BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bahasa Arab dialek Mesir belum pernah dikaji oleh mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Sumatera Utara. Al-Khuli(1982: 267) mendefinisikan bahasa baku atau fasih sebagai berikut:
/Al-lugatu al-fushā hiya lahjatun `asbahat tusta‘malu li al-‘ilmi wa al-`adabi wa iktasabat markazan marmūqan baina al-lahjāti al-ukhrā wa asbaha yunzaru ilaihā ‘alā annahā `aksāru sihhatan wa diqqatan min al-lahjāti al-ukhrā altābi‘ātu li lugatin mā/ ‘bahasa baku adalah dialek yang telah digunakan dalam ilmu pengetahuan dan sastra, juga telah mendapatkan posisi yang elit di antara dialek-dialek lainnya dan dianggap sebagai dialek yang paling sempurna dan lengkap di antara dialek-dialek lainnya dari suatu bahasa tertentu’. Al-Khuli mendefinisikan dialek sebagai berikut (1982: 73):
/Al-lahjatu hiya al-tarīqatu al-latī yatakallamuhā al-nāsu li lugatin wa al-latī kasīran ma tadullu ‘alā intimāin jugrāfīyyin aw ijtimā‘īyyin aw saqāfīyyin. Wa bi zālika qad takūnu lahjātan jugrāfiyyātan aw ijtima‘īyyatan. Wa li kulli lugatin ‘iddati lahjātin. Likullin minhā sifatun khāssatun tumayyizuhā ‘an siwāhā min lahjīyyatin sautiyyatin `aw mufradiyyatin `aw nahwiyyatin `aw sarfiyyatin. Wa qad tatatawwaru al-lahjatu li tusbiha lugatan mustaqillatan ma‘a murūri alzamani wa li i‘tibārātin jugrāfiyyatin wa siyāsiyyatin wa saqāfiyyatin/. ‘Dialek adalah cara berbicara yang digunakan orang dalam berbahasa yang dipengaruhi oleh letak geografis, sosial atau kebudayaan, dan itulah yang disebut dialek geografis atau dialek sosial. Setiap bahasa mempunyai berbagai macam dialek, dan setiap dialek mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan yang lain baik dari segi fonologi, sintaksis, atau morfologi. Dengan berjalannya waktu, dialek juga dapat berkembang sampai akhirnya menjadi bahasa tersendiri, yang disebabkan oleh faktor geografis, politik dan kebudayaan’.
Universitas Sumatera Utara
Al-Futuh (tt: 146) menjelaskan hubungan antara bahasa dan dialek sebagai berikut:
/Al-‘alāqatu baina al-lugati wa al-lahjati hiya al-‘alāqatu baīna al-‘āmi (allugatu) wa al-khā un atin lugawiyyatin `ausa‘ wa `asymal, tadummu ‘iddata lahjātin, li kullin minhā ba‘du al-kha isi allatī tanfaridu bihā wa tumayyizuhā ‘an gairihā, ma‘a isytirākihā jamī‘an fī kasīrin min al-khas isi al-lugawiyyati al-‘āmmati/ ‘ Hubungan antara bahasa dan dialek adalah hubungan antara yang umum (bahasa) dengan yang khusus (dialek), dialek merupakan bagian dari lingkungan bahasa yang luas dan lengkap, dan mempunyai berbagai dialek, setiap dialek mempunyai ciri yang membedakannya dengan yang lain, akan tetapi semua dialeknya mempunyai ciri kebahasaan umum yang sama’. Pada umumnya, dialek ialah suatu bentuk bahasa yang substandar, berstatus rendah, bersifat kedesaan, dan selalu dihubungkan dengan masyarakat tani, kelas pekerja, dan kelompok-kelompok lain yang kurang berprestise (Chambers dan Truggill, 1990: 3). Milter (1983: 1) mengatakan istilah dialek berasal dari bahasa Yunani “dialektos” yang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaanperbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh penduduknya masingmasing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda. Dialek diartikan juga sebagai satu ragam bahasa yang dapat dibedakan dengan tegas dari ragam-ragam lain berdasarkan ciri-ciri penyebutan, kosakata, dan tata bahasa (Collins, 1986: 197). Dalam (Khairiah, 1999: 9). Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; yaitu dialek regional, sosial, dan temporal. Dialek regional adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, dialek sosial adalah dialek yang digunakan oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, dan dialek temporal adalah dialek yang digunakan oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu. Contoh dialek regional dalah bahasa Melayu Riau, contoh dialek sosial adalah bahasa Melayu yang dipakai oleh para bangsawan, contoh dialek temporal ialah bahasa Melayu klasik, (Kridalaksana, 1993: 42). Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa ditentukan oleh letak geografis atau regional kelompok pemakainya, karena dialek adalah “bagian” dari suatu
