BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional
dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:4) mengemukakan bahwa “manajemen
keuangan
menyangkut
kegiatan
perencanaan,
analisis
dan
pengendalian kegiatan kegiatan keuangan, kegiatan-kegiatan tersebut dalam dikelompokan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan” . Pengertian manajemen keuangan menurut Martono dan Harjito (2004:4) adalah “segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh, dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan.” Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian manajemen keuangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa menajemen keuangan adalah keseluruhan aktifitas perusahaan untuk mendapatkan dana dalam membiayai kegiatan perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana dari luar perusahaan ke dalam berbagai aktifitas perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan merupakan salah satu keputusan utama yang
harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Ada beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009:3). Tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan tersebut, yaitu:
14
15
1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen (Dividend Policy) Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham (stock dividend), pemecahan saham (stock split), serta penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Maka penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan tentunya disertai dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan sebaik-baiknya.
2.2
Pasar Modal
2.2.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
16
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. (www.idx.co.id) Dalam undang-undang, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Bab 1, Pasal 1, angka 13, UU. no. 8, 1995). Menurut Latumaerissa (2011 : 353) “pasar modal (capital market) adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperrbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan kegiatan perekonomian. Sedangkan menurut Martalena dan Malinda (2011 : 2), pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuitas (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal juga merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain, dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi. Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa pasar modal merupakan tempat perdagangan instrumen keuangan jangka panjang yang berkaitan dengan perusahaan publik, investor, dan lembaga lainnya yang berhubungan dengan surat berharga. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena menjadi sarana pendanaan bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor dan pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain sebagainya. Disamping itu pasar modal dapat meningkatkan kegiatan perekonomian.
2.2.2
Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
17
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. (www.idx.co.id). Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil
penggabungan
ini
mulai
beroperasi
pada
1
Desember
2007
(www.wikipedia.com). Menurut Gumanti (2011, 67) penggabungan tesebut dilakukan agar nilai kapitalisasi pasar meningkat. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan
karakteristik
(www.idx.co.id)
keuntungan
dan
risiko
masing-masing
instrumen.
18
2.2.3
Indeks Harga Saham Indeks harga saham menurut Darmadji dan Hendry (2001: 95) merupakan
indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi bagi pasar modal, yaitu : 1. Sebagai indikator tren pasar 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk detivatif. Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 17 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Dikutip dari website Bursa Efek Indonesia, 17 indeks tersebut, yaitu: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).
19
2. Indeks Sektoral Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masingmasing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3. Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK)
dengan
mempertimbangkan
kapitalisasi
pasar
dan
likuiditas. 5. Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 6. Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi
20
pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises/SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteriakriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity/ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float. 9. Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 10. Indeks Papan Pengembangan Mengguanakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 11. Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. 12. IDX30 IDX30 adalah 30 saham yang dipilih dari saham indeks-indeks LQ45 yang paling memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. 13. Indeks Sminfra18
21
Indeks Sminfra18 adalah 18 saham pilihan yang termasuk ke dalam sektor infrastruktur dan pendukung infrastruktur. Indeks Sminfra18 diluncurkan bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur. 14. Indeks MNC36 Kerja sama BEI dengan MNC Group meluncurkan indeks harga saham bernama Indeks MNC36. 15. Indeks infobank15 Indeks infobank15 adalah 15 saham pilihan yang termasuk ke dalam sektor perbankan. Indeks infobank15 diluncurkan bekerja sama dengan Majalah Infobank. 16. ISSI ISSI atau Indeks Saham Syariah Indonesia dihitung menggunakan seluruh saham perusahaan yang dinyatakan syariah. OJK dan Dewan Syariah Nasional
MUI
memiliki
peran
untuk
menentukan
saham-saham
perusahaan yang tercatat yang dinyatakan syariah. 17. Indeks Investor33 Indeks Investor33, kerja sama BEI dengan media Investor Daily.
