BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan pengolahan keuangan yang optimal. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu manajerial.
Seiring dengan perkembangannya, manjemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihantagihan dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Definisi keuangan menurut Sutrisno (2012:3) adalah sebagai berikut : “Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien” Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen keuangan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut secara efektif dan efisien dengan keuntungan yang optimal.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen merupakan posisi yang paling penting yang akan mempengaruhi perkembangan suatu perusahaan atau organisasi. Fungsi utama
11
12
dalam manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012:5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan Investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2. Keputusaan Pendanaan Keputusan Pendanaan itu sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegitan usahanya. 3. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividen, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividen), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
13
2.1.3 Tujuan Manajamen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang diinginkan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keungan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Tujuan manajemen keuangan menurut Husnan (2012:6) adalah sebagai berikut: “Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan”. 2.2
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu: (1) neraca dan (2) laporan laba-rugi. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Munawir (2010:5) dalam adalah: “Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.”
14
Dari kutipan di atas dapat di simpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditor, pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan.
2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap semua perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, akan mencari informasi mana yang diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Kasmir (2010:67) adalah sebagai berikut : a.
Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang) dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Pembuatan neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya saat tertentu. Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajikan dalam neraca meliputi :
15
Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang
Jenis-jenis modal (equity)
Serta jumlah rupiah masing-masing jenis modal.
b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi:
Jenis-jenis pendapatan (penjualan)yang diperoleh dalam suatu periode
Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
Jumlah keseluruhan pendapatan
Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi.
c. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal informasi yang diberikan dalam laporan perubahan modal meliputi :
16
Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
Jumlah rupiah tiap jenis modal
Jenis rupiah modal yang berubah
Sebab-sebab berubahaya modal
Jumlah rupiah sesudah perubahan
d. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
e. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
2.3
Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam
melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan anatar sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Ketersediaan dana yang akan digunakan untuk mendanai berbagai alternatif investasi ini dapat dilihat dari struktur modal perusahaan pada neraca perushaan di sisi pasiva.
Keputusan pendanaan ini sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal.
Pada
keputusan
ini
manajer
keuangan
dituntut
untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana
17
yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
2.3.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan masalah
yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena harus memaksimalkan profit bagi keputusan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tersebut. Struktur modal merupakan struktur financial yang terdiri atas hutang dan modal sendiri. Struktur modal menurut Weston Copeland dalam Fahmi (2014:184) adalah : “Capital structure or the capitalization of the firm is the permanent financing represented by long-term debt, preffered stock and shareholder’s equity.” Artinya strukutur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen diwakili oleh utang jangka panjang, saham preferen dan ekuitas pemegang saham. Kemudian menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2014:184) mengatakan “Struktur modal adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva”. Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (scareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Dan ini dipertegas oleh Jones bahwa struktur modal suatu perusahaan terdiri dari long-term debt dan schareholder’s equity, di mana stockholder equity dari preffered stock dan common equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earnings.
Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang
18
dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika dipergunakan memilki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran.
2.3.2 Teori Struktur Modal Struktur modal perusahaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok yaitu modal dari para pemilik atau pemegang saham (modal sendiri) dan modal berasal dari para kreditur (modal asing). Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2010:242) dalam (www.adaddanuarta.blogspot.co.id) adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach) Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh David Durand pada tahun 1952.Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reakasi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan.Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata terimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan.Dengan demikian, pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan.Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilih modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Artinya apabila perusahaan menggunakan hutang yang lebih besar, maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Akibatnya biaya modal rata-rata terimbang akan berubah. 2. Pendekatan Tradisional Pada pendekatan tradisional diasumsikan terjadi perubahan struktur modal yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri atau B/S). Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal keseluruhan yang
19
terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi.Hal ini disebabkan karena berubahnya tingkat kapitalisasi perusahaan.
