BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pre Menopause
1. Pengertian Pre Menopause Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan pauses adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut kepustakaan abad 17 dan 18, menopause dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Kasdu, 2002). Hal ini dikarenakan manopause dikenal sebagai berhentinya menstruasi yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium (Proverawati, 2010).
Menopause merupakan tahap yang normal dalam kehidupan. Dampaknya terhadap kesehatan baru terlihat ketika harapan hidup wanita meningkat pesat di atas dekade ke-6. Diperkirakan wanita yang hidup di negara maju akan hidup setidaknya sepertiga dari seluruh kehidupan mereka setelah menopause. Secara fungsional, menopause dapat dianggap sebagai “sindrom menghilangnya estrogen”. Keadaan ini diketahui dengan berhentinya menstruasi dan pada mayoritas wanita, timbul tanda dan gejala seperti hot flashes (rasa panas), insomnia, atrofivagina, pengecilan payudara dan penurunan elastisitas kulit (Heffner & Schust, 2008).
Keadaan yang cukup bervariasi dan individual bagi seorang wanita, folikel telur yang tersisa dalam indung telur (sekitar 8000) mulai lenyap. Peristiwa yang aneh dan tidak jelas ini terjadi antara usia 45 tahun dan 55 tahun. Perubahan ini tibatiba dan ada peralihan perlahan-lahan dari aktivitas indung telur yang normal pada tahun-tahun reproduksi, ke indung telur yang relatif tidak aktif pada tahun-tahun
6
7
menopause (Llewellyn, 2005). Sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan fase pre menopause dimana pada fase pre menopause ini terjadi peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya pembuahan/anovulantoir (Proverawati, 2010).
2. Etiologi Menopause Menurut Guyton dan Hall (2002) penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi.
Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dulu jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa terakhir. Folikel primodial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh ovarium turun sampai nol.
3. Klasifikasi Menopause Menurut Baziad (2008), fase menopause dibagi dalam beberapa fase yaitu : a. Fase pre menopause Fase pre menopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang dan jumlah haid yang relatif banyak, kadang-kadang disertai dengan nyeri haid (dismenorea). Selama klimakterium, kadar estradiol menurun dan ovarium mengecil dan akhirnya folikel juga menghilang (Price,
8
2012). Sebagian wanita mulai mengalami gejala pre menopause pada usia 40an dan mengalami puncak pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi (Proverawati, 2010). b. Fase perimenopause Perimeopasue merupakan fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari dan sisanya < 18 hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meski terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik. c. Fase menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir. Menurut Price dan Wilson (2012), menopause biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun. d. Fase pasca menopause Pada fase ini ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml dan kadar gonadotropin biasanya meningkat, disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup.
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pre Menopause Menurut Proverawati (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi gejala pre menopause, yaitu :
9
a. Faktor psikis Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan, tidak sabar lagi dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri.
b. Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.
c. Budaya dan lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini.
d. Faktor lain Wanita yang belum menikah, wanita karir baik yang sudah atau belum berumah tangga, menarch (menstruasi pertama) yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.
5. Proses Terjadinya Menopause Fungsi ovarium akan mulai menurun rata-rata pada saat seorang perempuan berusia pertengahan empat puluhan. Pada saat usia tersebut, kondisi kadar hormon yang naik turun akan menyebabkan berbagai gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal ini.
10
Pertama, lebih sedikit folikel yang matang, selanjutnya produksi sel telur mulai berkurang dan mengakibatkan ovulasi tidak terjadi pada setiap siklus menstruasi. Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pola baru perubahan kadar hormon selama siklus menstruasi.
Pertama, jika folikel tidak matang, hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama dua minggu pertama siklus. Karena tidak ada sel telur yang matang dalam folikel, maka folikel itu tidak dapat melepaskan sel telur. Jika ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan ada progeseteron yang diproduksi oleh korpus luteum pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen akan terus membentuk lapisan endometrium tanpa diimbangi oleh efek dari progesteron yang akan menyebabkan menstruasi yang berat di luar biasanya.
Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur yang matang akan menyebabkan kadar estrogen turun menjadi sangat rendah sehingga lapisan endometrium tidak terstimulasi untuk menyiapkan sel telur yang dibuahi. Hal ini menyebabkan menstruasi tidak terjadi.
Ketika kadar estrogen dan progesteron menurun, kelenjar hipotalamus dan kelenjar pituitari berusaha untuk mengoreksi keadaan ini dengan menaikkan produksi FSH dan LH untuk menstimulasi ovarium melakukan fungsi normalnya. Jika ovarium tidak mampu bereaksi dengan membuat matang folikel dalam setiap siklus, kadar FSH dan LH yang tinggi ini akan mengganggu operasi normal dari sistem tubuh lainnya termasuk metabolisme, kimiawi otak dan keadaan tulang (Wirakusumah, 2003).
6. Tanda dan Gejala Pre Menopause Menurut Price dan Wilson (2012), gejala-gejala menopause dapat dimula sebelum perubahan pada siklus menstruasi terjadi. Perdarahan menstruasi rutin dapat terus berlangsung sampai terjadinya menopause, ketika siklus menjadi lebih pendek
11
karena fase folikular yang memendek, atau siklus menjadi tidak teratur dan makin jarang yang pada beberapa siklus terjadi ovulasi dan yang lain anovulasi. Setiap perdarahan yang terjadi setelah 6 bulan amenore adalah abnormal dan penyebabnya harus dicari untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Gejala-gejala umum menopause adalah hot flushes (panas pada kulit), berdebardebar, sakit kepala, tangan dan kaki terasa dingin, mudah tersinggung, vertigo, cemas, gelisah, depresi, insomnia, keringat waktu malam, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, lelah dan penambahan berat badan. Gejala yang paling sering adalah ketidakstabilan vasomotor yang bermanifestasi sebagai hot flushes. Tanda yang khas adalah kulit menjadi merah dan hangat, terutama pada kepala dan leher yang dapat terjadi kapan saja selama beberapa detik sampai dua menit. Gejala ini kemudian diikuti dengan menggigil kedinginan.
Perubahan-perubahan fisiologik lainnya adalah meningkatnya denyut jantung, vasodilatasi perifer, meningkatnya temperatur kulit dan pelepasan LH yang sedikit-sedikit. Kulit genital serta dinding vagina dan uretra yang menipis dan lebih kering, sehingga mudah terjadi iritasi, infeksi dan dispareunia. Labia, klitoris, uterus dan ovarium mengecil. Elastisitas kulit juga berkurang. Bertambahnya pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh dapat terjadi akibat menurunnya kadar estrogen dan efek androgen dalam sirkulasi yang tidak terimbangi.
Sedangkan menurut Proverawati (2010), pada fase pre menopause maka akan muncul tanda-tanda antara lain : menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur, kotoran haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit, muncul gangguangangguan vasomotor berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluhpembuluh darah, merasa pusing disertai sakit kepala, berkeringat tiada hentinya, neuralgia atau gangguan/sakit syaraf. Semua keluhan ini disebut fenomena
12
klimakterium, akibat dari timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjarkelenjar.
7. Perubahan Menjelang Menopause Gejala-gejala menjelang menopause menurut Spencer dan Brown (2007) : a. Gejala-gejala fisik Gejala fisik yang muncul adalah : 1) hot flash/ rasa panas (pada wajah, leher dan dada yang berlangsung selama beberapa menit, 2) berkeringat di malam hari, 3) berdebar-debar (detak jantung meningkat/mengencang), 4) susah tidur, 5) sakit kepala, 6) keinginan buang air kecil menjadi lebih sering, 7) tidak nyaman ketika buang air kecil, 8) ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia).
b. Gejala-gejala psikologis Gejala psikologis yang sering muncul pada wanita menopause adalah : 1) mudah tersinggung, 2) depresi, 3) cemas, 4) suasana hati (mood) yang tidak menentu, 5) sering lupa, 6)susah berkonsentrasi.
c. Gejala-gejala seksual Gejala seksual yang muncul pada wanita menopause adalah : 1) kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual, 2) menurunnya libido.
