BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Keberadaan lembaga keuangan sebagai sumber pembiayaan dalam
mendukung pembangunan sangat diperlukan. Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Keduanya merupakan lembaga intermediasi keuangan. Menurut Kasmir (2008:2) pengertian lembaga keuangan yaitu: “Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau keduaduanya.” Peran serta lembaga keuangan bagi pembangunan ekonomi, terutama peranan perbankan sangatlah besar dalam memajukan perekonomian. Lembaga keuangan yang kita sebut bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang dalam menjalankan aktivitas keuangan baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan tidak akan terlepas dari dunia perbankan. 2.1.1
Pengertian Bank Perkataan Bank berasal dari bahasa Italia yaitu “banco” yang berarti
kepingan papan yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan buku atau sejenis meja. Fungsi ini kemudian berubah semakin luas yaitu sebagai meja tempat menukarkan uang. Aktifitas ini dilakukan oleh para pemberi pinjaman (kreditor) dan para penukar uang di Eropa untuk menunjukkan/mempamerkan uang mereka kepada para pedagang dan orang-orang yang tengah berlayar. Aktifitas ini telah mulai dilakukan pada abad pertengahan dan dari sinilah timbul istilah “bank”.
16
Dalam arti sempit bank adalah sebuah tempat dimana uang disimpan dan dipinjamkan sedangkan dalam pengertian sehari-hari, bank merupakan tempat penyimpanan uang bagi masyarakat yang kekurangan dana. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang Republik indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, yaitu : “Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Menurut Kasmir (2008:11), bank secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya” Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah salah satu usaha lembaga keuangan yang bertujuan menghimpun dana dan memberikan kredit serta jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral, dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. 2.1.2
Fungsi Bank Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan sebagai financial intermediary. Secara spesifik seperti yang dikemukakan oleh Budisantoso (2006:9), bank dapat berfungsi sebagai berikut:
17
1.
Agent of Trust (Jasa dengan kepercayaan) Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya oada debitur atau masyarakat aoabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Pihak
bank
percaya
bahwa
debitur
tidak
akan
menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 2.
Agent of Development (Jasa untuk pembangunan) Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut akan selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan
perekonomian
di
sektor
riil.
Kegiatan
bank
tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investas-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. 3.
Agent of Services (Jasa pelayanan) Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa
18
jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution), tetapi juga sebagai lembaga moneter (monetary institutions). 2.1.3
Jenis-Jenis Bank Bank
memiliki
jenis
yang
beragam.
Jenis-jenis
bank
tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008:84) dijelaskan macam-macam bank, yaitu: 1.
Bank berdasarkan kegiatan usaha yang dilakukan
A.
Bank Umum Bank umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha bank umum diantaranya adalah: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka,
sertifikat
deposito
dan
lainnya
yang
dapat
dipersamakan dengan itu b. Memberikan kredit c. Menerbitkan surat pengakuan utang d. Memindahkan uang e. Menempatkan dana, meminjam dana dari, meminjamkan dana kepada pihak lain f. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga g. Melakukan penitipan barang berharga h. Melakukan kegiatan anjak piutang i. Menyertakan modal pada bank atau perusahaan lain j. Menyertakan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
19
k. Pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai peraturan undang-undang l. Membeli sebagian atau seluruh agunan m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sejauh tidak melanggar undang-undang tentang perbankan B.
Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha yang dilakukan adalah : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan b. Memberikan kredit c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syariah sesuai ketentuan Bank Indonesia d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka dan atau tabungan pada bank lain. Selain jenis bank di atas, menurut Kasmir (2008:20) bahwa jenis bank juga dapat dibedakan atas dasar statusnya, yaitu meliputi: 1. Bank devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 2. Bank non devisa, yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara. 2.1.4 Dana Bank 2.1.4.1 Pengertian Dana Bank Bank merupakan jantung dan urat nadinya perdagangan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Bank baru dapat melakukan operasionalnya jika dananya telah ada. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar peluangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuannya. Oleh
20
karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh sarana yang optimal tetapi dengan cost of money yang wajar. Dana bank adalah semua utang dan modal
yang
tercatat
pada
neraca
bank
dalam
rangka
kegiatan
penyaluran/penempatan dana. Pemilihan sumber dana bank akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari modal sendiri. “sumber dana perbankan adalah dana pihak ketiga mencakup dana milik non residen dan pemerintah.” (Bank Indonesia2001:116) Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengertian sumber dana adalah dana pihak ketiga yang dihimpun dan mempunyai jangka waktu pendek maupun panjang dan tidak termasuk modal, karena modal perbankan pada priode ini tidak berkembang secara signifikan dan kemampuan pemilik (Pemerintah RI) untuk menambah modal tidak merupakan perioritas pemerintah. 2.1.4.2 Sumber-Sumber Dana Bank Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana bank dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya. Sumber dana yang dipilih dapat disesuaikan dengan penggunaan dana. Sumber-sumber dana yang ada dapat diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas atau lembaga keuangan lainnya Dari beberapa pendekatan tersebut maka secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari: 1.
