BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, walau ini juga merupakan masalah seumur hidup bagi banyak orang (Litin, 2003). Karies gigi adalah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan gigi yang diakibatkan oleh berbagai faktor (Zaviera, 2008). Jadi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang pada gigi). 1. Proses terjadinya karies gigi a. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi. b. Asam ini melarutkan 'Email', pelapisan gigi berwarna putih, yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang. c. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam dibawah gigi kepala (Srigupta, 2004). 2. Tanda dan gejala a. Rasa nyeri sedang sampai berat ketika makan atau minum sesuatu yang manis, dingin atau panas.
7
8
b. Sakit gigi Kebanyakan gigi berlubang ditemukan saat pemeriksaan gigi. Gigi berlubang yang ditemukan dan dirawat secara dini bisa mengurangi rasa sakit, menghemat biaya dan yang terpenting menyelamatkan gigi. Semakin dini lubang gigi ditemukan, semakin berkurang pula rasa sakit yang mengintai anda karena email dan dentin tidak begitu peka terhadap rasa sakit dibanding pulpa (Litin, 2003). 3. Faktor penyebab karies gigi. Caries gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 3 faktor utama yang saling mempengaruhi (Alpers, 2006) : a. Host (air liur dan gigi) Selain kebersihan gigi, air liur dan produksi air liur memainkan peranan yang penting terhadap kemungkinan terjadinya karies. Setiap harinya tidak terhitung banyaknya mikro-organisme yang melewati mulut. Kuman tersebut akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Hal ini terjadi karena air liur kesulitan untuk membersihkan bakteri yang terdapat pada gigi maka bakteri tersebut akan diubah menjadi asam. Asam ini akan membentuk lubang kecil pada permukaan gigi karena menembus email gigi (Srigupta, 2004). b. Agen atau mikroorganisme Caries gigi ditimbulkan oleh bakteri (Streptococcus mutans) yang hidup dalam plak, lapisan lengket pada saliva dan sisa makanan yang terbentuk pada permukaan gigi. Bila telah terjadi lubang maka lactobasilli menjadi organisme yang menonjol. Bakteri akan memanfaatkan makanan dan minuman terutama yang mengandung
9
tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam. Asam ini akan disimpan di dekat gigi oleh plak menyebabkab kalsium dan fosfat hilang dari enamel gigi (demineralisasi). Bila proses ini tidak mendapat perhatian yang baik maka enamel lambat laun dentin bagian bawah akan hancur (Valman, 2006). c. Substrat atau makanan Manusia dalam kehidupan sehari-hari makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga makanan yang lengket seperti roti, biskuit, coklat, permen, manisan buah.sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera di bersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi (Srigupa, 2004). d. Waktu Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Gambar 2.2 Skema faktor-faktor terjadinya karies Sumber : Srigupta (2004)
10
Faktor sekunder yang mempengaruhi terjadinya caries gigi adalah oral hygiene, aliran saliva, usia, pola makan. 1) Oral hygiene Anak usia sekolah biasanya kurangnya kesadaran untuk memperhatikan perilaku oral hygiene sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies. 2) Aliran saliva Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut. 3) Usia Usia yang paling rentan untuk terjadi caries gigi adalah usia 4 -8 tahun pada gigi primer dan 12-18 tahun pada gigi tetap. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. 4) Pola makan Anak biasanya makan makanan jajanan yang bergula yang
11
dilakukan saat diluar jam makan sehingga mereka kurang memperhatikan dampak yang akan terjadi bila setelah makan tidak segera membersihkan gigi dengan berkumur atau menyikat gigi (Gilang, 2010). 4. Lokasi karies gigi Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi. a. Karies celah dan fisura Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham. Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Proses perlubangan pada dentin ini akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
12
Gambar 2.3 Celah atau fisura gigi yang dapat menjadi lokasi karies Sumber : Summit, et. al (2001) b. Karies permukaan halus Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Gambar 2.4 karies proksimal Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal Sumber : Summit, et. al (2001)
13
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi. Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar. Kejadian karies gigi ini dapat dicegah jika anak melakukan pemeliharaan gigi dengan baik. Perilaku kebersihan gigi yang baik tentunya dapat menekan pertumbuhan bakteri pada gigi karena tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi anak.