Universitas Sumatera Utara
bahasa, timbul paham lanjut yang mengatakan, bahwa pemakai suatu dialek bisa mengerti dialek lain. (Sumarsono dan Partana, 2004: 21) Penelitian tentang dialek merupakan bagian penting ilmu bahasa yang mengkaji tentang variasi suatu bahasa, di mana setiap bahasa yang ada di dunia ini memiliki variasinya. Hal inilah yang terdapat dalam ilmu yang membahas tentang dialek secara detail yaitu ilmu dialektologi. Dialektologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari variasivariasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh. Bidang garapan dialektologi mencakup dua aspek, yaitu aspek sinkronis (deskriptif), dan aspek diakronis (historis). Dari aspek sinkronis (deskriptif), pengkajian didasarkan pada salah satu upaya yaitu: membuat deskripsi yang berkaitan dengan pengenalan dialek atau subdialek melalui pendeskripsian ciri-ciri fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikal, yang menandai dan membedakan antara dialek dan subdialek yang satu dengan yang lainnya dalam bahasa yang diteliti. (Mahsun, 1995: 13). Setiap “ variasi ” bahasa yang digunakan di suatu daerah tertentu, lambat laun membentuk unsur-unsur kebahasaan yang berbeda-beda. Perbedaan itu secara garis besar dapat dibagi menjadi lima macam yaitu: 1. Fonetis yaitu bedaan pada tataran fonologis. 2. Semantis terjadi akibat terciptanya kata baru. 3. Onomasiologis yang menunjukkan pelambang yang berbeda berdasarkan satu konsep yang dikenal di beberapa tempat yang berbeda. 4. Semasiologis yaitu pemberian pelambang yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. 5. Morfologis dibatasi oleh adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan (Ayatrohaedi, 2002: 4). Fonologi bahasa Arab adalah sebagai berikut:: Bunyi dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Bunyi vokal dikenal dengan istilah yaitu
/sawtu sā′itin / (Badri (1988: 4)
/ zu‘alaqatin bi al-şawti/ yang mempunyai hubungan
dengan bunyi (Khuli, 1982: 302), sedangkan bunyi konsonan dikenal dengan istilah
/sawtu şāmitin/ (Badri, 1988: 4) yaitu /al-harfu al-lażī yarmizu ilā al-sawti al-sāmitu/ ‘huruf yang
dilambangkan dengan bunyi vokal’ (Khuli, 1982: 54).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nuruddin ( 1996 : 48 ) dan Basyar (1980 : 82-83) bunyi vokal dalam bahasa Arab terdiri dari vokal pendek dan vokal panjang. Bunyi vokal pendek disebut dengan
/al-harakatu/ yaitu bunyi yang dilambangkan
) [ a, i,u ]. Lambang ini adakalanya ditemukan di atas atau di
seperti (
bawah lambang bunyi konsonan Bunyi vokal panjang disebut dengan
/maddun/ yaitu bunyi yang
dilambangkan dengan lambang vokal pendek yang dirangkaikan dengan huruf / llatun/ / alif, waw, ya/. Lambang bunyi vokal panjang [a:] adalah serangkaian lambang bunyi vokal pendek /a/ dengan huruf ‘illat alif ( /qa:la/,
) seperti dalam kata
/ba: a/,
/ a:da/. Adakalanya lambang bunyi vokal panjang [ a: ] berupa
lambang bunyi vokal pendek [ a ] yang dirangkaikan dengan huruf ‘illat /ya/ tanpa titik dua di bawah Menurut Nuruddin Isam (1996:48)
dalam bukunya ‘ilmu waza’ifi al-
aswati al-lugawuyyati al-funulujiya, mengatakan bahwa bunyi konsonan dalam bahasa Arab itu berjumlah 28 bunyi yaitu [d ], ],
[ بb ], [ تt ], [ دd ], [ طţ ], ض
[ قq ], [ كk], ] ‘ [ ء, [ ثś ], [ جj ], [ حh ], [ خkh], [ ذż ], [ زz ], [ سs
