18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan mempunyai arti yang penting dalam setiap kegiatan
bisnis termasuk dalam setiap kegiatan bisnis termasuk dalam kegiatan operasi dan pengelolaan perusahaan dan juga manajemen keuangan diharapkan dapat menangkap dan mengantisipasi perubahan dimasa yang akan datang untuk secara dini melakukan penyesuaian dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Tujuan utama dari perusahaan yang juga menjadi tanggung jawab dari manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan agar kesejahteraan pemegang saham dapat meningkat. Menurut Martono dan Agus Harjito (Manajemen Keuangan, 2008:4), menguraikan pengertian manajemen keuangan (Financial Management), atau dalam literature lain disebut pembelanjaan, yakni : “Segala
aktifitas
perusahaan
yang
berhubungan
dengan
bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Berikut definisi manajemen keuangan menurut beberapa ahli : Manajemen
keuangan
menurut
Weston
dan
Copeland
yang
diterjemahkan oleh Jaka, W. Dan Kirbrandoko (2002) : “Pengertian manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen
keuangan
antara
lain
menyangkut
keputusan
19
penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen pada suatu perusahaan.” Manjemen keuangan menurut Sutrisno (2007 : 3) : “Manajemen keuangan sebagai semua aktivitas keuangan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Manajemen Keuangan yaitu keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana, menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut guna mencapai suatu tujuan yang diharapkan yaitu kemakmuran perusahaan (maksimalisasi nilai perusahaan). 2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan
Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun
dalam menggnakan dana harus didasarkan
pada
perkembangan efisiensi dan efektifitas. Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana. Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:4), menguraikan 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu : a.
Keputusan investasi (investment decision) Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva
financial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva financial merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan
20
beberapa langkah, yakni : pertama, manajer keuangan perlu menetapkan berapa asset secara keseluruhan (total asset) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari asset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi dari asset-asset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan asset secara optimal maka asset – asset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan asset yang baru. b.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang
berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan meliputi beberapa hal yakni, pertama adalah keputusan mengenai penetapan sumber dana yang di perlukan untuk mendanai investasi berupa hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang juga modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut dengan struktur modal yang optimum. c.
Keputusan Pengelolaan Asset (asset management decision) Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan
asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagai hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan, sedangkan asset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi yang lainnya yaitu pemasaran,
sumber
daya
manusia
dan
operasional.
pelaksanaannya fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan.
Walaupun
dalam
21
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:12), menguraikan manajemen keuangan sebagai aktifitas memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau sasaran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi keputusan perusahaan. Sebagai tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan keputusan dibidang keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Secara lebih luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tidak hanya secara langsung bermanfaat bagi pemegang saham tetapi dapat memberikan manfaat juga bagi masyarakat luas. Dari uraian diatas, Martono dan Agus Harjito (2008:13) dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa : 1)
Manajemen keuangan merupakan manajemen fungsi keuangan yang
terdiri atas keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan deviden) dan keputusan pengelolaan asset. 2)
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan
(memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan. 3) Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari keputusan – keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan deviden) dan pengelolaan asset. 2.2
Investasi
22
Aktivitas investasi merupakan unsur yang penting dari operasi perusahaan, dan penilaian kinerja perusahaan mungkin sebagian besar atau seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan mengenai aktivitas ini. Beberapa perusahaan melakukan investasi untuk menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya dan dengan melakukan investasi dapat mempererat hubungan bisnis atau memperoleh keuntungan perdagangan. Perusahaan umumnya melakukan investasi dengan menggunakan asumsi-asumsi bahwa investasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.2.1
Pengertian Investasi Investasi adalahh kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi : Menurut Kamaruddin Ahmad (2004:3) bahwa : “Investasi adalah menempatkan uangn atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.” Sedangkan menurut Jogiyanto (2007:5) bahwa : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan.” Dari definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa, investasi
merupakan penggunaan untuk memperoleh tambahan pendapatan baik melalui investasi yang menghasilkan barang dan jasa atau penanaman modal pada surat berharga yang menghasilkan capital gain di mas mendatang. 2.2.2
Pentingnya Investasi
23
Setiap perusahaan memerlukan investasi yang digunakan untuk meperlancar operasi perusahaan. Menururt Sutrisno (2003:139), perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut : 1.
Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar dan
jumlah dana yang besar tersebut tidak dapat diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2.
Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga
perusahaan harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk dapat memperoleh kembali dana tersebut. 3.
Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam
pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar. 2.3
Pasar Modal
2.3.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana
yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen ekonomi, maka aspek untuk memperoleh keuntungan yang optimal adalah tujuan yang menjiwai pasar modal sebagai lembaga jual beli efek. Pasar modal menurut Undang-Undang Republik Indonesia Pasar Modal Nomor. 8 tahun 1995 : “Pasar modal adalah tempat kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
24
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal menurut Widoatmodjo (2005:15) : “Pasar modal adalah pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun”. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pasar modal, yaitu merupakan suatu wadah perantara yang dinaungi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan mekanisme jual beli efek (surat berharga) guna menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada perusahaan yang mengalami kekurangan dana untuk menjalankan kegiatan usahanya. 2.3.2
Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan
lembaga ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, memiliki dana maupun pemerintah. Menurut Sutrisno (2003 : 342) pasar modal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut 1.
Sebagai Sumber Penghimpun Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai perantara keuangan secara konvensional.
25
2.
Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Sementara pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang pada dasarnya mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya.
3.
Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahan yang bersangkutan.
Dengan
go
public-nya
perusahaan
memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta memilliki perusahaan tersebut. Dengan demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4.
Sebagai Pendorong Investor Salah satu faktor yang mendorong agar pihak swasta dan asing memiliki keinginan untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka, salah satunya adalah dengan likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal maka semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
26
Maka dari itu, pasar modal (capital market) merupakan tempat atau suatu lembaga penghubung secara financial yang berfungsi untuk mempertemukan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (suppliers of fund), dalam hal ini investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of fund). 2.3.3
Instrumen Pasar Modal Menurut Sundjaja dan Barlian (381 : 2002) instrumen yang ada di
pasar modal Indonesia yaitu efek yang terdiri dari: a.
Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian, jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik/pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut.
b.
Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan suatu surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat, jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini dapat diterbitkan baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Swasta ataupun juga obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
27
Obligasi Konvensi, adalah bukti hutang suatu perusahaan yang mengandung janji pembayaran bunga dan dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan dengan jangka waktu yang ditentukan. c.
Bukti Hak Bukti hak atau biasa dikenal dengan Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti yang dimiliki dapat diperjual belikan dibursa.
d.
Waran Menurut BAPEPAM, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih. Waran memiliki karakteristik opsi yang hampir sama dengan Sertifikat Buku Right (SBR)/sertfikat bukti hak, dengan perbedaan utama antara jangka waktu. SBR merupakan instrumen jangka pendek (umumnya SBR kurang 6 bulan), sedangkan waran adalah jangka panjang (umumnya umur waran antara 6 bulan hingga 5 tahun).
2.4
Saham
2.4.1
Pengertian Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk
saham (stock). Saham merupakan salah satu jenis efek yang paling populer diantara surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal. Berikut beberapa pengertian saham yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu :
28
Saham menurut Widiatmodjo (2005:54) : “Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.” Saham menurut Rusdin (2008:68) : “Saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang atas lembaga atau badan hukum terhadap suatu perusahaan yang sah secara hukum. 2.4.2
Jenis-Jenis Saham Saham merupakan sekuritas yang paling populer di pasar modal karena
saham dapat memberikan keuntungan dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu yang relative singkat. Menurut Zaki Baridwan (2004:203) yaitu : “Apabila suatu perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan 2 macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lainnya adalah saham prioritas (preffered stock).” Berikut diuraikan mengenai masing-masing jenis saham : 1.
Saham biasa (common stock) Saham biasa merupakan surat berharga yang paling banyak dan luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan disamping memperoleh pembagian keuntungan (dividen) dari perusahaan juga kemungkinan
29
adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat berharga tersebut atau disebut capital gain. Saham biasa membawa risiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima dividen setelah dividen saham preferen dibayar. 2.
Saham preferen (preffered stock) Saham preferen sering juga disebut saham istimewa, karena saham preferen mendapatkan prioritas dalam pembagian dividen sebelum pembagian dividen saham biasa. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen juga mendapat prioritas klaim atas aset perusahaan setelah kewajiban kepada pemegang obligasi dan kreditor lainnya dipenuhi dan sebelum klaim oleh pemegang saham biasa.
