BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Semiotika Dalam Komunikasi Massa Dalam kajian komunikasi, semiotika merupakan ilmu penting, sebab
tanda-tanda (signs) merupakan basis utama dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996). Sebab dengan tanda-tanda manusia dapat melakukan komunikasi apapun dengan sesamanya (Sobur, 2004: 15). Dalam perkembangannya, kajian semiotika berkembang kepada dua klasifikasi utama, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi (lihat dalam Eco, 1979; dan Hoed, 2001). Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi (pengirim, penerima, pesan, saluran dan acuan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu (Sobur, 2004: 15). Di sinilah munculnya berbagai cabang kajian semiotika seperti semiotika binatang (zoomsemiotics), semiotika medis (medicals semiotics) dan lain-lain, yang mana menurut Eco (1979) mencapai 19 bidang kajian (lihat dalam Sobur, 2004: 109). Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda (Sudjiman dan Van Zoest, 1996), atau seme yang berarti penafsir tanda (Cobley dan Jansz, 1999), atau apa yang lazim dipahami sebagai a sig by which something in known atau suatu tanda dimana sesuatu dapat diketahui (John Lock, 1960). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dan poetika (Kurniawan, 2001). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal yang lain, sebagai contoh, asap menandai adanya api (Sobur, 2004: 17). Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak mempunyai arti apa-apa dalam komunikasi. Tanda-tanda tersebut akan mempunyai arti ketika dimaknai oleh pengirim (pemberi tanda) dan pembacanya (penerima tanda). Pembaca (penerima tanda) itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Pada komunikasi, bidang terapan semiotika pun tidak terbatas. Adapun beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak pilihan kajian semiotika dalam domain komunikasi antara lain : Mempelajari media adalah adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Dalam konteks media massa, khususnya media cetak kajian semiotika adalah mengusut ideologi yang melatari pemberitaan. Untuk teknik – teknik analisnya sendiri, secara garis besar yang diterapkan adalah : 1.
Teknik kuantitatif Teknik yang paling dapat mengatasi kekurangan dalam objektivitas, namun hasilnya sering kurang mantap. Ciri – ciri yang dapat di ukur dinyatakan sebagai tanda merupakan titik tolak penelitian ini.Menurut Van Zoest, 19993:146-147), hasil analisis kuantitatif selalu lebih spektakuler namun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
sekaligus selalu mengorbankan ketahanan uji metode – metode yang digunakan 2.
Teknik kualitatif Pada analisis kualitatif, data – data yang diteliti tidak dapat diukur secara matematis. Analisis ini sering menyerang masalah yang berkaitan dengan arti atau arti tambahan dari istilah yang digunakan.
Tiga pendekatan untuk menjelaskan media (McNair, 1994, dalam Sudibyo, 2001:2-4) 1.
Pendekatan Politik-Ekonomi Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatankekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media
2.
Pendekatan Organisasi Bertolak belakang dengan pendekatan politik-ekonomi, pendekatan ini menekankan bahwa isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatankekuatan eksternal di luar diri pengelola media
3.
Pendekatan Kulturalis Merupakan pendekatan politik-ekonomi dan pendekatan organisasi. Proses produksi berita dilihat sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media. Media pada dasarnya memang mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan oragnisasi, tapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan – kekuatan politik-ekonomi di luar media.Secara teoritis, media massa bertujuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Namun, pada praktiknya apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan Terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan. Media menyunting bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebar luaskan. Tiga zona dalam teori media menurut Berger dan Luckman : 1.
Orders and practices of signification = Tatanan dan praktik – praktik signifikasi.
2.
Orders and practises of power = Tatanan dan praktik – praktik kekuasaan
3.
Orders and practises of production = Tatanan dan praktik – praktik produksi
2.2
Pengertian Film Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kehadiran media massa. Dalam
konteks komunikasi massa, film menjadi salah satu media atau saluran untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari untuk manusia. Film merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan dunia yang begitu luas dalam masyarakat. Oleh karenanya film mampu menumbuhkan imajinasi, ketegangan, katakutan, benturan emosional khalayak penonton seolah-olah mereka ikut merasakan mejadi bagian di dalam cerita film tersebut. Selain itu pesan isi film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dapat menimbulkan aspek kritik sosial, politik, pendidikan, ilmu pengetahuan, norma kehidupan dan hiburan bagi khalayak penonton. Dalam perkembangan media, audio visual bisa dikatakan sangat ampuh menyampaikan suatu pesan terhadap khalayak banyak dari pada media-media yang lain. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. Film adalah gambar hidup atau sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dari benda dengan kamera dan atau oleh animasi. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar. Film merupakan perkembangan dari berbagai teknologi, diantaranya teknologi fotografi dan rekaman suara. Film merupakan media komunikasi, bukan hanya untuk hiburan tetapi juga untuk pendidikan dan penerangan. Film memiliki kebebasan dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi. Sebagai objek seni, film dalam prosesnya berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang signifikan pada masyarakat sebagai penonton. Baik buruknya sebuah film adalah subjektif. 17 Bagi para sineas dan film maker diharapkan memahami konsumsi yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk menentukan film itu baik atau buruk, senang atau tidak senang. Para pekerja media pada hakikatnya adalah mengkontruksi
realitas.