2.2.4
Indeks LQ 45 Pasar modal di indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya
tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian besar saham tidak aktif) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Tanggal 24 Februarai 1997 diperkenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu indeks likuid 45 (Indeks LQ 45). Indeks LQ 45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks LQ 45 terdiri atas 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. LQ 45 merupakan singkatan dari Likuid 45. Saham-saham perusahaan yang masuk ke dalam kelompok ini dikenal dengan sebutan saham blue chip. Selain
penilaian
atas
likuiditas,
seleksi
atas
saham-saham
tersebut
22
mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Menurut Gumanti (2011 : 73) untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu : 1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di Pasar Reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir) 2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di BEI selama paling sedikit tiga bulan 4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan jumlah hari transaksi di Pasar Reguler tertinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain
2.2.5
Informasi di Pasar Modal Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 4). Berdasarkan pengertian tersebut tampak bahwa investor akan mengasimilasikan informasi yang relevan ke dalam harga dalam membuat keputusan menjual atau membeli saham. Menurut Fama (1990:70) informasi yang relevan diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Informasi mengenai perubahan harga di waktu yang lalu (past price changes), 2. Informasi yang tersedia kepada publik (public information), 3. Informasi yang tersedia kepada publik maupun tidak (public and private information). Menurut Husnan dkk (1995:115) apabila pasar modal efisien, maka pengumuman suatu informasi maupun peristiwa akan mempunyai dampak pada kegiatan perdagangan, variabilitas harga dan tingkat keuntungan, dan harga sekuritas. Dengan munculnya informasi baru, maka diharapkan akan terjadi peningkatan kegiatan perdagangan. Disamping itu, diharapkan akan terjadi
23
perubahan harga yang cukup berarti dan sering sehingga akan meningkatkan variabilitas tingkat keuntungan. Bilamana suatu informasi ditafsirkan sebagai kabar buruk, maka harga saham akan mengalami penurunan, demikian pula sebaliknya apabila suatu informasi ditafsirkan sebagai kabar baik. Reaksi para investor dalam menanggapi berbagai informasi sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi yang masuk, baik itu ekonomi, politik, hukum, budaya sosial, keamanan, dan berbagai informasi luar negeri lainnya (Irham & Yovi, 2011:192). Peristiwa yang terjadi pada dasarnya mengandung informasi dan tidak dapat dipisahkan dari pasar modal, baik peristiwa ekonomi maupun non ekonomi. Peristiwa ekonomi antara lain inflasi, perubahan nilai tukar mata uang, kebijakan fiskal, moneter, tingkat suku bunga, investasi, kebijakan deviden, strategi perusahaan maupun keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan peristiwa non-ekonomi misalnya keadaan lingkungan hidup, isu hak asasi manusia, aksi teroris, demonstrasi, serta peristiwa-peristiwa politik yang sangat sensitif dengan kondisi pasar (Suryo, 2007:250). Peristiwa-peristiwa politik merupakan salah satu bagian dari lingkungan non ekonomi (kerusuhan, politik, dan keamanan negara) yang dapat berpengaruh pada kondisi pasar modal, karena dinamika situasi politik pada dasarnya juga berkaitan dengan stabilitas perekonomian suatu negara. Stabilitas politik yang diikuti dengan kestabilan kondisi ekonomi, akan membuat para investor merasa aman untuk menginvestasikan dananya di pasar modal. Oleh karena itulah, investor umumnya akan menaruh ekpektasi terhadap setiap peristiwa politik yang terjadi dan ekpektasi mereka akan tercermin pada fluktuasi harga ataupun aktivitas volume perdagangan saham di bursa efek. (Chan, dkk, 2014:114) Peristiwa politik akan menghasilkan informasi. Kegiatan di pasar modal sangatlah dipengaruhi oleh informasi, baik itu informasi yang benar maupun informasi yang tidak benar (isu) sehingga sering terlihat harga saham turun atau naik sebagai akibat beredarnya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan maupun informasi yang bersifat rumor atau isu (Krisdumar dan Taufik, 2009:57).