2.4.3
Analisis Saham Dalam konteks teori keuangan sebelum menentukan memilih saham
diperlukan analisis untuk melakukannya. Menurut Sutrisno (2003 : 352) terdapat dua pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk menilai saham, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Analisis Fundamental Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk yang rasional dan keputusan investasinya akan diambil berdasarkan analisis terhadap kondisi dan kinerja sessungguhnya dari emiten. Argumentasi dasarnya jelas, yaitu bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat, tapi yang lebih penting lagi harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari. Analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari :
30
Perkembangan perusahaan
Neraca perusahaan dan laporan laba-ruginya
Proyeksi usaha
rencana perluasan dan kerjasama dan lain-lain Pada umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang baik, akan bisa mengangkat harga saham. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahulukan oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang secara fundamental diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu efek. Analisis fundamental juga menekankan pada penentuan nilai instrinsik dari suatu saham.
2.
Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham dan menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu, seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis, maupun pengaruh isu-isu lainnya. Di dalam analisis teknikal informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. misalnya, peningkatan atau penurunan harga biasanya berkaitan dengan peningkatan atau penurunan volume perdagangan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual
31
saham
dengan
memanfaatkan
indikator-indikator
teknis
ataupun
menggunakan analisis grafis. Pergerakan harga saham ini oleh pengamat pasar modal Amerika Dow Jones diteliti, hingga melahirkan Dow Theory, yang membagi pergerakan harga saham menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Primary Move Merupakan pergerakan harga jangka panjang dalam satu arah, baik pada saat naik terus-menerus atau sering disebut Bull market maupun pada saat turun Bear market. 2) Intermediate Move Pergerakan harga pada saat bear atau bull market. 3) Ripple Move Terjadi apabila dalam suatu kurun waktu tertentu harga saham mengalami kondisi stabil. 2.5
Volume Perdagangan Saham Menurut Vibby (2010) mengenai volume perdagangan adalah : “Volume perdagangan mencerminkan perubahan harga, dan dukungan, terhadap nilai harga yang terjadi di pasar. Karena itu, besarnya jumlah penawaran (supply) dan permintaan (demand) sangat mempengaruhi pergerakan bursa.” Sedangkan menurut Neni dan Mahendra (2004) : “Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di pasar.” Volume perdagangan merupakan cerminan intensitas minat beli dan tekanan
dibalik pergerakan nilai harga yang terjadi. Volume saham juga dapat memprediksikan keadaan pasar yang terjadi. Kegiatan perdagangan saham dapat dilihat melalui indikator
32
aktivitas volume perdagangan (trading volume activity). Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi di bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar yang akan membaik. Saham yang aktif diperdagangkan sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume besar akan menghasilkan return yang tinggi (Chordia et al.,2000). Hasil perhitungan Trading Volume Activity (TVA) mencerminkan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut : ∑ ∑ Sumber: (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996) Menurut Prasetio dan Sutoyo (2003) aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah investor invidual menilai laporan informatif, dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan pada kondisi normal Volume perdagangan di pasar modal dapat dijadikan indikator penting bagi investor. Naiknya volume perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor di pasar modal.
2.6
Tingkat Pengembalian Saham (return saham)
2.6.1
Pengertian Tingkat Pengembalian Saham (return saham) Jogiyanto (2003) mendefinisikan return sebagai berikut : “Return atau return total merupakan keseluruhan hasil yang diperoleh dari investasi dalam suatu periode tertentu, return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield.” Capital gain merupakan keuntungan bagi investor yang diperoleh dari
kelebihan harga jual diatas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder. Sedangkan capital loss adalah kerugian bagi investor yang di derita karena adanya kelebihan harga beli diatas harga jual yang terjadi di pasar sekunder.
33
Yield merupakan presentase penurunan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Menurut Gitman J Lawrence (2003) mendefinisikan tingkat pengembalian saham sebagai berikut : “The return is the total gain or loss experienced on an investment over a given period time, it commanly measured as cash distributions during the period plus the change in value,expressed as a percentage of the beginning of period investment value.” Artinya : “Pengembalian keuntungan adalah total keuntungan atau kerugian dalam suatu investasi dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya diukur sebagai distribusi kas selama periode tertentu ditambah perubahan nilai, dinyatakan sebagai persentase dari nilai investasi awal periode.” Sunaryah (2006), mendefinisikan bahwa return atau tingkat pengembalian saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi dimasa datang. Return atau tingkat pengembalian saham dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pengukuran total return. Return total = Capital gain (loss) + Yield Dimana capital gain (loss) merupakan selisih harga investasi yang relatif dengan harga periode lalu.
