BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007) Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007) b. Pentingnya Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni: 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kehendaki oleh stimulus. 5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2007) c. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan
yang
dicakup
didalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
8
diterima. Oleh sebab itu, "tahu" ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kanker leher rahim. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip
dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan-penghitungan hasil
penelitian, dapat
9
menggunakan prinsip-prinsip
siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
didalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi
yang
merencanakan,
ada. dapat
Misalnya
dapat
menyusun,
meringkas,
dapat
menyesuaikan
dapat dan
sebagainya. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
10
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007) d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Blum
(1986)
menyatakan
ada
4
faktor
yang
mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas),
lingkungan,
pelayanan
kesehatan,
dan
perilaku.
(Notoatmodjo, 2007) Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut: 1) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. 2) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.
11
3) Faktor pendorong
(Reinforcing
factor)
yaitu
faktor
yang
memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pengalaman Pengetahuan
dapat
diperoleh
dari
pengalaman
baik
dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. 2) Ekonomi (pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial ekonomi Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi.
12
4) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan. 5) Paparan media massa atau informasi Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain- lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pemah terpapar informasi media massa. 6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2007).
13
2. Sikap a. Definisi Sikap merupakan reaksi / respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. ( Notoatmodjo, 2003 ) Sedangkan menurut Widayatun, 1999, sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik / terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu
dari
perilaku
tertutup.
Sikap
secara
nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sedangkan New Comb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu kesiapan / kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. ( Http:// www. F_buzz.com/2008/07/10 ) b. Komponen sikap 1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak
14
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Pengetahuan akan merangsang seseorang untuk berfikir dan berusaha untuk mencari penyelesaian sehingga sikap seseorang terhadap obyek menjadi baik. Sikap yang didasari dengan pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. c. Tingkatan sikap Menurut Notoatmodjo ( 2003 ), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu: 1) Menerima ( Receiving ) Menerima diartikan bahwa orang ( subyek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( obyek ). 2) Merespon ( Responding ) Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu
usaha
untuk
menjawab
pertanyaan
atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu. 3) Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan / mendiskusikan suatu masalah / suatu indikasi sikap tingkat 3.
15
4) Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Pap Smear a. Pengertian Pap Smear test adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun – tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel – sel leher rahim. Tes ini ditemukan pertama kali oleh George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap Smear test. ( Rama, 2008 ) Pap smear merupakan suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu inflamasi dan infeksi mulut rahim juga dapat ditentukan dari pemeriksaan ini. Perubahan sel – sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel – sel tersebut dapat berkembang
menjadi
www.wartamedika.com/2006/10/
sel papsmear
kanker. deteksi
(http:// dini
kanker
serviks. Html) Papanicolaou smear atau pap smear yaitu pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksl adanya kanker serviks atau sel pra
16