Menurut Yatim (2001), hampir 150 macam gejala dan keluhan dari wanita yang akan memasuki usia menopause. Tetapi yang terbanyak adalah : a. Gejala-gejala gangguan pada pembuluh darah : terjadi pelebaran pembuluh darah tepi, peningkatan frekuensi denyut jantung (berdebar-debar), muka kemerah-merahan dan terasa panas dan berkeringat pada malam hari, sebagai akibat adanya pelebaran pembuluh darah ada juga yang menjadi gelisah dan sakit kepala.
13
b. Keluhan-keluhan kejiwaan : seperti rasa tertekan, rasa penat yang berlebihan dan mudah tersinggung. Pada 1-2 tahun menjelang menopause keluhan kejiwaan ini makin mencolok. c. Perubahan pada gairah seksual : salah satu penelitian di Swedia, memperlihatkan berkurangnya keinginan dalam hal seks. Hal ini berkaitan dengan keringnya selaput lendir vagina, sehingga terasa sakit waktu berhubungan seks (dyspareunia). Untungnya, gairah seks istri yang menurun ini diimbangi juga oleh suami di umur yang juga mengalami penurunan gairah seksual. d. Keluhan sulit tidur : keadaan ini masih kontroversial di antara para ahli. Ada yang berpendapat bahwa keluhan ini sebagai akibat gangguan pada pembuluh darah, tetapi ada pakar yang mengatakan insomnia makin jelas setelah beberapa tahun memasuki menopause. e. Gejala-gejala lain : hipertensi dan rasa cemas (kadang-kadang berlebihan).
8. Cara Mengatasi Berbagai Keluhan Menopause Menurut Ayurai (2009, dalam Hastutik, 2010), cara mengatasi berbagai keluhan menopause, yaitu : a.
Pemberian obat yang bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Disamping
itu
juga
bisa
mengkonsumsi
vitamin
yang
fungsinya
memperlambat proses penuaan. Untuk hal ini perlu konsultasi dengan dokter yang berwewenang. b.
Olahraga yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan olahraga dapat memlihara keceriaan dan kegembiraan, pengiriman oksigen ke otak pun meningkat, sehingga ketegangan otot dan gangguan fisik pun sirna. Olahraga teratur akan menyegarkan tubuh dan memperbaiki suasana hati. Jarang lemah, napas pendek, masa tulang cepat berkurang. Hal ini menyebabkan rentan terhadap gangguan kardiovaskuler, darah tinggi, kegemukan, diabetes, nyeri tulang, osteoporosis dan depresi.
14
c.
Makanan yang baik. Makanlah makanan yang rendah lemak. Banyak makan sayuran, buah, biji-bijian, vitamin, mineral dan serat dalam makanan itu akan membantu pencernaan dan metabolisme tubuh.
d.
Melakukan hobi. Hidup tanpa sesuatu yang menyenangkan rasanya hambar, maka terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan dan mengatasi ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada menopause.
e.
Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain, datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan. Banyak peluang atau usaha yang dapat dijalani yang dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Upaya ini dapat meningkatkan perasaan bahwa diri kita masih mampu memberi manfaat bagi orang lain.
f.
Berpikirlah bahwa menopause itu sesuatu yang wajar. Jutaan wanita telah mengalami dan mereka tidak merasa terganggu.