3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach) Modigliani dan Miller berpendapat bahwa pembagian struktur modal perusahaan antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan resiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi-asumsi yang digunakan MM adalah : a. Pasar modal adalah sempurna, dan investor bertindak rasional. b. yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua investor sama. c. Perusahaan mempunyai resiko usaha yang sama dan tidak punya pajak. Sedangkan menurut Fahmi (2014:192) menyatakan bahwa teori struktur modal ada dua yaitu: a. Balancing Theories Balancing Theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara mncari pinjaman baik ke perbankan, leasing atau juga dengan menerbitkan obligasi (bonds). Obligasi (bonds) adalah sebuah surat berharga (commercial paper) yang mencantumkan nilai normal, tingkat suku bunga, dan jangka waktu di mana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan ataupun goverment untuk kemudian diuji kepada publik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjual obligasi adalah artinya berutang pada publik atau perusahaan melakukan penambahan long term liabilities-nya. Maka penerapan balancing theories juga memungkinkan diterapkan oleh suatu pemerintahan adalah dengan cara melakukan pinjaman ke pihak asing seperti pemerintah negara asing atau juga pada lembaga donatur internasional seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), dan lembaga lainnya.
20
b. Packing Order Theories Packing order theories merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan asset-asset lainnya, termasuk dana yang berasal dari laba ditahan (retained earnings). Mengenai laba ditahan M.Fuad dkk mengatakan “Alternatif lain untuk pembiayaan modal sendiri adalah laba ditahan, yakni bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham”. Lebih jauh Smith dan Skousen mengatakan, “Laba yang ditahan pada hakikatnya adalah tempat pertemuan akun-akun neraca dan akun-akun laporan laba-rugi”. Secara umum laba ditahan ada 2 (dua) yaitu : a. Laba ditahan yang dialokasikan, dan b. Laba ditahan yang tidak dialokasikan.
2.3.3 Mengukur Sumber Modal Perusahaan Struktur modal diukur oleh Debt to Equity (DER) yang merupakan salah satu rasio pengelolahan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. Menurut Hasnawati (2005a) dalam Wijaya dan Wibawa (2010) menyatakan bahwa: “Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan. Proksi ini dikonfirmasikan melalui Dept to Equity Ratio (DER).”
Jadi dapat disimpulkan bahwa dept to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. DER menunjukkan
21
perbandingan dana yang disediakan pemilik atau manajemen perusahaan yang berasal dari kreditur perusahaan.
Dept to Equity Ratio dihitung dengan formula :
Dept to Equity Ratio =
(
)
100%
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatnya untuk keperluan tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang di bayarkan oleh dividen.
Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini rendah. semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian.
Bagi investor, semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi, bagi investor yang tidak suka untuk mengambil resiko, maka mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut.
2.4
Keputusan Investasi
2.4.1 Pengertian Investasi Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dimilikinya dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi.
22
Menurut Sutrisno (2012:12) adalah sebagai berikut : “Keputusan investasi ini sering juga disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun atau berjangka panjang.” Menurut Sutrisno (2005) dalam jurnal Nur (2010) menyatakan bahwa : “Keputusan investasi adalah berkaitan dengan bagaimana manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti, sehingga usulan-usulan investasi yang akan dilakukan selalu mengandung risiko. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dikatan konsep keputusan investasi merupakan suatu konsep yang membicarakan tentang pengalokasian dana yang ada penentuan sumber-sumber dana di masa yang akan datang. Suatu perusahaan di dalam pengalokasian dananya dapat menggunakan investasi dalam bentuk aktiva riil yaitu dalam bentuk aktiva berwujud seperti emas, perak, intan dan real estate atau dalam bentuk surat-surat berharga.
2.4.2 Pentingnya Keputusan Investasi Keputusan investasi sendiri tercermin dari pertumbuhan Total Asset perusahaan yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Implementasi keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dalam perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal (external financing). Dengan memperhatikan sumbersumber pembiayaan, perusahaan memiliki beberapa alternatif pembiayaan untuk menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan, jadi, inti dari fungsi pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Menurut Sutrisno (2012:121) perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut :
23
1. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk bisa memperoleh kembali dana tersebut. Dengan demikian akan mempengaruhi penyediaan dana untuk keperluan lain. 3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang atau under invesment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Misalnya proyeksi penjualan terlalu besar sehingga membeli peralatan yang besar dengan investasi juga besar, ternyata permintaan kecil, akhirnya banyak kapasitas yang menganggur dan biaya tetap (penyusutan) sangat besar, demikian sebaliknya. Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini (Husnan & Pudjiastuti 2012:181) : 1. Adanya asal-usul investasi 2. Estimasi arus kas dari asal-usul investasi tersebut 3. Evaluasi arus kas tersebut 4. Monitoring dan penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah investasi dilaksanakan. Untuk maksud-maksud analisis, suatu proyek (rencana investasi) bisa dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi berikut ini (Husnan & Pudjiastuti 2012:181) : 1. Pegenalan proyek baru atau pembuatan produk baru 2. Penggantian peralatan atau pabrik 3. Penelitian dan pengembangan 4. Eksplorasi 5. Lain-lain.
