BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
1.Penelitian Muhammad Yusuf tentang “Perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa dalam novel SenseijyutsuSatsujin Jiken karya Shimada Soji” Muhammad Yusuf menulis penelitian tentang penggambaran “Perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa dalam novel SenseijyutsuSatsujin Jiken karya Shimada Soji” tahun 2015 Universitas Brawijaya. Novel Senseijyutsu Satsujin Jiken merupakan novel misteri karya Soji Shimada.Dalam novel tersebut, diceritakan terjadi kasus pembunuhan pada keluarga
Umezawa.Pelaku
pembunuhan
tersebut
adalah
Tokiko
Umezawa.Pembunuhan yang dilakukan oleh Tokiko Umezawa merupakan bentuk dari perilaku agresi yang melibatkan anggota keluarga Umezawa. Perilaku agresi adalah perilaku yang secara sengaja dilakukan untuk melukai atau merugikan individu lain, baik secara fisik maupun psikis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa dalam novel Senseijyutsu Satsujin Jiken.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra yang meminjam teori perilaku agresi dalam teori psikologi sosial.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa adalah perilaku agresi instrumental.Bentuk-bentuk perilaku agresi yang dilakukan tokoh Tokiko Umezawa adalah fisik-aktif-langsung, fisik-pasiflangsung dan verbal-pasif-tak langsung.Penyebab perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa yaitu kesenjangan generasi dan penyerangan atau hinaan.Kesimpulan dari perilaku agresi tokoh Tokiko Umezawa adalah membalas dendam dan agar mendapatkan harta warisan dari ayahnya.
2. Penelitian Galih Budiarto tentang “Representasi perilaku agresi pelajar dalam film Crows Zero” Galih Budiarto menulis penelitian tentang penggambaran “Representasi perilaku agresi pelajar dalam film Crows Zero” tahun 2013 Universitas Brawijaya. Makalah ini mempelajari masalah kekerasan dan agresi yang terjadi di sekolah oleh mahasiswa.Penelitian ini menggunakan teori agresi psikologi social untuk menjelaskan hasil. Sumber data di peroleh dari film Crows Zero. Dengan demikian hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sebenarnya perilaku agresi berasal dari konflik individu ke orang lain, tetapi psikologi social membuktikan bahwa agresi kekerasan adalah diidentifikasikan sebagai konflik kelompok
juga.Ini
berarti
bahwa
masalah
pengelompokkan remaja di sekolah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
perilaku
agresi
lahir
dari
Peneliti menumukan ada dua jenis agresi yang pertama agresi lisan, seperti mengeluarkan kata-kata kasar dan yang kedua agresi fisik, seperti pukulan yang menyebabkan sakit secara fisik. 3. Penelitian Rizky Adytia Pramana tentang Representasi nilai agresi dalam film “300 age of an ampire” Rizky Adytia Pramana menulis penelitian tentang penggambaran Representasi nilai agresi dalam film “300 age of an ampire” tahun 2015 Universitas Mercu Buana yang dimuat digilib mercubuana. Dalam penelitian inipenulis menggunakan film 300 Rise of an empire buatan WARNER BROSS PICTURES yang bergenre action adventure sebagai objek dari penelitian penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce untuk merepresentasikan setiap adegan-adegan maupun dialog-dialog yang mengandung unsur-unsur agresi. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode kualitatif terknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menyaksikan, mencatat dan mengimpretasikan gambar adegan dan dialog dalam film 300 Rise of an empire kemudian menganalisa setiap adegan dan dialog yang mengandung unsur-unsur agresi pada film tersebut menggunakan terori semiotika Charles Sanders Pierce. Hasil analisa menunjukan bahwa dalam setiap adegan dan dialog yang mengandung unsur agresi dapat dibagi menjadi dua yaitu agresi verbal dan non
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
verbal. Dalam film tersebut unsur agresi non verbal lebih dominan dibandingkan dengan agresi verbal yang terkandung dalam film 300 Rise of an empire.