kanker, mengkaji efek pemberian hormon seks, serta mengkaji respon terhadap kemoterapi dan radiasi. ( Aziz alimul, 2008). Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya ± 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada displasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif jika palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%. b. Manfaat pap smear Pap smear berguna untuk mengetahui adanya radang pada rahim dan tingkatan radangnya, adanya kelainan degeneratif pada rahim, serta ada tidaknya tanda – tanda keganasan (kanker) pada rahim. Selain itu dengan melakukan pap smear, akan diketahui penyebab radang baik oleh parasit, bakteri maupun jamur. Pap smear juga digunakan untuk menentukan pola penanganan dan pengobatan penyakit yang tersebut. (Bohme, C. 2001.) c. Sasaran pemeriksaan pap smear (Bohme, C. 2001) Kaum perempuan yang perlu melakukan pap smear test ini adalah : 1) Perempuan yang menikah dibawah 20 tahun 2) Perempuan yang telah menikah dan berusia 30 tahun atau lebih 3) Perempuan yang telah melahirkan lebih dari 3 kali 4) Perempuan yang belum bisa menghentikan kebiasaan merokok termasuk jika pasangannya juga perokok (passive smoker)
17
5) Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutamadengan kontrasepsi hormonal atau IUD) dan 6) Mereka yang mengalami perdarahan setiap kali melakukan senggama (contact bleeding) atau mengalami keputihan kronis. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga kali pemeriksaan berturut-turut sebelumnya. menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, tetelah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok dan ada infeksi Human Papilloma Virus (HPV). d. Interval Peneriksaan pap smear Ada beberapa versi tentang interval pemeriksaan ini ( Ramli, 2002 ): 1) Menurut The British Columbia ( Canada ) melakukan test setiap tahun pada wanita yang termasuk resiko tinggi yaitu yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun, mempunyai mitra sek lebih dari 2 orang sepanjang hidupnya. 2) American Cancer Society menyarankan hal yang sama tetapi untuk kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun 1 kali. 3) Menurut WHO umur juga merupakan pertimbangan dalam menentukan saat skrining dimulai di negara maju dan berkembang insiden kanker invasif meningkat sampai umur 35 tahun dan menetap sampai umur 60 th dan sesudah itu
18
menurun. Atas dasar hal tersebut diatas dengan pertimbangan cost effective maka disarankan sebagai berikut : 1) Skrining setiap setahun sekal pada wanita berumur 35-40 th. 2) Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 th pada wanita berumur 35-55 th. 3) Kalau fasilitas tersedia lebih, maka dilakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55 th. 4) Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear paling tidak setiap 5 tahun. Sedangkan Evennet ( 2004 ) menyebutkan bahwa The British Medical Association Family Health menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama (karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas terhadap suatu pap smear ) dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu ( interval ) 3 tahunan selama hidupnya. e. Petunjuk penapisan Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear, paling tidak setiap 5 tahun sekali. The Brithis Medical Association Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa setiap wanita harus melakukan pap smear dalam
19
6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pap smear yang kedua 6-12 bulan setelah pap smear yang pertama. Karena perubahan yang kecil dapat menghilangkan satu abnormalitas, dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama masa hidupnya. Para ahli di Marie Stopes International menganjurkan agar kita melakukan pap smear setiap tahun (Evennet, 2004). f. Kendala pap smear Dikatakan diatas hanya. 5% perempuan di Indonesia yang bersedia melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi antara lain: 1) Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan. 2) Tidak tersedianya. peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan. 3) Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan 4) Tidak tersedianya laboratorium pemrosesan sediaan serta tenaga ahli sitologi
20
g. Proses pelaksanaan pemeriksaan pap smear 1) Waktu Pengambilan pap smear dilakukan 10 hari setelah bersih menstruasi dan 3 hari sebelum pengambilan dilarang melakukan hubungan seksual karena akan mengaburkan hasil pemeriksaan. (Bohme, C. 2001) 2) Persiapan alat a. Formulir konsultasi sitologi. b. Spatula ayre yang dimodifikasi atau cytobrush. c. Kaca benda yang satu sisinya telah diberi tanda atau label. d. Spekulum cocor bebek kering. e. Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96 % 3) Cara pengambilan ( Evennet, 2004) a. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada, lembar permintaan konsultasi meliputi: nama, umur, alamat, usia menikah, jumlah pernikahan, paritas, tanggal haid terakhir, kontrasepsi, riwayat radiasi / kemoterapi, keadaan klinisdan keluhan. b. Bersihkan daerah vulva dari bagian yang terdekat sampai yang terjauh dengan menggunakan kapas DTT. c. Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks. d. Spatula dengan ujung yang pendek diusap, 360 derajat pada permukaan serviks.