[ شsy], [ صş ], [ ظz ], ]‘[ ع, [ فf ], [ هh ], [ مm], [ نn], [ لl], [ رr ],
[ وw ], [ يy ] . Bunyi Vokal Bahasa Arab. Bunyi vokal dikenal dengan istilah
/sawtu sā′it in/ (Badri
(1988: 4). Dalam Basyar bunyi vokal bahasa Arab disebut juga dengan /al-harakatu/. Dalam Basyar (1980:48) mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
/Al-harakatu al-asasiyyatu fi al-lughati al-‘arabiyyati salasin hiya al-fathatu wa al-kasratu wa al-dammatu. Hazihi al-harakati takunu qasiratu wa tawilatu/. ‘Vokal dasar dalam bahasa Arab ada tiga yaitu fathah, kasrah, dan dammah. Semua bunyi vokal ini [ a ], [ i ], [ u ] ada kalanya pendek dan panjang.’ Klasifikasi bunyi vokal ditentukan berdasarkan lidah sebagai artikulator aktif dan bentuk bibir. Daun lidah terbagi kepada depan lidah, tengah lidah dan belakang lidah. Lidah sebagai artikulator aktif adakalanya diangkat tinggi, sedang atau rendah sehingga menghasilkan klasifikasi bunyi vokal tinggi , sedang atau madya, dan rendah. Menurut Nasr dalam Nasution (2003 : 18-30) klasifikasi bunyi vokal dalam bahasa Arab dari sudut artikulasi, posisi tinggi rendahnya lidah diangkat dan posisi bibir dalam membentuk bunyi adalah : 1. [ a ]
: vokal pendek, tengah, sedang, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian tengah serat posisi lidah berada di tengah dan bentuk bibir tidak bulat.
2.
[i]
: vokal pendek, depan, tinggi, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian depan serat posisi lidah berada di depan dan bentuk bibir tidak bulat.
3.
[u]
: vokal pendek, belakang, tinggi, bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian belakang serta posisi lidah berada di belakang dan bentuk bibir bulat.
4.
[ a: ]
: vokal panjang, tengah, sedang, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian tengah serat posisi lidah berada di tengah dan bentuk bibir tidak bulat.
5.
[ i: ]
: vokal panjang, depan, tinggi, tidak bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian depan serta posisi lidah berada di depan dan bentuk bibir tidak bulat.
6.
[ u:]
: vokal panjang, belakang, tinggi, bulat, yaitu bunyi vokal yang diucapkan pada lidah bagian belakang serta posisi lidah berada di belakang dan bentuk bibir bulat.
Universitas Sumatera Utara
Bunyi Konsonan Bahasa Arab /sawtu şāmitin/
Bunyi konsonan dikenal dengan istilah (Badri, 1988: 4) yaitu
/al-harfu al-lażī
yarmizu ilā al-sawti al-sāmitu/ ‘huruf yang dilambangkan dengan bunyi vokal’ (Khuli, 1982: 54). Klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Arab dapat dilihat dari sudut proses penyempitan alur udara, artikulasi, pita suara. Proses penyempitan alur udara adalah melihat bagian udara yang mengalir dari rongga perut, dada dan pada titik artikulasi dapat dibedakan menjadi konsonan stop (
/waqfiyyah/), frikatif
(
/ihtikakiyyun/), nasal (
/janibiyyah/), vibran
(
/ tikrāriyyah dan semi vokal (
/anfiyyah/), lateral (
/syibhu sa’itah/). Bunyi konsonan
menurut artikulasi adalah melihat dari alat-alat ucap yang mana bunyi konsonan
/
itu dihasilkan dapat diklasifikasikan menjadi konsonan bilabial (
/asnãnĩyyun/),
syafãtãniyyun /), dental ( uvular (
/ halqiyyah /), velar (
/hanjariah/),interdental ( gāriyyah /), faringal (
velarized (
/ mufakhkam/),
/, tabaqiyyun/), glottal (
/halqiyyah/), dan alveolar (
/liśśah/). Berdasarkan
pita suara, bunyi konsonan itu dikenal menjadi bunyi bersuara ( dan tidak bersuara (
liśśah
/bayasnaniyyun/), palatal (
/ majhûr / )
/mahmūs /)
Klasifikasi bunyi konsonan dalam bahasa Arab dari sudut proses penyempitan alur udara, artikulasi, pita suara adalah : 1. [ ] ب
: konsonan stop, bilabial, bersuara (
/ waqfiyyah, syafãtãniyyun, majhûr / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi, dan pita suara turut bergetar. 2.
