4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L) Tanaman kacang hijau merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat kejenuhan cahaya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman C4. Sehingga tanaman ini mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan pada kondisi intensitas cahaya rendah seperti tumpangsari, baik dengan tanaman pangan seperti jagung, ubi kayu maupun dengan tanaman perkebunan terutama di bawah tanaman perkebunan yang masih muda. Menurut Buranatham et al., (1992) dalam titik sundari et al., (2005). Lahan perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai lahan tanaman pangan. Secara morfologi tanaman kacang hijau memiliki batang pendek dan daun cukup banyak dan buah lebat dibagian kuncupnya. Morpologi tanaman kacang hijau Varietas VIMA-I menururut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo (2012) yaitu sebagai berikut. 1. Batang : tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan tinggi mencapai 53 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya hijau dan bila suda tua batang akan berubah menjadi warna coklat gelap. 2. Daun : kacang hijau memiliki daun trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling, tangkai daunya cukup panjang, lebih panjang dari daunnyawarna daun hijau muda sampai hijau tua. 3. Bunga : kacang hijau memiliki bunga warna kuning yang mulai muncul 28-33 hari, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang
dan dapat
melakukan penyerbukan sendiri. 4. Polong : polong kacang hijau berbentuk selindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbuluh pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau setelah tua barwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.
5
5. Biji : biji kacang hijau lebih kecil dibanding kacang- kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat dan hitam. Adapun klasifikasi tanaman kacang hijau varietas VIMA-I yaitu sebagi berikut: Kingdom
: Plantae
Devisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliophyta
Ordo
: Fabelas
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata L Wilczek
Varietas
: VIMA -I
2.2. Syrat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L) Untuk membudidayakan tanaman kacang hijau perlu perlu diperhatikan beberapa hal yang sangat penting yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman kacang hijau, diantaranya adalah tanah, iklim suhu udara. 1. Iklim Berdasarkan indikator didaerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25oC-27oC dengan kelembaban udara 50%- 80% curah hujan antara 50 mm -200 mm perbulan, dan cukup mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Didaerah curah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan dan gangguan, misalnya mudah rebah dan terserang penyakit. Produksi tanaman kacang hijau pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau Rukmana (1997) dalam Liza Khairani (2008)
6
2. Tanah Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur banyak mengandung bahan organik (humus) aerasi dan draenasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8-6,5. Untuk tanah yang ber pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming) fungsi pengapuran adalah untuk meningkatkan meneralisasi nitrogen organik dalam sisa-sisa tanaman membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan serta meningkatkan pH tanah mendekati netral Rukmana (1997) dalam Liza Khairani (2008) Lahan pertanaman kacang hijau sebaiknya di dataran yang rendah hingga 500 m dpl. Curah hujan yang rendah cukup di toleransi tanaman ini apalagi pada tanah yang diairi seperti padi. Tanah yang ideal adalah tanah ber pH5,8 dengan kandungan fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang yang cukup agar bisa maksimalkan produksi Andrianto dan Indarto (2004) dalam Liza Khairani (2008) Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5-7,5 atau mendekati netral. Seperti unsur fosfor tersedia dalam jumlah banyak pada kisaran pH 6,5 – 8 dan 9-10 Sutejdo (1987) dalam Liza Khairani (2008)
2.3 Abu Ketel Abu ketel merupakan hasil perubahan secara kimiawi dari pembakaran ampas tebu murni. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan boiler dengan suhu mencapai 5500-6000oC dan lama pembakaran setiap 4-8 jam dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam boiler,karena jika dibiarkan tanpa dibersihkan akan terjadi penumpukan yang akan mengganggu proses pembakaran ampas tebu berikutnya. Proses pembakaran ampas tebu berlangsung pada grate (pengapian) dan furnace (ruang pembakaran) dimana ampas tebu akan dijatuhkan ke corong grate. Di grate inilah akan terjadi timbunan ampas tebu yang menyerupai kerucut bahan bakar (Hernawaty dan Indarto, 2010).
7
Limbah abu ketel pabrik gula belum banyak dimanfaatkan, karena penanganan limbah abu ketel hanya dibiarkan pada lahan yang luas. Abu ketel dapat dimanfaatkan kembali karena mengandung mineral anorganik atau unsurunsur logam yang merupakan unsur hara atau nutrisi yang diperlukan tanaman (Purwaty, 2007). Menurut Misran (2005), limbah abu ketel dapat dicampurkan dengan zat lain untuk dijadikan media pupuk mixed (fine compost).