NO
NAMA PENELITI
JUDUL
PERILAKU AGRESI
1
Muhammad Yusuf
2
Galih Budiarto
Perilaku tokoh Tokiko Umezawa dalam novel Senseijyutsu Satsujin Jiken karya Shimida Soji. Representasi perilaku agresi pelajar dalam film Crows Zero
3
Rizky Adytia Pramana
TUJUAN PENELITIAN
Terjadi kasus Mengetahui bagaimana pembunuhan pada perilaku agresi tokoh keluarga Tokiko Umezawa. umezawa oleh Tokiko Umezawa. Terjadi perilaku Mengetahui bagaimana kekerasan dan perilaku agresi dalam agresi yang film Crows Zero. terjadi di sekolah.
HASIL PENELITIAN Menunjukan bahwa jenis perilaku agresi Tokiko Umezawa adalah perilaku agresi instrumental.
Perilaku agresi berasal dari konflik individu ke orang lain, tetapi psikologi sosial membuktikan bahwa agresi sebagai konflik kelompok. Representasi nilai Terjadi perilaku Mengetahui bagaimana Menunjukan bahwa agresi dalam film agresifitas di perilaku agresi dalam adegan dan dialog 300 age of an medan perang film 300 age of an yang mengandung ampire ampire. unsur agresi verbal dan non verbal.
Tabel Penelitian Terdahulu
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2.2
Film Sebagai Media Komunikasi Massa
2.2.1 Definisi Film Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar yang sifatnya audio dan visual dalam bentuk film. Dengan kata lain, film juga merupakan karya seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan asas senimatografi.1 Secara umum, film dipandang sebagai media tersendiri dan film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus, dan produknya bisa diterima dan diminati khalayak karya seni.2 Salah satu media massa yang dapat diserap secara mendalam oleh khalayak adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang memperoleh estetika yang sempurna.3 Selain itu, film memiliki pengertian lain yaitu merekan gambar yang bergerak. Agar film-
1
Onong Uchjana Efenddy. Ilmu Komunikasi Teori Praktek. Bandung: Rosadakarya 1994 hal 2 Moekijat, Teori Komunikasi, Bandung: Mandar Maju 1997, hal 150 3 Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi massa suatu pengantar, Bandung: Simbiosan Reatama Media, 2007 hal 136 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
film dapat tersampaikan dengan baik, maka film harus memiliki tanda atau symbol agar penonton dapat menagkap pesan dengan baik.4
2.2.2 Karakteristik Film Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda beda. Secara garis besar, film dapat dibedakan berdasarkan cerita.Orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre. Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik sebuah film adalah sebagai berikut:5 A.
Layar yang luas atau lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas.Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penonton untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film.
B.
Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam
film
dengan
menggunakan
extreme
long
shot
atau
panaromicshot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistic dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi lebih menarik. 4
Lubis Nisrina. Kamus Istilah Film Populer. Yogyakarta: Media Pressindo 2009 hal 40 Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi massa suatu pengantar, Bandung: Simbiosan Reatama Media, 2007 hal 136 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
C.
Konsentrasi penuh Saat menonton film di bioskop, kita akan terbebas dari gangguan apaun karena semua mata khalayak hanya tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan setiap adegan yang ditampilkan dalam film tersebut.
D.
Identifikasi Psikologi Pengaruh film terhadap jiwa khalayak tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus menerus hingga waktu yang cukup lama. Misalnya peniruan cara berpakaian dan model rambut. Hal tersebut biasanya disebut dengan imitasi.Kategori penonton yang biasanya mudah terpengaruh adalah anak-anak.
2.2.3 Jenis-Jenis Film Penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: A.
Film Non Fiksi 1. Film Berita Film Berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
kepada public harus mengandung nilai berita.Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.Jadi berita itu harus menarik dan penting sehingga dapat menarik perhatian penonton.
2. Film Dokumenter Film Dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan”
(creative
treatment of actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.6
B.
Film cerita atau film fiksi adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris, jenis atau genre dalam film cerita seperti : 1. Film Aksi Film dengan jenis genre ini berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, non stop dengan tempo cerita yang cepat.Film-film aksi umumnya berisi adegan aksi saling kejar, perkelahian, ledakan, serta aksi-aksi fisik lainnya.
6
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi massa suatu pengantar, Bandung: Simbiosan Reatama Media, 2007 hal 136
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2. Drama Film-film drama pada umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting,
karakter,
serta
suasana
yang
memotret
kehidupan
nyata.Konflik biasa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri, maupun alam.Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatic, dan maupun menguras air mata penontonnya.Tema umumnya mengangkat isu-isu social
baik
skala
besar
(masyarakat)
maupun
skala
kecil
(keluarga).Film jenis ini umumnya tidak terfokus pada aksi fisik atau komedi dan jarang sekali menggunakan efek visual.