[]ت
: konsonan stop, dental, tidak bersuara (
/ waqfiyyah, asnãnĩyyun, mahmūs / ),
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi
Universitas Sumatera Utara
atas, dan pita suara tidak bergetar. 3.
[]ﺪ
: konsonan stop, dental, bersuara (
/ waqfiyyah, asnãnĩ, majhūr / ), yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas, dan pita suara turut bergetar. 4. [ ] ط
: konsonan stop, velarized, tidak bersuara (
/ waqfiyyah, mufakhkam, mahmūs / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara tidak bergetar. 5.
[]ض
: konsonan stop, velarized, bersuara (
/ waqfiyyah, mufakhkam, majhũr / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara turut bergetar. 6.
[]ق
: konsonan stop, uvular, tidak bersuara (
/ waqfiyyah, halqiyyah, mahmũs / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit lunak dan anak tekak, serta akar lidah, dan pita-pita suara tidak bergetar. 7.
[]ﻚ
: konsonan stop, velar, tidak bersuara (
/ waqfiyyah, tabaq, mahmūs / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, pita-pita suara tidak bergetar. 8.
[]ﺀ
: konsonan stop, glottal, tidak bersuara (
/ waqfiyyah,hanjariyyah, mahmūs / ),
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pita-pita suara, dan pita-pita suara tersebut tidak bergetar. 9. [ ] ث
: konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara (
/ ihtikāki, bay asnānī, majhūr / ), yaitu
Universitas Sumatera Utara
bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, serta pita-pita suara tidak bergetar. 10. [ ] ج
: konsonan frikatif, palatal, bersuara /ihtikāki, liśśah gāriyyah majhūr/ ). ,
(
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras dan lidah bagian tengah, serta pita suara turut bergetar. 11. [ ] ح
: konsonan frikatif, faringal, tidak bersuara (
/ ihtikāki, halqiyyah mahmūs / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar 12. [ ] خ
: konsonan frikatif, velar, tidak bersuara (
/ ihtikāki, tabaq, mahmūs / ), yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar. 13. [ ] ذ
: konsonan frikatif, interdental, tidak bersuara (
/ ihtikāki, bay asnānī mahmūs / ),
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, serta pita-pita suara tidak bergetar. 14. [ ] ز
: konsonan frikatif, alveolar, bersuara (
/ ihtikāki, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, serta pita-pita suara turut bergetar. 15. [ ] س
: konsonan frikatif, alveolar, tidak bersuara (
/ ihtikāki ,liśśah, mahmūs / ), yaitu bunyi
yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, serta pita-pita suara tidak bergetar. 16. [ ] ش
: konsonan frikatif, palatal, tidak bersuara (
/ihtikāki, liśśah ghāriyyah mahmūs/),
yaitu bunyi yang dihasilkan langit-langit keras dan lidah bagian
Universitas Sumatera Utara
tengah, dan pita suara tidak bergetar. 17. [ ] ص
: konsonan frikatif, velarized tidak bersuara (
/ ihtikāki, mufakham, mahmūs/ ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara tidak bergetar 18. [ ] ظ
: konsonan frikatif, velarized, bersuara (
/ ihtikāki, mufakhkam, majhūr / ), yaitu
bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara turut bergetar 19. [ ] ع
: konsonan frikatif, faringal, bersuara / ihtikāki, halqiyyah, majhūr / ), yaitu
(
bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, serta pita suara turut bergetar. 20. [ ]غ
: konsonan frikatif, velar, bersuara / ihtikāki, tabaq, majhūr / ), yaitu bunyi
(
yang dihasilkan oleh pangkal gigi, dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah, serta pita suara turut bergetar 21. [ ] ف
: konsonan frikatif, labio dental, tidak bersuara (