Capital gain (loss) =
Dimana : Pt
: Harga saham periode sekarang
34
Pt-1
: Harga saham periode sebelumnya Jika harga saham periode sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode
lalu (Pt-1) maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). Yield merupakan penurunan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk investasi saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.
Yield
=
Dimana : Dt
: Dividen kas yang dibayarkan
Pt-1
: Harga saham periode sebelumnya
Dengan demikian Return total dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return Total
=
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dibandingkan dengan investasi lainnya, saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan yang besar dalam waktu yang relatif singkat (high return). Selain high return, saham juga memiliki sifat high risk, yaitu suatu ketika harga pasar saham juga dapat merosot cara cepat. 2.6.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham Sebelumnya telah diuraikan diatas mengenai analisis teknikal dan analisis
fundamental. Informasi teknikal diperoleh di luar perusahaan seperti harga saham, volume perdagangan, dan indeks harga saham individual maupun gabungan, sedangkan analisis fundamental diperoleh dari intern perusahaan meliputi dividen dan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan.
35
Informasi yang diperoleh dari kondisi intern perusahaan yang digunakan adalah informasi keuangan berupa informasi akuntansi yang terangkum dalam laporan keuangan dan informasi non keuangan berupa informasi non akuntansi yang tidak terangkum dalam laopran keuangan. Informasi fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai faktor yang digunakan investor untuk memprediksi return saham. Jika prospek perusahaan tersebut sangat kuat dan baik maka return saham perusahaan tersebut diperkirakan dapat meningkat pula. Informasi akuntansi menurut Tuasikal (2001:762) : “Informasi akuntansi adalah informasi dalam bentuk laporan keuangan yang banyak memberikan manfaat apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan.” Informasi akuntansi menurut Hendriksen dan Breda (2002:435) : “Informasi non akuntansi adalah informasi yang tidak dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran kuantitatif yang lebih sukar dievaluasi dalam hal materialitas dan relevansinya karena informasi itu diberi bobot yang bervariasi oleh mereka yang menggunakannya dalam pengambilan keputusan.” Informasi laporan keuangan yang mempengaruhi return saham, menurut Resmi (2002) yang dikutip dari Bramantyo (2006:3), berasal dari kinerja (performance) perusahaan. Kinerja perusahaan menurut Meriewaty dan Setyani (2005:278) : “Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan.” Menurut Meriewaty dan Setyani (2005:278), ada 2 (dua) jenis kinerja perusahaan, yaitu :
36
1.
Kinerja Operasional Kinerja operasional merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan modal tetap perusahaan tanpa adanya hutang. Hal ini ditunjukkan besar kecilnya laba operasional bersih setelah pajak atau Earning After Tax (EAT) yang diperoleh perusahaan.
2.
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan kinerja yang diperoleh dari kinerja perusahaan dengan menggunakan hutang. Oleh karena itu, penggunaan hutang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Jika hutang yang digunakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi perusahaan. Salah satu bentuk informasi keuangan atau informasi akuntansi yang penting
dalam proses penilaian kinerja perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk periode tertentu. Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas berbagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Sedangkan salah satu bentuk informasi non keuangan atau informasi non akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan adalah reputasi auditor.
2.7
Dividen
2.7.1
Pengertian Dividen
Investasi dalam bentuk saham yang dilakukan di pasar modal memberikan beberapa keuntungan kepada investornya. Keuntungan tersebut dapat dinikmati oleh para investor dalam bentuk berupa :
37
1.
Laba modal (capital gain), yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham,
berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli sahamnya. 2.
Dividen, bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham.
Pengertian dividen menurut Mamduh (2003 : 361) adalah sebagai berikut : “Dividen merupakan kompensasi yang diterima pemegang saham di samping capital gain.” Adapun definisi dividen menurut Gitman (2006 : 590) adalah : ”A source of cash flow to stockholder and provides information about firm’s current and future performance.” Artinya : “Sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.” Dari beberapa pengertian mengenai dividen tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen adalah pembayaran kepada pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. Saham yang dividennya terlalu berfluktuasi, umumnya akan kurang diminati oleh para investor sebab hal tersebut cenderung mengidentifikasikan kurang mantapnya perusahaan dalam memperoleh laba.