Dari bank itu sendiri
2.
Dari masyarakat luas
3.
Dari lembaga lainnya Yang penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber
dana yang tersedia. Bagi bank pengelolaan sumber dana dari masyarakat luas terutama dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan dan Deposito adalah sangat penting. Adapun jenis dana yang di dapat oleh bank antara lain:
21
1.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana pihak I) Menurut Leon and Ericson (2007:32) “dana yang bersumber dari modal
sendiri yang berasal dari setoran pemegang saham, agio saham, laba ditahan dan cadangan yang merupakan bagian laba yang disisihkan”. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri (pihak I) yang terdiri dari : a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemegang saham baru. b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh bank dan sementara waktu belum digunakan. c. Laba bank yang belum dibagikan, yaitu merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham. Keuntungan dari sumber dana sendiri ini adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lainnya, mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan. Sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif lebih lama. 2.
Dana pinjaman dari pihak luar (pihak II) Dana pihak kedua merupakan dana yang bersumber dari lembaga lain.
Menurut Leon and Ericson (2007:32) “dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut: a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank-bank lain yang mengalami kesulitan likuiditasnnya. b. Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring dan tidak mampu membiayai kekalahannya. c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.
22
d. Surat berhaga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. e. Long term debt diperoleh antara lain dengan melakukan penerbitan obligasi. Seperti SBPU, instrument ini merupakan kertas komersial atau surat berharga namun mempunyai jangka waktu panjang (lebih dari 5 tahun) dan dapat diperdagangkan dipasar modal. Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak kedua terdiri dari pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negri, pinjaman dari bank sentral (BI), dan Surat Berharga. 3.
Dana yang berasal dari masyarakat luas (pihak III) Menurut Kuncoro dan Suharjono (2002:155) dana masyarakat
merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat.” Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan yaitu: a
Simpanan Giro Adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan / menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet Giro untuk pemindahan bukuan (Dendawijaya, 2006:49).
b
Simpanan Tabungan Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008:57) adalah “simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.”
c
Simpanan Deposito. Menurut
(Kuncoro
dan
suhardjono,2002:193)
Deposito
adalah
“simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya
23
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.” Berdasarkan pendekatan tertulis diatas yang dimaksud sumber dana dalam penulisan ini adalah sumber dana pihak ketiga yaitu Tabungan, Deposito dan Giro. 2.1.4.3 Alokasi Dana Bank Alokasi atau penempatan dana-dana yang dipegang oleh suatu bank terdiri dari aktiva yang tidak menghasilkan dan aktiva yang menghasilkan. Aktiva yang menghasilkan terdiri dari primary reserve dan penanaman aktiva tetap. Sedangkan aktiva yang menghasilkan terdiri dari secondary reserve yang terdiri dari kredit yang diberikan dan investasi dana jangka panjang (penyertaan). Menurut Kasmir (2008:95) “alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan.” Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:217), penggunaan dana bank secara umum di bagi menjadi dua bagian utama, yaitu: 1.
Aktiva yang tidak menghasilkan Aktiva yang tidak menghasilkan merupakan penempatan dana oleh bank dalam aset yang tidak menghasilkan keuntungan secara finansial, akan tetapi penempatan tersebut harus dilakukan oleh bank untuk memenuhi kewajiban kepada nasabah dan untuk kepentingan bank sendiri. Penanaman tersebut terdiri dari: a
Primary reserve, merupakan cadangan utama yang wajib di pelihara bank demi memenuhi kewajiban likuiditasnya. Primary reserve terdiri dari kas dan saldo giro di Bank Indonesia.
b
Penanaman dana dalam aktiva tetap, sebagai sarana dan prasarana untuk mendukung operasional kegiatan usaha bank. Meliputi aktiva tetap yang tidak bergerak seperti gedung dan tanah, dan aktiva yang bergerak seperti kendaraan dan komputer.
24
2.