24
2.2.6
Peristiwa Pelantikan Presiden Jokowi Upacara Pelantikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Indonesia ke-
7 dilakukan di Gedung DPR/MPR, Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2014 pagi. Upacara ini menandai secara resmi dimulainya jabatan Joko Widodo sebagai Presiden
dan Jusuf
Kalla sebagai Wakil
Presiden Indonesia,
yang
telah
memenangkan pemilihan umum presiden pada 9 Juli 2014. Joko Widodo (dikenal sebagai Jokowi) terpilih sebagai Presiden Indonesia dalam pemilu presiden 2014. Pelantikan Jokowi sebagai presiden dijadwalkan untuk dilaksanakan pada 20 Oktober 2014, tepat 5 tahun setelah awal masa jabatan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jokowi, yang sebelumnya menjabat
sebagai Walikota
Surakarta dan Gubernur
DKI
Jakarta,
banyak
mendapat sorotan media nasional maupun internasional, karena dianggap sebagai presiden pertama Indonesia yang tidak berasal dari kalangan elit politik atau militer, dan gaya kepemimpinan dan kepopulerannya yang unik. Lima hari sebelum acara pelantikan, majalah TIME memuat Jokowi di halaman depannya, dengan tajuk A New Hope (Harapan Baru). Selain itu, ia juga populer di kalangan media sosial Indonesia. Pelantikan Jokowi mendapat berbagai reaksi dari
masyarakat
dan
media
Indonesia
maupun
internasional.
(www.wikipedia.com)
2.3
Event Study (Studi Peristiwa) Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. (Jogiyanto, 2008:529) Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang dapat diukur dengan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan abnormal return. Jika
25
pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap pengumuman informasi, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Selain itu, event study dapat diartikan sebagai suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu dan bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi peristiwa surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga. (Gunawan & Marwan Asri, 1998:137) Berdasarkan pengertian tersebut, tampak bahwa sebenarnya event study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal dengan pendekatan pergerakan harga saham terhadap suatu peristiwa tertentu. Sejalan dengan tujuan itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar modal efisien pada bentuk setengah kuat seperti yang dilakukan oleh Fama (1990:83) yang kemudian diikuti oleh berbagai peneliti pasar modal lainnya.
2.4
Reaksi Pasar Studi peristiwa (event study) mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu peristiwa,
termasuk
peristiwa
politik.
Peristiwa
politik
memang
tidak
mengintervensi bursa saham secara langsung, namun peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang diserap oleh para pelaku pasar modal dan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Hal tersebut mempengaruhi para investor yang pada akhirnya pasar bereaksi terhadap informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan baru. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Selain itu, suatu peristiwa juga memungkinkan terjadinya perubahan trading volume activity di pasar modal yang mencerminkan keputusan investor. Jika suatu peristiwa politik mempunyai kandungan informasi maka akan
26
memberikan abnormal return kepada pelaku pasar, sebaliknya pengumuman peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pelaku pasar. Trading volume activity merupakan salah satu indikator yang digunakan pada penilaian harga saham dan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan trading volume activity saham di pasar. Menurut Robert Ang (1997:78) adanya perubahan trading volume activity diakibatkan oleh penawaran dan permintaan yang dilakukan oleh investor terhadap saham entitas di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan saham, maka semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi trading volume activity di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham dan frekuensi perdagangan, menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh investor.
2.4.1
Abnormal Return Tingkat keuntungan atau return merupakan tingkat kembalian yang
dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Menurut Ang (1997:85), tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan mau berinvestasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap investasi, baik jangka panjang maupun jangka pendek, mempunyai tujuan utama yaitu untuk mendapatkan keuntungan. Reaksi pasar akibat terjadinya suatu peristiwa biasanya mengamati perubahan harga saham yang diukur dengan adanya abnormal return. Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:416):
𝐴𝑅𝑖,𝑡 = 𝑅𝑖,𝑡 − 𝐸(𝑅𝑖,𝑡 )
27
Dimana: 𝐴𝑅𝑖,𝑡
= abnormal Return saham i pada periode t
𝑅𝑖,𝑡
= return sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada periode t
𝐸(𝑅𝑖,𝑡 ) = tingkat pengembalian saham yang diharapkan pada periode t Menghitung rata-rata Abnormal return dengan menggunakan rumus:
𝐴𝐴𝑅𝑡 =
∑ 𝐴𝑟𝑖𝑡 𝑛
Dimana: 𝐴𝐴𝑅𝑡 = average abnormal return pada waktu t 𝐴𝑟𝑖𝑡 = abnormal return sekuritas i pada waktu t n
= Banyaknya sampel yang diamati
Membuat perbandingan secara statistik average abnormal return sebelum tanggal peristiwa dengan average abnormal return setelah tanggal pengumuman untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua periode tersebut.