3. Epic/Sejarah Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblical.Film berskala besar (kolosal) ini seringkali menggunakan setting mewah dan megah, ratusan hingga ribuan figuran, variasi yang unik, serta variasi perlengkapan perang. Contoh :Kingdom of Heaven
4. Fantasi Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, karakter yang tidak nyata atau yang berhubungan dengan unsur magic, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5. Fiksi Ilmiah Film jenis ini berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajah waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah seringkali berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini.Film ini juga identik dengan karakter non manusia atau artificial, seperti makhluk asing, robot, monster, hewan purba.
6. Horor Film horror adalah film yang memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya.Plot film horror umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.Film ini umumnya menggunakan karakter-karakter antagonis non manusia yang berwujud fisik menyeramkan. Contoh : The Conjuring
7. Komedi Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penonton dan biasanya berupa drama ringan yang melebih-lebihkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film ini biasanya selalu berakhir
dengan
penyelesaian
cerita
yang
memuaskan
penontonnya.Film jenis ini terbagi dua yaitu komedi situasi (unsur komedi menyatu dengan cerita) serta komedi lawakan (unsur komedi bergantung pada figure comedian). Contoh :Comic 8
8. Kriminal Film-film criminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi criminal seperti perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja diluar sistem hokum.Seringkali film jenis ini mengambil kisah kehidupan tokoh criminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. Contoh : The Good Father
9. Musikal Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur music lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi).Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi
sepanjang
film
dan
biasanya
menyatu
dengan
cerita.Penggunaan music dan lagu bersama liriknya biasanya mendukung jalannya alur cerita.Ceritanya umumnya berkisah ringan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
seperti percintaan, kesuksesan, serta popularitas.Sasarannya lebih ditujukan untuk keluarga, remaja, dan anak-anak. Contoh :The Sound of Music
10. Petualangan Film petualngan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi atau ekspedisi ke satu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, savanna, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas & berlian) atau usaha penyelamatan diri dari suatu wilayah tak dikenal atau bisa pula usaha penaklukan sebuah wilayah. Contoh :Pirates of Caribbean
11. Perang Genre perang mengangkat tema kengerian serta terror yang ditimbulkan
oleh
aksi
perang.Film-film
perang
umumnya
menampilkan adegan pertempuran seru baik darat, laut, maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
udara.Film jenis ini biasanya menampilkan kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan para tentara dalam melawan musuh-musuh.7
2.2.4 Unsur-Unsur Pembentuk Film Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual), secara teori unsur-unsur audio visual dalam film di katagorikan ke dalam unsur naratif dan unsur sinematik.
1. Unsur Naratif Materi atau bahan olahan, kalau dalam film yang dimaksud unsur naratif adalah penceritaannya.
2. Unsur Sinematik Cara atau gaya seperti apa bahan olahan itu di garap dalam film. Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yaitu: 1.
Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada didepan kamera. Ada empat elemen pentingnya, yaitu setting, tata cahaya, kostum, maku-up, acting, dan pergerakan pemain. Terdapat 4 elemen penting dalam mise-en-scene yaitu (1) Setting (2) Tata
7
Heru Effendy.Mari Membuat Film,Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta : Jalasutra, 2005. Hal 11-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Cahaya (3) Kostum dan Make up (4) Akting dan Dialog pemain beserta pergerakannya. 2.
Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.
3.
Editing, yaitu proses pemilihan, penyambung transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Melalui editing struktur, ritme serta penekanan dramatic dibangun/diciptakan.
4.
Suara, yakni segala hal dalam fillm yang mampu kita tangkap melalui effect.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dua unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah film. Terdapat pula unsur-unsur yang membangun secara fisik sebuah film secara fisik yang dipecah dalam unsur-unsur sebagai berikut: 1.
Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering di istilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah jadi (pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.
2.
Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri dari 30-35 adegan.
3.