B. Kecemasan Ibu Pre Menopause Menghadapi Perubahan Fisik 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah salah satu masalah psikososial yang sering dialami oleh setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari. Kecemasan merupakan sesuatu yang wajar oleh karena setiap orang menginginkan segala mara bahaya atau kegagalan. Akan tetapi, bila keadaan ini terus menerus berlangsung dapat menyebabkan keadaan yang panik dimana seseorang tidak dapat lagi melihat segala sesuatu dengan pikiran jernih karena lahan persepsinya sangat menyempit (Purba, et al. 2012).
Kecemasan wanita menghadapi masa pre menopause adalah suatu kondisi dimana seorang wanita merasa tidak percaya diri, tertekan dan tidak nyaman karena menghadapi masa-masa sebelum berhentinya menstruasi dalam masa hidupnya secara alamiah (Indrawati, 2008).
15
Banyak dari ibu yang mengalami menopause menjadi seseorang yang mudah mengalami rasa cemas. Kecemasan ini timbul akibat seringnya kekhawatiran yang menghantui dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah mereka khawatirkan. Kecemasan ini biasanya relatif, artinya kecemasan itu bisa dihilangkan dan ditenangkan. Namun pada sebagian orang kondisi ini tidak mampu dilakukan (Lubis & Pieter, 2010).
2. Gejala Psikologis yang Sering Dialami Ibu Pre Menopause Adapun simtom-simtom psikologis yang sering dialami wanita menopause menurut Lubis dan Pieter (2010), yaitu : a. Suasana hati yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti gampang marah dan rasa tegang. b. Pikiran yang tidak menentu sebagai akibat kekhawatiran yang berkepanjangan sehingga mereka sulit untuk berkonsentrasi. Bahkan sebaliknya, terkadang pikiran mereka kosong dan membesar-besarkan ancaman. c. Sangat sensitif dan merasa tidak berdaya. d. Selalu menghindari situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan dan mereka selalu lari dari kenyataan. e. Perilaku gelisah seperti gugup, agitasi dan kewaspadaan yang berlebihan. f. Gangguan psikogenik mencakup bertambahnya rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup masalah psikosomatik yang telah ada diperkuat gejolak panas, pola tidur yang diganggu keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan dyspareunia. Semua gejala psikologis yang timbul pada masa klimakterium seperti rasa takut, tegang, rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi.
3. Penyebab Kecemasan Pada Ibu Pre Menopause Aspek-aspek kecemasan ibu menghadapi menopause menurut Aristianti (2000) terbagi atas :
16
a. Aspek fisik, mencakup perubahan apa saja yang terjadi secara fisik pada masa menopause seperti ; keringat yang berlebihan, hot flushes, pusing dan sakit kepala. b. Aspek psikis, meliputi perubahan yang terjadi atau yang dialami pada masa menopause seperti merasa tidak berharga, tidak dibutuhkan, sehingga muncul kecemasan dan kekhawatiran. c. Aspek sosial, meliputi apakah memasuki menopause akan menghambat aktivitas sosial. d. Aspek seksual dalam perkawinan, mencakup bagaimana kualitas hubungan seksual suami istri yang dilakukan pada masa menopause.
Kecemasan ibu menghadapi menopause menurut Irmawati (2003), dipengaruhi oleh : a. Kepribadian Sikap positif dari ibu yang akan menghadapi menopause mampu mengalihkan perasaan yang tidak menyenangkan ke hal-hal positif pula dengan cara melakukan aktivitas yang berguna.
b. Kepercayaan atau persepsi tentang menopause Sebagian ibu beranggapan menopause akan mengakhiri peran mereka sebagai istri bagi suami dan peran ibu bagi anak-anaknya. Hal itu akan membuat ibu merasa kesepian dan tidak dibutuhkan lagi.
c. Dukungan suami Suami yang tidak menuntut istri dalam penampilan fisik dan selalu mendampingi dalam segala situasi sangat membantu ibu untuk menghadapi masa menopause.