2.4.1.1 Return Realisasi (Realized Return) Menurut Jogiyanto (2010:416) return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Formulasi dari return realisasi adalah sebagai berikut:
𝑅𝑖,𝑡 =
𝑃𝑖,𝑡 − 𝑃𝑖,𝑡−1 𝑃𝑖,𝑡−1
28
Dimana: 𝑅𝑖,𝑡
= return yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
𝑃𝑖,𝑡
= harga sekarang relative
𝑃𝑖,𝑡−1 = harga sebelumnya
2.4.1.2 Return Ekspektasi (Expected Return) Menurut Jogiyanto (2010:416) return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Terdapat tiga model yang dapat digunakan untuk mengukur return ekspektasi, yaitu: 1. Model Disesuaikan Rata-Rata (Mean Adjusted Model) Model disesuaikan rata–rata (mean adjusted model) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata–rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
𝐸(𝑅𝑖, 𝑡) =
∑𝑡2 𝑗=𝑡𝑖 𝑅𝑖,𝑗 𝑇
Dimana: 𝐸(𝑅𝑖, 𝑡) = expected Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t 𝑅𝑖,𝑗
= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T
= lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). 2. Model Pasar (Market Model) Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan
29
data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:
𝑅𝑖,𝑗 = 𝛼𝑖 + 𝛽. 𝑅𝑚𝑗 + 𝑒𝑖𝑗 Dimana: 𝑅𝑖,𝑗 = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j 𝛼𝑖
= intercept untuk sekuritas ke-i
𝛽
= koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
𝑅𝑚𝑗 = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j 𝑒𝑖𝑗 = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model) Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
𝐸(𝑅𝑖,𝑡 ) = 𝑅𝑚𝑖,𝑡
Dimana: 𝐸(𝑅𝑖,𝑡 ) = expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t 𝑅𝑚𝑖,𝑡
= return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
30
Abnormal return adalah selisih antara realized return dengan expected return. Untuk selanjutnya rumus market adjusted model di atas akan digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung expected return.
2.4.2 Trading Volume Activity Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan Trading Volume Activity (TVA). Menurut Widayanto dan Sunarjanto (2005:53), “Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal.” Perhitungan
TVA
(Trading
Volume Activity)
dilakukan dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama (Wismar’ien, 2004:67). Dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑇𝑉𝐴 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
Setelah TVA masing-masing saham diketahui, selanjutnya dihitung ratarata TVA untuk periode di seputar tanggal pengumuman.
∑𝑛𝑖=1 𝑇𝑉𝐴𝑖 𝑋𝑇𝑉𝐴 = 𝑛 Dimana: TVA = trading volume activity
31
𝑋𝑇𝑉𝐴 = rata-rata TVA n
= banyaknya sekuritas pada setiap periode
Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum tanggal pengumuman dengan rata-rata TVA sesudah tanggal pengumuman untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik TVA diantara kedua periode tersebut. Selanjutnya rumus di atas akan digunakan untuk mengukur trading volume activity dalam penelitian ini.
2.4 Penelitian Terdahulu Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara informasi baru yang dipublikasikan dengan abnormal return maupun volume perdagangan saham. Sebagian besar dari event study yang dilakukan menggunakan berbagai event yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi, seperti pengumuman laba, kebijakan dividen, pengumuman akuisisi atau merger. Pada perkembangan selanjutnya event study juga dilakukan untuk menganalisis pengaruh peristiwa-peristiwa yang terkait lingkungan ekonomi makro seperti perubahan kurs, suku bunga, ataupun kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah. Walaupun event study memiliki jangkauan yang luas, namun baru pada dua dekade terakhir ini banyak digunakan terhadap peristiwa di luar isu ekonomi (Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Chairul (2004:98) melakukan penelitian berjudul Studi Peristiwa Reaksi Pasar Terhadap Pemilihan Umum Tanggal 5 April 2004 Pada Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian ini adalah saham yang termasuk dalam kelompok perusahaan LQ 45. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan terhitung tanggal 1 Maret 2004 sampai dengan tanggal 13 April 2004. Hasil penelitian reaksi pasar terhadap pemilihan umum baik dilihat dari abnormal pengembalian maupun volume perdagangan, pasar memiliki reaksi yang sama pada saat - disekitar maupun sebelum dan sesudah pemilihan umum, yaitu pada saat - disekitar pemilihan umum pasar bereaksi secara signifikan yang dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan baik pada abnormal pengembalian maupun volume perdagangan.