Sequence
(Sekuen)
adalah
satu
segmen
besar
yang
memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Atau sequence adalah sebuah rangkaian adegan. Satu sekuen umumnya
terdiri
dari
beberapa
adegan
yang
saling
berhubungan. Dalam karya literature, sekuen bisa diibaratkan baba tau sekumpulan bab. Film cerita biasanya terdiri dari 8-15 sequence.8
8
Sinthiasinor.Blogdetik.Com,Tentang Film, Di Akses Pada tanggal 14 Oktober 2015, Jam 11.00 WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2.2.5 Fungsi Film Fungsi film sebagai salah satu alat komunikasi yang menarik dan mudah dicerna oleh masyarakat.Film memeliki fungsi sebagai alat penyampaian pesan kepada khalayak dari pembuatnya.9 Bebebrapa fungsi film antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Alat Penerangan Dalam film segala informasi yang akan disampaikan secara audio visual, sehingga diharapkan dapat lebih mudah dimengerti. 2. Sebagai Alat Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat positif dan tauladan dalam masyarakat.Diharapkan film dapat menjadi salah satu alat pendidikan dalam masyarakat dengan mempertontonkan perbuatan yang baik. 3. Sebagai Alat Hiburan Dapat mensejahterakan rohani manusia, karena dengan film didapatkan kepuasan batin tersendiri untuk secara visual serta pembinaan kebudayaan yang coba dikemas semenarik mungkin. Film juga sudah dianggap bisa mewakili komunitas tersendiri karena sifatnya yang universal.
9
Ibid, Hal. 36
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2.3
Agresifitas
2.3.1 Pengertian Agresifitas Kekerasan
pada kenyataannya memang tidak dapat dipungkiri dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia berada di dunia kekerasan telah hadir dalam kehidupan manusia hingga saat ini. Kekerasan seakan menjadi symbol untuk penekan atas pengakuan “kedaulatan” seseorang atau kelompok terhadap orang lain atau kelompok lainnya. Kekerasan
atau
bisa disebut juga sebagai agresifitas, agresifitas sering
disamaartikan dengan agresif. Agresi itu sendiri dapat di definisikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik dan psikis. Definisi yang hamper serupa juga disampaikan oleh Brehm dan Kassin (1997) dan Tylor, Peplau, dan Sear (1998). Baron dan Byrne (1997) juga mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan membahayakan orang lain.10 Namun kekerasan dan Agresifitas bukan merupakan sinonim. Agresi sangat memungkin ada dalam kekerasan, tetapi pembahasan tentang kekerasan jauh lebih luas dibandingkan dengan agresifitas. Memang bila kita melihat kedalam kamus, definisi dari agresifitas itu sendiri ialah perilaku destruktif, kesengajaan, menyakiti dan upaya menghancurkan, sedangkan kekerasan itu sendiri dapat di definisikan sebagai tindakan agresi yang bernuansa fisik seperti memukuli, menghancurkan,
10
Agus Abdul Rahman, Psikologi-Sosial.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta 2013 Hal. 197
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
membakar, mencekik, yang menyebabkan kesakitan fisik dan bahkan mengakibatkan kematian.11
2.3.2 Faktor-Faktor Agresifitas Berbagai faktor dapat menjadi penyebab agresifitas, baik faktor eksternal maupun internal.Diantara faktor internal tersebut adalah faktor biologis. Faktor-faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi (Davidoff, 1991) tersebut adalah: a.
Gen,
merupakan
faktor
yang
tampaknya
berpengaruh
pada
pembentukan system neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya, factor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya. b.
Sistem otak, yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat
memperkuat atau memperlambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. c.
Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian
ditemukan pada factor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.
