BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berikut pengertian dari usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008:
2.1.1 Usaha Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari usaha mikro adalah: “usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini”. Kriteria Usaha Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 6 Ayat 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah).
12
13
2.1.2 Usaha Kecil Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Ayat 2 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari usaha kecil adalah: “usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”. Kriteria Usaha Kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai berkut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).
2.1.3 Usaha Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Ayat 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah, pengertian usaha menengah adalah:
14
“usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini”. Kriteria Usaha Menengah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).
2.1.4 Asas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Bab II Pasal 2 dan 3 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah, memiliki asas dan tujuan. Asas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terdiri dari: a. Kekeluargaan
d. Efisiensi Berkeadilan
b. Demokrasi Ekonomi
e. Berkelanjutan
c. Kebersamaan
f. Berwawasan Lingkungan
15
g. Kemandirian
i. Kesatuan Ekonomi Nasional
h. Keseimbangan Kemajuan, dan Sedangkan tujuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
2.2
Akuntansi
2.2.1 Persamaan Akuntansi Menurut Warren, Reeve, dkk (terjemahan Damayanti Dian, 2009:9-16) menyatakan bahwa: akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan disebut aset atau aktiva (assets). Hak atas klaim aset biasanya berdasarkan 2 (dua) jenis pemilik: (1) hak kreditor, dan (2) hak pemilik. Hak kreditor mencerminkan hutang perusahaan dan disebut kewajiban (liabilities). Hak pemilik disebut ekuitas pemilik (owner equity). Hubungan antara keduanya dapat membentuk persamaan sebagai berikut: Aset = Kewajiban + Ekiutas Pemilik Persamaan ini dikenal sebagai persamaan akuntansi (accounting equation). Kewajiban biasanya disebutkan sebelum ekuitas pemilik dalam persamaan akuntansi, karena kreditor memiliki hak pertama atas aset.
16
2.2.2 Periode Akuntansi Menurut Suradi (2009:90) menyatakan bahwa periode akuntansi merupakan suatu jangka waktu tertentu yang digunakan oleh suatu entitas bisnis untuk mengetahui kemajuan perusahaan dengan membuat laporan keuangan secara periodik (umumnya satu tahun). Untuk mengetahui kinerja pada waktu tertentu, perusahaan juga dapat membuat laporan keuangan sebelum akhir periode akuntansi, misalnya setiap akhir bulan atau semesteran yang disebut laporan keuangan interim.
2.2.3 Siklus Akuntansi Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (terjemahan Emir Salim, 2008:77) menyatakan bahwa: siklus akuntansi adalah prosedur akuntansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Berikut adalah siklus akuntansi yang dijelaskan dalam bentuk gambar:
17
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
Pengidentifikasian dan Pengukuran Transaksi serta Kejadian Lainnya Ayat Jurnal Pembalik (opsional)
SIKLUS AKUNTANSI
Jurnalisasi Jurnal Umum Jurnal Penerimaan Kas Jurnal Pengeluaran Kas Jurnal Pembelian Jurnal Penjualan Jurnal Khusus Lainnya
Neraca Saldo Pasca Penutupan (opsional) Pemindahbukuan Buku besar umum (biasanya bulanan) Buku besar pembantu (biasanya harian) Penutupan (akun nominal) Pembuatan Saldo
Pembuatan Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Laporan Laba Ditahan Neraca Arus Kas
Neraca Lajur (opsional)
Penyesuian Akrual Pembayaran di muka Item-item yang diestimasi
Neraca Saldo yang Disesuaikan Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield “Akuntansi Intermediate” terjemahan Emir Salim (2008:77)
Neraca
18
2.3
SAK ETAP Berikut beberapa penjelasan SAK-ETAP, serta hal-hal yang dijelaskan dalam
SAK-ETAP:
2.3.1 Penyajian Mengenai SAK-ETAP Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) paragraf ke 1 (2009:1), Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas adalah entitas yang : a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
2.3.2 Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 2 (2009:14) adalah sebagai berikut: 1. Penyajian Wajar Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian
19
jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban. a. Aset Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi. b. Kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. c. Penghasilan Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
20
d. Beban Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
2. Kepatuhan Terhadap SAK-ETAP Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 3 (2009:14), entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
3. Penyajian yang Konsisten Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 1 (2009:16), penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi b. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
21
Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka entitas harus mereklasifikasikan jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif direklasifikasi: a. Sifat reklasifikasi. b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi. c. Alasan reklasifikasi. Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus mengungkapkan : a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan. b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif direklasifikasi.