32
Sedangkan pada sebelum dan sesudah pemilihan umum pasar bereaksi secara tidak signifikan baik pada abnormal pengembalian maupun volume perdagangan. Baldric dan Twenty (2005:35) melakukan penelitian berjudul Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil Pemilihan Umum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham perusahaan yang termasuk dalam daftar Liquid 45 (LQ 45). Hasil penelitian menunjukkan bahwa abnormal return: 1. tidak berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah pengumuman pemilihan presiden, 2. secara signifikan negatif pada hari -5, -4, dan +5 dan secara signifikan positif pada hari -3, -2, -1, 0, +1, +3, dan +4 sekitar pengumuman pemilihan presiden, 3. berbeda secara signifikan sebelum dan setelah pengumuman kabinet, dan 4. secara signifikan negatif pada hari 0 sekitar pengumuman kabinet. Hasil yang dilaporkan menunjukkan bahwa Indonesia pasar modal sensitif terhadap peristiwa politik. Jedrzej, Katrin dan Tomasz (2006:1) melakukan penelitian berjudul Political Orientation of Government and Stock Market Returns. Penelitian ini menguji apakah terdapat perbedaan abnormal return pada saat pemilihan presiden di negara anggota OECD. Pengelompokkan negara didasarkan pada orientasi politik masing-masing negara. Sampel penelitian adalah 24 negara yang termasuk dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). OECD adalah organisasi internasional beranggotakan negara-negara yang menerima
prinsip demokrasi
perwakilan dan
ekonomi pasar
bebas.
Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada tingkat abnormal return antara negara sayap kiri dan negara sayap kanan. Munari (2007:58) melakukan penelitian berjudul Reaksi Pasar Setelah Hasil Pemilu 2004 (Studi Terpilihnya SBY sebagai Presiden RI Periode 20042009). Sampel penelitian ini menggunakan teknik judgment sampling dengan kriteria bahwa perusahaan manufaktur yang perdagangan sahamnya teraktif di
33
bursa dan tergabung ke dalam perusahaan LQ 45 pada tanggal 20 Oktober 2004. Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap perbedaan abnormal return dan trading volume activity pada perusahaan-perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan uji Paired Sampel t test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai abnormal return maupun pada trading volume activity. Dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa pasar modal tidak terlalu terpengaruh dengan adanya peristiwa terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI untuk periode 2004-2009, walaupun terjadi penurunan pada nilai abnormal return meskipun tidak signifikan. Demikian juga halnya dengan trading volume activity, seperti halnya yang terjadi pada nilai abnormal return, pada trading volume activity juga mengalami penurunan meskipun juga tidak signifikan, pada saat sesudah terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono. Krisdumar dan Taufik (2009:57) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Peristiwa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 8 Juli 2009 di Indonesia Terhadap Abnormal Return Di Bursa Efek Indonesia.