Isi
media
adalah
hasil
para
pekerja
media
mengkontruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Sejauh ini pendekatan analisis kepada studi film dianggap sebagai pendekatan yang memadai. Upaya itu
17
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. 2009. Jakarta. hal.138
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
akan memberi pengertian yang akan memperdalam apresiasi kita. Jika kita semakin bisa menyerap dan melihat lebih mendalam kepada sebuah film, tingkattingkat baru pengalaman emosional akan muncul. 18 Film merupakan salah satu media komunikasi karena film memiliki pesan tertentu yang disampaikan baik tersirat atau pun tersurat di dalamnya. Dalam dunia seni, film merupakan media yang paling efektif dalam proses pembelajaran masyarakat. Oey Hong Lee mengemukakan bahwa film sebagai alat komunikasi
massa
yang
kedua
muncul
di
dunia,
mempunyai
massa
pertumbuhannya pada akhir abad ke-19 dengan perkataan lain pada waktu unsurunsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibuat lenyap. Film tidak menangkap kenyataan realitas apa adanya, tetapi manusia sebagai aktor sosial yang membangun makna. Cerita di dalam film adalah konstruksi pembuatnya (yang memilih realitas-realitas tertentu untuk dimasukkan ke dalam karyanya), dan penonton pun memproduksi makna.19 Menurut Seno Gumira Adijarma dalam Buku Membaca Film Garin, dia menjelaskan bahwa film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Ketika film ditemukan orang berbondong-bondong memasuki ruang gelap hanya untuk melihat bagaimana kenyataan ditampilkan kembali sama persisnya seperti jika terlihat dengan matanya sendiri. Dengan kata lain, sinematografi memang menjadi ekstensi fotografi.
18
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Analisis Wacana, Analisis Semiotika Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. hal.88
19
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003. hal.126.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dari benda dengan kamera dan atau oleh animasi. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. Film merupakan perkembangan dari berbagai teknologi, diantaranya teknologi fotografi dan rekaman suara. Baik buruknya sebuah film adalah subjektif. Sebuah film dibangun di atas sebuah urutan adegan yang saling berhubungan. Melalui flashbacks, pemotongan adegan, dialog, voiceovers dan berbagai teknik film lainnya. William menuturkan bahwa film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh.20 Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat
20
William Theodore Peterson Rivers, dan Joy. Media Massa dan Masyarakat Modern. Edisi Kedua. Kencana. 2003. hal. 252
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
berupa gambar yang ada di dalam film, gambar dalam film menunjukan kekuatan dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada orang lain. Gambar dapat menyampaikan lebih banyak pengertian dalam situasi-situasi tertentu di banding apa yang dapat disampaikan oleh banyak kata indutri film merupakan industri bisnis, predikat ini menggeser anggapan orang yang masih menyakini bahwa film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif. Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual yang ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film merupakan industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika. Film menjadi berbeda dengan bentuk media audio visual yang lainnya macam televisi karena mampu membentuk identitasnya sendiri. Menonton film pada akhirnya akan mendefinisikan perbedaan dengan menonton televisi. Komunikasi yang cukup menonjol pada film sebagai media komunikasi massa adalah komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja, sehingga khalayak pemirsa pasif karenanya. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat, dapat disimpulkan bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak.21 Film mampu memproyeksikan lebih banyak informasi mengenai sebuah subjek menggunakan urutan gambar hidup dan dialog untuk menciptakan sebuah alur cerita. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Film meniru alur 21
Dennis McQuail. Teori Kominukasi Massa. Jakarta: Erlangga. 2006.hal.14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
kesadaran yang kita alami secara mental dan visual. Jadi dalam pembuatan sebuah film dituntut menggunakan kemampuan imajinasi untuk menginterpretasikan suatu pesan di dalam film dengan penyajian secara langsung atau tidak langsung seperti pesan-pesan moral, politik, kemanusiaan, dan lain-lain kepada khalayak. Tetapi tidak semua isi pesan dapat di tangkap baik oleh khalayak yang menonton, tergantung kemampuan individu penonton dalam memaknainya. Bila tidak didasari dengan pemahaman yang baik tentang film tersebut maka pemaknaan pesan akan melenceng. Sementara itu dalam perkembangan teori film untuk mencari perspektif yang lebih mampu menangkap subtansi film, film tidak lagi dimaknai sekedar sebagai karya seni tetapi lebih sebagai praktek sosial serta komunikasi massa. Dalam praktik sosial, film tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang komplek dan dinamis dari elemen-elemen pendukung proses produksi. Lebih luas lagi, perspektif ini mengasumsikan interaksi antara film dengan ideologi kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi. Sedangkan dalam perspektif komunikasi massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi film, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi.
Disamping itu, dengan
meletakkan film dalam konteks sosial, politik dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama artinya dengan memahami pilihan penonton yang gilirannya menciptakan citra penonton film. Lebih singkatnya akan lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
bisa ditangkap hakikat dari proses menonton dan bagaimana film berperan sebagai sistem komunikasi simbolis.22 Film merupakan alat bagi sutradara untuk menyampaikan sebuah pesan bagi penontonnya. Film pada umumnya juga mengangkat sebuh tema atau fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Karateristik film sebagai show businness merupakan bentuk baru dari perkembangan pasar (McQuail, 1987).
2.2.1 Karateristik film Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menunjukan karateristik film adalah.23 a. Layar yang luas / Lebar Layar Film yang luas dan memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Dengan adanya kemajuan teknologi, layar film di bioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian yang nyata dan tidak berjarak. b. Pengambilan Gambar Pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan Panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot-shot tersebut di pakai
22 23
Ibid., Siti Karlinah, Betty Soemirat dan Lukiati Komala. Komunikasi Massa, Op.Cit.,724.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
untuk member kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, film menjadi lebih menarik.
c. Konsentrasi Penuh Saat menonton film di bioskop kita terbebas dari gangguan hiruk pikuk. Semua mata tertuju pada layar, sementara fikiran , perasaan tertuju pada alur cerita. Emosi pun terbawa suasana,kita akan tertawa terbahak-bahak manakala adegan film lucu atau sedikit senyum dikulum apabila ada adegan film yang menggelitik . Namun dapat pula kita menjerit ketakuatan bila adegan menyeramkan dan bahkan menangis melihat adegan yang menyedihkan. d. Identifikasi Psikologis Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut.