Aktiva yang menghasilkan Aktiva yang menghasilkan merupakan penempatan dana oleh bank dalam aset yang menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Penempatan tersebut umumnya terdiri dari : a
Secondary reserve, adalah penempatan dana yang di maksudkan bukan hanya untuk menghasilkan keuntungan, akan tetapi juga di maksudkan sebagai cadangan penyangga (buffer) posisi primary reserve.
b
Pinjaman yang di berikan (kredit), adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan baik bersifat langsung maupun tidak langsung.
c
Investasi Dana Jangka Panjang, betujuan untuk memperoleh keuntungan (misalnya penanaman dalam surat berharga, obligasi, saham), dalam rangka penyelamatan kredit dari suatu usaha yang sedang bermasalah (misalnya pengambilalihan aset oleh bank dan penyertaan modal), dan perluasan bidang usaha.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mencerminkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Kemampuan perusahaan untuk mengelola perusahaannya dapat dilihat baik buruknya dari laporan keuangan. Dari laporan keuangan dijadikan perbandingan kinerja perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. Laporan Keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2011)
25
Sedangkan menurut (Brigham and Houston, 2010:84), yaitu : “Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis diatasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset yang nyata yang berada di balik angka tersebut” . Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu aktivitas dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. 2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angkaangka dalam satuan moneter. SFAC No.1 menyatakan tujuan dari laporan keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pembuatan keputusan bisnis dan ekonomis oleh investor yang ada dan yang potensial, kreditor, manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya (Fahmi, 2011). Penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut menurut Bastian dan Suhardjono (2006:236) dimaksudkan untuk memenuhi laporan keuangan sebagaimana yang telah diatur, sebagai berikut: 1.
Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewaiban serta ekuitas suatu perusahaan
2.
Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba
3.
Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna laporan dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba
4.
Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi
26
5.
Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebutuhan akuntasi yang dianut perusahaan Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasi atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan perusahaan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dalam hal ini akan tergantung dari laporan keuangan oleh pihak manajemen. 2.2.3
Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Laporan keuangan tidak dapat menyediakan seluruh informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Menurut Kasmir (2004:241) pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank sebagai berikut: 1.
Pemegang Saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Bagi pemilik dengan adalanya laporan keuangan ini, akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah dividen yang akan mereka terima. Kemudian adalah untuk melihat kinerja pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang diberikannya.
2.
Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah
27
ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu. 3.
Manajemen Laporan keuanagn bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-targer yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang diperoleh dan pengembangan aset-aset yang dimilikinya.
4.
Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya.
5.
Masyarakat Luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan
terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini dapat diperoleh dari laporan keuangan yang ada di laporan keuangan. 2.2.4
Analisis Laporan Keuangan Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna,
apabila hanya dilihat sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari hubungan-hubungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
28
Menurut Harahap (2004:190). Analisis laporan keuangan adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Sedangkan menurut Syamsudin (2002:37): “Analisis laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan dimasa lalu, saat ini dan kemungkinan dimasa depan.” Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu, kegunaan atau manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada kemampuan dan keterampilan analisisnya dalam menginterpretasikannya. 2.2.4.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa mendatang. Hal ini merupakan hal terpenting dari suatu analisis laporan keuangan. Investor pada prinsipnya sangat memperhatikan tingkat profitabilitas perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang diperoleh. Sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang. Menurut Prastowo dan Julianty (2005:57), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah: “Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tertekan dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangganpertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.”
29
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisis laporan keuangan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan kesalaha proses akuntansi. 2.3
Tingkat Kesehatan Bank
2.3.1
Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Kinerja suatu bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank
tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah ban trsebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui bank Indonesia dengan cara bank-bank diharuskan membuat laporan yang baik bersifat rutin ataupun berkala mengenai seluruh aktifitasnya. Dari laporan ini dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi kesehatannya akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya. Sedangkan pengertian tingkat kesehatan menurut Triandaru (2008:51) yaitu : “ Tingkat Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.” Pengertian tentang tingkat kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatannya tersebut meliputi : 1
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat dari lembaga lain, dan dari modal sendiri
2
Kemampuan mengolah data
30
3
Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4
Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain
5
Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan
berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMELS. Analisis ini terdiri dari aspek capital, asset, management, earning, liquidity dan sensivity of market. Hasil dari masing-masing aspek ini kemudian akan menghasilkan kondisi suatu bank. 2.3.2 Permodalan (Capital) Menurut Triandaru (2008:53) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilai komponenkomponen sebagai berikut : 1
