8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANALISIS FUNDAMENTAL 1. Definisi Analisis Fundamental Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8) mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor yang berhubungan dengan badan usaha. Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik. Analisis fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan harga saham apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Analisis fundamental biasa digunakan oleh investor pasif (investor yang melakukan pembelian aset keuangan dan disimpan dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari satu tahun untuk dijual ketika mendapatkan untung) untuk mengambil sebuah keputusan beli, tahan, dan jual. Pada dasarnya, analisis fundamental merupakan cara untuk menilai seberapa baik kinerja perusahaan (emiten) dan untuk menilai apakah harga saham di pasar wajar atau tidak jika dibandingkan dengan kinerja perusahaan. (Teguh,2014).
9
2. Pendekatan TOP DOWN Pendekatan top down merupakan analisis “gambaran secara garis besar”. Pendekatan ini mendorong manajer investasi untuk menganalisa kondisi makroekonomi agar dapat memperkirakan sektor atau industri yang akan menghasilkan imbal baik di masa mendatang. Sebelum melakukan analisis fundamental biasanya dilakukan pendekatan “TOP DOWN”, yaitu melakukan beberapa analisis yang dilakukan sebelumnya sebagai berikut : a) Analisis Ekonomi Analisis ekonomi merupakan analisis yang mempelajari tentang kondisi perekonomian secara umum dan pengaruhnya di waktu yang akan datang pada suatu negara. Tujuan dari analisis ekonomi adalah untuk membuat keputusan alokasi investasi dana di beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi ataupun kas. Dalam melakukan analisis ekonomi digunakan beberapa ukuran atau indikator ekonomi yaitu : 1) Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah agregat barang dan jasa yang telah di produksi oleh ekonomi nasional dalam suatu periode. Adapun kebijakan yang dilakukan dalam mengatur Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu kebijakan fiskal (mengatur APBN) dan kebijakan moneter (mengatur uang beredar).
10
Dalam memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terdapat 3 indikator: leading indicator (berupa consumer spending, consumer confidence, dan market index), lagging indikator (sebagai indikator yang bergerak mengikuti perubahan ekonomi saat ini seperti tingkat pengangguran), dan coincident indicator (seperti industrial production, personal income, dan retail sales. (Muhardi, 2013) Peningkatan produk domertik bruto (PDB) dalam indikator ekonomi berpengaruh baik (sinyal positif) untuk berinvestasi dan jika PDB mengalami penurunan maka akan berpengaruh buruk (sinyal negatif) untuk berinvestasi. Apabila daya beli meningkat, maka berpengaruh juga terhadap permintaan terhadap barang maupun jasa. 2) Inflasi Inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan sehingga terjadinya kenaikkan harga yang meluas dalam perekonomian makro. Jika suatu negara mengalami peningkatan inflasi dan bersifat tidak menentu maka risiko dari investasi dalam aset keuangan akan meningkat dan kredibilitas mata uang negara tersebut akan melemah terhadap mata uang negara lain (Muhardi, 2013). Peningkatan inflasi dalam indikator ekonomi berpengaruh negatif bagi pasar modal. Pengaruh inflasi terhadap perusahaan
11
menjadikan profit perusahaan turun disebabkan beban biaya yang meningkat. 3) Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi bagi pemodal atau ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh peminjam dalam periode tertentu. Tingkat suku bunga tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi saat ini dan masa mendatang, tetapi juga mencerminkan harapan inflasi dan risiko kredit (Muhardi, 2013). Peningkatan
tingkat
bunga
dalam
indikator
ekonomi
berpengaruh negatif terhadap harga saham. Jika suku bunga naik, akan mengakibatkan
naiknya
premi
risiko
pada
saham.
Adanya
perpindahan dari pasar modal ke pasar uang. Tingkat suku bunga merupakan faktor menentukan besar kecilnya investasi yang akan dilakukan oleh investor. Oleh karena itu, suku bunga rendah merupakan syarat penting mendorong investor untuk berinvestasi. 4) Nilai Tukar Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut (Zainul dan Agus, 2015). Kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil di suatu negara ditujukkan dengan nilai mata uang yang stabil. Ketidakstabilan nilai
12
tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono, 2008:156). Peningkatan kurs rupiah dalam indikator ekonomi akan berpengaruh terhadap mata uang asing yang merupakan sinyal positif bagi perekonomian. Dari pengaruh tersebut juga akan mengakibatkan menurunnya biaya impor bahan baku produksi. 5) Anggaran Defisit Anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran yang direncanakan lebih besar dari penerimaan anggaran (Rahardja dan Manurung, 2004) dalam (Adib, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Algifari (2009) terhadap perekonomian Indonesia berdasarkan data anggaran defisit pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tahun 1990-2007 dengan
partial
adjustment model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran defisit pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode tang sama dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode berikutnya. Anggaran yang defisit merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang sedang resesi, tetapi merupakan sinyal negatif bagi ekonomi yang mengalami inflasi.
