BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Data Dan Informasi 2.1.1. Data Data merupakan refresentasi dari fakta atau gambaran mengenai suatu objek atau kejadian. Data dinyatakan dengan nilai yang berbentuk angka, deretan atau simbol (Kusrini, 2007) 2.1.2. Informasi Menurut (Kusrini, 2007) Informasi merupakan hasil olahan data dimana data tersebut sudah diproses dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna untuk pengambilan keputusan. Informasi juga diartikan sebagai himpunan dari data yang relevan dengan satu atau beberapa orang dalam satu waktu. Maksud dari permrosesan data menjadi informasi adalah manipulasi atau transformasi simbol-simbol seperti angka dan abjad dengan tujuan meningkatkan kegunaanya. Suatu sistem yang mentransfer data menjadi sebuah informasi adalah sistem informasi. Suatu informasi berguna bagi pembuat keputusan karena informasi bisa menurunkan ketidakpastian (meningkatkan pengetahuan) tentang hal yang dipikirkan. Makna suatu informasi tentu berbeda-beda antara seseorang dengan lainnya, tergantung pada tingkat kepentingannya. Informasi juga sangat mungkin akan menjadi data dalam proses yang akan menghasilkan informasi yang lain. 6
Agar bisa menyediakan keluaran yang berguna untuk membantu manajer atau pengambil keputusan, suatu informasi harus mampu mengumpulkan data dan mentranformasikan data tersebut kedalam informasi yang memiliki kualitaskualitas tertentu. Berikut karakteristik informasi yang berkualitas : 1. Relevan 2. Akurat 3. Lengkap 4. Tepat waktu 5. Dapat dipahami 6. Dapat dibandingkan
2.2. Beasiswa Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional berupaya mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu untuk membiayai pendidikannya, dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang mempunyai prestasi tinggi, baik di bidang akademik dan atau non akademik. Agar program bantuan biaya pendidikan dan beasiswa dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip 3T, yaitu: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, dan Tepat Waktu.
Pemberian beasiswa diperguruan tinggi diatur dalam pembukaan undangundang 1945 pasal 31 ayat 1, Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa 7
diskriminasi, dan masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya, dan berhak mendapatkan beasiswa bagi mereka yang berprestasi.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
Dan Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Bagian Kelima, Pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.
8
Mengacu kepada Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, maka Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Kementerian Pendidikan Nasional, mengupayakan pemberian bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang orang tua/walinya kurang mampu membiayai pendidikan, dalam bentuk Bantuan Biaya Mahasiswa (BBM) dan Beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dalam bentuk Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
Tujuan pemberian beasiswa yakni meningkatkan akses dan pemerataan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi rakyat Indonesia, Mengurangi jumlah mahasiswa
yang
putus
kuliah,
karena
tidak
mampu
membiayai
pendidikan. Meningkatkan prestasi dan motivasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler,
maupun ekstrakurikuler. Adapun sararan
pemberian beasiswa ini yakni Mahasiswa berprestasi (baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler), Mahasiswa dengan prestasi
minimal
yang
orang
tua/wali-nya
tidak
mampu
membiayai
pendidikannya.
9
2.3. Sistem Pendukung Keputusan 2.3.1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Sistem adalah koleksi dari objek-objek, seperti : manusia, sumber daya, konsep, dan prosedur yang diharapkan dapat membentuk fungsi yang dapat dikenali atau menyediakan maksud (tujuan) tertentu, (Turban, 2005). Definisi Umum Sistem pendukung keputusan (SPK) menurut McLeod, (1988) adalah Sebuah sistem yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian maslaha dan komunikasi untuk permaslahan yang bersifat semi-terstruktur. Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa SPK bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan. Menurut (Kasim, 1995), dari pengertian SPK maka dapat ditentukan karakteristik antara lain: 1.
Mendukung proses
pengambilan
keputusan,
menitik
beratkan
pada
management by perception. 2. Adanya interface manusia atau mesin di mana manusia (user) tetap memegang kontrol proses pengambilan keputusan. 3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur. 10
4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan 5. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item. 6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.