Komposisi permodalan
2
Aktifa produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
3
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)
4
Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
5
Akses kepada sumber permodalan Berdasarkan ketentuan yang berlaku bank-bank diwajibkan untuk
memelihara kewajiban penyediaan modal minimum sekurang-kurangnya 8%. Ini berarti bahwa CAR dari suatu bank umum sekurang-kurangnya harus mencapai 8%. Penilaian CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
Total Modal x 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
31
2.3.3. Kualitas Aset (Asset Quality) Menurut Triandaru (2008:53) Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering disebut sebagai aktiva produktif. Di dalam menganalisis suatu bank pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif bank secara cermat tidaklah pentingnya. Kualitas aktiva produktif suatu bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembemukan cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait dan sebagainya. 2.3.4
Manajemen (Management) Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat atau
tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan atau manajemen suatu bank akan mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank. Pengelolaan yang baik terhadap suatu bank diharapkan akan menciptakan dan memelihara kesehatannya. Menurut
Triandaru
(2008:53)
penilaian
terhadap
faktor-faktor
manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut : 1 Manajemen umum 2 Penerapan sistem manajemen risiko 3 Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
32
2.3.5
Rentabilitas (Earnings) Menurut Triandaru (2008:54) Salah satu parameter untuk mengukur
tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui apabila suatu bank mengalami kerugian dalam operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan menghilangkan modalnya. Bank kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat. Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua buah resiko, yaitu rasio laba sebelum pajak dengan dua belas bulan terakhir dengan rata-rata volume usaha dalam periode yang sama dan rasio biaya operasional dalam dua belas bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. 2.3.6
Likuiditas (Liquidity) Menurut Triandaru (2008:54) Pengukuran satu rasio antara jumlah
kredit yang diberikan dan jumlah dana yang diterima merupakan salah satu komponen dalam faktor likuiditas. Berdasarkan ketentuan lama, suatu bank umum diberikan predikat “tidak sehat” (dengan nilai kredit=0) untuk rasio-rasio LDR sebesar 110% atau lebih dari dan diberikan predikat “sehat” (dengan nilai kredit=100) untuk rasio LDR kurang dari 110%. Berdasarkan ketentuan baru, pengukuran likuiditas dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian terhadap komponen lainnya. LDR dapat dirumuskan sebagai berikut.
=
2.3.7
jumlah kredit yang diberikan x 100% dana pihak ketiga + KLBI + Modal Inti
Sensivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) Menurut Triandaru (2008:54) Penilaian pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor sensivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut.
33
1
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga
2
Modal atau cadangan yan dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement)
3 2.4
Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar Dana Pihak Ketiga
2.4.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga Kemampuan bank dalam memperoleh sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber dana, bank harus
mempertimbangkan
beberapa
faktor
seperti
kemudahan
untuk
memperolehnya, jangka waktu sumber dana serta biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. Dalam hal ini, sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang berasal dari masyarakat atau yang disebut dana pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidak sulit, bank hanya perlu menarik minat masyarakat dengan memberikan layanan produk yang mudah syarat dan ketentuannya. Menurut Kuncoro (2002;155) “Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan produk simpanan yang dimiliki oleh bank”. Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:97) mengungkapkan bahwa: “Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito berjangka (time deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan”.
34
Dan Menurut Kasmir (2006:64) “Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari masyarakat ini merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Sesuai dengan yang telah dikemukakan diatas bahwa dana pihak ketiga merupakan salah satu pendapatan yang paling utama dalam bank. Jika pihak bank tidak memiliki strategi yang baru maka para nasabah tidak akan bertambah, dan berdampak pada berkurangnya dana pihak ketiga. Dan apabila pihak bank selalu memiliki strategi dan ide baru untuk meningkatkan jumlah para nasabahnya, maka dengan sendirinya dana pihak ketiga akan meningkat. Salah satu untuk meningkatkan dana pihak ketiga pada bank yaitu dengan melakukan promosi, penjualan produk baru, iklan, publisitas bank itu sendiri, dan lain-lain. . 2.4.2
Jenis-Jenis Sumber Dana Pihak Ketiga
2.4.2.1 Giro (Demand Deposit) Giro merupakan deposito yang dapat di tarik setiap saat dengan menggunakan alat pembayaran seperti cek, bilyet giro, surat perintah bayar yang lain ataupun surat pemindahbukuan yang lain. Giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah. Pengertian giro menurut Taswan (2008:89) mengatakan bahwa: “Giro
merupakan
simpanan
masyarakat
pada
bank
yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain”.
35
Sedangkan menurut Hadinoto (2008:253) mengatakan bahwa: “Giro merupakan simpanan pihak ketiga baik dalam rupiah maupun valuta asing, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah lainnya atau dengan cara pemindah bukuan”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa giro merupakan simpanan masyarakat yang pengambilannya dapat dilakukann dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain. Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sangat labil, karena pemegang rekening giro dapat menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki jatuh tempo.Perkembangan rekening giro pada bank bukan hanya berdasarkan kepentingan bank semata-mata, melainkan kepentingan masyarakat modern juga, karena giro adalah uang giral yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran melalui penggunaan cek. 2.4.2.2 Deposito (Time Deposit) Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Kepada setiap deposan (pemilik deposito) akan diberikan imbalan bunga atau depositonya. Bagi bank bunga yang diberikan kepada para deposan merupakan bunga tertinggi. Jika dibandingkan dengan simpanan giro dan tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank di anggap sebagai dana modal. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit.