2.4
Laporan Keuangan (Financial Statement) Berikut beberapa pengertian mengenai Laporan Keuangan menurut para ahli dan
sumber:
2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan (Financial Statement) Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 2 (2009:174), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008:2) menyatakan bahwa: Laporan Keuangan merupakan sarana pengkomunikasian
22
informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan Keuangan yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) Laporan Laba-Rugi, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan standar akuntansi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.
2.4.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP Bab II paragraf ke 1 (2009:2), tujuan penyusunan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008:5) menyatakan bahwa: dalam upaya membangun pondasi bagi akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi akuntansi telah mengidentifikasi sekelompok tujuan pelaporan
23
keuanagan (objectives of financial reporting) oleh perusahaan bisnis. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang: 1. Berguna bagi investor serta kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan serupa secara rasional. Informasi yang disajikan harus komprehensif bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin mempelajari informasi tersebut secara seksama. 2. Membantu investor secara kreditor saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Karena arus kas investor dan kreditor berhubungan dengan arus kas perusahaan, maka pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang dapat membantu investor, kreditor serta pemakai lainnya menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian arus masuk kas bersih prospektif pada perusahaan tersebut. 3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik), dan pengaruh dari transaksi, kejadian serta situasi yang mengubah sumber daya perusahaan dan klaim pihak lain terhadap sumber daya tersebut. Secara garis besarnya, tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna
24
dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan.
2.4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut SAK-ETAP Bab II paragraf ke 2 (2009:2), karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan adalah terdiri dari : 1. Dapat Dipahami Untuk memahami laporan keuangan diperlukan pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Material Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil berdasarkan laporan keuangan.
25
4. Andal Andal berarti bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 5. Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya. Misalnya, neraca harus menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan. 6. Substansi Mengungguli Bentuk Dalam melihat suatu transaksi tertentu yang diutamakan adalah substansi dari transaksi atau peristiwa tersebut. Transaksi serta peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 7. Netralitas Netralitas dimaksudkan pada informasi yang diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang sama.
26
8. Pertimbangan Sehat Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan kalimat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. 9. Kelengkapan Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. 10. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
2.5
Komponen Laporan Keuangan Berikut pengertian mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam laporan
keuangan, seperti Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, serta hal-hal yang tidak dapat dicantumkan dalam laporan tersebut, dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
2.5.1 Neraca (Balance Sheet) Berikut beberapa pengertian mengenai Neraca menurut para ahli dan sumber:
27
2.5.1.1 Pengertian Neraca (Balance Sheet) Menurut SAK-ETAP paragraf ke 4 (2009:175), neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada waktu tertentu. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008:190), menyatakan bahwa: neraca (balance sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu, laporan keuangan ini menyediakan berbagai informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai neraca dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan laporan keuangan suatu entitas yang terdiri dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas pada periode tertentu. Neraca menunjukkan posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dan menunjukkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi.
2.5.1.2 Tujuan dan Kegunaan Neraca (Balance Sheet) Tujuan neraca adalah untuk memberikan informasi yang dapat disajikan dineraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulanan, atau tahunan) serta untuk menujukkan posisi keuangan suatu
28
perusahaan pada tanggal tertentu yang terdiri dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham. Kegunaan neraca menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008:190) yaitu dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham, neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal.
2.5.1.3 Informasi yang Disajikan dalam Neraca (Balance Sheet) Menurut SAK-ETAP paragraf ke 2 (2009:19), neraca minimal mencakup pos-pos berikut: (a) Kas dan setara kas; (b)Piutang usaha dan lainnya;
(f) Aset tidak berwujud; piutang
(g)Hutang
usaha
dan
hutang
lainnya;
(c) Persediaan;
(h)Aset dan kewajiban pajak;
(d)Property investasi;
(i) Kewajiban diestimasi;
(e) Aset tetap;
(j) Ekuitas.
Dalam penyusunan neraca entitas harus menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar. Kewajiban jangka pendek, dan kewajiban jangka panjang, sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca. Berikut adalah klasifikasi akun yang disajikan dalam neraca:
29
1. Aset Menurut SAK-ETAP paragraf ke 7 (2009:167), aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. 1) Klasifikasi Aset : Berdasarkan SAK-ETAP paragraf 1 (2009:20) klasifikasi kewajiban adalah terdiri dari: a. Aset Lancar, entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika: i. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas; ii. Dimiliki untuk diperdagangkan; iii. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewaiban setidaknya 12 (dua belas) bulan setelah akhir pelaporan. b. Aset tetap, entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai aset tidak lancar, jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan lebih dari 12 (dua belas) bulan. Aset tetap merupakan aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Sedangkan aset tidak
30
berwujud merupakan aset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan mempunyai substansi fisik, seperti hak cipta, hak paten, franchise, goodwill, dan aset tak berwujud lainnya.