2.2.2 Fungsi film Berikut ini adalah beberapa fungsi Film, yang terdiri dari tiga, yaitu sebagai berikut:24 a.
24
Fungsi Hiburan
Buku Sejarah PPH UI, Jakarta, 2008, hal 48.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Dalam mensejahterakan Rohani manusia karena membutuhkan kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan.
b.
Fungsi Penerangan Dalam Film segala informasi dapat di sampaikan secara audio visual sehingga dapat mudah dimengerti.
c.
Fungsi Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan di dalam masyarakat dan mempertontonkan perbuaranperbuatan yang baik.
2.2.3 Jenis Film Beberapa jenis film yang biasa di produksi dapat dijelaskan sebagai berikut .25 a. Film Documenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang di berikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1980-an. Film documenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan di buat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
25
Heru Effendy. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta. 2005. hal 11-14.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan berjalannya waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). dalam docudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. b.Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi Film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat dan juga Indonesia, Film cerita pendek dijadikan laboraturium eksperimen dan batu loncatan bagi seorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis Film ini Banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. c. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang di putar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.3
Representasi Media massa sekarang dapat dikonsumsi dengan mudah di pelosok-
pelosok desa. Karena itulah para pengiklan lebih memilih media massa untuk beriklan. Oleh sebab itu para pekerja media dapat memperoleh keuntungan dari penjualan-penjualan iklan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi media massa merupakan sarana penyampaian pesan dan informasi kepada masyarakat yang bersifat mendidik menghibur dan atau mempengaruhi.26 Dalam
penyampaian pesan,
para
pekerja
media
dituntut
untuk
menerangkan secara jelas. Tetapi pada akhirnya masih saja terjadi perbedaan penggambaran pesan yang disampaikan tergantung dari masing-masing individu atau kelompok sosial tertentu. Dengan demikian dari realitas media inilah yang sering disebut representasi. Representasi ini penting dalam dua hal Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa disebut representasi. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya, tidak dibuat-buat ataukah diburukkan. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Dalam arti luas, semua komunikasi mengonstruksi representasi. Bahkan dalam percakapan sehari-hari pada suatu kelompok, kita juga akan menggunakan dan memperkuat gagasan yang telah ada. Jadi setiap satu
26
Onong Uchjana Effendy. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja. 2005. hal.31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
representasi juga merupakan bagian kompleks dari representasi lainnya.27 Menurut John Fiske saat menampilkan objek peristiwa, gagasan, kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses ang harus dihadapi. Yang pertama adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas. Dalam bahasa gambar umumnya berupa pakaian, make up, lingkungan, perilaku, gerak-gerik, ucapan, ekspresi dan suara. Kedua adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Dalam bahasa gambar umumnya berupa kamera, tata cahaya, editing musik dan sebagainya. Dan ketiga adalah semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan
kode-kode
ideologi
seperti
individualisme,
liberalisme,
sosialisme,
patriotisme, dan sebagainya. Representasi dalam teks media boleh dikata berfungsi secara ideologis sepanjang representasi itu membantu mereproduksi hubungan sosial berkenaan dengan dominasi dan eksploitasi. Representasi bukan penjiplakan atas kenyataan yang sesungguhnya, representasi adalah ekspresi estetis, rekonstruksi dari situasi sesungguhnya. Menurut pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam suatu media untuk mengungkapkan suatu peristiwa pada dasarnya adalah mengkontruksi realitas. Oleh karena itu dalam menceritakan suatu peristiwa dapat dikatakan bahwa isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan. Representasi adalah bagaimana dunia dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial kepada dan oleh kita. Representasi dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to present”, “to image”, atau “to depict”. Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan 27
Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan. Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia. Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta.28 Hall menyebut ‘representasi sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstititif darinya.
2.4
Analisis Semiotika Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang
28
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/03/23/representasi. diunduh pada 26 Desember 2013, pukul 12.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Pada dasarnya, analisis semiotik merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi / wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah teks. Maka orang sering mengatakan semiotik adalah upaya menemukan makna ’berita di balik berita’.29 Menurut Umberto Eco ahli semiotik, kajian semiotik sampai sekarang membedakan dua jenis semiotik yakni semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi.30 Semiotik komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotik signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis yang kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya.31 Secara singkat, dapat kita simpulkan bahwa analisis semiotika (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap paket-paket lambang pesan atau teks dengan segala bentuknya (sign) baik pada media massa maupun dokumen/teks lainnya. Dengan 29
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2011. hal.5 30 Ibid., 6 31 Loc.cit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
kata lain, analisis semiotika bekerja untuk melacak makna-makna yang diangkut dengan teks berupa lambang-lambang (signs), dimana tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis dalam penelitian semiotika.32 Penelitian terhadap film atau bentuk-bentuk narative story lain yang bersifat audio-visual dapat dilakukan dengan memilih salah satu model analisis semiotika tertentu. 33 Menurut van Zoest film dibangun dengan tanda semata-mata. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. umumnya dibangun dengan banyak tanda, dimana tanda-tanda tersebut (termasuk berbagai sistem tandanya) bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan, terutama dalam bentuk gambar dan suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar.34 Sedangkan menurut Sardar dan Loon, film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa melibatkan bentukbentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan.Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris. Menurutnya, penanda 32 33 34
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Jogjakarta: LKiS Pelangi Nusantara. 2007. hal.155. Ibid., Alex Sobur. Analisis Teks Media: Analisis Wacana, Analisis Semiotika Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. hal.128.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
(significant) sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena.