36
Pengertian deposito menurut Taswan (2008:103) adalah: “Deposito merupakan simpanan masayarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa deposito merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
berdasarkan
perjanjian
antara
penyimpan
dengan
bank
yang
bersangkutan. Persainganyang ketat dalam penghimpunan dana antar bank telah memunculkan produk-produk baru dalam penghimpunan dana. produk-produk baru tersebut adalah: a
Deposito Berjangka Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu, jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai 24 bulan. Deposito diterbitkan atas nama baik seseorang atau lembaga, artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
b
Sertifikat Deposito Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6 dan 12 bulan.Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat. Artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu.
c
Deposit On Call Merupakan deposito yang berjangka waktu 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar. Pencairan bunga dilakukan pada saat pencarian deposit on call dan
sebelum deposit on call terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. 2.4.2.3 Tabungan (Saving Deposit) Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syaratsyarat tertentu bagi pemegangnya dan persyaratan masing-masing bank berbeda satu sama lainnya. Disamping persyaratan yang berbeda, tujuan nasabah
37
menyimpan uang direkening tabungan juga berbeda.Dengan demikian sasaran bank dalam memasarkan produknya juga berbeda sesuai dengan sasarannya. Pengertian tabungan menurut Taswan (2008:95) adalah: “Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu”. Sedangkan menurut Hadinoto (2008:25) tabungan adalah: “Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya
dapat
dilakukan
menurut
syarat-syarat
tertentu”. Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008:57) adalah “simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu tang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.” Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tabungan merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktuwaktu tetapi dengan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan juga tidak dapat diambil dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu.Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikannya hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikannya tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu. Tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang lebih relatif fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana melebihi tabungan termasuk lebih murah daripada deposito tapi lebih mahal dibandingkan giro. Menurut Kasmir (2007:74), ada beberapa penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing, serta menggunakan sarana yang mereka
38
inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Buku tabungan 2. Slip penarikan 3. Kwitansi 4. Kartu yang terbuat dari plastik”. Penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut: 1
Buku Tabungan Merupakan buku yang dipegang oleh nasabah.Buku tabungan ini berisicatatan saldo tabungan, transaksi penarikan, transaksi penyetoran, dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi pada tanggal tertentu.
2
Slip Penarikan Merupakan formulir untuk menarik sejumlah uang dari rekening tabungan. Formulir penarikan ini disebut juga slip penarikan biasanya digunakan bersamaan dengan buku tabungan.
3
Kwitansi Merupakan formulir penarikan dan juga merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan.
4
Kartu yang terbuat dari plastik Seperti kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik bank maupun mesin Automated Teller Machine (ATM).
2.5
Modal Bank Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Menurut Dendawidjaya (2006:38), modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas:
39
1.
Modal Inti Komponen modal inti ini prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangannya yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut: a. Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah diatur secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham Merupakan selisih lebih setorn modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Cadangan umum Merupakan cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggita sesuai anggaran masingmasing d. Cadangan tujuan Bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan umum rapat pemegang saham e. Laba ditahan Saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan f. Laba tahun lalu Laba bersih bertahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota g. Laba tahun berjalan Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yan laporan keuangannya dikonsolidasikan bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti
40
anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. 2.
Modal Pelengkap Modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi
aktivaserta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif.” Menurut komponen dari modal pelengkap, yaitu : 1
Cadangan revaluasi aktiva tetap merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki bank.
2
Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif ( maksimum 1,25% dari ATMR).
3
Modal pinjaman merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat – warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti).
4
Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya.