17
d. Tingkat pendidikan Kurangnya
pengertian
dan
pemahaman
terhadap
sesuatu
hal
dapat
menimbulkan kecemasan. Pendidikan yang memadai akan memudahkan seseorang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang menopause. Pemahaman yang baik tentang menopause akan menunjang kesiapan seorang wanita dalam menghadapi menopause.
e. Status kerja Wanita yang bekerja pada umumnya mempunyai cara berfikir yang tidak sempit, merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
4. Tingkat Kecemasan Peplau (1963, dalam Purba, et al. 2012) mengidentifikasi ansietas dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan persepsi yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menerima informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya.
Tingkat kecemasan itu adalah sebagai berikut : a. Kecemasan ringan : cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. b. Kecemasan sedang : cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c. Kecemasan berat : cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk
18
mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. d. Panik : tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
5. Dampak Kecemasan Kecemasan yang muncul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Ibu yang memasuki masa menopause cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua yang berarti kecantikannya akan memudar. Seiring dengan hal itu, validitas dan fungsi organ tubuhnya akan menurun. Hal ini akan menghilangkan kebanggaannya sebagaiwanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun lingkungan sosialnya (Rostiana & Kurniati, 2009).
Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara lain : a. Simtom suasana hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
19
b. Simtom kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetukngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dariapa saja yang dirasanya mengancam.
C. Pengetahuan Ibu Pre Menopause 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan wanita pre menopause merupakan kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan kuisioner yang terkait dengan menopause (Hastutik, 2009). Pengetahuan mengenai menopause sangat diperlukan sehingga wanita tidak mengesampingkan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka. Anggapan bahwa
20
gejala-gejala yang timbul merupakan hal biasa karena faktor usia dan sudah sewajarnya. Bila dicermati pada wanita dalam masa klimakterium terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang-kadang berat. Pada permulaan klimakterium kesuburan menurun, pada masa pre menopause terjadi kelainan perdarahan, sedangkan terutama pada masa pasca menopause terdapat gangguan vegetatif, psikis dan organis (Sastrawinata, 2008 dalam Mustika, Yuliatun & Candra, 2012).
2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan sebagian besar dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Ukuran bahwa ibu pre menopause itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan tentang pre menopause.
b. Memahami (Comprehension) Memahami pre menopause bukan sekadar tahu terhadap pre menopause tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi ibu tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang fase pre menopause yang diketahui sebelumnya.
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila ibu pre menopause yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi tertentu.
21
d. Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan ibu pre menopause untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam fase pre menopause yang diketahui.
e. Sintesis (Syntesis) Menunjukkan suatu kemampuan ibu pre menopause untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.
b. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi ibu pre menopause untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi ibu pre menopause karena dapat membuat ibu tersebut untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
22
c. Sosial ekonomi Tingkat kemampuan pre menopause untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ibu pre menopause yang tingkat ekonominya lebih tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi karena kemampuannya dalam penyediaan media informasi. Menurut Soekanto (2007), pengetahuan tentang menopause tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, informasi yang masuk melalui media massa atau elektronik dan tenaga kesehatan sangat berpengaruh.
d. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan ibu pre menopause atau dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi ibu pre menopause dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.
Untuk dapat memperoleh sumber informasi mengenai menopause yang baik dan benar dari sumber informasi yang tepat pula dapat diperoleh melalui konseling kesehatan reproduksi yang pelayanannya dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan (Varney, 2004 dalam Mustika, Yuliatun & Candra, 2012).
4. Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Menghadapi Perubahan Fisik Pada Ibu Pre Menopause Dari penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Rostiana dan Kurniati (2009) dengan judul “Kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause” menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mengatakan sulit dalam menghadapi masa menopause karena belum siap untuk menghadapinya dan
23
kurangnya informasi yang didapat oleh ibu pre menopause. Hal ini dapat terlihat dari gejala gangguan tidur, lebih mudah letih, cemas dan gelisah.