2.5
Model Semiotika Charles Sanders Peirce Pada dasarnya, analisis semiotika merupakan sebuah ikhtiar untuk
merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah teks. Maka orang sering mengatakan semiotik adalah upaya menemukan makna ’berita di balik berita’.35 Menurut Umberto Eco seorang ahli semiotik, kajian semiotik sampai sekarang ini membedakan dua jenis semiotik yakni semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi.36 Semiotik komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotik signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis yang kedua, yang lebih diutamakan
35
36
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi.Mitra Wacana Media. Jakarta. 2011. hal.5-6 Ibid., 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya.37 Charles Sanders Peirce merupakan seorang filsuf dan ahli logika, Amerika. Dia berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar ini sehingga tidak mengherankan jika semiotika tidak lain merupakan sinonim bagi logika. Memahami semiotika tidak bisa melepaskan pengaruh dan peran dua orang penting, Charles Sanders Peirce dan Ferdinand De Saussure. Keduanya meletakkan dasar-dasar kajian semiotika. Peirce dikenal sebagai pemikir argumentatif dan filsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional. Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai ‘grand theory’ dalam semiotika. Mengapa begitu? Ini lebih disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu –oleh Peircedisebut interpretant—dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu.
Dengan demikian
menurut Peirce,
sebuah tanda atau
representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses
37
Op.cit., 6-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai signifikasi. Gambar 2.1 Elemen Makna Peirce Sign
Interpretant
Object
Sumber : Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. hal.5-6
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
yang sekuensial atau kausal. Contohnya jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat disana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang tamu dirumah kita. c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.38 Charles Sanders Peirce membagi tanda dan cara kerjanya ke dalam tiga kategori sebgaimana tampak dalam tabel di bawah ini. Meski begitu dalam prakteknya tidak dapat dilakukan secara ‘mutually exclusive’ sebab dalam konteks-konteks tertentu ikon dapat menjadi simbol. Banyak simbol yang berupa ikon. Di samping menjadi indeks, sebuah tanda juga berfungsi sebagai simbol.
38
Indiwan Seto Wahyu W. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media: Jakarta. 2011. hal 13-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Tabel 2.1 Tabel Jenis Tanda Peirce Dan Cara Kerjanya Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja
Jenis Tanda
Persamaan (kesamaan) Kemiripan
Gambar, foto, dan patung
hubungan sebab akibat - keterkaitan
- asap----api - gejala---penyakit
-
Ikon
Indeks
Simbol
-
-
konvensi atau - kesepakatan sosial
-
kata-kata - isyarat
-
-
Dilihat
diperkirakan
-
dipelajari
Sumber : Indiwan Seto Wahyu W. Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi komunikasi. Mitra Wacana Media: Jakarta. 2011. hal.14
2.7
Warna Yang dimaksudkan dengan proses komunikasi secara primer yakni proses
penyampaian pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.39 Warna memegang peranan penting dalam sebuah iklan, yakni untuk mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari iklan tersebut. Warna juga mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas.
39
Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2003. hal. 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Warna juga yang mempunyai makna tertentu dalam berkomunikasi di masyarakat. Warna putih selalu diidentikkan dengan ketulusan dan kemurnian. Warna hitam selalu dipertunjukkan untuk mengekspresikan kesedihan. Misalnya, sebagai tanda perkabungan. Menurut pakar Psikologi, J. Linschoten dan Mansyur menyatakan bahwa warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita terhadap berbagai benda. 40 Di bawah ini dipaparkan potensi karakter warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang, antara lain sebagai berikut: 1. Hitam, sebagai warna tertua dengan sendirinya menjadi lambang kegelapan
(hal
emosi),
berkabung,
misterius,
konservatif,
berwibawa, dan berbobot. 2. Putih, sebagai warna paling terang, melambangkan cahaya, suci, elegan, bersih, segar, kemurnian, sportif, dan kesederhanaan. 3. Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik, maskulin, serius, netral, dan daya tarik. 4. Merah,
bersifat
menaklukkan,
semangat,
ekspansif
(meluas),
dominan (berkuasa), aktif , dinamis,dan vital. 5.
K uning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil
40
Rhenald Khasali. Manajemen Periklanan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1999. hal. 87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dari hal atau
benda
yang
bersifat
cahaya,
momentum,
dan
mengesankan sesuatu. Di samping itu, kuning juga melambangkan kesan hangat, kegembiraan, keceriaan, kemeriahan, dan pencerahan. 6. Biru, melambangkan kesan tenang, sendu dan ilmu pengetahuan. Warna ini juga menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden. Di samping itu, warna ini juga memiliki sifat tantangan. 7. Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru. 8. Oranye melambangkan kesan kekuatan, kehangatan, aktivitas, keramahtamahan, dan kegembiraan. 9. Coklat, melambangkan ketenangan, kedewasaan, daya tahan, kenyamanan, bisa diandalkan, unsur alam tanah/bumi, keberaturan, penuh ketenangan, sederhana karena warna ini memberikan kesan membumi, penuh kerja keras, kedamaian, stabil, dan penuh kehangatan.