2.5.1
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Ketentuan tentang penyediaan modal minimum bank umum yang berlaku
di Indonesia mengikuti standar bank of international settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang tercantum dalam komitmen dan kontijensi). ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot
41
risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut. ATMR ini menunjukkan nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. 2.5.2
Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas harus menyesuaikan diri
terhadap perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. Untuk itu pula maka bank Indonesia mengeluarkan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa mengabaikan resiko. Pengertian Capital Adequacy Ratio(CAR) menurut Kuncoro dan Suhardjono (2004:562) sebagai berikut: “Capital Adequacy Ratio merupakan kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resikoresiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.” Menurut Bank Indonesia menjelaskan bahwa: “Capital Adequacy Ratio adalah penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga maupun risiko pasar”.(Nomor 9/13/PBI/2007) Sedangkan pengertian Capital Adequacy Ratio menurut Menurut Susilo, dkk. (2007:27), sebagai berikut: “CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai sesuatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).” 42
Besarnya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank menurut Taswan (2006:383) dapat dihitung sebagai berikut: =
100%
Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal minimum bank yang digunakan untuk penyangga aktiva yang mengandung atau dapat menghasilkan resiko dimana modal bank tersebut terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Menurut Kasmir (2006:43) menyatakan bahwa sesuai ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal harus 8 %. Peraturan Bank Indonesia No. 3/ 21/ PBI/ 2001 pasal 2 tentang kewajiban modal minimum bank yang menetapkan bahwa rasio kecukupan modal harus mencapai 8% yang diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dalam pasal 2 menyatakan bahwa : “Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari asset tertimbang menurut risiko.” Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal (modal inti dan pelengkap) dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Secara rinci ketentuan tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) dari Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
43
Tabel 2.1 Standar Pengukuran Tingkat CAR Tingkat Predikat 8% ke atas 6,4% – 7,9% Di bawah 6,4%
Sehat Kurang sehat Tidak sehat
Sumber : www.bi.go.id
Menurut Standar Bank for International Settlement (BIS) menyebutkan bahwa masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian dalam menerapkan prinsip-prinsip perhitungan kecukupan permodalan bank dengan meyesuaiakan kondisi ekonomi di suatu negara. Indonesia sendiri melakukan penyesuaianpenyesuaian dikondisikan dengan keadaan ekonominya dengan tingkat rasio kecukupan modal atau CAR untuk perbankan Indonesia adalah minimum 8%. CAR ini diwajibkan dinilai setiap bulannya sehingga dapat dipantau perkembangannya. Dimana perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara lengkap dapat dijelaskan seperti dibawah ini: a.
Dasar perhitungan kebutuhan modal Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Pengertian aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR terhadap masingmasing pos aktiva diberikan bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah penjamin, serta sifat anggunan. Dapat ditambahkan bahwa untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot risiko dihitung
berdasarkan
besarnya
penarikan
kredit
pada
tahap
yang
bersangkutan.
44
b.
Bobot risiko aktiva neraca Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diatas, maka rincian bobot risiko untuk semua aktiva neraca bank baik dalam rupiah maupun valuta asing sebagai berikut: 0%
: 1) Kas 2) Emas dan mata uang emas 3) Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh: a) Pemerintah pusat Republik Indonesia b) Bank Indonesia c) Bank sentral negara lain d) Pemerintah pusat negara lain 4) Tagihan yang dijamin dengan uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, depisoto dan tabungan pada bank yang bersangkutan sebesar nilai jaminannya. Jaminan jenis ini dalam laporan bulanan dilaporkan dengan sandi golongan penjamin dari bank yang bersangkutan.
20%
: Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh: 1) Bank-bank di dalam negeri (termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri) 2) Pemerintah daerah di Indonesia 3) Lembaga non departemen di Indonesia 4) Bank-bank pembangunan multilateral 5) Bank-bank utama (prime bank) di luar negeri
50%
: 1) Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni. 2) Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusar negara lain.
45
100% : 1) Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh: a) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) b) Koperasi c) Perusahaan swasta d) Perorangan e) Lainnya 2) Penyertaan yang tidak dikonsolidasikan termasuk penyertaan pada bank lain 3) Aktiva tetap dan inventori (nilai buku) 4) Rupa-rupa aktiva 5) Antar kantor aktiva neto yaitu kantor aktiva dikurangi pasiva. 2.5.3 Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (CAR) Melihat fungsi dari Bank Capital diatas timbul suatu pertanyaan bagaimana atau beberapa capital suatu bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya, dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh besar. Menurut Amaliawati (2001:42), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi CAR dapat diartikan sebagai berikut: 1.
Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan apabila suatu bank dipimpin/dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas tinggi yang ditinjau dari berbagai aspek, maka hasilnya tentu akan berlainan dengan bank yang dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas rendah dan tidak kompak.
2.
Tingkat likuiditas yang dimilikinya. Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat terbatas dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, akan ada kemungkinan penyediaan likuiditas tersebut akan diambil dari permodalannya. Dengan demikian akan dirasakan oleh manajemen bank yang bersangkutan, betapa terbatasnya modal yang dimiliki oleh bank.
46
3.
Tingkat kualitas dari asset Suatu bank yang banyak memiliki debitur dan non earning assets lainnya yang kurang produktif maka sudah dapat dipastikan bank tersebut tidak melaksanakan kegiatannya secara lancar.