2.3.2. Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan (Turban, 2005) mengemukakan karakteristik dan kapabilitias kunci dari Sistem Pendukung Keputusan adalah sebagai berikut (Gambar 2.1): 1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur. 2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini. 3. Dukungan untuk individu dan kelompok. 4. Dukungan untuk semua keputusan independen dan sekuensial. 5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan : intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi. 6. Dukungan pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan. 7. Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi. 11
8. Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat dan sebuah bahasa interaktif yang alami. 9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) dari pada efisiensi (biaya). 10. Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. 11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi situasi pengambilan keputusan. 12. Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan keputusan. 13. Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek. 14. Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.
Gambar 2.1. Karakteristik dan Kapabilitas SPK. Turban (2005)
12
Selain itu, (Turban, 2005) juga menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah sistem pendukung keputusan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur. 2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. 3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan. 4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan. 5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence, design, choice dan implementation. 6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan. 7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel. 8. Kemudahan melakukan interaksi sistem. 9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi. 10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir. 11. Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan. 12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
13
Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di atas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain: 1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya. 2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan dasar serta model dasar yang dimilikinya. 3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya
tergantung
juga
pada
kemampuan
perangkat
lunak
yang
digunakannya. 4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh kemampuan berpikir. 2.3.4. Komponen Sistem Pendukung Keputusan Menurut (Suryadi dan Ramdhani, 2002) Suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis SPK tersebut, diantaranya sebagai berikut. 1. Subsistem manajemen basis data Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen basis data dapat diringkas, sebagai berikut. a) Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan keputusan dan ekstraksi data. 14
b) Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah. c) Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logik sesuai dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan. d) Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil. e) Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data. 2. Subsistem manajemen basis model Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model, diantaranya sebagai berikut. a) Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah. b) Kemampuan
untuk
mengakses
dan
mengintegrasikan
model-model
keputusan. c) Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan manajemen database (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model). 3.
Relasi Tabel Merupakan hubungan yang terjadi pada suatu tabel dengan tabel yang lainnya, yang berfungsi untuk mengatur operasi suatu database. Hubungan yang dapat dibentuk dapat mencakupi 3 (tiga) macam hubungan yaitu :
15
a. One-To-One (1 – 1) Mempunyai pengertian “Setiap baris data pada tabel pertama dihubungkan hanya ke satu baris data pada tabel ke dua”. b. One-To-Many (1 – ) Mempunyai pengertian “Setiap baris data dari tabel pertama dapat dihubungkan ke satu baris atau lebih data pada tabel ke dua “. c. Many-To-Many ( – ) Mempunyai pengertian “Satu baris atau lebih data pada tabel pertama bisa dihubungkan ke satu atau lebih baris data pada tabel ke dua “
2.4. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) Menurut Kusumadewi, 2005) Fuzzy Multiple Attribute Decision Making adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil 16
keputusan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah FMADM antara lain : 1. Simple Additive Weighting Method (SAW) 2. Weighted Product (WP) 3. ELECTRE 4. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) 5. Analytic Hierarchy Process (AHP)
2.5. Simple Additive Weighting Metod (SAW) Menurut (Kusumadewi, 2006) Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatife yang ada.
17
xij xij Max i rij Min xij i xij
jika j adalah atribut keuntungan (benefit)
jika j adalah atribut biaya (cost)
Dimana : rij
= adalah rating kinerja ternormalisasi
Maxi = nilai maksimum dari setiap baris dan kolom. Mini
= nilai minimum dari setiap baris dan kolom.
Xij
= baris dan kolom dari matriks.
(rij) adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternative Ai pada atribut Cj i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n.
Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai: n
Vi w j rij j 1
Dimana: Vi
= Nilai akhir dari alternatif
Wj
= Bobot yang telah ditentukan
rij
= Normalisasi matriks
Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. 18
2.6.