2.8
Komunikasi Verbal Ada dua macam jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi berupa kata-kata atau bahasa. Seiring perkembangannya, komunikasi verbal menjadi komunikasi yang sering dilakukan manusia. Namun demikian, tidak semua hal dapat dikomunikasikan dengan hanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
menggunakan bahasa verbal. Di sinilah diperlukan komunikasi nonverbal yang merupakan komunikasi berupa lambang atau symbol. 41 Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.42 Komunikasi verbal seringkali disebut juga sebagai simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. 43 Beberapa contoh komunikasi verbal, adalah melakukan percakapan secara langsung bertatap muka; mendengarkan berita atau cerita, baik secara langsung ataupun melalui media; melakukan panggilan lewat telepon; interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar dan aktivitas jual beli, antara penjual dan pembeli. Adapun contoh komunikasi nonverbal adalah : bahasa tubuh, seperti bersalaman, sentuhan, anggukan kepala; ekspresi wajah, seperti senyum, tertawa, mengkerut; simbol-simbol atau lambang-lambang, seperti pakaian seragam yang menunjukkan identitas si pemakai.44
41
http://ferdhy.wordpress.com/2011/04/26/pengertian-ilmu-ilmu-komunikasi. diunduh pada 23 Januari 2014, pukul 15 : 32 42 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung, Remaja Rosdakarya. 2005..hal. 25 43 Ibid., 44 Ibid., hal. 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Pengertian lain mengenai Komunikasi Verbal adalah sebagai berikut:45 1. Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. 2. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesannya berbentuk pesan verbal yakni pesan yang berbentuk kata.
Prakteknya, komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara :46 a. Berbicara dan menulis. Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara) ketimbang (writing). Selain karena praktis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian writing. Semisal penyampaian bussiness report. Sangat tidak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara. b. Mendengarkan dan membaca. Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang menyampaikan
informasi.
Dan
aktivitas
penerimaan
informasipesan bisnis ini dilakukanlewat proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga menunjukkan, masih banyak
45
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa#Unsur_dasar_bahasa, diunduh pada 23 Januari 2014, pukul 19 : 37 46 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya. 2005. hal. 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
di antara kalangan bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.
2.9
Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang
langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau pelakunya (Johnson, 1981). Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan tulisan (Intansari Nurjannah, 2001). Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal (Hunsaker cit. Leddy, 1998). Hal ini menunjukan pentingnya mempelajari komunikasi non verbal.47 Komunikasi non verbal (non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk
47
http://www.teguhsubianto.blogspot.com/2010/04/komunikasi-non-verbal.html, 24 Januari 2014, pukul 13 : 55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diunduh
pada
44
lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.48 Komunikasi
nonverbal adalah
proses
komunikasi
dimana
pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbolsimbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.49 Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi nonverbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal. Jenis-jenis komunikasi non verbal adalah sebagai berikut di bawah ini : 50 1. Komunikasi objek Seorang polisi yang menggunakan seragam merupakan salah satu bentuk komunikasi objek. Komunikasi objek yang paling umum adalah
48
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung, Remaja Rosdakarya. 2005.hal. 30 49 Verderber, Rudolph F. (2005). "Chapter 4: Communicating through Nonverbal Behaviour". Communicate! (edisi ke-edisi ke-11). Wadsworth. ISBN0-534-739364, http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal, diunduh pada 24 Januari 2014, pukul 20 : 00 50 Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam. 2. Sentuhan Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi
nonverbal.
Sentuhan
dapat
termasuk:
bersalaman,
menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan,
dan
lain-lain.
Masing-masing
bentuk
komunikasi
ini
menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. 3. Kronemik Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
4. Gerakan tubuh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau mengendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.51 5. Proxemik Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal : a.
Jarak intim Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
b.
Jarak personal Jarak yang menunjukkan perasaan masing-masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu
51
Yatri Indah Kusumastuti, (2009). "Chapter 2: Komunikasi dalam Organisasi".Komunikasi Bisnis (edisi ke-edisi ke-1). IPB Press. ISBN978-979-493-205-6.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki. c.
Jarak sosial Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
d.
Jarak publik Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.
6. Vokalik Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lainlain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari. 7. Lingkungan Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesanpesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna. 52
52
Rudolph F.Verderber, (2005). "Chapter 4: Communicating through Nonverbal Behaviour". Communicate! (edisi ke-edisi ke-11). Wadsworth. ISBN0-534-73936-4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
2.10
Bahasa Tubuh Bahasa tubuh adalah salah satu bentuk komuniksai non verbal. Biasanya
isyarat non verbal ini lebih jujur daripada kata-kata yang keluar dari mulut manusia. Oleh karena itulah, kemampuan menginterpretasikan bahasa tubuh menjadi bekal penting untuk kita kuasa, baik dalam hubungan relasi personal maupun bisnis.53 Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa katakata).Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.54 Menurut David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan” yang menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng mengungkapkan bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya dengan baik. Banyak isyarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola dari selendang yang dipakai seseorang yang sedang
lewat. Anda dapat melakukannya, tapi membutuhkan keahlian dan
latihan. 55 53 54
http://www.anneahira.com/bahasa-tubuh-5935.htm, diunduh pada 24 Januari 2014, pukul 20 : 21 Potter Richrad et.al.,Intercultural Communication, http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_tubuh, diunduh pada 24 Januari 2014, pukul 20 : 25
55
David Cohen. Bahasa Tubuh dalam Pergaulan. London, Sheldon Press, SPCK. 2002. hal.48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Apa yang dapat menerobos topeng yang kita pakai adalah apa yang disebut oleh para ahli psikologi sebagai “isyarat yang bocor”, isyarat yang sebenarnya tidak ingin kita berikan namun tidak dapat terkontrol. Mengatur ekspresi wajah sangat mudah dilakukan. Jika anda tidak ingin tampak sedih, anda dapat berpurapura. Lebih sulit mengatur nada suara kita atau gerakan tubuh, mereka ini sering “bocor”. Pelajari mereka dan anda akan segera tahu banyak tentang apa yang sedang dipikirkan orang lain. Cara seseorang berbicara mencerminkan kepribadiannya. Beberapa orang bicaranya keras dan tanpa henti; orang lainnya sukar dimengerti dan beberapa sangat diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan bahwa orang dengan kepribadian tertentu cenderung memiliki gaya tubuh tertentu yang tidak akan sama dengan orang lain.