24
Jadi, inti dari fungsi pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.
2.4.3 Jenis-Jenis Keputusan Investasi Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perushaan investasi yang mempunyai portofolio aktivaaktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Menurut Fahmi dan Hadi (2011:7) dalam (www.paraahli.com) “Dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal ada dua bentuk yaitu” a. Investasi Nyata Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik. b. Investasi Keuangan Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
2.4.4 Investasi Keuangan Investasi keuangan dalam hal ini adalah hubungan dengan masalah pengalokasian dana yang akan dilaksanakan dalam perusahaan dalam pembelian surat-surat berharga. Berikut ini adalah jenis investasi keuangan, Menurut Fahmi dan Hadi (2011:7) dalam (www.paraahli.com) terdapat 2 tipe investasi yaitu : a. Investasi Langsung Investasi langsung (direct investment) adalah mereka yang memilki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan
25
dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para perantara atau berbagai cara lainnya. b. Investasi tidak Langsung Investasi tidak langsung (indirect investment) adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan tidak melibatkan secara langsung atau pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja.
2.4.5 Metode Penelitian Investasi Suatu investasi dikatakan menguntungkan jika investasi tersebut dapat membuat pemodal menjadi lebih kaya. Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Ada beberapa alat analisa atau metode dalam menilai keputusan investasi. Menurut Husnan (2012:183-189) metodemetode peniliain tersebut antara lain: 1. Payback Period Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Semakin pendek periode payback, semakin menarik investasi tersebut. Dan untuk menghitung besarnya payback period bila cash flownya sama tiap tahun adalah :
Payback Period =
1 thn
Kelamahan lain dari metode payback adalah : a.
Tidak memperhatikan nilai waktu uang, dan
b.
Mengabaikan arus kas setelah periode payback.
Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode perhitungan payback period dicoba diperbaiki dengan mem-present-value-kan arus kas, dan dihitung periode payback-nya. Cara ini disebut sebagai discounted payback period.
26
2. Average rate of return Metode ini menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi, dan dibandingkan dengan rata-rata nilai investasi. Dan untuk menghitung rata-rata rate of return adalah :
Average rate of return =
100%
Kelemahan lain dari metode average rate of return adalah : a.
Bagaimana menentukan tingkat keuntungan (rate of return) yang dianggap layak
b.
Konsep ini menggunakan konsep laba akuntansi, dan bukan arus kas, dan
c.
Mengabaikan nilai waktu uang.
Metode ini mengatakan bahwa semakin tinggi average rate of return, semakin menarik usulan investasi tersebut.
3. Net Present Value Pada metode di depan keduanya mengabaikan adanya nilai waktu uang, padahal cash flow yang digunakan untuk menutup investasi tersebut di terima di masa yang akan datang, sementara dana untuk investasi dikeluarkan pada saat sekarang. Oleh karena itu perlu metode yang memperhatikan konsep value of money. Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money adalah net present value (NPV). NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Bila selisih antara present value dari cash flow lebih besar berarti terdapat NPV positif, artinya proyek investasi layak, sebaliknya bila present value dari cash flow lebih kecil investasi maka NPV negative dan investasi dianggap tidak layak. Dengan demikian dalam perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting, yaitu : a.
Menaksir arus kas
b.
Menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan
27
4.