21
e. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil gelas pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel. f. Spatula ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuoma kolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah sisanya. g. Masukkan segera ke dalam fiksasi, jangan berada diudara lebih dari 10 detik karena dikhawatirkan terjadi artefak. Biarkan dalam Larutan fiksasi minimal selama 30 menit, keringkan di udara. Bila tempat pewarnaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam amplop atau pembungkus tidak pecah. h. Interpretasi dan rekomendasi dari jawaban sitologi sebagai berikut ( evennet, 2003 ) : 1) Negatif : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam satu tahun lagi. 2) Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Bisa karena fiksasi kurang bagus, tidak ditemukan sel endoserviks, peradangan sel. Disarankan untuk mengulangi pemeriksaan sitologi setelah proses radang diobati.
22
3) Displasia : terdapat sel-sel diskariotik. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Penanganan lebih serius dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya. 4) Positif : terdapat sel - sel ganas pada pemeriksaan mikroskopi. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit. 5) HPV: pada pemeriksaan ini dapat ditemukan sediaan negatif atau displasia. Lakukan pemantauan ketat dan konfirmasi dengan kolposkopi dan ulangi pap smear. i. Hasil pemeriksaan Pada umumnya pembacaan pap smear yang banyak dipakai (khususnya di Semarang) menggunakan klasifikasi Papanicolau yang menggunakan klasifikasi sistem kelas, yaitu: Kelas I berarti negatif ( tidak ditemukan sel ganas). Kelas II berarti ada sel-sel atipik, akan tetapi tidak mencurigakan. Kelas III berarti ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan. Kelas IV ada kemungkinan tumor ganas. Kelas V berarti jelas tumor ganas j. Kegunaan diagnostik sitologi 1) Evaluasi sitohormonal. 2) Mendiagnosis peradangan. 3) Identifikasi organisme penyebab peradangan. 4) Memantau hasil terapi
23
k. Pembagian tingkat keganasan Tingkat keganasan klinik kanker leher rahim menurut klasifikasi FIGO, 1978 sebagai berikut : Table : 2.1 Tingkat keganasan klink pada kanker leher rahim menurut FIGO,1978 Tingkat 0 I Ia
Ib occ:
Ib II IIa II b III III a III b
IV
IV a IV b
Kriteria Karsinoma in situ ( KIS ) atau karsinoma intraepitel : membrane basalis masih utuh. Proses terbatas pada serviks walaupunada perluasan ke korpus uteri. Karsinoma mikro invasif; bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tak > 3 mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah. ( I b occult = Ib yang tersembunyi ) ; secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi I a. Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi kedalam stroma serviks uteri. Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan / ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul. Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masi bebas dari infiltrate tumor. Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding panggul. Pentebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul. Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametirum tidak dipersoalkan asal tidak sampai ke dinding panggul. Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal. Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandung kemih ( dibuktikan secara histolgik ), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat-tempat yang jauh. Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektum dan atau kandung kemih. Telah terjadi penyebaran jauh.
Sumber : Sarwono, 2005 4. Konsep Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998: 232) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
24
saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut Wood (dalam Effendy, 1998: 233) penyuluhan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahaan sehingga masyarakat menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. b. Tujuan Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 233-234) tujuan penyuluhan kesehatan yaitu : 1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseoranganan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Proses Penyuluhan
25
Menurut Effendy (1998: 48) di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni: 1) Masukan (input) Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. 2) Proses Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (output) Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah ini.