38
Jika dilihat dari sumber pembayaran dividen merupakan pembagian laba ditahan oleh perseroan kepada pemegang sahamnya, dimana seluruh laba ditahan dianggap bebas untuk dibagikan kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan yang dikenakan terhadap laba ditahan. Laba yang dibatasi ini dilaporkan
dalam
bentuk
tersendiri
yang
menggambarkan
tujuan
dari
pencadangan tersebut. Dividen untuk saham dinyatakan dalam bentuk tunai dengan satuan rupiah atau bukan sebagai persentase dari nilai nominal. Sedangkan Untuk saham preferen dinyatakan satuan moneter atau sebagai persentase dari nilai nominal. Investor berpandangan bahwa dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Oleh sebab itu, pada umumnya kebanyakan perusahaan membayarkan dividennya dalam bentuk kas/tunai. Adapun pengertian dividen tunai menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 332) adalah sebagai berikut : “Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.” 2.8
Rasio Keuangan
2.8.1
Pengertian Rasio Keuangan Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angkaangka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angkaangka dalam laopran menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat
39
disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne yang dikutip dari Kasmir (2008:104) : “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.” Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukakn antara satu komponen denga komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
2.8.2
Analisis Rasio Keuangan Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan pengendalian keuangan
yang baik adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Secara teoritis, analisis rasio keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti bahwa anlisis laopran keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisis rasio keuangan memiliki manfaat yang dapat ditinjau dari 2 sudut, yaitu : 1.
Pihak intern (Manajemen), digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
2.
Pihak ekstern (Investor), digunakan untuk melihat prospek perusahaan.
40
Setelah mengadakan pengukuran terhadapa laporan
keuangan dan diperoleh
rasio-rasio yang akan diinterpretasikan, analisis laporan keuangan dalam mengadakan analisis rasio keuangan perusahaan, dapat dilakukan dengan 2 macam cara pembandingan yaitu : 1.
Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio pada waktu-
waktu yang lalu (histories ratios) dari perusahaan yang sama 2.
Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio kelompok
perusahaan yang sejenis (rasio industri). 2.8.3
Penggolongan Analisis Rasio Keuangan Ditinjau dari tujuan/informasi kondisi keuangan, rasio keuangan terbagi atas :
2.8.3.1
Rasio Likuiditas (Liquidity ratios) Kita sering mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu
atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajibannya) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya. Fred Weston yang dikutip dari Kasmir (2008:129), menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk
41
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid. 2.8.3.2
Rasio Leverage (Leverage ratios) Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Penggunaan rasio loeverage bagi perusahaan memberikan manfaat yang dapat dipetik, baik rasio rendah maupun rasio tinggi. Menurut Fred Weston yang dikutip dari Kasmir (2008:152), rasio leverage memiliki beberapa implikasi berikut : 1.
Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan pemilik) sebagai marjin
keamanan. Artinya, jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai modal, risiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor. 2.
Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat, berupa
tetap dipertahankannya penguasaan atau pengendalian perusahaan. 3.
Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar. Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio leverage yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun.
42
2.8.3.3
Rasio Aktivitas (Activity ratios) Rasio aktivitas (activity ratios) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliknya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaat sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan mislanya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya, diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan, piutang, dan aktiva tetap lainnya. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini. 2.8.3.4
Rasio Profitabilitas (Provitability ratios) Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
43
Penggunaan rasio profitabilitas dapat digunakan dengan menggunakan perbandingan anatara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi. Pemgukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu : 1.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu 2.
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang 3.
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4.
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5.
Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.8.3.5
Rasio Penilaian Pasar (Valuation ratios) Rasio penilaian (valuation ratio) adalah ukuran yang paling komprehensif
untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh rasio risiko (likuiditas dan solvabilitas) dan rasio hasil pengembalian (aktivitas dan profitabilitas). Rasio ini penting sekali karena hubungannya dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan da kekayaan pemegang saham. Selain itu, rasio ini memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.
2.9
Mengukur Rasio Keuangan Perusahaan
2.9.1
Return On Equity (ROE)
44
Maju mundurnya perusahaan tercermin dari keuntungan yang diperoleh setiap tahun. Suatu perusahaan yang kadang-kadang menderita rugi menandakan bahwa perusahaan itu menghadapi stagnan yang berbahaya. Apabila investor ingin memilih salah satu di antara banyak jenis saham, maka unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi harus dibandingkan untuk untuk mengetahui perusahaan mana yang paling produktif dilihat dari segi return on equity. Samsul (2006:130-131) Berikut beberapa definisi tentang (Return On Equity) ROE. Definisi Return On Equity (ROE) menurut Sutrisno (2005:239) : “Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal sendiri yang dimiliki.”