Model Analisis Proses pembuatan perangkat lunak Sistem Pendukung Keputusan Penetuan
Kuota dan Penerima Beasiswa ini dilakukan dengan menggunakan model air terjun (Waterfall). Dimana siklus perangkat lunak didefinisikan pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Proses Pembuatan Rekayasa Perangkat Lunak Tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk pengembangan dasar yaitu: 1. Analisis dan definisi persyaratan. Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, analisa kebutuhan, pembatasan masalah, tujuan dari pembuatan sistem dengan melakukan wawancara langsung serta pengambilan data terkait penentuan penentuan kuota dan penerima beasiswa. 2. Perancangan sistem dan perangkat lunak. Pada proses ini akan dilakukan perancangan menu sistem, modul-modul serta arsitektur sistem secara keseluruhan.
19
3. Implementasi dan pengujian unit. Pada tahap ini, akan dilakukan pembuatan pemrograman perangkat lunak (coding) dan pengujian perangkat lunak dengan memasukan beberapa sample data. 4. Integrasi dan pengujian unit. Perangkat lunak akan diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. Operasi dan pemeliharaan. Melakukan koreksi dari berbagai error yang tidak ditemukan pada tahap-tahap sebelumnya sehingga dapat dilakukan perbaikan.
2.7.
Penelitian Terkait Penelitian terkait yang pernah diteliti sebelumnya adalah penelitian yang
dilakukan oleh (Wibowo, dkk., 2009) tentang SPK untuk Menentukan Penerima Beasiswa Bank BRI Menggunakan FMADM, Penelitian ini membahas kriteria pemberian beasiswa dengan beberapa syarat yang telah ditentukan oleh instansi pemberi beasiswa. Kriteria yang diberikan sudah baik namun perlu peninjauan kembali terhadap pembobotaan dari setiap kriteria yang diberikan juga terdapat kriteria yang berulang yakni jumlah tanggungan orang tua dan jumlah saudara kandung. Penelitian yang sama juga telah dilakukan (Dani, 2009) membahas tentang SPK Pemberian Beasiswa Di PT.Indomarco Prismatama Cabang Bandung, dimana terdapat kesamaan beberapa kriteria, namun terdapat pula perbedaan lokasi studi kasus, bahasa pemrograman yang digunakan dan pembobotan kriteria yang menyesuaikan dengan apa yang diharapkan oleh user.
20
Penelitian yang sama yang dilakukan (Gerdon, 2011) mengangkat judul SPK untuk menentukan penerimaan beasiswa bagi mahasiswa STMIK Amikom Jogjakarta. Penelitian terkait juga diangkat oleh (Syahputra Riky, 2011) tentang SPK Penentuan Penerima Beasiswa Menggunakan Metode FMADM pada SMA Taman Siswa Sawit Seberang. Selain itu pula penelitian terkait yang menjadi rujukan yakni (Lahinta A., 2007) membahas tentang SPK Penentuan Penerima Beasiswa TPSDM sudi kasus pada TPSDM Propinsi Gorontalo. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis diatas yakni terutama dari alur yakni diawali penentuan kuota terlebih, selanjutnya penentuan penerima beasiswa itu sendiri, perbedaan lainnya yakni jenis beasiswa, studi kasus yang diteliti dan bahsa pemrograman yang digunakan. Kesamaaannya hanya pada teori penerapan metode Fuzzy SAW yang akan digunakan, namun juga terdapat penambahan kriteria yang disesuaikan harapan user sehingga akan menghasilkan data yang valid dan proporsional. Alasan mengapa objek penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Gorontalo mengingat perkembangan kampus ini yang sangat begitu pesat terhadap animo masyarakat untuk bisa mengecap pendidikan tinggi di kampus tertua dan satu-satunya universitas negeri yang saat ini dimiliki provinsi gorontalo, sehingga hal tersebut yang mengakibatkan penulis untuk meneliti sistem yang ada dikampus ini. Diharapkan pula penelitian ini akan menjadi bahan acuan penulis lainnya dalam penelitian selanjutnya.
21