Metode
Input (subjek belajar)
Alat-alat bantu
Proses Belajar
Fasilitas Belajar
Output (hasil belajar)
Bahan belajar
26
Skema 2.1 : Proses Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumber : Effendy (1998: 48)
d. Sasaran Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 234) sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 1) Individu Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. 2) Keluarga Keluarga
binaan
yang
mempunyai
masalah
kesehatan
dan
keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah : a) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular b) Keluarga-keluarga
dengan
kondisi
sosial
ekonomi
dan
pendidikan yang rendah. c) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk. d) Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk. e) Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga. 3) Kelompok
27
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas. 4) Masyarakat a) Masyarakat binaan puskesmas b) Masyarakat nelayan c) Masyarakat pedesaan d) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal. e) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak dan sebagainya. e. Materi Menurut Effendy (1998: 236) pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya : 1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya. 2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran. 3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian
28
sasaran. 4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. f. Metode penyuluhan kesehatan. Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu : 1) Metode Didaktik Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah : a) Secara langsung : ceramah b) Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio, televisi). 2) Metode Sokratik
29
Menurut Effendy (1998: 236-237) pada metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan disatu pihak dengan yang menerima pesan di lain pihak (two way metod). Yang termasuk dalam metode ini adalah : a) Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, dan sebagainya. b) Tidak langsung: penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi (Effendy, 1998: 236-237). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003: 57) metode penyuluhan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
30
1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan) Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepda suatu perubahan-perubahan perilaku atau inovasi. 2) Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidiakan. 3) Metode Pendidikan Massa Metode
pendidikan
(pendekatan)
massa
cocok
untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. g. Alat Bantu Penyuluhan Kesehatan 1) Pengertian Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini
31
sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran. 2) Manfaat a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan b) Mencapai sasaran yang lebih banyak c) Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima pada orang lain. e) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan. f) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik. h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. 3) Macam-macam alat bantu pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003: 62-67) pada garis besar hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu : a) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. b) Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya :
32
piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. c) Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya, yaitu: a) Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor. b) Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya. 4) Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan a) Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain : (1). Individu atau kelompok. (2). Kategori-kategori
sasaran
seperti
kelompok
umur,
pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. (3). Bahasa yang mereka gunakan. (4). Adat istiadat serta kebiasaan. (5). Minat dan perhatian. (6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.
33
b) Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga : (1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan sebagainya. (2). Di masyarakat misalnya pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis. (3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan sebagainya. c) Alat-alat
bantu/peraga
tersebut
sedapat
mungkin
dapat
dipergunakan oleh: (1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2). Kader kesehatan. (3). Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. (4). Pamong desa.
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Penyuluhan Menurut Effendy (1998: 247) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri. 1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran
34
d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing. e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. 2) Faktor Sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan. b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah. d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. 3) Faktor Proses dalam Penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran. b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan. d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang dapat mempermudah pemahaman sasaran. e) Metode yang digunakan kurang tepat.
35
f) Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh sasaran. i. Penyuluhan Terstruktur Menurut Azrul Azwar (dalam Efendy 1998: 232) yaitu kegiatan pendidikan
yang
dilakukan
dengan
cara
menyebarkan
pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saj a sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut kamus bahasa Indonesia, struktur, berarti tatanan/susunan, terstruktur berarti tertata/ tersusun/ terencana (Depdiknas: 2005). Jadi penyuluhan terstruktur yaitu kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan direncanakan/disusun secara matang sehingga dapat mencapai tujuan yang optimal.
j. Pengukuran Hasil Penyuluhan Kesehatan Menurut teori Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo, 2003: 121) hasil penyuluhan dapat diukur melalui pengetahuan (knowledge). merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior) 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
36
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan
dan
sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
37
5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan utau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluatioan) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas
38
B. Kerangka Teori Berdasarkan landasan teori pada Bab II maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Penyuluhan tentang Pap Smear
Faktor predisposisi - Pengetahuan - Sikap Umur - Pendidikan Faktor pendukung - Pelayanan tenaga kesehatan yang memadai - Penyuluhan
Perilaku kesehatan
Faktor pendorong - Dukungan keluarga - Tenaga kesehatan - Tokoh masyarakat
Sumber : Notoatmodjo, 2003 Gambar : 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep Variabel Terikat Pengetahuan ibu tentang pemeriksaan pap smear
Variabel Bebas Penyuluhan tentang pap smear
Variabel Terikat Sikap ibu tentang pemeriksaan pap smear
Gambar : 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis Penelitian
39
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara
yang
kebenarannya
akan
dibuktikan
dalam
penelitian
(Notoatmodjo, 2002). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada perbedaan pengetahuan ibu tentang pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear. 2. Ada perbedaan sikap ibu tentang pemeriksaan pap smear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pap smear.
40