Pada umumnya, seorang wanita akan mengalami ketidakstabilan emosi ini tidak berkepanjangan seiring dengan kekhawatiran yang mungkin akan terjadi pada tubuhnya dengan berakhirnya masa haidnya. Kestabilan emosi akan diperolehnya kembali setelah mereka mendapatkan informasi yang baik tentang masa menopause (Kasdu, 2002). Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan wanita dapatmelakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat (Admin, 2005 dalam Ismiyati, 2010).
Hasil penelitian Damayanti (2012) dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan dan upaya penanganan ibu dengan kecemasan dalam menghadapi menopause di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang” menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan dalam menghadapi menopause yang didapatkan dari nilai p value < 0,05.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Mustika, Yuliatun dan Candra (2012) yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat keluhan wanita menjelang menopause di Puskesmas Arjuna Malang” menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat keluhan wanita menjelang menopause dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05). Serta penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Puspitasari (2007) dengan judul “Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada wanita perimenopause” menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada wanita perimenopause dengan nilai p = 0,025 (p < 0,05).
Hal ini diperkuat dengan penelitian Sulastri dan Badriyah (2007) yang berjudul “Kajian pengetahuan dan sikap wanita usia 45-50 tahun dalam kesiapan
24
menghadapi perubahan pada masa menopause studi di RW 05 Kelurahan Pejagan Kabupaten Bangkalan” menunjukkan bahwa sebagian kecil memiliki pengetahuan cukup serta rata-rata belum siap menerima perubahan pada masa menopause.
Hal ini jelas dapat membantu wanita mengurangi gangguan dari gejala-gejala menopause yang dirasakan. Dengan mengetahui segala pengetahuan tentang menopause, maka wanita tersebut dapat menanggulangi keluhan-keluhan fisik dan psikologis yang dialami dari gejala-gejala menopause. Selain itu, apabila wanita tersebut kaya akan informasi tentang menopause, maka wanita tersebut akan lebih siap menghadapi menopause dan mengakibatkan lebih ringannya gejala menopause yang dirasakan (Sulastri & Badriyah, 2007).
D. Dukungan Suami Pada Ibu Pre Menopause 1. Pengertian Dukungan Suami Dukungan sosial suami adalah dukungan yang dirasakan oleh istri (perempuan) berupa informasi, nasehat bantuan nyata yang bersifat verbal dan atau non verbal sehingga menentukan keyakinan bahwa mempunyai kesempatan untuk mengatasi masalahnya secara pribadi maupun bersama orang lain sehingga mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Indrawati, 2008).
2. Jenis Dukungan Sosial Suami Menurut House (dalam Setiadi, 2008), dukungan sosial suami memiliki empat jenis yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan. a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap ibu pre menopause sehingga dukungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.
25
b. Dukungan Penghargaan Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju serta membantu ibu pre menopause untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan keadaan orang lain, sehingga ibu tersebut dapat merasakan penghargaan dirinya.
c. Dukungan Instrumental Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ibu pre menopause misalnya memberikan penyediaan sarana atau memberikan pernyataan yang bersifat memotivasi.
d. Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasihat secara langsung, saran-saran petunjuk dan umpan balik. Peran suami dalam menghidupkan kasih sayang dan harga diri pada ibu dapat dicurahkan melalui sikap perhatian serta pemberian dukungan kepada ibu.
Dukungan suami dapat diungkapkan dengan penghargaan terhadap ibu melalui rasa simpati, berminat terhadap ibu, bersikap toleran terhadap kelemahankelamahan ibu, menunjukan kehangatan dan rasa tenang atau suka tanpa syarat dan juga mencoba untuk membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan. Bagi ibu, dukungan suami terhadap ibu merupakan sikap yang harus dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu selalu dibayang-bayangi oleh kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap mendapatkan kasih sayang atau dicintai (Prabandani, 2009).