2. Kewajiban Menurut SAK-ETAP paragraf ke 6 (2009:172), kewajiban adalah kewajiban (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. 1) Klasifikasi kewajiban Berdasarkan SAK-ETAP paragraf 3 (2009:20) klasifikasi kewajiban adalah terdiri dari: a. Kewajiban jangka pendek Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika: (a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut dalam siklus operasi normalnya; (b) entitas memiliki kewajiban tersebut untuk tujuan diperdagangkan; (c)kewajiban tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 (duabelas) bulan setelah periode pelaporan; (d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk memenuhi penyelesaian kewajiban selama sekurang-kurangnya 12 (duabelas) bulan setelah periode pelaporan.
31
b. Kewajiban jangka panjang Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka panjang bila pemberi pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir sekurangkurangnya 12 (duabelas) bulan setelah periode pelaporan, selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran segera.
Tabel 2.1 Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca) PERUSAHAAN XYZ LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) PER 31 DESEMBER 20XX ASET Aset Lancar Kas dan setara kas Piutang usaha Persediaan Aset lancar lainnya Total Aset Lancar Aset Tidak Lancar Aset Tetap Aset tak berwujud lainnya Total Aset Tidak Lancar Total Aset LIABILITAS Liabilitas Jangka Pendek Utang usaha dan terutang lainnya Pinjaman jangka pendek Bagian pinjaman jangka panjang
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx Rp xxx
32
Utang jangka pendek Provisi jangka pendek Total Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Pinjaman Jangka Panjang Pinjaman jangka panjang Pajak tangguhan Provisi jangka panjang Total Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas
Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
EKUITAS Ekuitas yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk Modal saham Saldo laba Komponen ekuitas lainnya Kepentingan non pengendali Total Ekuitas Total Liabilitas dan Ekuitas
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield “Akuntansi Intermediate” terjemahan Emir Salim (2008:204)
2.5.2
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Berikut beberapa pengertian mengenai Laporan Laba Rugi menurut para ahli dan sumber:
2.5.2.1 Pengertian Laporan Laba Rugi (Income Statement) Pengertian laporan laba rugi menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (terjemahan Emil Salim, 2008:140), menyatakan bahwa: laporan laba rugi (income
33
statement) yang juga sering disebut Statement of Income atau Statement of Earnings adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan dengan beban (SAK ETAP paragraf ke 4, 2009:174). Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan mengenai laporan laba rugi adalah laporan yang meyajikan penghasilan serta beban selama periode waktu tertentu yang dapat menjadi ukuran suatu keberhasilan perusahaan.
2.5.2.2 Unsur-Unsur Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut SAK ETAP paragraf ke 3 (2009:23) laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut: 1. Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan seperti penjualan barang dagang, penghasilan jasa, pendapatan bunga dan lainnya. 2. Beban/Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau
34
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 3. Bagian laba atau rugi yang berasal dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas. 4. Beban pajak. 5. Laba atau rugi neto.
2.5.2.3 Format Laporan Laba Rugi (Income Statement) Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 4 (2009:24), terdapat dua analisis metode dalam penyajian laporan laba rugi yaitu metode sifat beban dan metode fungsi beban atau fungsi biaya. 1. Metode Sifat Beban Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan) dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas. Tabel 2.2 Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Sifat Beban PERUSAHAAN XYZ LAPORAN LABA RUGI PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 20XX Pendapatan lainnya Rp xxx Perubahan atas persediaan barang jadi dan barang dalam Rp xxx proses
35
Bahan baku yang digunakan Beban pegawai Beban penyusutan dan amortisasi Beban operasi lainnya Jumlah beban operasi Laba operasi
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx (Rp xxx) Rp xxx Sumber: SAK ETAP (2009:24)
2. Metode Fungsi Beban atau Metode Fungsi Biaya Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurang-kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.
Tabel 2.3 Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Fungsi Biaya PERUSAHAAN XYZ LAPORAN LABA RUGI PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 20XX Pendapatan Rp xxx (Rp xxx) Beban pokok penjualan Laba bruto Rp xxx Pendapatan operasi lainnya Rp xxx Beban pemasaran (Rp xxx) Beban umum dan administrasi (Rp xxx) Beban operasi lain (Rp xxx) (Rp xxx) Laba operasi Rp xxx Sumber: SAK ETAP (2009:25)
36
2.5.3 Laporan Perubahan Ekuitas (Owner’s Equity Statement) Berikut pengertian serta penjelasan mengenai laporan perubahan ekuitas:
2.5.3.1 Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas (Owner’s Equity Statement) Pengertian laporan perubahan ekuitas berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 2, (2009:26) adalah menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividend dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.
