makanan -Nilai tukar pendapatan rumah-tangga (NTPRP) yang digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan rumah tangga petani padi pada umumnya kurang dari satu, kecuali pada kelompok pengua-saan lahan luas.
-Peranan pemerintah sangat penting dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan usahatan padi di wilayah bosowa-sipilu Sulawesi Selatan. -Adanya Perlakuan kebijakan subsidi harga pada tanaman padi baik pada musim tanam gadu maupun rendengan mempunyai dampak positif yang lebih baik. -Usaha tani di Bosowasipilu tidak mempunyai prospek yang baik. -Nilai koefisien DRC masih dibawah satu. -Berdasarkan analisis Indek Gini di peroleh nilai koefisien indek gini untuk lahan milik pede-saan Klaten 0.21, Landak 0.32,dan pe-desaan Pasaman 0.46, sedangkan untuk lahan garapan untuk masing-masing pe-desaan Kabu-paten con-toh 0,16, Gini (G) adalah 0,28, dan 0,46. Hasil G=1+n tersebut menun-jukkan G = 1 + n1 – relatif meratanya pemilikan 2/n2Yr dan pengga-rapan lahan, kecuali di Pasaman menunjukkan adanya ketimpangan yang ringan -Secara stastistik, kore-lasi Analisis regresi antara pendapatan sederhana pertanian dengan luas lahan -Yi = a + b Xi + ei milik dan juga dengan Di mana: YI = rata- lahan garapan tidak nyata rata pendapatan dari dan korelasi antar dua rumah tangga variabel tersebut relatif petani ke i kecil. Di Kabupa-ten
Universitas Sumatera Utara
102
38.
Sutrisno (2009).
Luas Lahan Garapan, Kredit Ketahanan Pangan dan Biaya Tenaga Kerja Mempengaruhi Pendapatan Petani di Kabupaten Pati. Sumber : Konferensi Penelitian Keuangan Sektor Publik II. Badan Litbang Departemen Dalam Negeri
39.
Tejendra Chapagain and Eiji Yamaji (2010).
The Effects of Irrigation, Age of Seedling and Spacing on Crop
-Apakah ada hubungan atau korelasi dan pengaruh antara luas lahan garapan, kredit ketahanan pangan dan biaya tenaga keraja dan pendapatan petani?
fenomena dinamika penguasaan tanah dan hubungan-nya dengan pendapa-tan dan kesempatan kerja di pedesaan.
Xi = rata-rata penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga ke i ei = kesalahan pengganggu.
Variabel yang Mempengaruhi -Luas lahan garapan (X1) -Kredit ketahanan pangan (X2 ) -Biaya tenaga kerja (X3) -Pendapatan Petani (Y)
1. uji korelasi : -Untuk mengukur hubungan antara variabel bebas : luas lahan garapan (X1), kredit ketahanan pangan (X2), biaya tenaga kerja (X3) dengan variable terikat Pendapatan Petani (Y) 2. uji F : -Untuk mengetahui apakah variabel bebas : luas lahan garapan (X1), kredit ketahanan pangan (X2), biaya tenaga kerja (X3) secara bersama-sama mempengaruhi variable terikat :Pendapatan Petani (Y) 3. uji t : Untuk mengetahui apakah variabel bebas : luas lahan garapan (X1), kredit ketahanan pangan (X2), biaya tenaga kerja (X3) mempengaruhi variable terikat Pendapatan Petani (Y). - Alternate Wet and Dry Irrigation (AWDI) - Split-split plot design (S-SPD).
-Seberapa besar pengaruh luas lahan garapan, kredit ketahanan pangan dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani. ?
Intermittent irrigation with alternate wetting and drying intervals (AWDI) and continuous
- Irrigation method - Age of seedling and spacing on crop performance
Pasaman, Sumatera Barat dan Ka-bupaten Landak, Kali-mantan Barat terjadi pola hubungan yang searah antara pendapatan sektor pertanian dan lua pemilikan serta luas garapan, namun di Klaten, Jawa Tengah terjadi pola hubungan terbalik antara dua variabel tersebut. Korelasi antara total pendapatan dengan lahan milik di Sumatera Barat nyata dengan koefisien korelasi 0,29. -Ada hubungan yang sangat kuat antara luas lahan garapan, kredit ketahanan pangan dan biaya tenaga kerja dengan pendapatan petani. -Ada pengaruh yang signifikan dan positif antara luas lahan garapan, kredit ketahanan pangan dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani. -Pengaruh luas lahan garapan, kredit ketahanan pangan dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan petani sebesar 99,5 %.
- The experiment results revealed that the proposed AWDI can save a significant amount of irrigation water (28%) without reduced grain yield (7.4 t/h compared with 7.37
Universitas Sumatera Utara
103 Lanjutan Tabel 2.4. Tabulasi Penelitian Terdahulu Performance , Productivity and WaterWise Rice Production in Japan.
40.
Titi Hayati (2013).
- productivity - water-wise
Source: Journal Paddy Water Environ 8:81-90
flooding throughhout the cropping season were the two main-plot factors,whilethe effects of age of seedlings and plant spacing were evaluated as sub and subsub plot factors, respectively.
Pengaruh Tinggi Penggenangan Air Terhadap Pertumbuha n Dan Produksi Padi Sawah
Air mempengaruhi sifat tanaman, unsur hara, dan pertumbuhan gulma yang lebih sedikit pada kondisi tergenang.
Variabel yang Mempengaruhi P1:Tinggi penggenangan 0 cm
Sumber : Skripsi Departemen Agronomi Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Kebutuhan air untuk proses pertumbuhan tanaman padi masih belum diketahui secara pasti jumlahnya.
P2:Tinggi penggenangan 2,5 cm P3:Tinggi penggenangan 2,5 cm
Menggunakan ------Metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). -Faktor tunggal dengan tiga kali ulangan perlakuan. P1: Tinggi penggenangan 0 cm P2: Tinggi penggenangan 2,5 cm P3: Tinggi penggena ngan -2,5 cm Terdapat 9 satuan percobaan. -Model linier Uji sidik ragam (uji F), uji BNT pada taraf 5%. Data dolah dengan menggunakan SAS.
t/h from normal planting with ordinary water management). - water productivity was observed to be significantly higher in all combinations of practices in the intermittent irrigation plots: 1.74 g/l with SRI management and AWDI as compared to 1.23 g/l from normal planting methods with ordinary water management. Penggenangan 0,25 dan 2,5 cm tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah serta komponen hasil. Rata-rata produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap perlakuan pengge-nangan berkisar 6,6 ton /ha hingga 6,9 ton /ha. Ketersediaan air tanah untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air tanah sebelum irigasi yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan. Pengge-nangan -2,5 dapat dite-rapkan dalam budi daya padi sawah.
Universitas Sumatera Utara