11
E.Kristi Poerwandi. Mengungkap Selubung Kekerasan. Telaah Filsafat Manusia, Kepustakaan Eja Insani, Bandung: Yayasan Eja Insani 2004, Hal 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Adapun faktor eksternal penyebab agresifitas adalah lingkungan : a. Kemiskinan Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan (byod make mc candles dalam Davidoff, 1991). b. Anonimitas Daerah perkotaan yang masuk dalam kategori kota-kota besar, menyajikan berbagai suara, cahaya, dan bermacam-macam informasi yang besarnya sangat luar biasa. Orang secara otomatis cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan melakukan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang berlebihan tersebut c. Suhu udara yang panas Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang banyak terjadi sering kali terjadi pada siang hari diterik panas matahari, tetapi bila musim hujan tidak ada peristiwa tersebut, begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas.Tetapi bila hari diguyur hujan, aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas. d. Meniru (Modelling).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Secara spesifik selain factor internal dan eksternal diatas, masih ada factor lain yang justru tingkat pemicunya dalam beberapa penelitian dianggap sangat tinggi yaitu adanya peran belajar model kekerasan memalui suguhan dan fasilitas media komunikasi dan informasi yang berkembang dengan begitu pesat.12
2.3.3 Jenis-Jenis Agresifitas Erich Fromm menyebutkan pada diri manusia terdapat dua jenis agresi yang berbeda, agresi sendiri menurut Erich Formm adalah “segala tindakan yang menyebabkan kerugian pada orang lain, binatang, atau benda mati”. Pembedaan paling fundamental yang ditujuan untuk mempertahankan hidup yang bersifat adaptif biologis dengan agresi jahat non adaptif biologis. Berikut ini adalah dua jenis agresi yang ada pada diri manusia menurut Erich Fromm yaitu : 1. Agresi adaptif biologis atau agresi defensive (agresi lunak) Yaitu
merupakan
respon
terhadap
bahaya
yang mengancam
kepentingan hayati, ia terprogram secara filogenetik, lazim didapati pada manusia dan binatang, tidak bersifat spontan atau muncul dengan sendirinya, tetapi reaktif dan defensive, yaitu dengan menghilangkan ancaman. Tujuan agresif defensive bukanlah untuk menghancurkan,
12
http://erlinaheria.blogspot.co.id, Diakses pada tanggal 5 Oktober 2015 pada pukul 12.00 WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
melainkan untuk menjaga kelangsungan hidup. Bila tujuan ini telah dicapai, agresi tersebuit beserta emosinya akan lenyap dengan sendirinya.
2. Agresi jahat non adiptif biologis Yaitu kedestruktifan dan kekejaman, bukan merupakan pertahanan terhadap suatu ancaman, tidak terprogram secara filogenetik, hal tersebut hanya menjadi ciri dari manusia. Dan secara biologis akan merugikan karena dapat mengacaukan tatanan sosial, perwujudan utamanya, yakni pembunuhan dan penyiksaan, bisa dinikmati tanpa tujuan lain. Ia tidak hanya merugikan orang yang diserang, namun juga si penyerang. Agresi jahat meskipun bukan sebuah insting, hal ini merupakan kecenderungan manusia yang berakar dari kondisi kehidupannya.13 Secara umum agresi dibagi menjadi beberapa jenis, namun Berkowitz (dalam koeswara,1988) membedakan agresi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Agresi Instrumental (Instrumental Agression) Agresi Instrumental adalah agresi yang dilakukan oelh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai sesuatu. Agresi Instrumental pada umumnya tidak disertai emosi.Bahkan, antara 13
Erich Fromm, Akar Kekerasan. Analisis Sosio-Psikolog atau Watak Manusia (Terjemahan Imam Muttaqin) Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001, hal 260
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
pelaku dan korban kadang tidak ada hubungan pribadi.Contoh agresi instrumental adalah seperti serdadu membunuh hanya untuk merebut wilayah musuh sesuai dengan perintah komandan.
2. Agresi Benci (Hostile Aggression/ Emotional Agression) Agresi Benci adalah agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.Contoh dari agresi ini adalah seorang istri melempari suaminya dengan piring dikarenakan cemburu dan pelajar yang berkelahi masal dikarenakan temannya yang (katanya) dikeroyok.14 Selain itu, agresi juga dapat dibedakan berdasarkan pada bagaimana perilaku itu dilakukan: 1. Apakah agresi tersebut dilakukan secara langsung (langsung ditujukan kepada korban) atau tidak langsung (dilakukan oleh orang lain, atau ditujukan kepada orang atau benda yang berhubungan dengan sasaran agresif). 2. Apakah agresi tersebut dilakukan secara aktif (menyakiti orang lain dengan menunjukan tindakan atau kata-kata) atau pasif (menyakiti
14
Agus Abdul rahman, Psikologi-Sosial.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013 hal 207
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
orang lain dengan tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang seharusnya dikatakan atau dilakukan). 3. Apakah agresi tersebut dilakukan secara verbal (menyakiti orang lain dengan kata-kata) atau non fisik (menyakiti orang lain dengan tindakan). Kombinasi dari ketiga cara agresi dilakukan menghasilkan delapan macam perilaku agresi, yaitu : 1. Agresi langsung-aktif-verbal: meneriaki, menyoraki, mencaci, membentak, berlagak atau memamerkan kekuasaan. 2. Agresi langsung-aktif-non verbal: seragam fisik, baik mendorong, memukul, maupun menendang dan menunjukan gesture yang menghina orang lain. 3. Agresi langsung-pasif-verbal: diam, tidak menjawab panggilan telepon. 4. Agresi langsung-pasif-non verbal: keluar ruangan ketika target masuk, tidak memberi kesempatan target berkembangan. 5. Agresi tidak langsung-aktif-verbal: menyebarkan rumor negative, menghinakan opini target pada orang lain. 6. Agresi tidak langsung-aktif-non verbal: mencuri atau merusak barang target, menghabiskan kebutuhan yang diperlukan oleh target. 7. Agresi tidak langsung-pasif-verbal: membiarkan rumor tentang target berkembang, tidak menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
target. 8. Agresi tidak langsung-pasif-non verbal: menyebabkan orang lain tidak mengerjakan sesuatu yang dianggap penting oleh target, tidak berusaha melukukan sesuatu yang dapat menghindarkan target dari masalah.15
2.4 Representasi Representasi
merupakan
kegunaan
dari
tanda.