Sampel penelitian ini
adalah saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ 45. Penelitian ini menggunakan data harga saham (closing price) dan indeks LQ-45 mulai tanggal 19 Mei 2009 sampai dengan 15 Juli 2009. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa terdapat rata-rata abnormal return disekitar Peristiwa Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Selanjutnya dengan menggunakan paired sample t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Hal ini menunjukkan prediksi serta informasi yang diterima pelaku pasar modal relatif sama. Selain itu banyaknya pooling dari berbagai Lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, LP3ES, dan lain-lain di Indonesia diduga juga turut memperkuat prediksi para pelaku pasar modal. Sandra dan Paulus (2009:63) melakukan penelitian berjudul Reaksi Bursa Indonesia terhadap Pergantian Gubernur Bank Indonesia (Studi Kasus pada Saham-Saham LQ 45). Sampel dalam penelitian ini adalah saham-saham yang
34
termasuk dalam indeks LQ 45 periode 1 dan 2 tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan: 1. secara kumulatif di seputar pengumuman pelantikan gubernur BI, investor memberikan reaksi negatif adanya reaksi negatif dari investor tersebut nampaknya disebabkan karena belum adanya kepastian atau tindakan nyata dari gubernur BI yang baru, 2. terdapat perbedaan abnormal return saham yang signifikan pada sebelum dan sesudah pengumuman pelantikan gubernur Bank Indonesia, 3. berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah pengumuman pelantikan gubernur BI tidak terjadi perubahan TVA yang signifikan. Suryo (2010:249) melakukan penelitian berjudul Reaksi Pasar Modal Indonesia Seputar Pemilihan Umum 8 Juli 2009 Pada Saham LQ 45. Sampel penelitian yaitu seluruh perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 yang terdaftar di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa abnormal return adalah: 1. tidak signifikan berbeda sebelum dan sesudah pengumuman presiden pemilu, 2. pada hari t-10, t-5, t-4, t0, dan t + 7 dan secara signifikan positif pada t-10 dan t + 7 3, 3. trading volume activity tidak Secara signifikan berbeda pada hari 0 sebelum dan sesudah pengumuman pemilihan presiden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Pasar Modal Indonesia adalah sedikit sensitif terhadap peristiwa politik. Julijana (2011:203) melakukan penelitian berjudul The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging Macedonian Stock Market. Penelitian ini menganalisis respon pasar modal terhadap peristiwa name issue antara Masedonia dan Yunani yang berkepanjangan dan belum menemukan titik terang. Event dalam penelitian ini adalah pada acara KTT di Bucharest 4 maret 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah return harian indeks pasar MBI 10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara
abnormal return sebelum dan sesudah acara KTT di Bucharest.
35
Rica, Wiwik dan Fitrini (2012:14) melakukan penelitian berjudul Dampak Pergantian Menteri Keuangan RI Tahun 2010 Terhadap Abnormal Return Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Tahun 2010 yaitu sebanyak 29 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan: 1. berdasarkan uji statistik terhadap Average Abnormal Return (AAR) saham perusahaan perbankan selama periode peristiwa, ditemukan bahwa terdapat perbedaan Average Abnormal Return (AAR) yang signifikan sebelum dan saat perisitiwa pergantian Menteri Keuangan. 2. berdasarkan uji statistik terhadap Average Abnormal Return (AAR) saham perusahaan perbakan selama periode peristiwa, ditemukan bahwa terdapat perbedaan Average Abnormal Return (AAR) yang signifikan saat peristiwa dan setelah perisitiwa pergantian Menteri Keuangan tahun 2010. 3. berdasarkan uji statistik terhadap Average Abnormal Return (AAR) saham perusahaan perbankan selama periode peristiwa, ditemukan bahwa terdapat perbedaan Average Abnormal Return (AAR) yang signifikan sebelum dan setelah perisitiwa pergantian Menteri Keuangan tahun 2010. Fenny (2011:528) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Perubahan Harga Saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kelompok LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling (purposive sampling), dengan beberapa kriteria. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara abnormal return rata-rata sebelum dan sesudah pemilihan presiden Republik Indonesia pada tahun 2004, tapi ada yang berbeda antara abnormal return rata-rata sebelum dan sesudah pemilihan presiden Republik Indonesia pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan presiden RI tidak berarti bagi pasar dan tidak digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham.