3. Partisipasi Suami Dalam Memberikan Ketenangan Pada Istri Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2007, dalam Prabandani, 2009), partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah :
26
a. Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi. b. Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause, misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan isteri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima. c. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya. d. Mengajak istri untuk berolahraga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause. e. Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada persendian terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi ketika menopause. f. Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya.
Hal ini dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar. Selain itu, pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada istrinya juga akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal ini, melainkan androgen (Lianawati, 2008).
4. Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecemasan Menghadapi Perubahan Fisik Pada Ibu Pre Menopause Cara agar masa transisi ini dapat berjalan mulus adalah dengan kemauan diri untuk memandang hidup yang akan datang sebagai sebuah harapan yang membahagiakan. Dengan kata lain, selalu berpikir positif sehingga setiap kejadian atau peristiwa yang dialami selalu dipandang dari segi yang baik. Tentunya hal ini dapat berlangsung apabila ada dukungan dari orang-orang sekitarnya, khususnya
27
suami sebagai pasangan hidup. Peran positif mereka akan menumbuhkan bahwa kehadirannya masih sangat diperlukan dalam menghadapi hidup ini (Kasdu, 2002).
Menurut Ratna (2010), salah satu sumber dukungan sosial yang sangat penting adalah dukungan sosial suami yang merupakan orang yang paling dekat dan paling berkewajiban memberikan dukungan ketika istri mengalami kesulian. Suami yang tidak menuntut istri dalam penampilan fisik dan selalu mendampingi dalam segala situasi sangat membantu ibu untuk menghadapi masa menopause.
Menurut BKKBN (2007, dalam Prabandani, 2009) sampai sejauh ini penyesuaian diri paling sulit, baik bagi para wanita yang telah menopause maupun bagi suami mereka adalah masalah pada perubahan fungsi seksual. Banyak wanita yang tertekan jiwanya dan mengalami masa genting dalam mencoba untuk menyesuaikan dengan perubahan pola hidup yang datang bersamaan dengan masa menopause. Dukungan, perhatian serta kasih sayang dari suami sangat berarti bagi wanita yang telah menopause sehingga mereka dapat lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik, emosi dan fungsi seksual.
Bagi seseorang wanita yang memasuki masa menopause, dukungan dari orang terdekat seperti dukungan dari suami adalah hal yang penting karena akan menentukan atau menurunkan rasa kecemasan yang dialaminya dalam menghadapi masa-masa sulit tersebut. Seseorang yang merasa cemas, jika memiliki teman dan orang lain yang mendukung, seperti suami maka kecemasannya akan berkurang (Indrawati, 2008).
Dukungan suami merupakan faktor eksternal paling baik dalam membantu istri untuk melalui masa menopause tanpa kecemasan berlebih. Suami yang tidak menuntut istri untuk tampil dengan kesempurnaan fisik dan dapat meyakinkan baik dalam perkataan maupun tindakan, akan sangat membantu untuk meyakini
28
bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan ketika datang masa menopause (Lianawati, 2008).
Begitu pula menurut Prabandani (2009) dengan judul “Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri” terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05). Semakin tinggi dukungan suami maka tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause semakin rendah.
Begitu pula berdasarkan hasil penelitian Indrawati (2008) yang berjudul “Kecemasan wanita menghadapi pre menopause ditinjau dari dukungan sosial suami dan kepercayaan diri” diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0.018 (p < 0.05) sehingga didapatkan hasil hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan wanita menopause menghadapi pre menopause. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ternyata semakin tinggi dukungan sosial suami akan semakin rendah kecemasan wanita dalam menghadapi pre menopause.
E. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pengetahuan ibu pre menopause Kecemasan menghadapi perubahan fisik Dukungan suami
29
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan menghadapi perubahan fisik pada ibu pre menopause di Desa Sukadame Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014. Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan menghadapi perubahan fisik pada ibu pre menopause di Desa Sukadame Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014.