4.
Struktur dari depositonya
5.
Tingkat Kualitas dari Sistem dan Operating Prosedurnya
6.
Tingkat Kualitas dan Karakter dari Para Pemilik Sahamnya
7.
Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang
8.
Riwayat Pemupukan Modal dan Pertautan Pembagian Laba ynag Diperolehnya.
2.6
Penilaian Likuiditas (Liquidity) Likuiditas (Liquidity) menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana
bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Menurut Martono dan Harjito (2002:89) pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit layak yang disetujui. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Berdasarkan Pakfeb 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut sebagai berikut: 1.
Perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar yaitu kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga Pasar Uang dalam Rupiah yang diendors bank lain, dan
2.
Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.
47
Nilai Kredit
Predikat
81-100
Sehat
66-80
Cukup sehat
51-66
Kurang sehat
0 - <51
Tidak sehat
Sumber: Kasmir (2006:261) Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:54) penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1 bulan; 2. One month maturity mismatch ratio; 3. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio / LDR); 4. Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang; 5. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti; 6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management / ALMA); 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasa modal atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan 8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK). 2.6.1 Pengertian Likuiditas Bank Likuiditas bank sangat penting karena besar likuiditas wajib minimum (LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank telah ditetapkan Bank Indonesia selaku bank sentral. Dimana likuiditas bank menurut Hasibuan (2002:94), sebagai berikut: “Likuiditas (cash ratio) bank adalah kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasai.”
48
Sedangkan menurut Wahdi yang dikutip oleh Hasibuan (2002:94) sebagai berikut: “Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak.” Likuiditas bank diartikan sebagai kemampuan penyediaan alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar. Pengukuran suatu rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dan jumlah dana yang diterima merupakan salah satu komponen dalam faktor likuiditas. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:280) menyatakan dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul antara lain sebagai berikut: 1.
Risiko Pendanaan (funding risk) Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan risiko pendanaan adalah penarikan deposito dan pinjaman dalam jumlah besar yang tidak dapat di duga sebelumnya, atau jatuh tempo (maturity profile) dari aset mauoun liabilitas tidak terdeteksi dan sebagainya.
2.
Risiko Bunga (interest risk) Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh. Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang
disebabkan oleh
adanya
kekurangan
dana,
sehingga dalam
memenuhi
kewajibannya bank tidak perlu harus mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan kerugian yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terjadi dan terus berlanjut tidak menutup kemungkinan akan terjadi erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank.
49
2.6.2
Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.25/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank sebagai berikut: 1.
Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
2.
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.
3.
Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
4.
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
5.
Modal pinjaman.
6.
Modal inti. Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut: =
ℎ
100%
Dimana menurut Kasmir (2003:261) Loan to deposit ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut:
50
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2.
Untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas normal toleransi berkisar antara 85% sampai 100% (Dendawijaya, 2005:117). 2.7
Pengertian Rasio Profitabilitas Profitabilitas bank merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan
laba. Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang ditetapkan. Menurut Fahmi (2011:135) Rasio profitabilitas adalah : “Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.” Sedangkan menurut Harahap (2004:304) : “ Rasio profitabilitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.” Profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan. Tentu saja, perusahaan besar diharapkan lebih banyak laba daripada perusahaan kecil, jadi untuk memfasilitasi perbandingan lintas perusahaan, total laba diekspresikan dalam basis per-dolar. Misalnya, pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba yang telah dihasilkan untuk setiap dollar yang telah mereka investasikan dalam
51
perusahaan. Demikian pula, margin laba memberitahu kita laba yang dihasilkan oleh setiap dolar penjualan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, dimana kemampuan perusahaan tersebut didapat dari kegiatan usaha perusahaan dari kelebihan modal yang dikeluarkan setelah dikurangi beban – beban selama melakukan usaha. 2.7.1
Ukuran Profitabilitas Kinerja
perbankan
dapat
digunakan
dengan
mengukur
rata-rata
profitabilitas perbankan. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang sering dipergunakan dalam hal ini adalah rasio. Menurut Harahap (2004:78) ada beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Margin Laba (Profit Margin) Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
=
laba bersih penjualan
Ketika perusahaan sebagian didanai oleh utang, laba dibagi antara pemegang utang dan pemegang saham. Kita tidak ingin mengatakan bahwa perusahaan semacam itu kurang pendapat akan berpusat pada perbandingan antara biaya modal dan tingkat pengembalian yang dihasilkan utilitasnya (ROA). 2.
Asset Turnover (Return on Asset) Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. =
Penjualan Bersih Total Aktiva 52
3.