Marcel
Danesi
mendefinisikannya sebagai “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik”. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik. Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru. Jadi representasi bukanlah sesuatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. 16
15
Agus Abdul Rahman, Psikologi-Sosial.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013 hal 207-208 Marcel Danesi. Pesan Tanda, dan Makna : Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Terjemahan oleh Evi Setyarini dan Lusi Lian piantari. Jalasutra. Yogyakarta : 2010, hal 3-4
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Representasi dapat diartikan sebagai istilah yag merujuk pada bagaimana seseorang, kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi dalam pengertian Fairclough dilihat dari dua hal.Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya.Kata semestinya ini. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya ataukah diburukan. Penggambaran mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya ataukah diburukan. Penggambaran yang tampil bias jadi adalah yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan macam apa seseroang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Dalam representasi, sangat mungkin terjadi misrepresentasi atau ketidak benaran penggambaran, atau kesalah penggambaran.17 Menurut Jhon Fiske seperti yang dikutip oleh Eriyanto, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang harus dihadapi. Pada level pertama adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu dikontruksi sebagai realitas, pada level kedua ketika memandang sesuatu sebagai realitas, dan bagaimana realitas tersebut digambarkan pada level yang ke tiga, 17
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Text Media. LKIS GROUP: Yogyakarta. 2001 hal 113-114
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
bagaimana peristiwa tersebut diorganisir dalam konvensi-konvensi yang diterima secara
ideologis.
Bagaimana
kode-kode
representasi
dihubungkan
dan
diorganisasikan kedalam kohernsosial seperti kelas sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.18 Representasi merupakan hubungan antara kensep-konsep dan bahasa yang menunjukan pada dunia yang sesungguhnya dari suatu objek, realitas atau pada dunia imajiner tentang objek fiktif, manusia, atau peristiwa.19
2.5 Semiotika 2.5.1 Pengertian Semiotika Pembahasan yang luas tentang nama bidang studi yang disebut “semiotika” telah muncul di negara-negara Anglo Saxon. Seseorang menyebut semiology jika ia berfikir tentang tradisi Saussurean. Dalam terbitan-terbitan Perancis istilah semiology kerap dipakai.Elements de semiology misalnya, adalalah salah satu judul yang dipakai Roland Barthes (1964).Namun istilah semiotics digunakan dalam kaitannya dengan karya Alex Sanders Peirce dan Charles Morris. Semiotika atau semiology merupakan terminology yang merujuk kepada ilmu yang sama. Istilah semiology lebih banyak digunakan di eropa sedangkan semiotic lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah keduanya juga mengandung pengertian 18
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Text Media. LKIS GROUP: Yogyakarta. 2001 hal 114 Ibid. hal 234
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
yang persis sama, sehingga penggunaan kedua istilah tersebut lebih menunjukan pemikiran pemakainya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiology, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana manusia (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga menkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.20 Fiske dalam bukunya Cultural and Comunication mengemukakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu : 1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda ini dalam menyampaikan makna
dan
cara
tanda-tanda
itu
terkait
dengan
manusia
yang
menggunakannya. 2.
Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat
20
Alex sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung. 2009 hal 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
atau budaya atau mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransisikannya. 3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja ini pada gilirannya bergantung pada kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. Semiotika memfokuskan perhatiannya terutama pada teks. Model-model proses yang linier tidak banyak memberikan perhatian terhadap teks karena memperhatikan juga tahapan lain dalam proses komunikasi; bahkan, beberapa modelnya mengabaikan teks nyaris tanpa komentar apa pun. Hal tersebut adalah salah satu perbedaan utama diantara kedua pendekatan tersebut. Dalam semiotika, penerima atau pembaca dipandang memainkan peran lain yang lebih aktif dibandingkan dalam kebanyakan model proses (kecuali model Gerbner). Semiotika lebih suka memilih istilah “pembaca” untuk “penerima” karena hal tersebut secara langsung menunjukan derajat aktivitas yang lebih besar.Pembaca ditentukan oleh pengalaman cultural pembacanya.Pembaca membantu menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosinya terhadap teks tersebut.21 Dalam konteks semiotika, sebuah tanda mempunyai nilai berdasarkan kemampuannya
menghasilkan
makna
(meaning).
Ferdinand
de
Saussure
menggungkapkan bahwa tanda-tanda tersusun dari dua elemen, yaitu aspek citra 21
Jhon Fiske. Cultural and Communication Studies, Jalasutra.Yogyakarta&Bandung 2004. Hal 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan.22
2.5.2 Semiotika Dalam Film Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks scenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai.Sedangkan, kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan etika.23 Hal-hal yang memliki arti simbolis tak terhitung jumlahnya. Dalam kebanyakan film setting, memiliki arti simbolik yang penting sekali, karena tokohtokoh sering dipergunakan secara simbolik. Dalam setiap bentuk cerita, sebuah symbol adalah sesuatu yang kongkret (sebuah obyek khusus, citra, pribadi, bunyi, kejadian atau tempat) yang mewakili atau melambangkan suatu kompleks, ide, sikapsikap, atau rasa sehingga memperoleh arti yang lebih besar dari yang tersimpan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu sebuah symbol adalah suatu macam satuan komunikasi yang memliki beban yang khusus sifatnya. Pada awalnya film adalah hiburan bagi kelas bawah, dengan cepat film mampu menembus batas-batas kelas dan menjangkau kelas lebih luas. Kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, kemudian menyadarkan para ahli 22 23
Alex Sobur, Analisis Teks Media, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2004 hal 95 Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, (Magelang: Yayasan Indonesiatera, 2001), hal 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
komunikasi
terutama, bahwa film
memiliki
potensi
untuk
mempengaruhi
khalayaknya. Karena itu, mulailah merebak studi yang ingin mengetahui dampak film terhadap masyarakat. Hal ini terlihat dari sejumlah penelitian tentang film yang mengambil berbagai topic seperti; pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, film dan politik, pengaruh film terhadap sex dimasyarakat, sisi kemanusiaan, dan lain sebagainya. Karena film merupakan sarana penyampaian pesan yang dapat diterima dengan cepat, disamping itu isi film pada umumnya tidak berbeda jauh dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, agar pesan film dapat diterima oleh penontonnya dengan nyaman, penulis cerita sangat berperan penting dia harus dapat membuat alur cerita yang dapat membawa pemirsa hanyut dan menyelami isi ceritanya sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis dan pemirsanya. Dalam pesan yang disampaikan oelh penulis cerita akan dihasilkan makna yang dapat dipetik sehingga bermanfaat bagi pemirsanya. Karena secara tidak langsung setiap kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari menyimpan sebuah makna. Dalam kajian ilmu pengetahuan makna memiliki rantai tersendiri yang dilambangkan melalui tanda. Sedangkan ilmu yang mengkaji tentang tanda itu sendiri adalah semiotika.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Secara umum film dibangun banyak tanda, didalam tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggunakan sesuatu.24
2.5.3. Semiotika Charles S. Peirce 2.5.3.1 Konsep Dasar Semua model makna memiliki bentuk yang mirip secara luas. Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang harus ada dalam makna. Menurut Peirce, semiotika itu ada tiga elemen utama. Teori dari Peirce disebut Teori Segitiga Makna atau Triangle Meaning.25,diantaranya : 1. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain diluar tanda itu sendiri. 2. Objek (Acuan Tanda) Adalah konteks sosial yang menjadi refrensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