Iternal rate of return
Bila pada metode net present value mencari nilai sekarang bersih dengan tingkat discount rate tertentu,maka metode internal rate of return mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan present valu of cash flow dengan present value of investment. Kelemahan metode IRR antara lain : a. Bahwa i yang dihitung merupakan angka yang sama untuk setiap tahun usia ekonomis. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang berbeda setiap tahunnya. Padahal secara teoritis dimungkinkan terjadi tingkat bunga yang berbeda-beda. b. Bila diperoleh i yang lebih dari satu angka (multiple IRR). Bila demikian, maka akan timbul masalah, yakni i mana yang akan kita gunakan. Untuk mencari besarnya IRR diperlukan data NPV yang mempunyai dua kutub, positif dan negatif. Setelah didapatkan NPV tersebut, selanjutnya dibuat interpolasi atau dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
IRR = rr +
(
−
)
Di mana : rr
: tingkat discount rate (r) lebih rendah
rt
: tingkat discount rate (r) lebih tinggi
TPV
: Total Present Value
NPV
: Net Present Value
Bila IRR lebih besar dibandingkan keuntungan yang disyaratkan berarti proyek investasi layak, demikian sebaliknya bila IRR lebih kecil dibandingkan keuntungan yang disyaratkan berarti proyek investasi kurang layak.
28
5. Profitability Index Profitability Index menunjukan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Dinyatakan dalamm rumus,
Profitabilitas Index =
2.5
100%
Kebijakan Dividen
2.5.1 Pengertian Kebijakan Dividen Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menanyakan utang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proposal dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel, sebagai contoh kebutuhan arus kas investasi perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga dibutuhkan kecermatan untuk menentukan jumlah dividen. Di lain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi. Dalam kasus seperti ini pemimpin perusahaan dapat menetapkan dividen yang tetap rendah sehingga perusahaan akan dapat membayarkannya pada tahun-tahun di mana laba yang diperoleh perusahaan rendah atau tahun-tahun diperlukannya dan yang cukup besar untuk investasi. Pengertian kebijakan dividen menurut Kamaludin (2011:329) : “Kebijakan dividen adalah mencakup keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan”. Pengertian kebijakan dividen menurut Husnan & Pudjiastusi (2012:297) : “Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali”. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang mengatur berapa bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen
29
kepada pemegang saham dan berapa bagian laba bersih yang ditahan untuk digunakan membiayai investasi perusahaan.
2.5.2 Teori Kebijakan Dividen Dalam
teori
kebijakan
dividen
beberapa
faktor
penting
yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia, kesempatan dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di masa datang. Ada beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Kamaludin (2011:330) teori kebijakan dividen adalah : 1. Kebijakan Dividen Relevan a.
Kebijakan Dividen Pendekatan Walter
Menurut Walter pembayarann dividen akan optimal ditentukan dengan mengubah dividen (D) hingga harga saham per lembar di pasar menjadi maksimum. Walter memberikan rumusan, dividen akan optimal jika rasio pembayarann dividen sebesar nol (0) jika r (ROI) lebih besar dari tingkat kapitalisasi pasar (p).
b. Bird in the Hand Theory (BIH) Teori ini terinspirasi bahwa investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayarann dividen dibandingkan menunggu capital gains yang belum pasti. Ingat pepatah lama “mengharap burung terbang tinggi punai di tangan dilepaskan”. Artinya kita hendaknya lebih realistis apa yang ada di depan mata itu lebih pasti. Menurut Myrton Gordon dan John Linter bahwa biaya ekuitas akan turun apabila rasio pembayarann dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap capital gains dibandingkan seandainya menerima dividen yang lebih pasti. Myrton Gordon dan John Linter juga berpendapat bahwa investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen capital gains, karena pendapatan dividen (D1/Po) risiko lebih kecil dibandingkan komponen g dalam total pengembalian yang diharapkan sebesar, ke = D1/Po + g.
30
c. Tax Preference Theory (TPT) Dasar berpijak teori ini bahwa bagi investor pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan bersih setelah pajak. Sehingga tingkat keuntungan yang diharapka juga adalah pendapatan setelah pajak. Karena dividen dikenakan pajak, maka tentunya keuntungan akan lebih rendah sehingga investor lebih suka menahan laba mereka ke dalam perusahaan, dapat berupa stock dividen. Ada beberapa alasan investor lebih menyukai pembayarann dividen yang rendah; pertama, di beberapa negara seperti di AS capital gains tidak dikenakan pajak atau hanya 40% dari capital gains yang dikenakan pajak, jika surat berharga ditahan lebih 6 bulan. Sementara tu dividen dikenakan pajak saat ini. Jadi investor lebih senang rasio pembayarann dividen yang rendah, karena dividen dikenakan pajak. Kedua, pajak atas capital gains tidak mesti dibayar sebelum saham benar terjual.