Definisi Return On Equity (ROE) menurut Sawir (2005:20) : “Return On Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan.”
Definisi Return On Equity (ROE) menurut Tambun (2007:146) : “Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengkur Rate of Return (tingkat imbal hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya.” Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ROE adalah sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan untuk mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Dan dalam penelitian ini saya menghitung ROE dengan menggunakan rumus : Return On Equity (ROE) =
2.9.2
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
45
Berikut beberapa definisi tentang Earning Per Share (EPS). Definisi Earning Per Share (EPS) Menurut Irma Diniarti (2007) : “Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.”
Definisi Earning Per Share (EPS) menurut Sutrisno (2005:239) : “Earning Per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan perlembar saham pemilik.”
Definisi EPS menurut Kieso et.all (2008:379) : “Laba per saham (Earning Per Share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa.” EPS merupakan perbandingan antara jumlah earning after tax (EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio keuangan yang digunakan investor untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki. EPS ini menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada
semua
pemegang
saham.
Perkembangan EPS perusahaan yang tinggi akan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengatasi semua persoalan dan mampu mengatur pengalokasian dana yang diperoleh secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka para investor dapat dengan mantap dan yakin bahwa perusahaan sangat potensial dan mempunyai prospek investasi yang sangat bagus dimasa yang akan datang. Oleh karena itu tujuan investor untuk mendapatkan return yang tinggi dapat tercapai. Semakin tinggi perubahan EPS akan menarik minat investor berinvestasi di perusahaan tersebut. Akibatnya akan saham meningkat dan harga saham meningkat pula. Harga saham yang tinggi akan mendorong investor untuk menjual saham tersebut. Jika saham tersebut terjual dengan harga yang tinggi maka investor akan mendapatkan return yang tinggi. Dan dalam penelitian ini, saya menghitung EPS dengan rumus :
46
2.9.3
Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor
untuk membeli saham. Investor akan membeli saham suatu perusahaan dengan Price Earning Ratio yang tinggi, karena Price Earning Ratio yang tinggi menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi. Berikut beberapa definisi tentang Price Earning Ratio (PER).
Definisi Price Earning Ratio (PER) menurut Sugianto (2008:73) : “Price Earning Ratio adalah rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik, sebaliknya jika PER terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau tidak rasional.”
Definisi Price Earning Ratio (PER) menurut Sutrisno (2005:240) : “Price Earning Ratio adalah suatu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk mengetahui pantas atau tidaknya harga saham perusahaan untuk dibeli atau tidak oleh investor. Dan dalam penelitian ini saya menggunakan rumus : PER =
47
2.10
Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan
Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham 2.10.1
Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham Return On Equity (ROE) adalah suatu angka yang merupakan hasil
perbandingan antara laba dengan total ekuitas. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi angka ROE suatu perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan meningkatnya laba yang dihasilkan perusahan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin besar pula return yang tersedia bagi pemegang saham. Hal ini akan menarik bagi investor maupun calon investor sehingga akan meningkatkan permintaannya terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu, ROE berpengaruh terhadap return saham.
2.10.2
Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Earning Per Share (EPS) diperoleh dari jumlah pendapatan bersih dibagi
dengan jumlah saham yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih penjualan yang siap dibagikan kepada seluruh pemegang saham. Semakin besar nilai EPS menunjukkan semakin besar pula keuntungan (return) yang akan diperoleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. Informasi mengenai EPS sangat penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan apakah investor tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, EPS berpengaruh terhadap return saham. 2.10.3
Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Rasio ini dikelompokkan sebagai rasio penilaian pasar perusahaan yang
membandingkan antara harga saham perusahaan dengan EPS perusahaan. Hal ini berarti PER menunjukkan tingkat pengembalian per lembar saham yang akan diterima pemegang saham dari pembelian satu lembar saham.