Return On equity (ROE) ROE sering disebut dengan return on equity yaitu kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dikurangi pajak atau earning after tax (EAT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ROE =
earning after tax x 100% equity
Penetapan standar untuk ROE tingkat pengembalian ekuitas pada perusahaan industri menurut Brigham & Houston (2009:110) sebesar 15,0% untuk rata-rata industri. 4.
Return on Investment Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik.Semakin besar semakin bagus.
=
Laba Bersih Total Aktiva
Sesuai dengan identifikasi masalah yang penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka penulis hanya akan menggunakan rasio Return on Equity (ROE). Alasan digunakannya rasio Return on Equity (ROE), karena ROE mengukur sejauh mana kemampuan manajemen dalam mengelola equity perusahaan yang dihubungkan dengan besaran laba yang diperoleh. Disamping itu dari
rasio
ini
akan
dapat
diketahui
efektivitas
dari
modal
sendiri
yangdiinvestasikan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini berartimenunjukkan
semakin
tinggi
kemampuan
modal
sendiri
dalam
menghasilkan laba suatu perusahaan.
53
2.8
Pengaruh CAR, DPK, LDR terhadap Profitabilitas Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh CAR, DPK
dan LDR terhadap Profitabilitas, telah dilakukan terlebih dahulu penelitian serupa oleh Sudiyatno (2010). Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil penelitian untuk uji keseluruhan menyatakan hipotesis penelitian (Ha) diterima yang berarti terdapat pengaruh CAR, DPK, LDR terhadap Profitabilitas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga faktor tersebut, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif maupun negatif terhadap Profitabilitas. 2.8.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas Rasio kecukupan modal atau modal untuk rasio aset berbobot risiko adalah suatu cara untuk mengukur modal bank, yang ditunjukkan sebagai pembukaan kredit berbobot risiko bank.Rasio ini digunakan untuk melindungi depositor dan menaikkan stabilitas dan efisiensi sistem keuangan di seluruh dunia. Menurut
Dendawijaya
(2006:122),
semakin
tinggi
nilai
CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor permodalan sangatpenting dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan. Dengan pengelolaanyang baik, maka suatu bank akan terus meningkatkan modalnya yang berdasarkankewajiban penyediaan modal minimum (CAR), sehingga profitabilitas pun akan meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno (2010) menyatakan Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan Profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR, semakin tinggi Profitabilitas. Tingginya CAR menunjukkan bahwa modal bank semakin besar, sehingga bank lebih leluasa dan memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspansi kredit. Disisi lain tingginya CAR juga dapat menambah kepercayaan masyarakat
54
terhadap bank, karena jaminan dana masyarakat semakin tinggi. Dengan bertambahnya modal bank dan bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, maka bank dapat melakukan ekspansi kredit untuk meningkatkan pendapatan operasionalnya. 2.8.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Profitabilitas Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang berasal dari masyarakat atau yang disebut dana pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidak sulit, bank hanya perlu menarik minat masyarakat dengan memberikan layanan produk yang mudah syarat dan ketentuannya. Adapun pengetian DPK Menurut Kasmir (2006:64) “Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari masyarakat ini merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Semakin besar dana pihak ketiga yang diperoleh bank maka semakin besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sudiyatno (2010) menyatakan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diukur dengan profitabilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep dan logika kegiatan operasi bank, dimana semakin banyak dana pihak ketiga yang dapat dihimpun dari masyarakat, maka semakin besar peluang untuk dapat mendapatkan return dari penggunaan dana tersebut.
55
2.8.3
Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total pinjaman
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga atau total deposit. LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Susilo, dkk (2000:106), Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dalam bukunya, Lukman Dendawijaya (2005:116) menuliskan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan Bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan
mengandalkan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya. Dalam hal ini Bank mengandalkan kredit yang diberikan dari dana pihak ketiga sebagai sumber dana likuiditasnya untuk menghasilkan keuntungan, semakin tinggi dana yang pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit maka semakin tinggi Loan To Deposit Ratio (LDR). Jadi jika Loan to Deposit Ratio (LDR) naik maka pertumbuhan laba atau Profitabilitas yang diterima Bank juga akan semakin tinggi. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sapariyah dan Putri (2010) menyatakan bahwa Variabel LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan perbankan di BEI, peneliti menyarankan manajemen bank perlu memperhatikan LDR, karena LDR merupakan variabel yang paling dominan dan konsisten dalam mempengaruhi ROE. sehingga jika LDRd itingkatkan, maka kredit disalurkan makin banyak. Sedangkan menurut Sudiyatno (2010) menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diukur dengan profitabilitas. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep dan logika operasi bank, dimana peningkatan dana yang dipinjamkan kepada nasabah akan meningkatkan profitabilitas.
56