Ingatkan kembali dengan model penilaian saham dengan pertumbuhan konstan, ke = D1/Po + g. Dari rumus tersebut kita dapat mengetahui bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan adalah berasal dari dividen yield dan capital gains. Tingkat keuntungan bagi investor adalah setelah dikurangi pajak.
2.
Kebijakan Dividen Tidak Relevan a. Modigliani dan Miller (MM)
Menurut MM rasio pembayarann (D) tidak akan mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh daya laba (earning power), atau kebijakan investasi. MM mengasumsikan pasar modal sempurna. Ingat dalam pasar sempurna dilusi dan ketidakseimbangan di pasar termasuk harga saham hanya bersifat jangka pendek, dalam jangka panjang mekanisme pasar membuat saham yang over value atau under value akan kembali ke harga keseimbangan.
31
MM mengemukakan bahwa pengaruh pembayarann dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara membelanjakan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam situasi keputusan investasi given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayarann divden tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayarann dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Oleh sebab itu, jika dividen dibagi atau ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.
Dalam
keputusan
pembagian
dividen,
perusahaan
harus
mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam retained earning. Besar kecilnya dividen yang di bayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masingmasing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.
2.5.3 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah berhubungan dengan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan di masa yang akan datang. Atas dasar-dasar teori tentang kebijakan dividen di atas. Menurut Fahmi (2012:83) dalam (www.ioaddakhil.blogspot.co.id) adalah sebagai berikut : 1. Dividen Tunai (cash dividen) “... declared availabel paid at regular intervals from legally available funds”. Dividen yang dinyatakan dan dibayarkan pada jangka waktu tertentu dan dividen tersebut berasal dari dana yang diperoleh secara legal. Dividen ini dapat bervariasi dalam jumlah bergantung kepada keuntungan perusahaan.
32
2. Dividen properti (property dividends) “... a distribution of earnings in the from of property.” Suatu distribusi keuntungan perusahaan dalam bentuk properti atau barang. 3. Dividen likuiditas (liquidating dividen) “a distribution of capital assets to shareholder is reffed to as liquidating dividends.” Distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham dalam hal perusahaan tersebut dilikuidasi.
2.5.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen Dalam penentuan kebijakan dividen, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakn dividen. Menurut
Hanafi
(2012:375) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakn dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV yang positif.
b. Profitabilitas dan Likuiditas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal ini yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisis, perusahaan tersebut bisa membayar dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.
33
c. Akses ke Pasar Keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
d. Stabilitas Pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil,aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi.
e. Pembatasan-pembatasan Seringkali kontrak utang,obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayarann dividen dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja yang tertentu, atau risiko likiuditas yang tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, batasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk, di mana aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayarann dividen oleh perusahaan.
2.5.5 Prosedur Pembayarann Dividen Dalam melakukan pembayarann dividen ada beberapa langkah yang harus ditempuh, hal ini bertujuan untuk menentukan siapa sebenaranya yang berhak atas dividen. Jika tidak ada prosedur yang baku, maka akan menjadi masalah pada saat dividen akan dibayar. Untuk lebih jelasnya, prosedur pembayarann dividen menurut Kamaludin (2011:340) adalah sebagai berikut : 1. Tanggal deklarasi, yaitu tanggal saat dividen secara resmi diumumkan dewan direksi.
34
2. Tanggal pencatatan, yaitu menunjukkan kapan buku transfer saham ditutup. Perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu, dan berhak atas dividen. 3. Ex-dividen, yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, atau penghilangan hak atas dividen. Biasanya penghilangan hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham. 4. Tanggal pembayarann, yaitu tanggal pada saat perusahaan benarbenar mengirim cek dividen kepada setiap pemegang saham.