Beberapa penelitian yang baik tentang kepribadian, menunjukkan kontras antara ekstravert, yang ceria, ramah, cepat, tidak teliti, suka humor, tidak sabar dan memiliki metabolisme yang tinggi dengan introvert yang teliti banyak cemas, lamban, dan kurang kemampuan dalam sosialisasi. Kepribadian yang satu tidak lebih baik dari kepribadian lainnya. Mereka adalah gaya, tapi gaya yang terungkap melalui bahasa tubuh. Dalam hubungan antar pribadi, banyak orang merasa berada dibawah tekanan untuk tidak menunjukkan perasaan mereka. Kita hidup melalui suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
periode perubahan sosial yang kompleks, membuat banyak dari kita merasa lebih aman bersembunyi dibalik kedok. Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy bahwa Kinesic Communication atau komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang dilakukan dengan gerakan anggota tubuh; salah satu jenis komunikasi nonverbal. 56 Alo
Liliweri
dalam
buku
“komunikasi
menjelaskan bahwa bahasa tubuh adalah gerakan
verbal
dan
nonverbal”
tubuh yang merupakan
sebagian perilaku nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi nonverbal “gerak tubuh” atau yang disebut kinesik.57
2.11 Konsep Penyutradaraan Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradaraberperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat 56
Onong Uchjana Effendy. Kamus Komunikasi. Bandung, Mandar Maju . 2005. hal.73
57
Alo Liliweri. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti . 2004. hal.26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
tubuh manusia,sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan. 1. Sutradara adalah suatu profesi yang disandang oleh seorang yang bertanggung jawab sepenuhnya secara profesional dalam melaksanakan suatu proses produksi / penyiaran paket televisi dengan kemampuan wawasan yang luas, kreatif, imaginative, interpretiv, inovative, dalam berkarya dan bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. 2. Menurut Don Livingston : Kemampuan seorang sutradara yang baik adalah hasil pengalaman dan bakat yang tidak mungkin diuraikan. 3. Menurut Hamzah A. dan Ananda. S : Sutradara adalah orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab dalam masalah artistik dan teknis (bila dalam teater ). Apapun itu kesimpulannya adalah sutradara adalah orang yang bertanggung jawab pada hasil karya berupa pertunjukan / audio visual yang mengandung visi misi yang ingin disampaikan secara teknik / artistik melalui media yang dianggap bermanfaat secara positif bagi khalayak banyak ataupun bagi dirinya sendiri. Beberapa istilah sutradara adalah sebagai berikut : 1. Sutradara (Film&Televisi) 2. Pengarah Acara (Televisi). 3. Program Director (Televisi). 4. Producer Director ( Televisi & Film ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorangsutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan.
2.12 Teknik Kamera Sebuah karya audio visual dalam format apapun, selalu direncanakan dari berbagai macam aspek agar segala apa yang diciptakan dapat menggiring penonton atau pemirsa ke arah penghayatan terhadap rangkaian gambar-gambar dalam dinamisasi frame, dimana pada akhirnya nanti pemirsa melalui proses imajinasi alam pikiranya itu dapat merasakan arti ketegangan, kegembiraan, ketakutan, kesedihan, keharuan, dibalik alur cerita yang ditontonnya. Dari banyaknya aspek perencanaan itu, salah satu kunci utama daya tarik dalam karya audio visual entah itu format film, sinetron, video clip, konser musik atau format apapun juga namanya, adalah dari aspek pengambilan gambar meskipun tanpa menyepelekan aspek ceritanya. Ada sebuah istilah yang sering kita dengar dan mungkin para pembaca sudah pernah mendengarnya, yaitu dengan kata “Sebuah Gambar lebih banyak bercerita dari pada Seribu Bahasa”. Pernyataan ini lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
menegaskan pada aspek visualisasinya bahwa sebuah gambar lebih banyak menceritakan atau mengilustrasikan suatu peristiwa dari pada harus menceritakan dengan seribu kata-kata ataupun kalimat. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa gambarlah yang akan menggiring persepsi pemirsa terhadap tersajinya suatu realita imajinasi dalam alur cerita film ataupun suguhan program acara dari salah satu stasiun televisi.58 Dalam penerapan di lapangan, pengambilan gambar dalam karya audio visual sering disebut dengan istilah Teknik Kamera Elektronik atau dengan menyingkatnya kata yang lebih sederhana dengan sebutan Teknik Kamera. Dalam membahas Teknik Kamera Elektronik terdapat 4 komponen yang terkait diantaranya Camera Angle, Type of Shot, Type of Character dan Moving Camera. 59 Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film, fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang melakukan adegan-adegan. Kamera dioperasikan oleh kru film yang biasa disebut kameramen, kameramen mengoperasikan kamera sesuai dengan arahan sutradara. Untuk menjadi seorang kameramen harus mengetahui jenis-jenis kamera, mengenal cara-cara atau teknik memegang kamera, teknik pengambilan gambar, unsur-unsur dalam pengambilan gambar, dll.60 58
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/15/teknik-kamera-elektronik-1,diunduh pada Januari 2014, pukul 20 : 35
59
Ibid., http://komunikasi-pembangunan.blogspot.com/2010/02/pengenalan-kamera.html, diunduh pada 25 Januari 2014, pukul 20 : 35
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
54
Jenis kamera yang digunakan dalam film sangat beragam jenisnya, namun secara garis besar kamera terbagi tiga yaitu : 1. Kamera foto (still photography) Kamera foto menghasilkan gambar-gambar yang tidak bergerak (still single picture). Bahan baku penyimpanan gambar berasal dari pita selluloid, sehingga setelah melakukan perekaman harus diproses lagi dengan pemrosesan secara kimiawi. Contoh : kamera analog, kamera digital. 2. Kamera film (cinema photography) Kamera film memiliki bahan yang sama dengan kamera foto namun hasil yang didapat berbeda, kamera film menghasilkan gambar yang bergerak atau biasa disebut still motion. Contoh : kamera 8 mm, 16 mm, 35 mm. 3. Kamera video (video photography) Untuk kamera video sendiri memiliki persamaan dengan kamera film karena menghasilkan gambar bergerak (still motion), namun yang membedakan yaitu bahan bakunya yang berupa kaset video yang setelah pengambilan gambar hasilnya dapat langsung dilihat karena terjadinya gambar secara optis dan elektronis. Contoh : kamera Betacam, MiniDV, HDCam.
Teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga saat kita menonton suatu film tampak macam-macam sudut pandang pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film. Penonton akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton. Adapun teknikteknik yang ada dalam pengambilan gambar yaitu :61 1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle) a. Bird Eye View Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi. b. High Angle Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil. c. Low Angle Pengambilan gambar diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan. d.
Eye Level Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
e. Frog Level Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar. 61
Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
2. Ukuran gambar (frame size) a. Extreme Close-up (ECU) Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek. b. Big Close-up (BCU) Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek. c. Close-up (CU) Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk memberi gambaran jelas terhadap objek d. Medium Close-up (MCU) Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas. e. Mid Shoot (MS) Pengambilan
gambar
sebatas
kepala
hingga
pinggang.
Fungsinya
memperlihatkan sosok objek secara jelas f. Knee Shoot (KS) Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot. g. Full Shoot (FS) Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
h. Long Shoot (LS) Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya. i.
Extreme Long Shoot (ELS) Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya.
j.
1 Shoot Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.
k. 2 Shoot Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berkomunikasi. l.
3 shoot Pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang sedang mengobrol.
m. Group Shoot Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas. 3. Gerakan kamera (moving camera) a. Zooming (In/Out)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya mengoperasikannya saja. b. Panning (Left/Right) Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan. c. Tilting (Up/Down) Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan stabil. d. Dolly (In/Out) Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur. e. Follow Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah. f. Framing(In/Out) Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framming shot
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
g. Fading (In/Out) Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out. h. Crane Shoot. Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek. 4. Gerakan objek (moving object) a. Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek, baik ke kiri maupun ke kanan. b. Walking (In/Out) Objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi (out) kamera.
Setelah mengetahui teknik-teknik dalam pengambilan gambar, ada beberapa elemen penting yang harus ada di dalam gambar. Adapun elemenelemen tersebut yaitu : a. Motivasi b. Informasi c. Komposisi d. Suara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
e. Sudut Kamera f. Kontinuitas
Selain teknik-teknik maupun tata cara pengambilan gambar yang harus dimiliki oleh seorang kameramen yaitu sense of art atau rasa seni, karena gambar yang
diambil
oleh
kameramen
merupakan
karya
seni.
Setiap
orang
memungkinkan untuk menguasai teknik-teknik pengambilan gambar namun apabila tidak memiliki rasa seni atau keindahan maka hasil yang didapatpun kurang maksimal.
2.13
Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.62 Pengertian Nilai Menurut Louis O. Kattsoff membedakan nilai dalam dua macam, yaitun nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai dari sesuatu yang sejak semula sudah bernilai, sedangkan nilai instrumental adalah nilai dari sesuatu karena dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan sesuatu. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai 62
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, diunduh pada 28 Desember 2013, pukul 18.25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental. Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batasbatas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya. Max Scheler mengelompokkan nilai menjadi beberapa kategori, yaitu nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Selanjutnya, Notonagoro membagi nilai dalam tiga macam nilai pokok, yaitu nilai materil, vital, dan kerohanian.63 2.13.1
Ciri-ciri Nilai Ciri-ciri nilai adalah Sebagai berikut :64
63
http://www.flphadhramaut.com/2013/06/nilai-nilai-kepahlawanan-dalam.html, diunduh pada 1 Januari 2014, pukul 18.35 64 http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, diunduh pada 1 Januari 2014, pukul 18.35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
a. Nilai
itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu. b.
Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c.
Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
2.13.2
Macam-macam Nilai Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: a. Nilai logika adalah nilai benar salah b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah. c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk. Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai, yaitu a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi nilai kebenaran yang bersumber
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
pada akal (rasio, budi, cipta) manusia, nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia, nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,will) manusia. Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
2.14
Pahlawan Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala",
yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.65 Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah. Menurut Andrew Bernstein, sosok pahlawan adalah individu yang diangkat atau didukung oleh nilai-nilai moral yang tinggi dan kemampuan 65
http://news.liputan6.com/read/742720/memaknai-nilai-pahlawan-tingkatkan-nasionalismeindonesia, diunduh pada 1 Januari 2014, pukul 18.40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
superior, dalam mencapai tujuannya berhadapan dengan musuh yang sangat kuat. Tingkatan moral mulia yang dimiliki oleh seorang pahlawan menjadi hal yang sangat penting untuk dasar dari konsep kepahlawanan. Menurut Bernstein, sosok pahlawan dihargai karena dia berdiri melakukan perlawanan terhadap apapun yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakininya. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsep kepahlawanan atau heroism memerlukan nilai-nilai konflik untuk keberadaannya.66 Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2009, Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara. Atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Gelar pahlawan ini meliputi Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera. Sampai saat ini ada 156 tokoh yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia. Sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi. Seorang pahlawan 66
Andrew Bernstein, Mentzer-Sherkey Enterprises, Inc. 2004. Site by FX Media, Inc. www.fxmedia.com, diunduh pada 28 Desember 2013, pukul 17.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot.