36
Chan, Njo dan Gesti (2014:114) melakukan penelitian berjudul Perbedaan Average Abnormal Return, Average Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pemilu di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indoensia (BEI) dan terdaftar dalam kelompok LQ 45 selama 2 periode pemilihan presiden yaitu tahun 2004 dan 2009. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan average abnormal return dan average trading volume activity secara signifikan pada kelompok LQ45 sebelum dan sesudah peristiwa pemilihan presiden di Indonesia tahun 2004 dan 2009. Shahid, Irfan, Kamran dan Ali (2014:162) melakukan penelitian berjudul Impact of Political Events on Stock Market: Evidence from Pakistan. Penelitian ini menguji apakah peristiwa politik berdampak pada pasar saham. Peristiwa politik dipilih dari periode 1998 sampai 2013. Hanya peristiwa pilitik besar yang dipilih. Sampel dalam penelitian ini adalah indeks KSE 100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat abnormal return negatif beberapa hari sebelum dan beberapa hari setelah terjadi suatu peristiwa. Secara ringkas hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No 1
Peneliti Chairul 2004
Judul Penelitian Studi Peristiwa Reaksi Pasar Terhadap Pemilihan Umum Tanggal 5 April 2004 Pada Bursa Efek Jakarta
Variabel yang diteliti Abnormal return, trading Volume Activity
Hasil Penelitian a. Ada perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return pada saat pemilihan umum dan di sekitar pemilihan Umum b. Tidak ada perbedaan antara
37
2
Baldric Dan Twenty 2005
Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil Pemilihan Umum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004
Abnormal Return
3
Jedrzej, Katrin dan Tomasz 2006
Political Orientation of Government and Stock Market Returns
Abnormal Return
abnormal return saham sebelum dan sesudah pemillihan Umum c. Ada perbedaan yang signifikan terhadap average trading volume activity pada saat dan sekitar pemilihan umum. d. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap average trading volume activity sebelum dan sesudah pemilihan umum. a. Terdapat reaksi pasar yang signifikan atas pengumuman hasil pemilu. b. Terdapat reaksi pasar yang signifikan atas pelantikan presiden. c. Tidak terdapat perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemilu d. Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pelantikan presiden. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada tingkat abnormal return antara negara sayap
38
4
Munari 2007
5
Krisdumar Dan Taufik 2009
6
Sandra Dan Paulus 2009
Reaksi Pasar Setelah Hasil Pemilu 2004 (Studi Terpilihnya SBY sebagai Presiden RI Periode 20042009)
Abnormal return,
Pengaruh Peristiwa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 8 Juli 2009 di Indonesia terhadap Abnormal Return di Bursa Efek Indonesia Reaksi Bursa Indonesia terhadap Pergantian Gubernur Bank Indonesia (studi Kaus pada Sahamsaham LQ 45)
Abnormal Return
trading Volume Activity
Abnormal return, trading Volume Activity
kiri dan negara sayap kanan pada peristiwa pemilihan presiden. a. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada nilai abnormal return, pada saat sebelum dan sesusah peristiwa. b. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada nilai trading volume activity pada saat sebelum dan sesudah peristiwa. a. Terdapat average abnormal return di sekitar peristiwa pemilu. b. Tidak terdapat perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah pemilu.
a. Terdapat abnormal return saham yang signifikan atas peristiwa. b. Terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa. c. Tidak terdapat perbedaan trading volume activity
39
7
Suryo 2010
Reaksi Pasar Modal Indonesia Seputar Pemilihan Umum 8 Juli 2009 pada Saham LQ 45
Abnormal return, trading Volume Activity
8
Fenny 2011
Pengaruh Peristiwa Politik terhadap Perubahan Harga Saham
Abnormal Return
9
Julijana 2011
Abnormal Return
10
Rica, Wiwik, Dan Fitrini 2012
The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging Macedonian Stock Market Dampak Pergantian Menteri Keuangan RI Tahun 2010
Abnormal Return
yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa. a. Pasar bereaksi signifikan di sekitar peristiwa. b. Tidak ada perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa. c. Tidak terdapat perbedaan average trading volume secara signifikan sebelum dan sesudah peristiwa. a. Tidak ada perbedaan signifikan average abnormal return sebelum dan sesudah pemilihan presiden 2004. b. Terdapat perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah pemilihan presiden 2009. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah acara KTT di Bucharest. a. Terdapat perbedaan average abnormal return pada saat dan sebelum
40
pengumuman. b. Terdapat
Terhadap Abnormal Return Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
11
Chan, Njo, Dan Gesti 2014
12 Shahid, Irfan, Kamran dan Ali 2014
perbedaan average
Perbedaan Average Abnormal Return, Average Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pemilu di Indonesia
Abnormal return, trading Volume Activity
Impact of Political Events on Stock Market: Evidence from Pakistan
Abnormal Return
abnormal return pada saat dan sesudah pengumuman. c. Terdapat perbedaan average abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman. a. Tidak terdapat perbedaan average abnormal return secara signifikan sebelum dan sesudah pemilihan presiden 2004 dan 2009. b. Tidak terdapat perbedaan average trading volume secara signifikan saat sebelum dan sesudah pemilihan presiden 2004 dan 2009. Terdapat abnormal return negatif beberapa hari sebelum dan beberapa hari setelah terjadi suatu peristiwa.