13
Pengaruh anggaran defisit ini akan memacu konsumsi dan investasi, akan tetapi di sisi lain akan meningkatkan jumlah uang beredar dan akhirnya inflasi. 6) Investasi Swasta Investasi
swasta
adalah
investasi
yang dilakukan
oleh
masyarakat, khususnya para pengusaha dengan tujuan memperoleh laba. Investasi jenis ini disebut dengan profit motive. Investasi swasta memainkan peranan penting dalam membentuk pola pembangunan di daerah. Investasi tersebut akan menyebabkan terbentuknya modal daerah (regional capital formation). Hal ini merupakan kosekuiensi logis dari terbatasnya sumber daya, tekhnologi dan modal yang dimilki suatu daerah (Roeslan, 1987) dalam (Adrian dan Zulfahmi, 2013). Peningkatan
investasi
swasta
dalam
indikator
ekonomi
merupakan sinyal positif bagi ekonomi. Hal ini dipengaruhi dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan konsumen. 7) Neraca Pembayaran Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan laporan statistik yang meringkas secara sistematis, selama periode waktu tertentu, transaksi ekonomi suatu negara dengan negara-negara lainnya (IMF, 1996). Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara.
14
Neraca pembayaran disusun dengan sistem akuntansi yang dikenal dengan “double entry book” yang mana setiap transaksi akan tercatat dua kali yaitu sebagai debet dan kredit, sehingga pembayaran selalu seimbang (Arif, 2014). Defisit neraca pembayaran dalam indikator ekonomi merupakan sinyal negatif, yang mengharuskan suatu negara untuk melakukan hutang dan menaikkan suku bunga. b) Analisis Industri Analisis Industri merupakan analisis yang mempelajari keadaan kompetitif dari suatu sektor industri dalam hubungannya dengan yang lain serta mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang mempunyai potensi pada suatu sektor industri tertentu. Tujuan dari analisis industri yaitu berdasarkan analisis ekonomi dan pasar modal untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang menguntungkan dan mana saja yang tidak berprospek baik. Berikut ini merupakan indikator penting dalam analisa industri yaitu : 1) Penjualan Penjualan merupakan
suatu usaha
yang terpadu untuk
mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan, 1991).
15
2) Laba Laba merupakan selisih positif antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang di keluarkan untuk mendatangkan bala. Chariri dan Ghozali (2007) dalam Widhi (2011) mengungkapkan pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah
laba
akuntansi
yang
merupakan
selisish
pengukuran
pendapatan dan biaya. 3) Deviden Deviden adalah bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Darmaji dan Fakhruddin, 2011). Besarnya deviden yang akan dibagikan kepada peegang saham tergantung pada jumlah saham yang dimilki pemegang saham. 4) Struktur Modal Struktur modal merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland, 1992). 5) Regulasi Regulasi adalah sesuatu yang tidak bebas karena di dalam proses pembuatannya pasti terdapat tarik menarik kepentingan yang kuat antara kepentingan publik, pemilik modal dan pemerintah. 6) Inovasi Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004)
16
menganggap inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan
teknologi
dan
informasi
untuk
mengembangkan,
memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri. c) Analisis Keuangan Perusahaan (Fundamental) Analisis Keuangan Perusahaan (Fundamental) merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis keuangan perusahaan, biasanya dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang akan digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio pasar. B. VALUASI SAHAM BIASA Menurut Eguene dan Joel (2009:407) yaitu saham biasa mencerminkan suatu kepentingan kepemilikan di dalam sebuah perusahaan, tetapi bagi seorang investor saham biasa hanyalah selembar kertas yang didirikan oleh dua sifat : a. Saham memberikan hak atas deviden kepada pemiliknya, asalkan perusahaan memiliki keuntungan untuk membayarkan deviden dan asalkan manajemen
memutuskan
untuk
membayarkan
deviden
dan
menginvestasikan kembali seluruh keuntungan yang diperoleh. b. Saham dapat dijual di suatu tanggal di masa mendatang, harapannya tentu dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga belinya. Jika saham tersebut ternyata dijual dengan harga diatas harga belinya, maka investor akan menerima keuntungan modal.