48
Hal ini dapat disimak dari apa yang dinyatakan oleh beberapa pakar di bidang keuangan. Salah satu diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Jones (2004:24) : “Most investors intuitively relaize that the P/E Ratio should be higher for companies whose earnings are expected to grow rapidly.” Artinya : “Kebanyakan investor menyadari bahwa Price Earning Ratio seharusnya lebih tinggi bagi perusahaan yang mengharapkan pendapatannya berkembang dengan pesat.” PER menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Menurut Husnan (2006:76) : apabila pasar modal efisien, PER akan
mencerminkan laba perusahaan, semakin tinggi rasio ini, makin tinggi
pertumbuhan laba yang diharapkan pemodal. Kondisi ini tentu saja akan membuat ketertarikan tersendiri bagi investor. PER yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan di masa mendatang cukup baik, sehingga investor bersedia menanamkan dana di perusahaan tersebut. Dengan demikian, PER menunjukkan pengaruh positif terhadap return saham. 2.10.4
Pengaruh Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Kegiatan perdagangan saham dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume
perdagangan (trading volume activity). Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi di bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar yang akan membaik. Peningkatan volume perdagangan diikuti dengan peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Husnan:1998). Volume perdagangan yang besar menunjukkan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh banyak investor. Kecenderungan investor adalah tertarik pada saham yang memberikan return tinggi walau berisiko. Saham yang aktif diperdagangkan sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume besar akan menghasilkan return yang tinggi (Chordia et al., 2000).
49
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
NO
NAMA
JUDUL
VARIABEL
PENELITI
PENELITIAN
PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
50
YARNEST 1
RASIO KEUANGAN PRICE
Uji T : rasio aktivitas
PENGUKUR
EARNING
seperti Price Earning Ratio
KINERJA
RATIO (PER) (PER)
mempunyai
nilai
PERUSAHAAN DAN
signifikan lebih kecil dari
DAMPAKNYA
a=0,05 yang berarti bahwa
TERHADAP
variabel
EKSPEKTASI
parsial
RETURN SAHAM
signifikan
tersebut
secara
berdampak terhadap
ekspektasi return saham Uji
F
:
Baik
rasio
likuiditas,leverage,aktivitas ,profitabilitas
dan
saham
berdampak
signifikan
rasio
terhadap
variabel ekspektasi return saham secara simultan.
2
Achmad
PENGARUH
Earning
Per Uji T : hasil pengujian
Solechan
EARNING,MANAJE
Share (EPS)
hipotesis diperoleh bahwa
MEN
ada pengaruh yang positif
LABA,IOS,BETA,SIZ
antara Earning terhadap
E
return saham
DAN
RASIO
HUTANG
Uji F : Variabel EPS
TERHADAP
berpengaruh
RETURN
signifikan
pada α = 5%
SAHAM
PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BEI 3
D. Agus Harjito ANALISIS
Return
dan
Equity (ROE), hipotesis diperoleh bahwa
Rangga PENGARUH
On Uji T : hasil pengujian
51
Aryayoga
KINERJA
Return
KEUANGAN
On ROE berpengaruh negatif
DAN Assets (ROA), dan
RETURN SAHAM DI Net BURSA
Profit terhadap
EFEK Margin
INDONESIA
tidak
signifikan
return
saham,
sedangkan variabel ROA
(NPM)
dan
NPM
berpengaruh
tidak signifikan
terhadap return saham Uji F : Variabel ROE, ROA,
dan
berpengaruh
NPM
tidak
signifikan
pada α = 5% dengan nilai 0,242.
4
Fauzi
RELATIONSHIP
Trading
Hasil
Mubarik,Attiya
BETWEEN
Y Javid
RETURN,TRADING
(Volume
pengaruh yang signifikan
VOLUME,AND
Perdagangan
antara
STOCK Volume
penelitian
menunjukkan bahwa ada
Volume
VOLATILITY:EVIDEN Saham)
Perdagangan
Saham
CE FROM PAKISTAN
terhadap Return Saham.
STOCK MARKET 5
Deddy Supardi ANALISIS
Return
On Uji
T
dan Suhardi
FAKTOR-FAKTOR
Equity
bahwa hanya variabel EPS
INTERNAL
(ROE),
yang tidak berpengaruh
PERUSAHAAN
Earning Per signifikan terhadap return
DAN
Share (EPS), saham
PENGARUHNYA
dan Debt to Uji
TERHADAP
Equity Ratio bahwa variabel ROE, EPS,
RETURN SAHAM
(DER)
F
:
:
Menunjukkan
Menunjukkan
dan DER secara simultan berpengaruh
signifikan
terhadap return saham.