2.5.6 Mengukur Tingkat Pembayarann Dividen Besarnya laba yang dibagika kepada pemegang saham dapat diukur dengan indikator dividend payout ratio (DPR). Dividend payout ratio merupakan presentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham kepada dividen tunai. Dividend Payout Ratio, menurut Koewn (2005) dalam jurnal Deitiana (2010), yaitu : “Jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan bersih perusahaan atau pendapatan tiap lembar.” Dari pengertian mengenai Dividend Payout Ratio di atas, maka dapat disimpulkan Dividend Payout Ratio adalah rasio yang melihat bagian pendapatan dari perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan membagi dividen per lembar saham dengan pendapatan per lembar saham. Dari pengertian tersebut Dividend Payout Ratio dapat diinformasikan sebagai berikut : DPR = Di mana : DPS = Dividend Per Share (Rp) EPS = Earning Per Share (Rp)
100%
35
2.6
Nilai Perusahaan
2.6.1 Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perushaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dengan dari tinggi rendahnya harga saham di perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Pengertian nilai perusahaan menurut Hasnawati (2005a dan 2005b) dalam jurnal Wijaya dan Wibawa (2010) menyatakan bahwa : “Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum harga saham perusahaan meningkat.” Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aktiva lancar bersih. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan, di mana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai ratarata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital, WACC)
2.6.2 Ukuran Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sesuai tujuan yang berbeda-beda. Nilai perusahaan berjalan (going concern value) adalah nilai perusahaan sebagai badan usaha yang masih beroperasi. Jika nilai perusahaan berjalan melebihi nilai likuiditasnya, maka perbedaannya disebut sebagai nilai perusahaan. Nilai buku yaitu nilai aktiva yang dicatat dalam akuntansi perusahaan. Aktiva dalam nilai buku diartikan sebagai sebuah perusahhan termasuk seluruk aktiva dan kewajibannya. Nilai pasar (market value) adalah harga jual suatu barang. Nilai buku per lembar saham adalah jumlah seluruh modal saham biasa perusahaan, agio saham dan akumulasi laba ditahan dibagi dengan jumlah lembar saham
36
beredar (outstanding share). Nilai pasar saham adalah nilai yang akan dibayar untuk selembar saham. Nilai ini bisa lebih atau kurang dari nilai buku saham, karena nilai pasar tergantung pada laba perusahaan, sedangkan nilai buku mencerminkan nilai historis. Nilai pasar dapat dilihat melalui harga saham perusahaan yang terjadi di bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur dengan Price Book Value (PBV). Menurut (Tryfino, 2009: 11) dalam jurnal (Ferdy, 2010) “Price Book Value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham.” Price Book Value merupakan rasio untuk mengukur kinerja keuangan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio PBV dapat diartikan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Price Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut : PBV =
100%
Perushaan yang berjalan baik pada umumnya rasio PBV-nya mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio ini akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Semakin tinggi rasio tersebut, maka akan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham dan semakin besar rasio PBVnya, semakin tinggi perusahaan dinilai oleh investor.
37
2.7 Pengaruh Keputusan Pendanaan, Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2.7.1 Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan Keputusan pendanaan merupakan tanggung jawab utama manajer keuangan yang tugasnya menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan yang tugasnya menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Mengalokasikan dana secara efisien merupakan tugas perusahaan di dalam menginvestasikan dananya pada aktiva yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Di mana tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham di mana terlihat dari harga saham dan dividen yang dibagikan.
Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Wijaya dan Wibawa (2010), menyatkan bahwa peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan diperoses secara positif oleh pasar. Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Peningkatan pendanaan melalui utang merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi biaya keagenan. Hutang dapat mengendalikan manajer untuk mengurangi tindakan perquisites dan kinerja perusahaan menjadi lebih efisien sehingga penilaian investor terhadap perusahaan akan meningkat Arieska dan Gunawan (2011)
2.7.2 Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Apabila tingkat investasi di suatu perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi dapat dipersepsikan sebagai good news bagi investor.
38
Selain itu, peningkatan investasi ini akan dianggap sebagai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan penentu nilai perusahaan.
Kegiatan investasi dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
Semakin
perusahaan
berkembang,
maka
manajemen
dituntut
mengambil keputusan investasi, seperti pembukaan cabang, perluasan usaha maupun pendirian perusahaan lainnya.