/ihtikāki,syafawīasnānī,mahmūs/),
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas, serta pita suara tidak bergetar. 22. [ ] ﻩ
: konsonan frikatif, glottal, tidak bersuara / ihtikāki, hanjariyyah, mahmūs /), yaitu
(
bunyi yang dihasilkan oleh pita-pita suara, dan pita-pita suara tersebut tidak bergetar. 23. [ ] ﻡ
: konsonan nasal, bilabial, bersuara (
/anfiyyah, syafatānī, majhūr /), yaitu
Universitas Sumatera Utara
bunyi yang dihasilkan oleh kedua belah bibir yang samasama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi, serta pita suara turut bergetar. 24. [ ] ﻦ
: konsonan nasal, alveolar, bersuara / anfiyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang
(
dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah. 25. [ ] ﻝ
: konsonan lateral, alveolar, bersuara / jānibiyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi yang
(
dihasilkan pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah. 26. [ ] ﺭ
: konsonan vibran, alveolar, bersuara / tikrāriyyah, liśśah, majhūr / ), yaitu bunyi
(
yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah 27. [ ] ﻭ
: konsonan semi vokal, bilabial, bersuara /syibhu sa’itah
(
syafatānīyyun,
majhūr/) yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. 28. [ ] ﻱ
: konsonan semi vokal, palatal, bersuara (
(
/ syibhu sa’itah, ghāriyyah, majhūr/),
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Kategori kata dalam bahasa Arab dapat dibagi atas tiga bagian yaitu ism, fi’l dan harf. Ni‘mah (tt: 17) mendefinisikan pembagian kata tesebut (ism, fi’l, dan harf) sebagai berikut:
/al-ismu huwa kullu kalimatin tadullu ‘alā insānin `au hayawānin au nabātin `au jamādin `au makānin `au zamānin `au sifatin au ma‘nan mujarradin min alzamāni/ ‘Ism adalah kata benda yang menunjuk manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, benda mati, tempat, waktu (zaman), sifat, atau makna yang terlepas dari waktu’.
Universitas Sumatera Utara
Isim ma‘rifah dapat dibagi menjadi 7 bagian yaitu sebagai berikut: /isim damir: isim mabni yadullu ‘ala mutakalim aw mukhātab aw gāib/ ‘kata ganti yang tidak berubah bentuknya adalah yang menunjuk pembicara, lawan bicara dan yang sedang dibicarakan’ /isim ‘alam: huwa mādalla ‘ala isim insān aw hayawān aw jamād aw makān/ ‘kata benda adalah semua yang menunjuk nama manusia, binatang, benda mati dan tempat’. /isim isyarah: isim mabni yadullu ‘ala mu‘ayanin dilisyārati ilaihi/ ‘ isim isyarah yang tidak dapat berubah bentuknya adalah
/isim mausul: isim mabni yadullu ‘ala mu‘ayanin biwasitati jumlatin ba‘dahu tusama silatu al-mausuli/
/
/isim syart: isim mabni yarbutu baina jumlataini al-ula syartun lilsanyyati/
n fī zamanin khāssin/ ‘fi’l
/Al-fi’l
adalah kata kerja dan kata tersebut merupakan kata yang menunjuk terjadinya suatu kejadian pada waktu tertentu’. Fi’l tarbagi ke dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut:
-
-
-takalumi/ ‘fi‘l
madi adalah kata kerja yang menunjukkan terjadinya kejadian di masa lampau’
Universitas Sumatera Utara
-
-
-takalumi aw
ba‘dahu/ ‘ fi‘l mudari‘ adalah kata kerja yang menunjukkan terjadinya kejadian di masa pembicaraan’
-
-takalumi/ ‘ fi‘l
amar adalah kata kerja yang menunjukkan perintah terjadinya suatu pekerjaan setelah waktu pembicaraan’. /al-harfu huwa kullu kalimatin laisa lahā ma‘nā illā ma‘a gairihā/ ‘harf merupakan setiap kata yang tidak dapat berdiri sendiri’. Harf dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Harf yang memasuki isim adalah sebagai berikut:
-
-
-
-
-
/ ‘harf jar
adalah huruf yang menjadikan isim setelahnya dii‘rab majrur’.