17
Terdapat tiga jenis analisis penelitian dalam valuasi saham biasa (Zainul, 2008) yaitu : 1. Capital Aset Pricing Model (CAPM) Harga wajar (intrinsik value) asset finansial sama dengan nilai sekarang (presen value) arus kas dimasa mendatang yang di diskontokan dengan required rate of return atau discount rate. Untuk menetapkan required rate of return tidaklah mudah. Sering kali tidak realistis dalam menetapkannya. CAPM (Capital Asset Pricing Model) dapat digunakan untuk menetapkan required rate of return dalam menilai saham biasa (Porman, 2008:241). 2. Relative Valuation Techniques (RV) Relative Valuation Techniques adalah sebuah pendekatan yang sering digunakan oleh praktisi sekuritas (zainul,2008:9). Melalui pendekatan ini, analisis menggunakan PER dan PBV sebagai alat pembanding untuk melakukan penilaian saham tersebut. Melalui pendekatan ini juga untuk menghindari penilaian terhadap growth dan tingkat imbal hasil yang diharapkan, karena sering memberikan asumsi berbeda dari setiap analis. 3. Discounted Cash Flows Techniques (DCF) Discounted Cash Flows Techniques adalah teknik dengan menilai cash flows yang diterima masa akan datang menjadi nilai sekarang dengan tingkat bunga yang diharapkan oleh investor, atau sering juga dikenal dengan capitalization of income method (Zainul, 2008)
18
Peneliti menggunakan model valuasi Discounted Cash Flows Techniques (DCF) dikarenakan apabila metode ini digunakan untuk menghitung nilai wajar suatu perusahaan yang pemasukan laba/cash flownya stabil, sehingga kestabilan pemasukan dan pertumbuhannya menjadi lebih bisa diprediksi. Metode Discounted Cash Flows Techniques (DCF) digunakan peneliti juga dikarenakan metode ini menggunakan unsur-unsur dalam rasio keuangan yang dikaitkan dengan deviden, earnings per share, deviden per share dan deviden payout ratio. C. ANALISIS RASIO KEUANGAN 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancarnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dipunyai perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun, relatif terhadap besarnya hutang-hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun).
19
Berikut ini rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) :
2. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Margin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba bersih atas penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebaagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan disini adalah laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. Semakin tinggi margin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan.
20
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba bersih :
3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, biasanya disebut dengan rasio leverage. a. Rasio Total Utang terhadap Asset (Debt to Asset Ratio) Rasio ini sering disebut dengan leverage ratio. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi.
Penggunaan
financial
leverage
yang tinggi
akan
meningkatkan rentabilitas modal saham (Return on Equity/ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham akan menurun cepat pula. Semakin besar nilai rasionya maka semakin besar hutang perusahaan, artinya semakin besar kewajiban ke pihak lain. Berikut ini merupakan rumus perhitungannya sebagai berikut :
21
4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan asset-asset yang dimilikinya. a. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) Perputaran total aset atau total asset turnover merupakan rasio yang digunakan untuk menilai setiap rupiah asset yang dapat menghasilkan sekian rupiah penjualan. Semakin tinggi nilai total asset turnover berarti perusahaan semakin baik mengelola assetnya. Berikut ini rumus untuk menghitung kemampuan asset menghasilkan penjualan (total asset turnover) :
5. Rasio Pasar Rasio pasar merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan informasi penting dari perusahaan yang di ungkapkan dalam bentuk kinerja saham. a. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Laba per lembar saham (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) berguna memberikan informasi kepada para pihak
22
luar (ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang beredar. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung laba per lembar saham :
b. Rasio Harga terhadap Laba (Price Earnings Ratio/PER) Rasio perbandingan harga terhadap laba merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Rasio ini lazim dipakai untuk mengukur harga pasar (market price) setiap lembar saham biasa dengan laba perlembar saham. Rasio ini digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Berikut ini rumus untuk menghitung rasio harga terhadap laba :
c. Harga untuk Nilai Buku (Price to Book Value) Harga saham untuk nilai buku merupakan perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai buku perusahaan, sehingga investor dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued. Berikut ini untuk menghitung harga untuk nilai buku :