Apabila perusahaan salah didalam hal pemilihan investasi, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Investasi yang dilakukan perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan. Menurut penelitian Wijaya dan Wibawa (2010) tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan diketahui bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.7.3 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan dividen merupakan corporate action yang penting yang harus dilakukan perusahaan. Menurut Wijaya dan Wibawa (2010), terdapat sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut dengan teori irrelevansi dividen yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh pendapatan dan risiko dari aset (investasi) sehingga keputusan untuk menggunakan laba apakah akan dibagikan dividen atau sebagai laba ditahan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan yang disebut dengan Bird in The Hand Theory, yang menjelaskan bahwa investor melihat dividen saat ini memilki resiko yang lebih rendah dibandingkan dividen yang akan datang
39
maupun capital gains. Pembayarann deviden saat ini akan mengurangi ketidakpastian investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan (faktor lain dianggap konstan). Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi dividen payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah.
2.8
Kerangka Pemikiran Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan
yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menghasilka dana tersebut secara efisien. Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu keputusan pendanaan (struktur modal), keputusan investasi dan kebijakan dividen. Masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan.
Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang lain yang berdampak terhadap nilai perusahaan Manajemen keuangan sendiri menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan melalui fungsi keuangan, antara lain keputusan pendanaan (struktur modal), keputusan investasi dan kebijakan dividen, suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya
akan
memaksimumkan
nilai
perusahaan,
dengan
demikian
keputusan-keputusan tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya.
Pengambilan keputusan keuangan perusahaan akan tergambar pada laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba-rugi Sutrisno (2012:9). Namun dalam dalam mengintreprestasikan laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang lebih tepat dan akurat. Dengan adanya analisis laporan
40
keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tujuan analisis laporan keuangan seringkali memasuki aktivitas untuk membuat berbagai macam transformasi atas laporan keuangan. Teknik analisis tersebut memungkinkan untuk dilakukannya identifikasi, pengkajian dan perangkuman hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Teknik yang biasa digunakan dalam hal seperti ini adalah ananlisis rasio keuangan. Menurut Sutrisno (2012:214) yang dimaksud rasio keuangan : “Rasio keuangan adalah menghubung-hubungkan elemen-elemen yang ada di laporan keuangan.” Menurut Fahmi (2014:49) menyatakan bahwa rasio keuangan sebagai berikut : “Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan.” Rasio keuangan menunjukan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat mencerminkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan pada pemegang sahamnya yang tercermin dan tingginya harga saham. Menurut Sartono
(2010:9)
dalam
(www.jhohandewablogspotcom.blogspot.co.id)
menyatakan : “Harga saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan”. Harga saham merupakan optimalisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan itu sendiri, menurut Hasnawati (2005a dan 2005b) dalam jurnal Wijaya dan Wibawa (2010) menyatakan bahwa :
41
“Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum harga saham perusahaan meningkat.” Nilai perusahaan merupakan tujuan dari keputusan yang diambil manajer keuangan. Keputusan keuangan dibagi menjadi tiga tugas pokok, yaitu (1) keputusan di dalam memilih alternatif pembiayaan terbaik dari berbagai alternatif sumber dana yang tersedia, sehingga diperoleh suatu kombinasi pembiayaan, (2) menetapkan pengalokasian dana. Fungsi yang dijalankan ini mencakup keputusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan di dalam menetapkan kombinasi dari harta yang paling baik bagi perusahaan, (3) kebijakan pembagian dividen, karena fungsi ini akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut, yang akan memberikan gambaran atas kemakmuran para pemilik. Manajer keuangan harus mampu menjalankan ketiga fungsi keuangan tersebut agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diinterprestasikan oleh harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 yang dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV).
PBV = Keterangan :
100%
PBV =Price Book Value (Rp) BV =Book Value (Rp)
Pengalokasian dana perusahaan kedalam bentuk-bentuk investasi akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Berbicara tentan keputusan pendanaan berarti berhubungan dengan kesempatan suatu perusahaan bisa dicapai dengan melakukan investasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam
42
jangka waktu yang cukup panjang. Untuk dapat melakukan investasi, ketersediaan dana dan akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia, baik itu sumber dana dari luar perusahaan berupa pinjaman maupun dari dalam perusahaan berupa modal sendiri. Analisis investasi memerlukan analisis keuangan yang sangat mendalam agar keputusan investasi pun terasa tepat bagi perusahaan.