-
-
-
-
-khabar wa
yusama khabaruha/ ‘Inna dan saudarany
yang sekaligus merupakan khabar Inna’. 2. Harf yang memasuki fi‘l adalah sebagai berikut:
/huruf al-nasbi hiya al-huruf al-lati tansibu al-fi‘l al-mudari‘/ ‘huruf nasab adalah huruf yang memberi tanda fathah terhadap fi‘l mudari‘’.
/al-syn wa saufa hiya harfani tadkhulu ‘ala al-fi‘li al-mudari‘/ ‘ sin dan saufa merupakan dua huruf yang memasuki fi‘l mudari‘’.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wafi (tt: 131) faktor munculnya dialek dalam bahasa Arab dan perkembangannya itu disebabkan karena alasan-alasan berikut: Intisyāru al-lugati al’ārabiyyati fī manātiqi lam takun ‘arabiyyata al-lisāni/ ‘Bahasa Arab tersebar ke dalam lingkungan non Arab’.
/‘awamilu ijtima’iyyatin siyāsiyyatin ka istiqlāli al-bilādi al-‘arabiyyati ba’duhā ‘an ba’din/ ‘Faktor sosial politik, seperti pecahnya pemerintahan Arab sehingga membentuk negara-negara tersendiri’.
/Furūqun fī al-nuzumi al-ijtimā‘iyyati wa al-‘urfi wa al-taqālīdi wa al-’ādāti wa mablagi al-saqāfati wa manāhi al-tafkiri wa al-wijdani/ ‘Perbedaan aturan masyarakat, adat istiadat, tingkat pengetahuan, cara berfikir dan perasaan’.
/‘awāmilu sya‘biyyatun jinsiyyatun tatamassalu fīmā baina sukkāni hazihi almanātiqi min furūqin fī al-ajnāsi wa al-fas ili al-insāniyyati al-latī yantamūna ilaihā/ ‘Faktor keturunan yang terangkum dalam perbedaan suku yang menjadi asal usul mereka’.
/Ikhtilāfu a’dāi al-nutqi bi ikhtilāfi al-syu’ūbi/ ‘Perubahan alat ucap yang disebabkan oleh perbedaan masyarakat’.
/Yatagayyaru madlūlu al-kalimati taba‘an lial-hālātii al-latī
yaksuru fīhā
istikhdāmuhā/ ‘Berubahnya arti kata sesuai dengan penggunaannya yang sering’. /Qad yatagayyaru madlūlu al-kalimati fī intiqālihā min al-salafi ilā al-khalafi/ ‘ Berubahnya maksud kata dari satu generasi ke generasi yang lain’.
Universitas Sumatera Utara
/Tagayyuru madlulāti kasīrin min al-kalimāti lianna al-syai`a nafsahu al-lazī tadullu ‘alaihi qad tagayyarat tabī‘atuhu/ ‘Banyak kata yang berubah artinya karena sesuatu yang dimaksud berubah fungsinya’.
/Mauqi‘u al-sauti fī al-kalimati wa` aksaru mā yakūnu zālika fī al-`aswāti alwāqi’ati fī `awākhiri al-kalimāti/ ‘Berubahnya bunyi dalam suatu kata dan kebanyakannya terjadi pada bunyi-bunyi yang terletak pada akhir kata’. /Intiqālu kalimātin jadīdatin ilā ba’di al-lahjāti al-‘ammiyyati min al-lugati al`ajnabiyyati/ ‘Masuknya kata-kata baru dari bahasa Asing ke dalam sebagian dialek Arab’.
/Intiqālu `aswātin jadīdatin ilā ba’di al-lahjāti al-‘āmmiyyati min al-lugāti al`ajnabiyati/ ‘Masuknya bunyi-bunyi baru dari bahasa Asing ke dalam sebagian dialek Arab’. /Dukhūlu qawa‘idin jadidatin fī ba‘di al-lahjāti al-‘āmmiyyati li al-lhājati ilaihā fī al-kalāmi/ ‘Masuknya tata bahasa baru ke dalam sebagian dialek Arab yang dibutuhkan saat berbicara’. /Inqirādu ba‘di al-kalimāti li`inqirādi madlūlihā `aw qillatu istikhdāmihā ` aw lisaqlihā ‘alā al-lisāni/ ‘Hilangnya sebagian kata akibat kurang penggunaannya, atau beratnya kata tersebut saat diucapkan’.
Universitas Sumatera Utara