B. Gigi Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan
14
jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya (Hermawan, 2010). Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigigigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah (Tarigan, 1992). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gigi adalah salah satu organ tubuh yang paling keras dibandingkan organ tubuh yang lain dan berfungsi sebagai pengunyah. 1. Anatomi gigi Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi paling atas dan berada di atas gusi dan terdiri dari jaringan yang paling keras di dalam tubuh yang disebut email (lapisan gigi yang keras). Email ini sangat resisten terhadap penghancuran, pemakaian dan pengoyakan. Di bawah email terdapat dentin (gigi bagian dalam) yang dapat diperbaiki. Ketika email rusak ia tidak dapat diperbaiki. Di bawah mahkota, di bawah garis gusi, adalah akar gigi; garis leher gigi. Akar tersebut memiliki lapisan luar yang disebut dengan sementum. Sementum merapikan gigi secara kuat dengan periodontium dan sendi tulang yang disebut dengan tulang alveolar. Pada bagian tengah gigi ada bagian sangat sensitif yang disebut dengan pulpa. Pulpa adalah jantung gigi dan berisi pembuluh darah dan syaraf (Srigupta, 2004).
15
Gambar 2.1 Anatomi gigi Sumber : Srigupta (2004) 2. Fungsi gigi Gigi memiliki berapa fungsi diantaranya adalah: a. Pengunyah Pertama kali makanan dipotong dan diremuk dengan gigi. Kemudian dikunyah lalu ditelan. b. Penyangga Gigi memberikan sandaran yang kuat dengan bantuan tulang rahang pada struktur wajah. c. Perlindungan dan pengendalian Gigi melindungi debu, kuman dan benda-benda luar yang masuk ke dalam mulut dengan bantuan bibir. d. Penampilan Lapisan gigi yang berwarna putih seperti mutiara, memperlihatkan penampilan yang indah.
16
e. Pemegang Gigi berguna untuk memegang benda seperti pipa, cerutu dan lain-lain (Srigupta, 2004) 3. Permasalahan gigi Gigi berlubang termasuk salah satu penyakit yang banyak dialami orang. Lubang gigi atau istilah kedokterannya karies gigi. Disebabkan oleh erosi atau pengikisan jaringan keras gigi yaitu email dan dentin oleh asam. Perasaan sakit pada karies gigi digambarkan seperti stimulus tidak menyenagkan yang terasa oleh pikiran sadar. Persepsi rasa sakit tersebut dimulai dari proses daya konduksi elektro kimiawi di daerah yang menyakitkan hingga otak (Srigupta, 2004)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) meliputi: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saran-saran kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
17
Perilaku pemeliharaan juga mempunyai arti perilaku pencegahan, dimana pencegahan terhadap kejadian karies gigi ditunjukkan dengan menjaga dan memelihara kebersihan gigi. Pengetahuan menjadi faktor penting dalam upaya pemeliharaan gigi.
D. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengar (telinga), dan indra penglihatan (mata). 2. Tingkat Pengetahuan Peningkatan pengetahuan merupakan indikator keberhasilan dari pendidikan kesehatan yang dilakukan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan menurut Bloom (1974) yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mangamati sesuatu.
18
b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tenang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseoarang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis Sintesis
menunjuk
suatu
kemampuan
seseorang
untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
19
3. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengetahuan Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang menurut Nasution (1999) , yaitu : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka remaja makin mudah menerima informasi tentang kehamilan dan partus usia dini, sehingga remaja akan lebih cepat faham tentang bagaimana resiko yang terjadi bila remaja mengalami kehamilan dan partus dini serta remaja dapat lebih menyesuaikan dengan hal-hal bermanfaat bagi kesehatan reproduksinya. b. Informasi Orangtua
yang
mempunyai
banyak
sumber
informasi
dapat
memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuannya tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media masa seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat diperoleh dari penyuluhan atau pendidikan kesehatan. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.
20
Hal ini mengandung maksud bahwa semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan jauh lebih luas. e. Sosial Ekonomi Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misal sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi. 4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran
tingkat
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin diukur atau diketahui, dapat
disesuaikan
(Notoadmodjo, 2003).
dengan
tingkat
pengetahuan
dari
responden
21
E. Kerangka Teori Faktor perilaku 9 Faktor predisposisi - Pendidikan - Pengetahuan Orang tua Anak - Sikap - Praktik
9 Faktor pendukung - Pendapatan keluarga - ketersediaan sarana, waktu
Karies gigi
9 Faktor pendorong Dukungan sosial: keluarga/suami, teman, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan
Faktor pencetus - Host - Agen - Substrat - Waktu
Gambar 2.1. Kerangka Teori Tingkat pengetahuan orangtua dengan karies gigi pada anak
F. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup dan mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
22
Independent variable Tingkat pengetahuan orang tua
Dependent variable Karies gigi
Gambar 2.2. Kerangka konsep Tingkat pengetahuan orangtua dengan karies gigi pada anak
G. Variable Penelitian Variabel yang digunakan oleh peneliti ada dua kategori, yaitu : 1. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas atau independent merupakan suatu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen (terikat) dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2003). Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan. 2. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat, 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karies gigi yang terjadi pada siswa SDN Mangunharjo Kecamatan Tembalang Semarang
H. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua terhadap karies gigi pada anak SDN Mangunharjo Kecamatan Tembalang Semarang.