BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit. Pada golongan ini terdapat banyak penyakit infeksi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap defisiensi energi dan protein. Oleh karena itu, pengawasan teratur pada golongan ini ialah sama pentingnya dengan pengawasan bayi. Dalam usia anak-anak hal yang sangat penting adalah mengajarkan anak dalam memilih bahan makanan yang bernilai gizi, anak-anak sering meniru kebiasaan orang tua atau kakaknya. Makanan yang disenangi orang tuanya akan disenangi juga. Orang tua harus memberikan contoh lebih dahulu mengkonsumsi bahan-bahan makanan yang dianjurkan untuk anaknya, begitu pula dalam membelikan makanan jajanan harus dapat memilih mana yang baik dan tidak.
B. Konsumsi Energi Energi adalah kemampuan melakukan pekerjaan tubuh untuk memperoleh energi dari makanan yang dimakan. Bentuk energi yang berkaitan dengan prosesproses biologi / energi kimia, energi listrik (Almatsier, 2003). Energi dalam tubuh digunakan untuk: 1. Melakukan pekerjaan internal dan untuk mereka yang masih tumbuh. Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk sintesis senyawa-senyawa baru. Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, memperpanjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier, 2003). Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan aktifitas yang sesuai dengan kesehatan yang memungkinkan pemeliharaan aktifitas fisik yang dibutuhkan secara sosial ekonomi (Almatsier, 2003). Pada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan. Dari data Biro Statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa komposisi konsumsi energi makanan rata-rata orang Indonesia 9,6% berasal dari protein, 20,6% berasal dari lemak dan selebihnya yaitu 68,6% (BPS, 1990). Sedangkan menurut WHO (1990) menunjukkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10 – 15 % berasal dari protein, 15 – 30% dari lemak dan 35 – 75% dari karbohidrat. Dengan demikian komposisi konsumsi makanan rata-rata di Indonesia sudah mendekati komposisi konsumsi yang dianjurkan WHO. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat: seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua itu mungkin yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. (Almatsier, 2003). Jumlah energi yang dibutuhkan tergantung dari tingkatan-tingkatan energi metabolisme basal. Angka kecukupan energi per anak umur 1 – 3 tahun adalah 1000 kkal sedangkan anak umur 4 – 6 tahun adalah 1550 kkal. (WKNPG, 2004)
C. Konsumsi Protein Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energi yang ditunjukkan tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Ada dua jenis protein, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein nabati mengandung lemak jenuh, sedangkan nabati lemak tak jenuh (Budiyanto, 2001). Protein merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini disamping sebagai zat pembangun dan pengatur. Sumber-sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Protein juga mempunyai berbagai fungsi tubuh, yaitu sebagai enzim, alat pengangkut, alat penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang mekanis, pertahanan tubuh, media perambatan implus syaraf dan pengendalian pertumbuhan (Budiyanto, 2001). Kebutuhan protein menurut FAO/ WHO (1995) adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan atau menyusui. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tahu dan tempe. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai tinggi (Almatsier, 2003). Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004), anak umur 1 – 3 tahun adalah 25 gr sedangkan anak umur 4 – 6 tahun adalah 39 gr.
D. Pendidikan Perkembangan manusia tidak pernah terlepas dari masalah belajar; dan seperti telah kita ketahui bersama, masalah belajar itu menyangkut masalah pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses pendewasaan anak didik. Proses ini dilakukan oleh pendidik untuk membawa anak didik menjadi dewasa sehingga kelak menjadi orang yang mampu melaksanakan tugas-tugas jasmaniah, bersikap secara dewasa dan dapat hidup wajar di tengah-tengah sesamanya serta berani mempertanggung-jawabkan sikap dan perbuatannya kepada orang lain. Istilah dunia pendidikan mencakup pendidikan formal, informal, dan non formal; jadi meliputi pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Adapun pendidikan sekolah terdiri atas jenjang pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, SMA) dan pendidikan tinggi (PT/ Akademi). Faktor pendidikan dasar dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga tingkat pengetahuan gizinya juga terbatas. Masyarakat dengan tingkat pendidikan
yang rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima pembaharuan (Singarimbun, 1998). Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap makanan, diperkirakan bahwa makin meningkatnya pendidikan yang biasa dicapai seorang ibu maka semakin membantu meningkatkan kesadaran dan pengertian akan pentingnya penggunaan pangan yang beraneka ragam dalam hidangan sehari-hari. Karena di dalam masyarakat penanganan makanan masih didominasi oleh ibu (Singarimbun, 1998).
E. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaan dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Suatu hal yang meyakinkan tetang pentingya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan : 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu penyebab dari gangguan gizi kurang. Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dari seorang pengasuh dapat membentuk sikap yang dapat mendorongnya untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi kebutuhan gizi anak anak TK. Dengan
demikian gizi anak pra-sekolah tersebut akan diperbaiki, dipertahankan dan ditingkatkan. F. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Anak Pra-Sekolah Kecukupan gizi anak pra-sekolah, disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur. Syarat makanan disesuaikan dengan kemampuan anak menerima makanan yang diberikan. Secara berangsur-angsur makanan dapat disamakan dengan makanan orang dewasa. TABEL 1 ANGKA KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN RATA-RATA YANG DIANJURKAN UNTUK ANAK Kelompok Berat badan Tinggi badan Energi (kkal) Protein (gr) umur (kg) (cm) 10 550 60 6 0-6 bl 16 650 71 8.5 7-12 bl 25 1000 90 12 1-3 th 39 1550 110 17 4-6 th Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
G. Kerangka Teori Produksi pertanian
Pendapatan lapangan kerja, pendidikan, kemampuan sosial
Pengolahan bahan makanan
Kemampuan keluarga menggunakan makanan
Distribusi bahan makanan dan faktor harga
Tersedianya bahan makanan Dapat diperolehnya bahan makanan
Kesehatan
Konsumsi makanan
Keadaan gizi
Sumber: Supariasa, 2002.
H. Kerangka Konsep Pendidikan Ibu Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat Konsumsi Energi Tingkat Konsumsi Protein
I. Hipotesis -
Ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK Nurul Bahri
-
Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK Nurul Bahri
-
Ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi protein anak TK Nurul Bahri
-
Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein anak TK Nurul Bahri