2.2. Pupuk dan Pemupukan Pupuk merupakan hasil akhir dari penguraian sisa-sisa tanaman limbah dan kotoran ternak, seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau Sutedjo (1995) dalam Winata et al. (2012). Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur hara makro dan mikro
meskipun dalam
jumlah sedikit. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan –bahan alami lainnya yang diproses secara alamia selama 4 bulan. Pupuk organik selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan produk tanaman mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan alternatif pengganti pupuk kandang Indarkusuma (2000) dalam Winata et al. (2012). Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah, sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman Syukur dan Indah (2006) dalam Winata et al. (2012). Pupuk dekelompokan kan menjadi dua kelompok besar yaitu pupuk pupuk organik dan pupuk anorganik, pupuk organik dapat berbentuk padat dan cair. Pemupukan adalah penambahan bahan atau zat pada tanah untuk memperlengkapi kandungan unsur hara yang tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman Mulyani (1999) dalam Winata et al. (2012). Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada dalam tanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan dosis merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi pengeluaran disamping berpengaruh negatif terhadap hesuburan tanah. Kastono (1999) dalam
8
Winata et al. (2012). Menyatakan bahwa
pemupukan mempuyai dua tujuan
utama, yaitu: mengisi perbekalan zat hara tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi pH, potensi pengikat terhadap zat hara tanaman.
2.5 Tanaman Kacang Hijau Varietas VIMA - I Setelah empat tahun,
epartemen Pertanian kembali merilis varietas
unggul kacang hijau. Varietas yang diberi nama Vima-1 melalui SK Nomor 833/Kpts/SR.120/6/2008 tanggal 24-6-2008. Varietas kacang hijau hasil rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang ini diperoleh melalui persilangan buatan dari tetua jantan VC 1973A dan tetua betina 2750A dan seleksi sistematis hingga diperoleh galur MMC 157d Kp-1 yang mempuyai sifat umur genjah dan tahan penyakit embun tepung. Kacang hijau farietas vima 1 berbeda dengan varietas kutilang –varietas terakhir yang dilepas pada tahun 2004– yang berbiji hijau mengkilat, maka galur MMC 157d Kp-1 yang kemudian diberi nama Vima-1 (akronim dari Vigna sinensis – Malang) ini berkulit biji kusam. Sejumlah kelebihan dimiliki oleh Vima -1 ini. Dari sisi budi daya, varietas ini memiliki keunggulan, yakni hasil cukup tinggi, umur yang genjah, dan tahan penyakit embun tepung. Tandan polong Vima-1 yang seluruhnya berada di atas kanopi merupakan daya tarik tersendiri bagi petani, karena relatif mudah dipelihara dan dipanen. Kualitas biji Vima-1 memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, lemak rendah, dan pati tinggi. Kulit biji yang lunak, daging biji yang cepat empuk ketika direbus, dan tekstur bubur kacang hijau yang baik sesuai dengan preferensi pengusaha makanan, khususnya bubur kacang hijau, bakpia, dan onde-onde. Tanaman kacang hijau Varietas Vima-1
mempunyai empat fase
pertumbuhan yaitu (1) fase muncul lapang (emergence), (2) fase pertumbuhan vegetatif, (3) fase pembungaan, (4) fase pertumbuhan polong dan pengisian biji.
9
1. Fase Muncul Lapang (Emergence) Benih kacang hijau yang ditanam pada kondisi yang sesuai untuk perkecambahan akan segera berkecambah dan akan muncul ke atas permukaan tanah (muncul lapang) setelah 4 sampai 6 hari. Setelah itu, akan segera terbentuk sepasang daun trifoliate yang membuka sempurna dan dapat melakukan fotosintesis. 2. Fase Pertumbuhan Vegetatif Setelah muncul lapang, tanaman kacang hijau akan mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal muncul atau terbentuknya bunga. Periode ini umumnya terjadi pada periode 1 – 6 minggu setelah tanam. 3. Fase Pembungaan Fase ini diawali dengan fembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk terjadi penyerbukan sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan. Pembuahan yang berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan polong. Pembungaan akan terus terjadi
walaupun sebagian bunga telah berkembang
menjadi polong. 4. Fase Pembentukan Polong dan Pengisian Biji Polong yang terbentuk setelah terjadi pembuahan mengalami pertumbuhan sampai pada ukuran tertentu. Selama pertumbuhan tersebut, didalamnya terjadi pembentukan dan pengisian biji. Pemasakan biji dianggap selesai apabila polong telah mencapai ukuran maksimum. Selanjutnya biji di dalam polong akan mengalami proses pematangan yang ditandai oleh perubahan warna polong yang pada umumnya dari hijau menjadi hitam, sekaligus tanda polong siap dipanen.