2.15
Nilai-nilai Kepahlawanan Kepahlawanan seperti yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sebagai perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, kesatriaan. Melalui definisi tersebut, dapat dipahami bahwa kepahlawanan merupakan sebagian anggota dari nilai, karena kepahlawanan merupakan sebuah nilai atau sifat yang diperlukan manusia. Tidak ada dfinisi tunggal mengenai pahlawan, tetapi secara umum, pahlawan diartikan sebagai orang yang dianggap berjasa bagi kepentingan orang banyak. Pahlawan adalah sosok yang berkorban untuk menyelamatkan nasib orang banyak. Sang pahlawan sendiri tidak peduli lagi akan nasibnya sendiri, apakah ia jadi martir atau masih hidup. Yang jelas, ia telah diakui sebagai faktor perubah
nasib bagi yang lain. Beberapa nilai kepahlawanan adalah sebagai
berikut : 67 a. Keberanian Pahlawan sejati selalu merupakan seorang pemberani sejati. Tidak akan pernah seseorang disebut pahlawan jika ia tidak pernah membuktikan keberaniannya. Pekerjaan-pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya 67
Anis Matta. Mencari Pahlawan Indonesia. Jakarta : Tabawi Center. 2004. hal.7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
dengan pekerjaan dan tantangan itu, sebab pekerjaan dan tantangan besar tersebut selalu menyimpan resiko. Dan tidak ada keberanian tanpa resiko. b. Percaya pada kekuatan sendiri Para pahlawan sejati selalu mengetahui kadar kepahlawanan dari setiap perbuatan dan karyanya. Mereka tidak biasa membesar-besarkan nilai perbuatan dan karyanya itu secara objektif, memang tidak ada atau sedikit. Demikian pula sebaliknya. Mereka juga mengetahui letak sisi kepahlawanan mereka. Sebab, tidak ada orang yang bisa menjadi pahlawan dalam segala hal. Maka, mereka menempatkan diri pada sisi di mana mereka bisa menjadi pahlawan. Mereka tidak akan pernah memaksakan kehendak dan juga tidak akan pernah melawan kodrat mereka. Mereka yang hanya bisa menjadi pahlawan dalam perang, tidak akan memaksakan diri menjadi pahlawan dalam medan ilmu pengetahuan. c. Pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan ancaman Seorang pahlawan boleh salah, boleh gagal, boleh tertimpa musibah. Akan tetapi, dia tidak boleh kalah. Dia tidak boleh menyerah pada tantangannya, dia tidak boleh menyerah kepada keterbatasannya. Dia harus tetap melawan, menembus gelap, supaya dia bisa menjemput fajar. Sebab, kepahlawanan adalah piala yang direbut, bukan kado yang dihadiahkan. Di bawah godaan keterbatasan dan kelemahan, di bawah tekanan realitas tantangan yang sering terlihat tidak memungkinkan untuk dihadapi, semangat perlawanan pahlawan teruji.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang tanpa rasa bosan bangkit dari kegagalan ke kegagalan lain dan akhirnya sukses mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang menyerah adalah orang yang memiliki daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi karena dengan kedua daya itu, ia senantiasa berusaha memberi jawaban atas tantangan yang dihadapinya. d. Rela berkorban Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat, atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan performance kepribadian kita. Demikianlah, kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka, takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pernah hidup dan berpikir dalam lingkup hidupnya sendiri. Ia telah melampaui batasbatas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya di mana segenap pikiran dan jiwa yang tercurahkan. Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawanan seseorang. e. Memiliki rasa persatuan dan kesatuan Anggapan seseorang pahlawan adalah orang yang relatif berbeda dari orangorang biasa tidaklah salah. Angapan tersebut menjadi salah jika kita kemudian menganggap lebih jauh bahwa yang berjasa dalam meraih sebuah cita-cita besar, kemerdekaan suatu bangsa misalnya, hanyalah pahlawan seseorang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Sebuah cita-cita besar, pada akhirnya memang tidak dapat diselesaikan oleh seorang pahlawan saja. Akan tetapi seorang pahlawan melegenda karena dalam proses itu ia memberikan kontribusi yang paling besar dari dirinya. Salah satunya adalah sebagai pemersatu orang-orang yang sama-sama memperjuangkan cita-cita tersebut. Hal tersebut bisa terjadi karena seorang pahlawan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Persatuan dan kesatuan adalah kekuatan tersendiri bagi orang-orang yang ingin mencapai sebuah cita-cita besar untuk kepentingan bersama. f. Mempunyai toleransi yang tinggi Toleransi berasal dari bahasa Latin tolerance yang berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan, dan penghargaan berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah kerukunan dalam perbedaan. Bahwa toleransi adalah kemampuan untuk menenggang rasa atas keyakinan dan tindakan orang lain dan membiarkan mereka melakukannya. g. Mempunyai kesetiakawanan sosial Dalam perjuangannya, seorang pahlawan tidaklah sendiri. Dia ditemani rekanrekan seperjuangan serta orang-orang yang nasibnya sedang diperjuangkan. Demi mencapai tujuan bersama, seorang pahlawan haruslah mempunyai kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kesetiakawanan sosial mengandung aspekaspek solidaritas, tenggang rasa, empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
bodoh dengan orang lain, atau egois. Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki seseorang atau suatu komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/