Sumber dari berbagai jurnal
2.5
Kerangka Pemikiran Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi sangat dipengaruhi
oleh berbagai peristiwa yang memiliki kandungan informasi bagi investor. Semakin penting peran pasar modal dalam perekonomian suatu negara. Semakin
41
sensitif pasar modal itu terhadap berbagai peristiwa disekitarnya (Suryawijaya dan Setiawan 1998:137). Pasar modal tidak relepas dari berbagai pengaruh lingkungan ekonomi maupun non ekonomi. Lingkungan non ekonomi, walaupun tidak terkait langsung dengan dinamika pasar modal, tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perdagangan di bursa. Peristiwa politik merupakan salah satu bagian dari lingkungan non ekonomi yang memang sangat mempengaruhi kegiatan di lantai bursa. Peristiwa politik tersebut mengandung informasi yang akan dipakai investor untuk analisa investasinya. Peristiwa pelantikan Presiden Jokowi merupakan salah satu peristiwa politik di Indonesia yang cukup menarik untuk diteliti bagaimana dampak yang ditimbulkan pada pasar modal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian adalah saham-saham yang termasuk dalam kategori LQ 45. Reaksi harga saham dapat diukur dari abnormal return sedangkan reaksi volume perdagangan dapat diukur dengan trading volume activity. Abnormal return saham dapat diukur dengan menggunakan konsep antara lain return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham saat ini dengan harga saham sebelumnya dan return ekspektasi (expected return) yaitu merupakan tingkat return yang diharapkan. Sedangkan perhitungan
trading volume activty dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar perusahaan tersebut dengan kurun waktu yang sama. Setiap perusahaan kelompok LQ 45 dihitung abnormal return dan trading volume activity, kemudian di hitung average abnormal return dan average trading volume acitvity. Abnormal return dihitung 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi, kemudian abnormal return tersebut dijumlah dan dirata-ratakan sehingga terdapat average abnormal return 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi. Abnormal return 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi pun dihitung, kemudian abnormal
42
return dijumlah dan dirata-ratakan sehingga terdapat average abnormal return 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi. Hal tersebut dilakukan pada trading volume activity sehingga terdapat average trading volume activity 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi, serta average trading volume activity 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi. Average abnormal return dan average trading volume activity 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi serta 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah pelantikan Presiden Jokowi yang sudah dihitung tadi di uji normalitas data, apabila hasilnya normal
maka uji beda dilakukan dengan
menggunakan uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (Paired Sample T-test). Uji beda rata-rata dengan sampel berpasangan atau Paired Sample T-test akan bekerja dan memperoleh suatu hasil, dimana hasil itu memiliki dua kemungkinan yaitu ada perbedaan dan tidak ada perbedaan. Apabila hasil uji normalitas menggunakan data tidak normal, maka uji beda dilakukan dengan uji wilcoxon. Sistematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
43
Pasar Modal
Peristiwa (event)
Peristiwa Non Ekonomi
Peristiwa Ekonomi
Inflasi
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Deviden
dll
Peristiwa Politik
Keadaan Lingkungan Hidup
Aksi Terori s
dll
Pelantikan Presiden Jokowi
Reaksi Pasar Saham LQ 45
Trading Volume Activity
Average Abnormal Return
7 Hari Sebelum Pelantikan Presiden Jokowi
7 Hari Sesudah Pelantikan Presiden Jokowi
Uji Beda T-test
30 Hari Sebelum Pelantikan Presiden Jokowi
30 Hari Sesudah Pelantikan Presiden Jokowi
Uji Beda T-test
7 Hari Sebelum Pelantikan Presiden Jokowi
7 Hari Sesudah Pelantikan Presiden Jokowi
Uji Beda T-test
30 Hari Sebelum Pelantikan Presiden Jokowi
30 Hari Sesudah Pelantikan Presiden Jokowi
Uji Beda T-test
44
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
2.6
Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah peristiwa pelantikan Presiden Jokowi. H2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara average trading volume activity 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah peristiwa pelantikan Presiden Jokowi. H3: Terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah peristiwa pelantikan Presiden Jokowi. H4: Terdapat perbedaan yang signifikan antara average trading volume activity 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah peristiwa pelantikan Presiden Jokowi.