Untuk melakukan investasi diperlukan pendanaan yang memadai. Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan dapat berupa saham prefern, saham biasa dan hutang jangka panjang. Jenis modal yang digunakan ini menunjukan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok yaitu modal dari para pemilik atau pemngambul saham (modal sendiri) dan modal yang berasal dari para kreditur (modal asing). Menurut Sutrisno (2012:255) : “Struktur modal merupakan imbangan antara modal asing tau hutang dengan modal sendiri”. Berdasarkan pengertian di atas bila melihat dari laporan keuangan neraca perusahaan maka yang dimaksud dengan struktur permodalamn disini adalah yang terletak hanya pada bagian kredit yang tercermin pada perkiraan hutang jangka panjang dengan unsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana parlemen atau dana jangka panjang.
Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Wijaya dan Wibawa (2010) menytakan bahwa peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar. Sumber pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan hutang jangka panjang secara efisien merupakan tugas manajer keuangan untuk menginvestasikannya pada aktiva yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal, menurut Eduardus (2010) dalam (www.pengertianahli.com) bahwa:
43
“Investasi adalah suatu bentuk pengeluaran modal bertujuan melakukan pembelian (asset) fisik seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persediaan, yaitu investasi fisik atau riil”. Dalam penelitian ini keputusan pendanaan diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), di mana keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan. Proksi ini dikonfirmasikan melalui Dept to Equity Ratio (DER). Hasnawati (2005a) dalam Wijaya dan Wibawa (2010)
DER =
Keterangan :
100%
DER =Debt to Equity Ratio (%)
Kegiatan
investasi
yang
dilakukan
perusahaan
akan
menentukan
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Apabila tingkat investasi di suatu perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi tersebut dapat dipresepsikan sebagai good news bagi perusahaan di masa yang akan datang dan penentu nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari tinggi harga saham.
Menurut Haruman (2007:15) dalam jurnal Ruri Setiani (2010) menemukan bahwa investasi yang tinggi yang dilakukan perusahaan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Investasi yang tinggi merupakan sinyal pertumbuhan pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut akan dianggap good news yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil keputusan investasi perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan aset/Total Asset Growth (TAG) perusahaan. Hasil keputusan investasi yang
44
tepat maka akan menghasilkan kinerja yang optimal yang dapat meningkatkan pertumbuhan aset perusahaan. Ruri Setiani (2010)
TAG =
( )
Keterangan :
(
)
(
)
100%
TAG = Total Assets Growth (%)
Pendanaan dan investasi yang optimal akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang selanjutnya akan dialokasikan kepada para pemegang saham sebagai pembayarann deviden atau ditahan kembali sebagai reinvestasi. Pengertian kebijakan deviden itu sendiri menurut Kamaludin (2011:329) : “Kebijakan deviden adalah mencakup keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan”. Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan 2012:297). Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan menetapkan kebijakan deviden yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proposi pendapatan yang dibagikan sebagai deviden yang dibayar, berarti tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya jika perusahaan menahan sebagaian besar labanya tetap didalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayarann deviden yang semakin kecil. Akibatnya deviden yang di terima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan resiko yang mereka tanggung.
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan perusahaan, struktur financial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Keputusan dividen menyangkut untuk membagikan laba atau menahannya guna
45
diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal dalam suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga saham. Salah satu fungsi yang terpenting dari manajer keuangan adalah menetapkan alokasi dari keuntungan neto sesudah pajak atau pendapatan untuk pembayarann dividen di satu pihak dan untuk laba ditahan di lain pihak, di mana keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai dari perusahaan (Eli, 2008) dalam jurnal (Mokhamat Ansori, 2010).
Dalam penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR), di mana keputusan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikankembali. (Husnan 2012:297)
DPR = Keterangan : DPR =Dividend Payout Ratio (%) DPS =Dividend Per Share (Rp) EPS =Earning Per Share (Rp)
100%
46
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.9
Hipotesis Penelitian Berdasarkan bagan kerangka pemikiran di atas maka dapat ditarik suatu
hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Keputusan pendanaan, keputusan investasi dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada industri manufaktur yang go public di BEI periode 2010-2014. 2. Keputusan pendanaan, keputusan investasi dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada industri manufaktur yang go public di BEI periode 2010-2014.