2.5.3.2 Informasi yang Disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas (Owner’s Equity Statement) Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 3, (2009:26) Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: (a) laba rugi untuk periode; (b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; (c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai kebijkaan akuntansi, estimasi, dan kesalahan; (d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:
37
(i) laba atau rugi; (ii)pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuiitas; (iii) jumlah investasi, dividend dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham treasury, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
Tabel 2.4 Format Laporan Perubahan Ekuitas PERUSAHAAN XYZ LAPORAN PERUBAHAN MODAL PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 20XX Saldo Ekuitas (Awal Periode) Laba Bersih Setelah Pajak Prive (Drawing) Penambahan Modal
Rp xxx Rp xxx Rp xxx Rp xxx
Saldo Ekuitas (Akhir Periode) (Rp xxx) Sumber: Warren, Reeve, dkk “Pengantar Akuntansi” terjemahan Damayanti Dian (2009:26)
38
2.5.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statetment) Berikut pengertian serta penjelasan mengenai Laporan Arus Kas:
2.5.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas adalah suatu laporan yang menunjukkan aliran uang diterima dan digunakan perusahaan di dalam suatu periode akuntansi, beserta sumbersumbernya. Menurut SAK ETAP paragraf ke 1 (2009:28) laporan arus kas yaitu laporan yang menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
2.5.4.2 Komponen Kas dan Setara Kas Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan menyajikan rekonsiliasi jumlah yang dilaporkan dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam neraca. Berdasarkan SAK-ETAP paragraf ke 2, (2009:28) Setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal perolehan. Cerukan bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman. Namun, jika
39
cerukan bank dapat ditarik sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas, maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.
2.5.4.3 Informasi yang Disajikan dalam Laporan Arus Kas Berdasarkan SAK ETAP Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Menurut SAK ETAP paragraf ke 4 (2009:28) penjelasan aktivitas-aktivitas dalam Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas Operasi Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapat entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: (a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; (b) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; (c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; (d) Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan;
40
(e) Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; (f) Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi. Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi tersebut merupakan arus kas dari aktivitas investasi.
2) Aktivitas Investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: (a) Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya; (b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya; (c) Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang
41
diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); (d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); (e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain; (f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;
3) Aktivitas Pendanaan Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: (a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain; (b) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas; (c) Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya; (d) Pelunasan pinjaman; (e) Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan
Menurut SAK ETAP paragraf ke 2 (2009:30) pelaporan arus kas dari aktivitas operasi adalah:
42
“Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Dalam metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan”. Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi dari dampak dari: (a) perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan; (b) pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, dan keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi; dan (c) semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Menurut SAK ETAP paragraf ke 1 (2009:31) pelaporan Arus Kas dari aktivitas investasi dan pendanaan adalah: “Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan. Jumlah agregat arus kas yang berasal dari akuisisi dan pelepasan entitas anak atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi”.
43
Tabel 2.5 Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung
PERUSAHAAN XYZ LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 20XX Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Laba Bersih Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi: Beban Penyusutan Amortisasi Aktiva Tak Berwujud Keuntungan Atas Penjualan Aktiva Pabrik Kenaikan Piutang Usaha Penurunan Persediaan Penurunan Piutang Usaha
Rp xxx Rp xxx (Rp xxx) (Rp xxx) Rp xxx Rp xxx
Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Penjualan Aktiva Pabrik Rp xxx Pembelian Peralatan (Rp xxx) Pembelian Tanah (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas investasi Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan Pembayaran Dividen Tunai Penerbitan Saham Biasa
Rp xxx
Rp xxx
(Rp xxx)
(Rp xxx) Rp xxx
Penebusan Obligasi (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan
Rp xxx
Kenaikan Bersih Kas
Rp xxx
Kas Pada Awal Tahun
Rp xxx
44
Kas Pada Akhir Tahun
Rp xxx
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield “Akuntansi Intermediate” terjemahan Emir Salim (2008:217).
Adapun hal-hal yang tidak dapat diungkapkan secara rinci, dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuanagan merupakan catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi tambahan terhadap pos-pos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan uraian naratif atau pemisahan pos-pos yang diungkapkan dalam laporan keuangan, serta informasi tentang pos-pos yang tidak memenuhi persyaratan pengakuan dalam laporan keuangan tersebut. Menurut SAK-ETAP paragraf ke 4 (2009:34), catatan atas laporan keuangan harus: 1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi akuntansi tertentu yang digunakan; 2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan 3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.