24
Sobur, Op-Cit, hal. 128 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta : kencana, 2008, hal. 265
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3. Interpretant (Pengguna Tanda) Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Pierce yang biasanya dipandang sebagai pendiri tradisi semiotika Amerika, menjelaskan modelnya secara sederhana : Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas.Tanda menunnjuk pada seseorang, yakni menciptakan dibenak seseorang tersebut suatu tanda setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukan sesuatu yakni objeknya.(dalamn Zeman, 1977)26
Gambar II.1 Teori Segitiga Makna atau Triangle Meaning 26
Jhon Fiske. Cultural and Communication Studies, Jalasutra.Yogyakarta&Bandung 2004. Hal 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Ketiga istilah Peirce dapat dimodelkan seperti gambar tersebut. Pada dua arah menekan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu diluar dirinya sendiri object, dan ini dapat dipahami oleh seseorang, dan ini memiliki efek di benak pengguna interpretant.27 Hal yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimana muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu ditugaskan orang pada waktu berkomunikasi. Analisis ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran sebjek yang dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsepkonsep, dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya.28 Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something is some respect or capacity”. Artinya tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.29 Dengan menggunakan segitiga makna Charles Sanders Peirce, nilai agresivitas yang ada pada film Insurgent diperlihatkan dengan audio dan visual yang dicerminkan melalui contoh perilaku. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dalam adegan-adegan disetiap scenenya. Di dalam film ini memberikan sebuah gambaran tentang nilai agresivitas, baik dari individu kepada individu maupun kelompok. 27
Jhon Fiske. Cultural and Communication Studies, Jalasutra.Yogyakarta&Bandung 2004.Hal.68 Ibid, hal. 267 29 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 41 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Tipologi tanda versi Charles Sanders Peirce : 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. 2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal eksistensial diantara reresentamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit, actual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. 3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesempatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.30 2.5.3.2 Cara kerja semiotika Charles Sander Pierce Charles Sander Pierce (1893-1914) membagi tanda dan cara kerjanya kedalam tiga kategori sebagaimana tampak dalam table dibawah ini. Meski begitu dalam praktiknya, tidak dapat dilakukan secara ‘mutually exlusive’ sebab dalam konteks-konteks tertentu ikon dapat menjadi symbol. Banyak simbol yang berupa
30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
ikon. Disamping menjadi indeks, sebuah tanda sekaligus juga berfungsi sebagai simbol. Selain itu, Pierce juga memilah-milh tipe tanda menjadi kategori lanjutan, yakni kategori firstness, secondness dan thirdness. Tipe-tipe tanda tersebut meliputi (1) qualisign, (2) signsign, dan (3) legisign. Begitu juga dibedakan menjadi (1) rema (rheme), (2) tanda disen (dicent sign) dan (3) argumen (argument). Dari berbagai kemungkinan persilangan diantara seluruh tipe tanda ini tentu dapat dihasilkan berpuluh-puluh kombinasi yang kompleks.31 Dalam konteks semiotik, ia dikenal sebagai filsuf yang mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Sekalipun tidak menulis buku, sebagaimana Saussure, ia menghasilkan beberapa kertas kerja, misalnya Collected Papers, Semiotics and Significs : the Correspondence between Charles S. Pierce and Victoria Lady Welby (Kris Budiman, 1999: 90 – 91). Disebutkan bahwa Pierce merupakan tokoh semiotik yang memberikan kontribusi mengenai paradigma probabilitas dalam ilmu tanda. Hal ini menunjukan adanya keterpengaruhan semiotik Pierce oleh logika, matematika, dan fisika.32
31
Ibid. Hal 18-19
32
Dadan Rusmana,M.Ag. Filsafat Semiotika CV Pustaka Setia. Bandung : 2014 Hal 106
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Tabel II.1 Jenis Tanda dan Cara Kerjanya33
Jenis Tanda
Ikon
Ditandai dengan Persamaan (kesamaan)
Contoh
Indeks
Dilihat
Diperkirakan
Dipelajari
foto,dan patung
Kemiripan
Gambar,
Proses Kerja
Hubungan sebab akibat
Asap Api
Keterkaitan
Gejala Penyakit
Symbol
Konvensi
atau
kesepakatan
social
33
Kata-kata
Isyarat
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/z